Anda di halaman 1dari 4

Bab 1

Pendahuluan :

Eritromisin adalah antibiotika yang dihasilkan oleh bakteri Streptomyces erythreus secara
fermentasi (Dehouck et al., 2003). Eritromisin merupakan antibiotika golongan makrolida,
dianggap paling penting dari golongan ini dan sudah digunakan sejak tahun 1952 (Stubbs et
al., 1985). Sifat klinisnya dipakai secara luas dalam pengobatan dan pencegahan terhadap
penyakit infeksi, dan efektif terhadap sebagian besar bakteri Gram positif. Keunggulan lain
eritromisin adalah efek sampingnya yang relatif rendah (Ogwal & Xide, 2001).

Eritromisin dalam larutan netral, jika disimpan pada suhu 5°C stabil dalam beberapa minggu
dan bila disimpan pada suhu kamar akan menurun potensinya dalam beberapa hari.
Eritromisin lebih cendrung terurai dalam larutan pH asam dibandingkan dalam larutan pH
basa. Dalam suasana asam eritromisin akan terurai menjadi anhidroeritromisina dan oleh
pengaruh ion hidrogen anhidroeritromisina akan menjadi eritralosamin (Kenneth et al., 1986
dan Jacquiline et al., 2000).

Di samping itu kadar eritromisin dapat ditentukan, dengan metode kimia yaitu titrasi
bebas air, spektrofotometri UV-Vis, kromatografi cair, kromatografi gas, absorptive stripping
voltammetry dan kromatografi cair kinerja tinggi (Takatsuki et al., 1987; Amin & Issa, 1996).
Farmakope Eropa (Ph Eur, 2002) dan USP (2000) untuk analisis eritromisin memakai metoda
kromatografi cair dengan kolom polistiren-divinilbenzen (PS-DVB). Metode ini mempunyai
kekurangan yaitu efisiensi kurang dibandingkan dengan silika fase terbalik. Saat sekarang ini
banyak dipublikasikan metoda LC untuk mcmisahkan eritromisin, hanva secara isokratik
yang dapat memisahkan derivate dan dasil urainya (Dehouck et al., 2003).
Kadar eritromisin dapat ditentukan dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) dengan memakai detektor UV-Vis dan dapat dideteksi pada daerah ultraviolet.
Sebagai fase gerak dapat digunakan campuran asetonitril dan dapar fosfat (Jacquiline et al.,
2000). Analisis eritromisin juga dapat dilakukan dengan sinar tampak, setelah eritromisin
yang terlebih dahulu dikompleks menjadi senyawa bewarna dengan gentian violet (Amin &
Issa, 1996).

Antara metode mikrobiologi dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi


mempunyai perbedaan dalam hal yang diukur, yang pertama berdasarkan daya hambat
terhadap mikroba uji secara hayati sedangkan yang kedua berdasarkan pengukuran kadar
senyawa dengan cara pemisahan dalam kolom tertentu dengan fase gerak larutan yang
diberikan tekanan.

2.2 Farmakologi umum


Termasuk obat golongan :

Menurut Farmakope Inggris (British Pharmacopoeia) 2002, eritromisin adalah


campuran dari eritromisin A (C37H67NO13), eritromisin B (C37H67NO12) dan eritromisin
C(C37H67NO13) dengan persyaratan kadar eritromisin A minimal 90% eritromisin B dan
eritromisin C masing-masing maksimal 3 %. Sementara itu menurut Farmakope Indonesia
Edisi IV, 1995, eritromisin adalah senyawa makrolida dengan rumus molekul C37H67NO13
(bobot molekul 733,94) mengandung tidak kurang 850 μg/mg, dihitung terhadap zat anhidrat.
Farmakope Indonesia sama sekali tidak merinci campuran yang terdapat dalam eritromisin
yang tentunya potensi antimikroba yang berbeda.

ASAL DAN KIMIA

Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Erythromyces erythreus . Struktur kimia


eritromisin adalah sebagai berikut : Zat ini berupa kristal berwarna kekuningan, larut dalam
air sebanyak 2 mg / ml. Eritromisin larut lebih baik dalam etanol atau pelarut organik.
Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam, kurang stabil pada suhu kamar tetapi tetap
stabil pada suhu rendah. Aktivitas in vitro paling besar dalam suasana alkalis. Larutan netral
eritromisin yang disimpan pada suhu kamar akan menurun potensinya dalam beberapa hari,
tetapi bila disimpan pada suhu 5˚C biasanya tahan sampai beberapa minggu.

