Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam
bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira permulaan tahun 1960-
an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan
untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya
hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil
interaksi diantara keduanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1)
kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan
timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh
yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu
adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau
mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Sistem yang mengatur dari dalam mempunyai dua faktor, yaitu skema dan adaptasi.
Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh organisma
yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks.
Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses
asimilasi dan akomodasi.

Lev Vigotsky adalah tokoh pendidikan yang melihat bagaimana pembelajaran itu
terjadi dipandang dari sisi sosial. Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak
berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Lev Vigotsky (1896-1934), seorang
psikolog berkebangsaan Rusia, mengenal poin penting tentang pikiran anak ini lebih dari
setengah abad yang lalu. Teori Vigotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika
memasuki akhir abad ke-20.
Sezaman dengan Piaget, Vigotsky menulis di Uni Soviet selama 1920-an dan 1930-
an. Namun, karyanya baru dipublikasikan di dunia Barat pada tahun 1960-an. Sejak saat
itulah, tulisan-tulisannya menjadi sangat berpengaruh. Vigotsky adalah pengagum Piaget.
Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan
dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vigotsky tidak setuju dengan
pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambaran
realitas batinnya sendiri.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep utama teori belajar Piaget dan Vigotsky?
2. Bagaimana penerapan teori belajar Piaget dan Vigotsky dalam pembelajaran
fisika?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan konsep utama teori belajar Piaget dan Vigotsky.
2. Untuk menjelaskan bentuk penerapan teori belajar Piaget dan Vigotsky dalam
fisika,

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Piaget Dan Vigotsky

a. Teori Belajar Piaget


Menurut Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial.
Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi
sebagai bagian dari kelompok sosial. Aktivitas mental anak terorganisasi dalam suatu struktur
kegiatan mental yang disebut ”skema” atau pola tingkah laku.
Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget
yaitu struktur, isi dan fungsi.
1. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan
mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan (action) menuju pada operasi-
operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.
2. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang
diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
3. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.
Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi
dan adaptasi. Organisasi memberikan organisme kemampuan untuk mengestimasikan
atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang
teratur dan berhubungan. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses
yaitu asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep


ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan
mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses
asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skema
melainkan perkembangan skema. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam
mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu
berkembang.
Akomodasi. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skema yang telah dipunyai. Pengalaman

3
yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan
demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk membentuk skema
baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan
antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat
mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan
(disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan struktur
kognitif yang ada akan mengalami perubahan atau munculnya struktur yang baru.
Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan
ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi
kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada
sebelumnya (equilibrasi).
Piaget mengasumsikan bahwa perkembangan intelektual anak melewati empat urutan
perkembangan. Urutan tahap-tahap ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi urutan
perkembangan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda pada setiap anak. Keempat
tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Tahap sensorimotor : umur 0-2 tahun.
Pada tahap sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak
terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau dan lain-
lain.
2. Tahap Pra operasional : umur 2-7 tahun.
Tahap pra operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian. Pertama, tahap pra konseptual (2-
4 tahun), dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar dan permainan
khayalan.
Kedua, tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini representasi suatu objek didasarkan pada
persepsi pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.
3. Tahap operasi kongkret : umur 7-11/12 tahun.
Tahap operasi konkret (concrete operations) dicirikan dengan perkembangan sistem
pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah
memperkembangkan operasi-oprasi logis. Operasi itu bersifat reversible, artinya dapat
dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikemblikan kepada awalnya
lagi. Tahap opersi konkret dapat ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa
yang kelihatan nyata/konkret.
4. Tahap operasi formal: umur 11/12 ke atas.

4
Tahap operasi formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan
kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir
dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat
mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati saat itu. Cara berpikir yang abstrak
mulai dimengerti. Sifat pokok tahap operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis,
induktif saintifik, dan abstrak reflektif.
Konsep Piaget yang akan diangkat pada pengaplikasian teori perkembangan kognitif pada
pembelajaran fisika adalah konsep akomodasi.

b. Teori Belajar Vigotsky


Teori Vigotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu
yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vigotsky menekankan
bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran
melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem
matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu
berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-
bidang tersebut. Vigotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak
lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vigotsky, anak-anak lahir dengan
fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan
memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih
tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih
tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup dan alat-alat itu
berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota
kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman pembelajaran yang dipandu. Pengalaman
dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran
batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama dengan
anggota lain dalam kebudayaannya.
Menurut vigotsky (1962), keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental
berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat, keterampilan-
keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi
langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi
sosial yang berada di dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental
anak-anak menjadi matang.
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep
melalui pengalaman sehari-hari, Vigotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang
jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan
pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.

