HASIL PENGAMATAN
IDENTIFIKASI ASAM-BASA
DISUSUN OLEH :
ANANDA TAKDIR
GIOVANNI BINTANG
IRENE ADELINA SILALAHI
LEVIANY EKA RIZTY
MARIA WINNEY NATANIA
RIZKYTA FITRIANDINI
SUFAJAR AHMAD BADAWI
YULITA WANINDIA AWATNI
CLAUDIA NATASHA
XI MIA 4
A. TUJUAN
Mengidentifikasi larutan asam-basa menggunakan indikator alami.
B. DASAR TEORI
● TEORI ARRHENIUS
Sejak berabad-abad yang lalu, para pakar mendefinisikan asam dan basa
berdasarkan sifat larutannya. Larutan asam mempunyai rasa masam dan
bersifat korosif (merusak logam, marmer, dan berbagai bahan lain), sedangkan
larutan basa berasa agak pahit dan bersifat kaustik (licin, seperti bersabun).
Konsep yang cukup memuaskan tentang asam dan basa, dan yang tetap
diterima hingga sekarang, dikemukakan oleh Svante August Arrhenius
(1859-1927) pada tahun 1884.
1. Teori Asam
Svante Arrhenius mengemukakan bahwa asam adalah suatu zat yang bila
dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion hidronium (H). Ion H adalah
ion pembawa sifat asam. Rumus umumnya adalah sebagai berikut:
HX H + X
Contoh: HCl H + Cl
Tidak semua senyawa hanya dapat melepaskan satu ion H seperti contoh
diatas, tetapi banyak senyawa lain yang dapat melepaskan ion H lebih dari
satu. Banyaknya ion H yang dapat dilepaskan oleh asam tersebut dinamakan
valensi asam. Sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah
melepas ion H disebut ion sisa asam.
Contoh: HSO 2H + SO
Berdasarkan jumlah atom H yang diikat, senyawa asam dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
1) Asam monoprotik, yaitu asam yang setiap molekulnya hanya dapat
memberikan/menghasilkan satu ion H.
2) Asam diprotik, yaitu asam yang setiap satu molekulnya dapat
memberikan/menghasilkan dua ion H.
3) Asam tripotik, yaitu asam yang setiap satu molekulnya dapat
memberikan/menghasilkan tiga ion H.
2. Teori Basa
Svante Arrhenius mengemukakan bahwa basa adalah suatu senyawa yang
bila dilarutkan ke dalam air dapat menghasilkan ion-ion OH. Ion OH adalah
ion pembawa sifat basa. Contoh:
KOH → K + OH
NaOH → Na + OH
Berdasarkan jumlah gugus OH yang diikat, senyawa basa dikelompokkan
menjadi tiga yaitu:
1. Basa monohidroksida, yaitu senyawa basa yang memiliki satu gugus OH.
Contoh: NaOH, KOH, NHOH.
2. Basa dihidroksida, yaitu senyawa yang memiliki dua gugus OH
Contoh: Mg(OH) , Ca(OH) , Sr (OH) , Ba (OH).
3. Basa trihidroksida, yaitu senyawa basa yang memiliki tiga gugus OH.
Contoh: Al(OH) , Fe(OH).
4. Jumlah ion OH yang dilepaskan oleh basa disebut valensi basa.
Contoh: M(OH) → M+ xOH
3. Senyawa Amfoter
Senyawa Amfoter adalah senyawa yang dapat bersifat asam atau basa,
tergantung kondisi lingkungannya. Senyawa amfoter akan bersifat asam
dalam suasana basa dan sebaliknya akan bersifat basa dalam suasana atau
lingkungan asam kuat. Contoh: Alumunium Hidroksida
Al(OH) + OH → Al(OH)
(Asam basa kuat)
KETERANGAN
Dari bawah ke atas: Daun pacar air, bunga mawar merah, dan bunga
kamboja.
Dari kiri ke kanan: Air detergen, air abu, air jeruk nipis, dan air soda.
KETERANGAN
Dari bawah ke atas: Daun pacar air, bunga mawar merah, dan kubis ungu.
Dari kiri ke kanan: Air detergen, air abu, air jeruk nipis, dan air soda.