Teori Belajar Piaget Dan Vigotsky
Teori Belajar Piaget Dan Vigotsky
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam
bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira permulaan tahun 1960-
an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan
untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya
hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil
interaksi diantara keduanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1)
kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan
timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh
yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu
adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau
mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Sistem yang mengatur dari dalam mempunyai dua faktor, yaitu skema dan adaptasi.
Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh organisma
yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks.
Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses
asimilasi dan akomodasi.
Lev Vigotsky adalah tokoh pendidikan yang melihat bagaimana pembelajaran itu
terjadi dipandang dari sisi sosial. Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak
berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Lev Vigotsky (1896-1934), seorang
psikolog berkebangsaan Rusia, mengenal poin penting tentang pikiran anak ini lebih dari
setengah abad yang lalu. Teori Vigotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika
memasuki akhir abad ke-20.
Sezaman dengan Piaget, Vigotsky menulis di Uni Soviet selama 1920-an dan 1930-
an. Namun, karyanya baru dipublikasikan di dunia Barat pada tahun 1960-an. Sejak saat
itulah, tulisan-tulisannya menjadi sangat berpengaruh. Vigotsky adalah pengagum Piaget.
Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan
dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vigotsky tidak setuju dengan
pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambaran
realitas batinnya sendiri.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep utama teori belajar Piaget dan Vigotsky?
2. Bagaimana penerapan teori belajar Piaget dan Vigotsky dalam pembelajaran
fisika?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan konsep utama teori belajar Piaget dan Vigotsky.
2. Untuk menjelaskan bentuk penerapan teori belajar Piaget dan Vigotsky dalam
fisika,
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan
demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk membentuk skema
baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan
antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat
mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan
(disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan struktur
kognitif yang ada akan mengalami perubahan atau munculnya struktur yang baru.
Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan
ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi
kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada
sebelumnya (equilibrasi).
Piaget mengasumsikan bahwa perkembangan intelektual anak melewati empat urutan
perkembangan. Urutan tahap-tahap ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi urutan
perkembangan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda pada setiap anak. Keempat
tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Tahap sensorimotor : umur 0-2 tahun.
Pada tahap sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak
terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau dan lain-
lain.
2. Tahap Pra operasional : umur 2-7 tahun.
Tahap pra operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian. Pertama, tahap pra konseptual (2-
4 tahun), dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar dan permainan
khayalan.
Kedua, tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini representasi suatu objek didasarkan pada
persepsi pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.
3. Tahap operasi kongkret : umur 7-11/12 tahun.
Tahap operasi konkret (concrete operations) dicirikan dengan perkembangan sistem
pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah
memperkembangkan operasi-oprasi logis. Operasi itu bersifat reversible, artinya dapat
dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikemblikan kepada awalnya
lagi. Tahap opersi konkret dapat ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa
yang kelihatan nyata/konkret.
4. Tahap operasi formal: umur 11/12 ke atas.
4
Tahap operasi formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan
kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir
dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat
mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu. Cara berpikir yang abstrak
mulai dimengerti. Sifat pokok tahap operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis,
induktif saintifik, dan abstrak reflektif.
Konsep Piaget yang akan diangkat pada pengaplikasian teori perkembangan kognitif pada
pembelajaran fisika adalah konsep akomodasi.
5
Vigotsky mencari pengertian bagaimana anak-anak berkembang dengan melalui
proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses
pematangan. Vigotsky membedakan antara aktual development dan potensial development
pada anak. Actual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu
tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan
apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk
orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Menurut teori Vigotsky, Zone of proximal developmnet merupakan celah antara
actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat
memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah
sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan
perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat
memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks.
Teori Vigotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding merupakan suatu istilah
pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui Zone of
proximal developmentnya.
Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan
selama tahap – tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan
memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru
dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain
yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
6
Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains terdiri atas tiga komponen, yaitu
produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau
fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran
dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil : 2008).
Sejalan dengan pernyataan tersebut, berdasarkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya merupakan penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Siswa lebih ditekankan dapat mempelajari sendiri fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip dengan pemberian pengalaman belajar secara
langsung (Depdiknas : 2006).
7
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan adalah pengalaman sosial
atau interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial akan mengarahkan anak pada
penyusunan argumentasi dan diskusi sehingga cara pandang anak dipertanyakan
kebenarannya dan anak harus mempertahankan dan membuktikan kebenaran cara pendang
tersebut.
8
belajar. Tanyakan pada siswa apakah mereka dapat melihat benda-benda di sekitarnya.
Apa yang harus dilakukan supaya benda-benda disekitarnya itu dapat terlihat kembali.
Pada papan tulis, tuliskan kata-kata CAHAYA serta SIFAT-SIFAT CAHAYA.