5
Vigotsky mencari pengertian bagaimana anak-anak berkembang dengan melalui
proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses
pematangan. Vigotsky membedakan antara aktual development dan potensial development
pada anak. Actual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu
tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan
apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk
orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Menurut teori Vigotsky, Zone of proximal developmnet merupakan celah antara
actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat
memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah
sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan
perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat
memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks.
Teori Vigotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding merupakan suatu istilah
pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui Zone of
proximal developmentnya.
Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan
selama tahap – tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan
memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru
dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain
yang memungkinkan siswa dapat mandiri.

B. Penerapan Teori Belajar Piaget Dan Vigotsky dalam Pembelajaran Fisika


a. Pembelajaran Fisika
Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga
dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar (Munaf : 2001). Oleh karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan
pembelajaran sains adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman
produk sains dalam bentuk hands-on activity (Depdiknas : 2006).

6
Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains terdiri atas tiga komponen, yaitu
produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau
fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran
dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil : 2008).
Sejalan dengan pernyataan tersebut, berdasarkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya merupakan penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Siswa lebih ditekankan dapat mempelajari sendiri fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip dengan pemberian pengalaman belajar secara
langsung (Depdiknas : 2006).

b. Aplikasi Teori Belajar Piaget dalam Pembelajaran Fisika


1. Pendekatan terpusat pada anak
Menurut Piaget bahwa pada hakekatnya jalan pikiran anak berbeda dengan orang
dewasa, baik dalam pendekatannya terhadap realitas maupun cara pandangnya terhadap
dunia sekitar. Guru harus menyadari hal ini dan harus mengobservasi anak dengan
cermat.
2. Aktifitas
Untuk mempelajari sesuatu , anak membutuhkan kesempatan untuk mengamati
objek yang dipelajarinya. Menurut Piaget, bagi individu berapapun umurnya, proses belajar
yang paling baik di dapatkan dari aktifitas yang merupakan inisiatif sendiri , sangat baik
implikasinya dalam dunia pendidikan. Piaget menekankan perlunya aktifitas tersebut baik
fisik maupun mental. Oleh karena itu tugas guru adalah mendorong agar anak didiknya
dapat beraktifitas.
3. Belajar secara individual
Menurut Piaget, struktur kognitif anak yang berinteraksi dengan pengalaman
baru akan menimbulkan minat yang menstimulasi perkembangan kognitif lebih lanjut. Oleh
karena itu guru hendaknya dapat mengkordinasikan antara individu dan kelompok.
Sesungguhnya yang dibutuhkan oleh siswa adalah kesempatan untuk
belajar dalam lingkungan yang kaya, yang secara potensial mengandung elemen-
elemen yang menarik yang dapat mendukung proses pembelajaran.
4. Interaksi Sosial

7
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan adalah pengalaman sosial
atau interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial akan mengarahkan anak pada
penyusunan argumentasi dan diskusi sehingga cara pandang anak dipertanyakan
kebenarannya dan anak harus mempertahankan dan membuktikan kebenaran cara pendang
tersebut.

c. Penerapan Teori Belajar Vigotsky Dalam Pembelajaran Fisika


Penerapan teori belajar Vigotsky dalam materi Sifat-sifat cahaya dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Metode Pembelajaran Kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara
sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang
atau lebih. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran
dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus
saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori belajar
kognitif-konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky, yaitu tentang
penekanan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran. Vigotsky yakin bahwa fungsi
mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar
individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.
Implikasi dari teori Vygotsky ini dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran
kooperatif.
Terdapat enam langkah utama (sintaks) dalam tahapan di dalam pengajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan
tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi;
seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan
ke dalam tim-tim belajar. Tahapan ini diikuti dengan bimbingan guru pada saat siswa
bekerja menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif
meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka
pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa


Dalam materi Sifat-sifat Cahaya : Memotivasi siswa dengan meminta siswa
menceritakan pengalamannya tentang “lampu padam” di malam hari ketika siswa sedang

