Anda di halaman 1dari 8

PENAFSIRAN DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE ANALISIS LITOFASIES PADA FORMASI

SONDE, DI JALUR
SUNGAI KEDAWUNG, KECAMATAN MONDOKAN, KABUPATEN SRAGEN, PROVINSI JAWA TENGAH
RIZKY WAHYU UTAMA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Formasi Sonde merupakan suatu formasi yang berada di Zona Kendeng.

Formasi ini tersebar pada jalur yang sempit dari desa Sumberlawang dan Gundih

di bagian barat hingga daerah Mojokerto di bagian timur (Harsono, 1982).

Penelitian ini akan dilakukan pada Formasi Sonde, tepatnya di Sungai Kedawung,

Kecamatan Mondokan, Sragen, yang akan berfokus pada penafsiran dinamika

sedimentasi batuan berdasar litofasiesnya. Di lokasi penelitian ini, penelitian

pernah dilakukan oleh Pratama (2015) mengenai biostratigrafi batuan pada

Formasi Sonde. Penelitian tersebut memfokuskan pada pengelompokan batuan

secara bersistem berdasarkan kandungan fosilnya.

Penelitian mengenai litofasies batuan karbonat berumur Pliosen pada

Formasi Sonde pernah dilakukan oleh Musliki (1997) di Ngawi (Formasi Sonde

bagian timur). Namun, penelitian dengan tema serupa belum pernah dilakukan

pada Formasi Sonde bagian barat tepatnya di Sungai Kedawung.

Lokasi ini dipilih karena litologi pada Formasi Sonde yang tersingkap

dalam kondisi yang baik, menerus, dan tidak terganggu oleh struktur geologi

regional. Selain itu, litologi pada Formasi Sonde ini secara langsung dibatasi oleh

formasi-formasi lain di bagian bawah dan atasnya, sehingga mudah untuk


 
PENAFSIRAN DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE ANALISIS LITOFASIES PADA FORMASI
SONDE, DI JALUR 2 
SUNGAI KEDAWUNG, KECAMATAN MONDOKAN, KABUPATEN SRAGEN, PROVINSI JAWA TENGAH
  RIZKY WAHYU UTAMA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dilakukan pengukuran stratigrafi. Dalam 1 section yang lengkap, variasi batuan di

daerah penelitian menunjukkan Formasi Sonde yang berbeda dengan yang ada di

daerah lain yaitu adanya batugamping, napal, dan batulempung. Oleh sebab itu,

penelitian ini perlu untuk dilakukan untuk mengetahui dinamika sedimentasi

Formasi Sonde dan paleogeografi Zona Kendeng ketika formasi ini terbentuk.

I.2 Maksud dan Tujuan

Maksud:

a. Melakukan pengukuran stratigrafi terukur batuan yang berada di daerah

penelitian, meliputi jenis batuan, komposisi batuan secara megaskopis,

dan struktur sedimen batuan.

b. Menentukan batas-batas fasies, asosiasi fasies, dan interpretasi

lingkungan pengendapannya.

c. Melakukan deskripsi pada sayatan tipis batuan yang meliputi tekstur dan

komposisi penyusunnya.

d. Menentukan jenis-jenis mineral yang terkandung di dalam batuan terpilih

dari sampel X-ray diffraction

e. Melakukan pengamatan fosil foraminifera kecil bentonik.

Tujuan:

a. Mengetahui fasies-fasies batuan berdasar litofasiesnya dari kolom

stratigrafi terukur.

b. Mengetahui lingkungan pengendapan dari tiap fasies batuannya.

 
 
PENAFSIRAN DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE ANALISIS LITOFASIES PADA FORMASI
SONDE, DI JALUR 3 
SUNGAI KEDAWUNG, KECAMATAN MONDOKAN, KABUPATEN SRAGEN, PROVINSI JAWA TENGAH
  RIZKY WAHYU UTAMA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

c. Mengetahui dinamika sedimentasi batuan pada Formasi Sonde di daerah

penelitian.

I.3 Batasan Masalah

Masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah penggolongan

batuan pada daerah penelitian secara bersistem berdasarkan litofasies. Konsep

litofasies ini ditentukan dari pengamatan batuan secara megaskopis, meliputi jenis

litologi dan struktur sedimennya. Suatu fasies juga ditentukan dengan melihat

batas perlapisan di bagian bawah dan atasnya, karena fasies selalu dibatasi oleh

suatu bidang perlapisan yang tegas dan jelas, baik merupakan bidang yang selaras

maupun ketidakselarasan. Aspek fosil dalam penentuan litofasies tidak dijadikan

sebagai pembeda suatu fasies. Hal tersebut disebabkan oleh sebagian besar batuan

di daerah penelitian didominasi oleh foraminifera kecil (Lampiran terikat bagian

petrografis). Sehingga, fosil tidak digunakan sebagai bagian dari penamaan fasies

karena tidak menunjukkan perbedaan karakter suatu fasies dengan yang lainnya.

