Refrat Mode Ventilator BAB II
Refrat Mode Ventilator BAB II
DAFTAR ISI
Cover
Daftar Isi ........................................................................................................................ 1
BAB I Pendahuluan ....................................................................................................... 2
BAB II Tinjuan Pustaka ................................................................................................. 3
A. Ventilator ............................................................................................................. 3
B. Indikasi Pemasangan Ventilator . ......................................................................... 5
C. Penyebab Gagal Nafas ...............................................................................5
D. Kriteria Pemasangan Ventilator ..................................................................6
E. Jenis-Jenis Ventilator .................................................................................6
F. Mode Ventilator ........................................................................................7
BAB III Kesimpulan ................................................................................................... 17
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesi adalah hilangnya sensasi sakit. Pada anestesi umum hilangnya rasa sakit
terjadi pada seluruh tubuh disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel. Anestesi
dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu anestesi umum dan anestesi lokal. Pada anestesi
lokal hilangnya rasa sakit hanya pada sebagian tubuh dan tidak disertai hilangnya
kesadaran.4
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian
atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. Ventilasi
mekanik dengan alat yang dinamakan ventilator mekanik adalah suatu alat bantu
mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara meberikan
tekanan udara positif pada paru–paru melalui jalan nafas buatan.4
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. VENTILATOR
Ventilator adalah alat pernapasan bertekanan negative atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.
Pernapasan oleh ventilator, tergantung dari 3 faktor:1
1. Apa faktor pencetus pernapasan? Pasien dengan nafas spontan (Assist
ventilation) atau pasien dengan nafas yang berasal dari ventilator (kontrol
pernapasan).
2. Apa yang mendukung pernapasan? Preset Volume, dimana volume tidal
yang tetap telah diatur (dengan volume ventilasi terkontrol atau volume
ventilasi tertargetkan)
3. Apa yang menghentikan inspirasi? Atau dengan kata lain apa yang memulai
siklus ventilator untuk memulai ekspirasi
F. MODE VENTILATOR
a. Ventilasi Mode Terkontrol/Ventilasi Tekanan Positif Intermiten
Pada mode ini tidak ada usaha spontan dari pasien. Seluruh pernafasan
sepenuhnya disediakan oleh ventilator pada volume tidal/tekanan yang
ditentukan dan frekuensi yang ditentukan.2
b. Ventilasi Terkontrol dengan Bantuan
Serupa dengan mode kontrol, volume tidal dan frekuensi ditetapkan. Pada
mode kontrol bantuan, nafas spontan pasien dibantu dengan volume tidal
yang ditetapkan. Bila nafas spontan pasien melebihi rate yang ditetapkan,
tidak ada pernafasan terkontrol yang diberikan dan ventilator akan
sepenuhnya berjalan dalam Mode Bantuan, tetapi bila nafas spontan pasien
kurang dari rate ventilator yang ditetapkan maka ventilator akan memberikan
pernafasan terkontrol. Contohnya bila rate yang ditetapkan 10
pernafasan/menit dan pernafasan spontan pasien 12 kali/menit maka
ventilator akan memberikan bantuan pada ke-12 kali pernafasan tersebut
untuk mencapai volume tidal yang ditetapkan. Tetapi bila nafas spontan
pasien hanya 5 maka ventilator akan memberi bantuan pada ke-5 kali
pernafasan tersebut, dan 5 kali pernafasan yang tersisa akan dikirim dalam
mode control.2
c. Ventilasi Assist-Control
Ventilasi assist-control adalah ventilasi dengan pengaturan pemicu waktu
atau pasien dengan laju nafas, sensitivitas dan tipe pernafasan minimum.
Pasien dapat memicu pernafasannya dengan laju yang lebih cepat namun
volume preset atau tekanan tetap diberikan pada tiap nafas.2
Bila telah ada usaha nafas pasien, maka mode assist-control dapat digunakan.
Dengan mode ini, tiap nafas (pemicu waktu ataupun pasien) merupakan
pernafasan yang diatur. Pemicu dari pasien timbul karena ventilator sensitif
terhadap tekanan atau perubahan aliran pada saat pasie berusaha untuk
bernafas. Pada saat terdapat tekanan negatif yang ringan (-1 cm H2O) atau
terjadi penurunan aliran (2-3 l/menit di bawah alira bias ekspirasi) maka
siklus inspirasi dimulai. Laju nafas minimum harus diatur pada ventilator
untuk menjamin adanya volume ekspirasi. Bila dinginkan, pasien dapat
diberikan nafas tambahan.2
Sebelumnya, ventilasi assist-control diasumsikan menyerupai kerja
pernafasan (work of breathing), tetapi pada saat ini diketahui bahwa pasien
8
dapat melakukan kerja inspiasi sebanyak 33-50% atau lebih. Hal ini terjadi
khususnya bila terdapat inspirasi aktif dan aliran gas tidak sesuai dengan
aliran inspirasi yang dibutuhkan oleh pasien. Secara klinis hal ini dapat
diketahui dengan melihat gambaran grafik pada manometer tekanan. Jika
tekanan tidak meningkat dengan lancar dan cepat untuk mencapai puncak,
maka alirannya tidak adekuat. Gambaran kurva tekanan berbentuk konkaf
menunjukkan adanya inspirasi aktif. Aliran harus meningkat sampai
kebutuhan pasien tercapai dan kurva menunjukkan bentuk sedikit konveks.
Masalah lainnya pada ventilasi assist-control ini adalah sensitivitas. Bila
mesin terlalu sensitif terhadap usaha nafas pasien, maka mesin dapat dengan
mudah dipicu (auto triggering) tanpa mengalirkan volume atau tekanan. Hal
ini dapat dikoreksi dengan membuat mesin kurang sensitif terhadap usaha
nafas pasien, oleh sebab itu, sensitivitasnya harus ditingkatkan. Tanpa
penggunaan obat pelumpuh otot maupun depresan nafas, maka sulit untuk
menghindarkan terjadinya alkalosis respiratorik. PCO2 dapat mencapai batas
apnea (32 mmHg) pada beberapa pasien.2
d. Intermitten Mandatory Ventilation (IMV)
Permasalahan yang berkaitan dengan pengosongan paru-paru yang tidak
sepenuhnya pada ventilasi assist-control, telah mengarahkan pada
pengembangan mode ventilasi yang dikenal dengan ventilasi mandatori
berkala (IMV) yang diperkenalkan pertama kalinya pada tahun 1971. Pada
saat itu, mode ini digunakan untuk memberikan bantuan ventilasi pada
neonatus dengan sindroma distress pernapasan yang secara tipikal ditandai
dngan frekuensi nafas di atas 40 kali/menit. IMV didesain untuk memberikan
bantua ventilasi parsial. Mode ini mengkombinasikan periode ventilasi assist-
control dengan periode pernafasan spontan pasien. Periode pernafasan
spontan ini dapat membantu untuk mencegah hiperinflasi paru dan auto
PEEP pada pasien-pasien dengan pernafasan yang cepat. Selain itu, tujuan
dari penggunaan ventilasi ini adalah untuk mencegah atropi otot-otot
pernafasan karena ventilasi mekanik jangka lama. Kekurangan dari IMV ini
adalah terjadinya peningkatan work of breathing dan penurunan curah
jantung.2
e. Ventilasi Intermiten tersinkronisasi Pilihan
Serupa dengan mode kontrol dalam hal apapun rate yang ditetapkan,
dianggap sebagai pilihan (ventilasi pilihan intermiten) oleh ventilator tetapi
9
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA