Pada dasarnya POME (Palm Oil Mill Effluent) yang dibiarkan pada daerah

terbuka atau dibiarkan begitu saja dalam beberapa waktu tertentu dengan
sendirinya akan membentuk gas metana. Namun, karena tidak ditampung gas itu
akan hilang menguap ke udara. Oleh, karena itu untuk menampung gas yang
terbentuk dari bahan organik dapat dibuat beberapa model konstruksi alat
penghasil biogas. Berdasarkan cara pengisiannya, ada dua teknologi pengolahan
POME menjadi biogas, yaitu reaktor berpengaduk dan kolam tertutup (Sri
Rahayu, 2015).
1. Reaktor Berpengaduk
Reaktor berpengaduk juga dikenal sebagai reaktor kontak, biasanya
berbentuk silinder yang terbuat dari beton atau logam dengan rasio diameter dan
tinggi yang kecil. Reaktor berpengaduk dapat beroperasi pada suhu mesofilik
maupuk termofilik.
Pengadukan dalam reaktor dapat dilakukan mekanik, hidrolik, maupun
injeksi gas. Reaktor berpengaduk dapat mengakormodasi berbagai padatan dalam
rentang yang besar. Selain itu, reaktor ini juga dapat memproses campuran dari
berbagai jenis limbah. Desain ini umumnya digunakan untuk limbah dengan
kandungan padatan 3-10%.
2. Kolam Tertutup
Kolam anaerobik, atau biasanya disebut kolam tertutup, pada dasarnya
merupakan kolam yang dilengkapi dengan membran penutup yang kuat untuk
menyimpan biogas. Kolam anaerobik umumnya memiliki kontak bakteri ke
substrat yang kurang baik, dengan tingkat pengolahan yang sangat rendah.
Metode ini memerlukan waktu retensi hidrolik antara 20-90 hari dan
membutuhkan area yang besar.
Kedua teknologi ini dapat digunakan untuk mengkonversi POME menjadi
biogas. Tetapi pada pabrik ini memilih reaktor berpengaduk sebagai teknologi
penghasil biogas. Tabel 1.5 dibawah ini menyajikan perbandingan antara sistem
reaktor berpengaduk dan sistem kolam tertutup.
Parameter Reaktor Berpengaduk Kolam Tertutup
Jenis Limbah Cair & Padat Cairan Kental (< 3%
bahan kering)
 HRT (hari) 20-40 20-90
Produksi Biogas Baik Kurang Baik
Biaya Modal Tinggi Sedang
Kerumitan Sedang Rendah
Pengoperasian