Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK II
ACARA VI
ANALISIS BERBAGAI MACAM OBAT ANALGESIK YANG ADA DI
PASARAN DENGAN KLT

DISUSUN OLEH

NAMA : INDAH ALIFIA


NIM : G1C017026

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2019
ACARA VI
ANALISIS BERBAGAI MACAM OBAT ANALGESIK
YANG ADA DI PASARAN DENGAN KLT

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Untuk membandingkan berbagai bahan aktif yang terdapat pada obat-obatan analgesik
yang beredar di pasaran.
2. Waktu Praktikum
Selasa, 7 Mei 2019.
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Menurut durasinya nyeri dibedakan menjadi dua macam yaitu nyeri akut dan
nyeri kronik. Unuk mengurang rasa nyeri tersebut digunakan obat analgesik. Kombinasi
parasetamol dan morfin dapat digunakan untuk meringankan nyeri terutama nyeri sedang
hingga berat. Analgesik jenis ini memiliki efek samping terutama bagi organ vital seperti
jantung, otak dan ginjal. Gangguan fungsi ginjal yang dapat diketahui untuk efek
samping dari penggunaan obat analgesik adalah kadar ureum serum (Azzami dan
Nugroho, 2019).
Obat-obatan yang diunakan untuk mengurangi rasa nyeri disebut analgesik.
Parasetamol, aspirin, antalgin, asam mefenamat, piroksikam, meloksikam, ibuprofen,
diklorofenak dan ketorolac merupakan contoh dari obat analgesik. Konsumen dapat
menggunakan obat ini tanpa resep dokter (Ikawati, 2010: 23).
Analgesik terdiri dari dua jenis yaitu non narkotik dan narkotik. Analgesik non
narkotik memiliki sifat yang kurang kuat dan tidak adiktif, biasanya obat ini digunakan
untuk mengobati nyeri ringan hingga sedang. Berbeda dengan analgesik non narkotik,
analgeik narkotik bersifat adiktif dan biasanya digunakan untuk mengobati nyeri tingkat
tinggi seperti nyeri sehabis oprasi (Kee dan Hayes, 2016: 216).
Analisis dengan menggunakan KLT merupakan pemisahan komponen kimia
berdasarkan prinsip absorpsi dan partisi yang ditentukan oleh fasa diam (adsorben) dan
fase gerak (eluen). Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya
serap adsorben dan terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen
kimia dapat bergerak dengan jarak yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan komponen-komponen kimia di dalam
ekstrak. KLT dilakukan beberapa kali menggunakan bermacam eluen dengan tingkat
kepolaran yang berbeda untuk mendapatkan pelarut yang mampu memberikan pemisahan
yang baik serta noda zat warna yang bagus(Alen, et al., 2017).
Pengujian dengan KLT merupakan salah satu teknik kromatografi termudah
dan tercepat, selain itu pengujian ini pada dasarnya digunakan untuk uji pendahuluan
untuk melihat pola pemisahan dari ekstrak pada jenis tertentu. Setelah totolan kering, plat
KLT diamati secara visual dengan menggunakan lampu UV agar dapat dilihat noda
pemisahan. Eluen dari fraksi yang memiliki noda pemisahan yang paling baik akan
dijadikan sebagai fase gerak pada pemisahan dengan kromatografi kolom senyawa yang
dihasilkan dari KLT dapat dianalisis menghitung nilai Rf (Retardation factor) yang
didefinisikan sebagai berikut (Dukolamamo, et al., 2016).
π½π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘˜ π‘˜π‘œπ‘šπ‘π‘œπ‘›π‘’π‘› π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘π‘’π‘Ÿπ‘”π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘˜
𝑅𝑓 =
π½π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘˜ π‘π‘’π‘™π‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘‘ π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘‘π‘Ž
Mode baru kromatografi lapis tipis gradien dua dimensi (TLC MGD-2D) telah
disajikan. Jarak dekat pengembangan sampel dalam dimensi pertama mengarah pada
pembentukan zona sempit prakonsentrasi. Mereka secara berurutan dipisahkan dalam
dimensi kedua dengan gradien fase seluler dalam beberapa langkah pengembangan
hingga eluen mencapai lebih lanjut ujung pelat kromatografi. Penggunaan teknik yang
disebutkan di atas memungkinkan isolasi dan kemudian mengidentifikasi senyawa dari
berbagai polaritas dari campuran komponen kompleks ini. Aplikasi praktis lapisan tipis
gradien dua dimensi kromatografi telah dilakukan untuk isolasi dua komponen minyak
tanaman (Juniperus dan Timus) sebagai contoh uji. campuran. Percobaan telah dilakukan
dengan menggunakan pelat gel silika serta kondisi fase normal. Hasil pemisahan zat
terlarut dengan sistem kromatografi lapis tipis satu dimensi isokratik telah dibandingkan
dengan sistem dua dimensi sistem gradien. Telah diamati bahwa penerapan mode yang
terakhir mengarah ke jumlah zona yang hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan yang
sebelumnya. Ini bertujuan untuk menerapkan mode yang diusulkan untuk mengontrol
kemurnian komponen dominan atau komponen campuran (Matysik, et al., 2016).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat - alat Praktikum
a. Batang pengaduk
b. Chamber + penutup
c. Corong kaca 60 mm
d. Gelas arloji
e. Gelas kimia 50 mL
f. Gelas ukur 10 mL
g. Mortar + alu
h. Pengaris 30 cm
i. Pensil
j. Pinset
k. Pipet kapiler
l. Pipet tetes
m. Pipet volume 1 mL
n. Plat KLT (Kromatogarfi Lapis Tipis)
o. Rubber bulb
p. UV