Penentuan litofasies batuan tersebut dilakukan pada Formasi Sonde di jalur

Sungai Kedawung, dari awal ditemukannya batugamping hingga berakhirnya

batugamping pada bagian atas. Pada bagian bawah penelitian dimulai dari kontak

antara batugamping dengan napal dari Formasi Kalibeng. Pada bagian atas (akhir

pengukuran), penelitian dibatasi hingga ditemukannya batugamping dengan fosil

balanus yang melimpah. Hal tersebut dikarenakan pada bagian atas batugamping

tersebut secara tidak langsung kontak dengan batuan dari Formasi Pucangan

(Gambar 1.1).

 
 
PENAFSIRAN DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE ANALISIS LITOFASIES PADA FORMASI
SONDE, DI JALUR 4 
SUNGAI KEDAWUNG, KECAMATAN MONDOKAN, KABUPATEN SRAGEN, PROVINSI JAWA TENGAH
  RIZKY WAHYU UTAMA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar 1.1. Lokasi penelitian yang ditandai dengan 2 titik berwarna merah sebagai awal dan
akhir pengukuran stratigrafi, serta hubungannya dengan formasi-formasi lain di
sekitarnya, di dalam peta geologi regional lembar Salatiga, Jawa.

Penentuan litofasies batuan, hanya didasarkan pada pengamatan

megaskopis saja. Penentuan fasies yang didasarkan pada pengamatan melalui

sayatan tipis atau disebut sebagai mikrofasies tidak dilakukan. Hal tersebut

disebabkan oleh jumlah sampel petrografis batuan yang tidak cukup banyak.

Selain itu, analisis mikrofasies baiasanya akan membutuhkan waktu penelitian

yang cukup lama.

Setelah fasies-fasies batuan dari satu section ditentukan, langkah

selanjutnya yaitu menentukan asosiasi fasies. Asosiasi fasies merupakan

 
 
PENAFSIRAN DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE ANALISIS LITOFASIES PADA FORMASI
SONDE, DI JALUR 5 
SUNGAI KEDAWUNG, KECAMATAN MONDOKAN, KABUPATEN SRAGEN, PROVINSI JAWA TENGAH
  RIZKY WAHYU UTAMA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kumpulan dari fasies-fasies yang dapat menunjukkan suatu lingkungan

pengendapan tertentu, yang berbeda antara satu asosiasi fasies dengan yang lain.

Lingkungan pengendapan ditentukan dengan cara membandingkan suatu asosiasi

fasies dengan fasies model yang berkaitan. Fasies model yang digunakan adalah

fasies model daerah pantai dengan energi pengendapan yang tinggi menurut Pratt,

et al. (1992). Dalam penentuannya, letak lingkungan pengendapan juga

mempertimbangkan fasies model batuan karbonat menurut Wilson (1975).

I.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di sungai Kedawung, yang terletak di

Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Daerah

penelitian dapat dicapai melalui jalur darat, melalui jalan raya dari Yogyakarta –

Klaten – Surakarta – Sragen (Gambar 1.2).

Gambar 1.2 Posisi relatif daerah penelitian terhadap kota-kota di sekitarnya.

 
 
PENAFSIRAN DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE ANALISIS LITOFASIES PADA FORMASI
SONDE, DI JALUR 6 
SUNGAI KEDAWUNG, KECAMATAN MONDOKAN, KABUPATEN SRAGEN, PROVINSI JAWA TENGAH
  RIZKY WAHYU UTAMA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

I.5 Peneliti Pendahulu

Duyfjes (1936) melakukan penelitian mengenai litostratigrafi Formasi

Kalibeng Atas di daerah Trinil, Gunung Butak (Ngawi), dan utara dari Perning.

Formasi Kalibeng Atas merupakan nama awal dari Formasi Sonde sebelum

dilakukan suatu revisi. Formasi ini tersusun atas batugamping terumbu dan

batugamping Globigerinid, yang berselang-seling dengan perlapisan napal.

Perlapisan napal akan semakin tebal pada bagian atas. Pada beberapa tempat, juga

ditemukan konglomerat tufan pada daerah sekitar kontak dengan Formasi

Pucangan. Lingkungan pengendapan formasi ini berada pada daerah lagun dan

laut dangkal.