Menyampaikan kompetensti dasar dan indikator pembelajaran
Menurut Vigotsky : Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak
berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Vygotsky mencari pengertian
bagaimana anak-anak berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi
kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan.
Fase 2 : Menyajikan informasi
Menyajikan informasi kepada siswa tentang manfaat cahaya dengan meminta siswa
mendemonstrasikan “Kegiatan Penyelidikan: Akan seperti Apa Jadinya.”
Menanyakan kepada siswa tentang apa yang dirasakan ketika matanya ditutup
rapat.
Vigotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti
ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan
masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
Fase 3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran kooperatif sambil mengingat
ketrampilan kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara mengikuti pelatihan
ketrampilan kooperatif.
Membagikan LKS: “Bagaimana Cahaya Merambat” kepada tiap siswa dan tiap
kelompok diberi serperangkat alat dan bahan untuk melakukan LKS itu.
Membagikan LKS: “Bayang-Bayang.” Kepada tiap siswa dan masing-masing
kelompok diberi seperangkat alat dan bahan untuk melakukan LKS itu. Bila mungkin,
masing-masing kelompok diminta untuk menyediakan sendiri alat dan bahannya
Menurut Vigotsky Zone of proximal developmnet merupakan celah antara actual
development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Maksud dari
ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan
perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri,
perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan
perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat
memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks.
Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Meminta siswa melakukan kegiatan dalam LKS: Bagaimana Cahaya Merambat.”
Guru membimbing tiap-tiap kelompok untuk melakukan kegiatan dalam LKS itu.
9
Meminta siswa melakukan kegiatan dalam LKS:”Bayang-Bayang”. Guru
membimbing masing-masing kelompok untuk melakukan kegiatan dalam LKS itu.
Teori Vigotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding merupakan suatu istilah
pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui Zone of
proximal developmentnya.
Fase 5 : Evaluasi
Meminta satu-dua kelompok untuk menuliskan di papan tulis jawaban analisis
LKS: “Bagaimana Cahaya merambat,” nomor 1 dan 2. Kelompok lain diminta
menanggapinya.
Guru memastikan bahwa seluruh kelompok telah mengetahui jawaban yang benar.
(acuan untuk guru adalah panduan LKS: Bagaimana Cahaya Merambat.”
Meminta satu atau dua kelompok untuk menuliskan di papan tulis jawaban analisis
LKS: “Bayang-Bayang,” nomro 1, 2 dan 3. Kelompok lain diminta menanggapinya.
Guru memastikan bahwa seluruh kelompok telah mengetahui jawaban yang benar.
(Acuan untuk guru adalah Panduan LKS: “Bayang-Bayang”)
Fase 6 : Memberikan penghargaan
Memberi penghargaan kepada siswa atau kelompok yang kinerjanya bagus.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Terori Piaget mengenai perkembangan kognitif mendenisikan kembali intelegensi,
pengetahuan, dan hubungan dengan lingkungannya.
Perkembangan kognitif mempunyai 4 aspek yaitu kematangan, pengalaman, interaksi
social, dan ekuilibrasi
Menurut Piaget setiap organisme hidup cenderung untuk melakukan adaptasi dan
organisasi. Dalam proses adaptasi dan organisasi rerdapat 4 konsep dasar yaitu skema,
asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi
Skema adalah struktur kognitif yang digunakan organisme untuk mengadaptasi diri
terhadap lingkungannya dan menata lingkungan itu secara intelektual.
Asimilasi adalh proses yang digunakan seseorang untuk mengintegrasikan bahan
persepsi baru atau stimuklus baru ke dalam skemata atai pola perilaku yang sudah ada.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penyampaian Materi Sifat-sifat Cahaya kepada peserta didik lebih cenderung
menggunakan model pembelajaran Kooperatif.
2. Metode Pembelajaran Kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara
sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih
3. Bentuk penerapan teori belajar Vigotsky adalah melalui metode pembelajaran
kooperatif
4. Teori belajar Vigotsky memberi penekanan pada hakikat sosiokultural dari
pembelajaran. Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta
didik bekerja atau belajar dalam zone of proximal development. Zone of proximal
developmnet merupakan celah antara actual development dan potensial development,
dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang
dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang
dewasa.
Hal ini sangat sesuai dengan penyampaian materi Sifat-sifat cahaya.
Teori Vigotsky dalam kegiatan pembelajaran juga dikenal apa yang dikatakan scaffolding
yaitu memberikan sejumlah besar dukungan kepada anak selama tahap-tahap awal
pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada anak
itu untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu
melakukannya sendiri.
11
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas .2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta : Depdiknas
https://jeperis.wordpress.com/2012/10/25/aplikasi-teori-vygotsky-pada-materi-sifat-sifat-cahaya/
12