8
belajar. Tanyakan pada siswa apakah mereka dapat melihat benda-benda di sekitarnya.
Apa yang harus dilakukan supaya benda-benda disekitarnya itu dapat terlihat kembali.
Pada papan tulis, tuliskan kata-kata CAHAYA serta SIFAT-SIFAT CAHAYA.
Menyampaikan kompetensti dasar dan indikator pembelajaran
Menurut Vigotsky : Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak
berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Vygotsky mencari pengertian
bagaimana anak-anak berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi
kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan.
Fase 2 : Menyajikan informasi
Menyajikan informasi kepada siswa tentang manfaat cahaya dengan meminta siswa
mendemonstrasikan “Kegiatan Penyelidikan: Akan seperti Apa Jadinya.”
Menanyakan kepada siswa tentang apa yang dirasakan ketika matanya ditutup
rapat.
Vigotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti
ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan
masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
Fase 3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran kooperatif sambil mengingat
ketrampilan kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara mengikuti pelatihan
ketrampilan kooperatif.
Membagikan LKS: “Bagaimana Cahaya Merambat” kepada tiap siswa dan tiap
kelompok diberi serperangkat alat dan bahan untuk melakukan LKS itu.
Membagikan LKS: “Bayang-Bayang.” Kepada tiap siswa dan masing-masing
kelompok diberi seperangkat alat dan bahan untuk melakukan LKS itu. Bila mungkin,
masing-masing kelompok diminta untuk menyediakan sendiri alat dan bahannya
Menurut Vigotsky Zone of proximal developmnet merupakan celah antara actual
development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Maksud dari
ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan
perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri,
perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan
perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat
memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks.
Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Meminta siswa melakukan kegiatan dalam LKS: Bagaimana Cahaya Merambat.”
Guru membimbing tiap-tiap kelompok untuk melakukan kegiatan dalam LKS itu.

9
Meminta siswa melakukan kegiatan dalam LKS:”Bayang-Bayang”. Guru
membimbing masing-masing kelompok untuk melakukan kegiatan dalam LKS itu.
Teori Vigotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding merupakan suatu istilah
pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui Zone of
proximal developmentnya.
Fase 5 : Evaluasi
Meminta satu-dua kelompok untuk menuliskan di papan tulis jawaban analisis
LKS: “Bagaimana Cahaya merambat,” nomor 1 dan 2. Kelompok lain diminta
menanggapinya.
Guru memastikan bahwa seluruh kelompok telah mengetahui jawaban yang benar.
(acuan untuk guru adalah panduan LKS: Bagaimana Cahaya Merambat.”
Meminta satu atau dua kelompok untuk menuliskan di papan tulis jawaban analisis
LKS: “Bayang-Bayang,” nomro 1, 2 dan 3. Kelompok lain diminta menanggapinya.
Guru memastikan bahwa seluruh kelompok telah mengetahui jawaban yang benar.
(Acuan untuk guru adalah Panduan LKS: “Bayang-Bayang”)
Fase 6 : Memberikan penghargaan
Memberi penghargaan kepada siswa atau kelompok yang kinerjanya bagus.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
 Terori Piaget mengenai perkembangan kognitif mendenisikan kembali intelegensi,
pengetahuan, dan hubungan dengan lingkungannya.
 Perkembangan kognitif mempunyai 4 aspek yaitu kematangan, pengalaman, interaksi
social, dan ekuilibrasi
 Menurut Piaget setiap organisme hidup cenderung untuk melakukan adaptasi dan
organisasi. Dalam proses adaptasi dan organisasi rerdapat 4 konsep dasar yaitu skema,
asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi
 Skema adalah struktur kognitif yang digunakan organisme untuk mengadaptasi diri
terhadap lingkungannya dan menata lingkungan itu secara intelektual.
 Asimilasi adalh proses yang digunakan seseorang untuk mengintegrasikan bahan
persepsi baru atau stimuklus baru ke dalam skemata atai pola perilaku yang sudah ada.
 Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penyampaian Materi Sifat-sifat Cahaya kepada peserta didik lebih cenderung
menggunakan model pembelajaran Kooperatif.
2. Metode Pembelajaran Kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara
sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih
3. Bentuk penerapan teori belajar Vigotsky adalah melalui metode pembelajaran
kooperatif
4. Teori belajar Vigotsky memberi penekanan pada hakikat sosiokultural dari
pembelajaran. Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta
didik bekerja atau belajar dalam zone of proximal development. Zone of proximal
developmnet merupakan celah antara actual development dan potensial development,
dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang
dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang
dewasa.
 Hal ini sangat sesuai dengan penyampaian materi Sifat-sifat cahaya.
Teori Vigotsky dalam kegiatan pembelajaran juga dikenal apa yang dikatakan scaffolding
yaitu memberikan sejumlah besar dukungan kepada anak selama tahap-tahap awal
pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada anak
itu untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu
melakukannya sendiri.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. (2007). Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo

Anwar holil. (2008). Teori Vigotsky Tentang Pentingnya Strategi Belajar.


http://anwarholil.blogspot.com/2008/. Diakses tanggal 02 September 2019

Depdiknas .2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta : Depdiknas

Munaf. 2001. Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung. UPI

https://jeperis.wordpress.com/2012/10/25/aplikasi-teori-vygotsky-pada-materi-sifat-sifat-cahaya/

12

Anda mungkin juga menyukai