Harsono (1982) melakukan penelitian mengenai suatu revisi stratigrafi

Cekungan Jawa Timur. Formasi Sonde merupakan suatu formasi yang baru dari

hasil revisi atas penamaan Formasi Kalibeng Atas. Di lokasi tipenya (Desa Sonde,

barat Ngawi), formasi tersusun atas batugamping Klitik yang terdiri dari

batugamping klastik, batugamping koral, dan bagian paling atas terdiri dari

batugamping yang bersifat breksian. Di atas batugamping-batugamping tersebut,

terdapat napal pasiran yang semakin ke atas bersifat lempungan. Bagian teratas

ditempati oleh lempung berwarna hijau kebiruan. Di lokasi lain seperti Gunung

Pandan-Dodol, Formasi Sonde tersusun atas batugamping dari Anggota Klitik.

Semakin ke atas perselingan napal pasirannya semakin banyak. Kemudian bagian

paling atas tersusun atas lempung hitam dengan sisipan batupasir tufan.

 
 
PENAFSIRAN DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE ANALISIS LITOFASIES PADA FORMASI
SONDE, DI JALUR 7 
SUNGAI KEDAWUNG, KECAMATAN MONDOKAN, KABUPATEN SRAGEN, PROVINSI JAWA TENGAH
  RIZKY WAHYU UTAMA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Musliki (1997) melakukan identifikasi batuan karbonat berumur Pliosen

di Cekungan Jawa Timur berdasar litofasiesnya. Pada Formasi Sonde, Anggota

Klitik yang berada di daerah Ngawi merupakan fasies batugamping terumbu laut

dangkal dan batugamping debris. Fasies batugamping terumbu ini tersusun oleh

batugamping boundstone. Diinterpretasikan bahwa lingkungan pengendapan

batuan tersebut berada pada daerah dengan energi yang kuat, dipengaruhi oleh

pasang surut muka air laut, dan dangkal (+ 20 meter). Sedangkan fasies

batugamping debris dicirikan dengan batuan yang mengandung fragmen-fragmen

batugamping seperti koral dan pelecypoda. Fasies ini diinterpretasikan terbentuk

pada zona subtidal (di bawah wave base). Dalam uraian yang lain, Musliki (1997)

juga menjelaskan mengenai perubahan muka air laut sepanjang pembentukan

endapan karbonat Pliosen. Dari hasil diskusi menunjukkan bahwa batuan-batuan

tersebut diendapkan sebagai sekuen mendangkal ke atas (shallowing upward).

Smyth, dkk. (2005) berpendapat bahwa pada Miosen Akhir-Pliosen,

Zona Kendeng sangat dipengaruhi pasokan sedimen yang berasal dari darat. Pada

periode ini terjadi erosi dan pengendapan ulang batuan-batuan yang lebih tua di

selatannya. Sehingga, kehadiran material sedimen silisiklatik ini akan

berpengaruh pada komposisi batuan yang terendapkan di dalam cekungan ini.

Koesoemo, dkk. (2006) melakukan penelitian mengenai perkembangan

muka air laut Cekungan Jawa Timur pada Miosen hingga Pliosen. Pada umur

Pliosen, Formasi Sonde terbentuk pada suatu cekungan dengan kondisi muka air

laut yang turun.

 
 
PENAFSIRAN DINAMIKA SEDIMENTASI DENGAN METODE ANALISIS LITOFASIES PADA FORMASI
SONDE, DI JALUR 8 
SUNGAI KEDAWUNG, KECAMATAN MONDOKAN, KABUPATEN SRAGEN, PROVINSI JAWA TENGAH
  RIZKY WAHYU UTAMA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Pratama (2015) telah melakukan penelitian mengenai biostratigrafi pada

Formasi Sonde di lokasi penelitian. Formasi ini tersusun atas batuan berupa

grainstone yang berselang-seling dengan packstone. Kemudian di atasnya

terdapat perselingan rudstone-grainstone dengan sisipan napal. Di atas

batugamping-batugamping tersebut, dijumpai batulempung dengan nodul kebiru-

biruan yang cukup tebal. Pada bagian atas formasi ini dijumpai batugamping

rudstone dengan kandungan balanus yang melimpah. Berdasarkan data fosil

foraminifera planktoniknya, Formasi Sonde pada daerah ini terbentuk pada Kala

Pliosen Awal-Pliosen Tengah (N19-N20).

 
 

Anda mungkin juga menyukai