AKTIVITAS ANTI MIKROBA

Golongan makrolid menghambat sintesis protein kuman dengan jalan berikatan secara
reversibel dengan ribosom sub unit 50S dan umumnya bersifat bakteriostatik walaupun
terkadang dapat bersifat bakterisidal untuk kuman yang sangat peka.
SPEKTRUM ANTI MIKROBA

In vitro, efek terbesar eritromisin terhadap kokus gram positif seperti S. Pyogenes
dan S. pneumoniae. S. Viridans mempunyai kepekaan yang bervariasi terhadap eritromisin.
S. aureus hanya sebagian yang peka terhadap obat ini. Strain S. Aureus yang resisten
terhadap eritromisin sering dijumpai di rumah sakit (strain nosokomial). Batang gram positif
yang peka terhadap eritromisin ialah C. Perfringe . C. Diphteriae dan L.monocytogenes
. Eritromisin tidak aktif terhadap kebanyakan kuman gram negatif. Namun ada beberapa
spesies yang sangat peka terhadap eritromisin yaitu N. gonorrheae, Campylobacter Jejuni ,
M. pneumoniae, Legionella pneumophila dan C. Trachomatis . H. Influenzae mempunyai
kepekaan yang bervariasi terhadap obat ini.

RESISTENSI

Resisten terhadap eritromisin terjadi melalui 3 mekanisme yang diperantarai oleh


plasmid yaitu menurunnya permeabilitas membran sel kuman, berubahnya reseptor obat pada
ribosom kuman, dan hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu 1 / 3
(Enterobacteriaceae). Resistensi silang terjadi antara beberapa makrolid.

FARMAKOKINETIK

Basa eritromisin diserap baik oleh usus kecil bagian atas, aktivitasnya menurun
karena obat dirusak oleh asam lambung. Untuk mencegah pengerusakan oleh asam lambung,
basa eritromisin diberi selaput yang tahan asam atau digunakan dalam bentuk ester stearat
atau etil suksinat. Adanya makanan juga menghambat penyerapan eritromisin. Hanya 2 – 5 %
eritromisin yang diekskresikan dalam bentuk aktif melalui urin. Eritromisin mengalami
pemekatan dalam jaringan hati. Kadar obat aktif dalam cairan empedu dapat melebihi 100
kali kadar yang tercapai dalam darah. Masa paruh eliminasi eritromisin adalah sekitar 1,5
jam. Dalam keadaan insufiensi ginjal tidak diperlukan modifikasi dosis. Eritromisin berdifusi
dengan baiknya ke berbagai jaringan tubuh kecuali otak dan cairan serebrospinal. Pada ibu
hamil, kadar eritromisin dalam sirkulasi fetus adalah 5-20% dari kadar obat dalam sirkulasi
darah ibu. Obat ini diekskresi terutama melalu hati. Dialisisperitoneal dan hemodialisis tidak
dapat mengeluarkan eritromisin dari tubuh. Pada ibu hamil, pemberian eritromisin stearat
dapat meningkatkan sementara kadar SGOT dan SGPT.

EFEK SAMPING DAN INTERAKSI OBAT


Efek samping yang berat akibat pemakaian eritromisin dan turunannya jarang terjadi.
Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinifilia, dan eksantem yang cepat
hilang bila terapi dihentikan. Hepatitis kolestatik adalah reaksi kepekaan yang terutama
ditimbulkan oleh eritromisin estolat (sekarang tidak dipasarkan lagi di Indonesia). Kelainan
ini biasanya menghilang dalam beberapa hari setelah terapi dihentikan. Efek samping ini
dijumpai pula pada penggunaan eritromisin etil suksinat tetapi jarang sekali terjadi.
Eritromisin oral (terutama dalam dosis besar) sering menimbulkan iritasi saluran cerna,
seperti mual, muntah, dan nyeri epigastrium. Suntikan i.m dapat menimbulkan sakit yang
sangat hebat. Pemberian 1 gram dengan infus i.v sering disusul oleh timbulnya trombohebitis.
Eritromisin dilaporkan meningkatkan toksisitas karbamazepin, kortikosteroid, siklosporin,
digoksin, warfarin, tertenadin, astemizol, dan teofilin karena menghambat sitokrom P 450.
Kombinasi dengan tertenadin dan astemizol dapat menimbulkan aritmia jantung yang
berbahaya (torsades de pointer)

Anda mungkin juga menyukai