2. Bahan - bahan Praktikum


a. Aspirin
b. Bodrex
c. Diklorometana(𝐢𝐻2 𝐢𝑙2 (π‘Žπ‘ž) )
d. Etil asetat (𝐢4 𝐻8 𝑂2 (π‘Žπ‘ž) )
e. Decolgen
f. Inzana
g. Padatan Iodin (𝐼(𝑠) )
h. Methanol (𝐢𝐻3 𝑂𝐻 (π‘Žπ‘ž)
i. Diklorometana 𝐢𝐻2 𝐢𝑙2 (π‘Žπ‘ž) ) Commented [A'inni Ro1]: ada 2 DCM itu

j. N-heksana (𝐢4 𝐻14 (π‘Žπ‘ž) )


k. Paracetamol
D. SKEMA KERJA
1. Persiapan Plat KLT

Plat KLT
ο‚· Digaris dengan pensil secara horizontal 1 cm dari atas dan bawah plat KLT
Hasil
2. Persiapan Tempat Eluen
a. DCM + n-heksana (3 : 1 ) ( 7.5 mL : 2.5 mL)
ο‚· Dimasukkan ke dalam chamber + 0,5 cm dari dasar chamber
ο‚· Ditutup

Hasil

b. DCM + etil asetat (1 : 1) (5 mL : 5 mL)


ο‚· Dimasukkan ke dalam chamber + 0,5 cm dari dasar chamber
ο‚· Ditutup

Hasil
3. Persiapan Larutan Standar
Parasetamol dan aspirin
ο‚· Masing-masing digerus sampe halus
ο‚· Dimasukkan 1 mL (50% metanol dan 50% DCM) ke dalam masing-
masing aspirin dan parasetamol.

Hasil
4. Analisis Obat Analgesik
Obat analgesik (bodrex, decolgen, inzana)
ο‚· Masing-masing obat analgesik ditumbuk
ο‚· Ditambahkan 1 mL (50% metanol dan 50% DCM)

Hasil
ο‚· Dispotkan masing-masing obat analgesik dari larutan standar yang telah
dibuat pada plat KLT

Hasil
Hasil
ο‚· Dimasukkan ke dalam chamber yag berisi eluen
ο‚· Dibiarkan eluen sampai tanda batas
ο‚· Diangkat dan dikeringkan
ο‚· Dilihat di bawah spektrofotometer uv-vis 254 nm dan 365 nm
ο‚· Ditandai spot yang terbentuk
ο‚· Dimasukkan ke dalam iodin
ο‚· Diukur panjang lintasan spotnya
Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel panjang lintasan
Panjang lintasan eluen : 6,9 cm
a. Eluen DCM 1 ml + n-heksana (3:1)

No. Nama obat Panjang spot (cm)

1 Aspirin 5,1

2 Parasetamol 5,3

3 Dekolgen 5,4

4 Inzana 5,6

5 Bodrex 5,4

b. Eluen DCM + etil asetat (1:1)

No. Nama obat Panjang spot (cm)

1 Aspirin 5,2

2 Parasetamol 4,6

3 Dekolgen 4,5

4 Inzana 5,2

5 Bodrex 4,9
2. Gambar hasil pengamatan
a. 1ml DCM + n heksana

Sampel Dengan Iodin Dengan UV-Vis 254 nm

Bodrex

Decolgen

Inzana

Keterangan dengan eluen DCM +n-heksana (3:1)


a. Dengan sinar UV-Vis 254 nm
b. Dengan padatan iodin

b. 3 ml etil asetat + 1ml DCM

Sampel Dengan Iodin Dengan UV-Vis 254 nm

Bodrex

Decolgen

Inzana

Keterangan dengan eluen DCM + etil asetat (1:1)


a. Dengan sinar UV-Vis 254 nm
b.Dengan padatan iodin
F. ANALISIS DATA
1. Struktur molekul
a. Struktur aspirin

b. Struktur paracetamol

Untuk nilai Rf nya, cukup buatkan 2 tabel saja.

2. Nilai Rf

π’‹π’‚π’“π’‚π’Œ π‘ π‘π‘œπ‘‘
Rf = π‘—π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘˜ π‘™π‘–π‘›π‘‘π‘Žπ‘ π‘Žπ‘› 𝑒𝑙𝑒𝑛

a. Eluen DCM + n-heksana (3:1)

No. Nama obat Rf

1 Aspirin 0,86

2 Parasetamol 0,90

3 Dekolgen 0,92

4 Inzana 0,95

5 Bodrex 0,92
b. 5 mL DCM + 5 mL etilasetat (1:1)

No. Nama obat Rf

1 Aspirin 0,88

2 Parasetamol 0,78

3 Dekolgen 0,76

4 Inzana 0,88

5 Bodrex 0,83

G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini tentang analisa berbagai macam obat analgesik yang ada
di pasaran dengan KLT. Tujuannya adalah untuk membandingkan berbagai bahan
aktif yang terdapat pada obat-obatan yang beredar di pasaran. Obat yang digunakan
pada praktikum kali ini adalah bodrex, decolden dan inzana. Obat-obatan tersebut
kemudian akan dianalisis dengan menggunakan prinsip kerja kromatografi lapis tipis
(KLT). KLT adalah salah satu metode pemisahan komponen menggunakan frasa diam
berupa plat dengan lapisan bahan adsorban inert.KLT merupakan salah satu jenis
pemisahan kromatografi analitik.
KLT sering digunakan untuk identifikasi awal karena alatnya yang
sederhana. Prinsip kerja KLT adalah memisahkan sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya
digunakan menggunakan fasa diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya
disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran
larutan yang digunakan dinamakan dengan eluen. Semakin dekat kepolaran antara
sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut
Obat analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi rasa pada
seorang pasien. Analgesik adalah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok
obat yang digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgetik termasuk obat anti
kandang non steroid (NSAID) seperti salisilat, obat narkotika seperti morphin dan obat
sintesis yang bersifat narkotik seperti tramadol.
Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu, diperlukan
suatu perhitungan tertentu untuk memisahkan spot yang terbentuk memiliki jarak yang
sama walaupun jarak pelarutnya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf.
Nilai ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antara sampel. Nilai Rf juga
menyatakan derajat retensi atau komponen dalam fasa diam sehingga nilai Rf sering
juga disebut faktor retensi.
Praktikum ini diawali dengan persiapan plat KLT. Plat KLT digaris
menggunakan pensil secara horizontal dengan jarak 1 cm baik dari bagian atas plat
maupun bagian bawah plat. Penandaan batas bawah digunakan untuk menentukan
posisi awal totolan dan penandaan batas atas digunakan untuk menentukan posisi akhir
dari penyerapan eluen. Penggunaan pensil ini bertujuan agar tidak mengganggu proses
terbentuknya spot, karena pensil terbuat dari grafit yang bersifat inert sehingga tidak
larut dalam eluen. Eluen dimasukkan ke dalam chamber dan ditutup rapat. Hal ini
dilakukan agar kondisi dalam chamber jenuh oleh uap larutan tersebut.
Chamber harus dipenuhi agar menghilangkan uap air atau gas lain yang
mengisi fasa penyerap yang menghalangi laju eluen. Kemudian dilakukan persiapan
larutan standar yaitu paracetamol dan aspirin. Paracetamol dan aspirin ditumbuk halus
agar mempercepat proses pelarutannya. Setelah itu dimasukkan ke dalam larutan n-
heksana : DCM, larutan campuran inilah yang menjadi larutan standar. Pada
pembuatan eluen, eluen dibuat dengan dua jenis campuran yaitu dengan
menggunakancampuran n-heksana dan DCM dengan perbandingan (3:1) dan
campuran etil asetat dan DCM dengan perbandingan (1:1). Kemudian eluen yang telah
dibuat, dimasukkan ke dalam chamber yang berbeda dan kemudian segera ditutup
karena eluen ini mudah menguap. Pada eluen dengan campuran n-heksana dalam
DCM, dikarenakan n-heksana merupakan pelarut yang non polar yang dapat
mengangkut senyawa non polar yang terdapat di dalam senyawa, sedangkan DCM
merupakan pelarut yang semi polar sehingga dapat bergabung baik dengan pelarut
yang bersifat polat maupun non polar.Etil asetat merupakan pelarut polar yang
nantinya dapat mengangkut senyawa yang bersifat polar yang terdapat di dalam
sampel.
Proses Selanjutnya yaitu analisa obat analgetik dimana obat analgesik
yang digunakan adalah bodrex, decolgen dan inzana. Eluen akan berperan sebagai fase
gerak. Fase gerak disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dianalisis semakin
dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan terbawa oleh fase
gerak. Selanjutnya adalah larutan obat analgetik dan larutan standar pada plat
kemudian dimasukkan ke dalam chamber, dan pemisahan komponen akan terjadi.
Pada proses pemisahannya fase gerak akan bergerak keatas akibat gaya kapiler.
Komponen sample juga ikut terbawa oleh fase gerak sehingga bergerak ke atas. Laju
antar komponen menyebabkan satu yang terpisah dengan yang lain setelah fase gerak
mencapai batas pada plat KLT, hasilnya akan terlihat di bawah lampu Uv-Vis dan
diberi tanda pada spotnya.
Didapatkan data dari hasil pengamatan spot yaitu untuk uluen dengan
DCM + n-heksana didapatkan jarak spot untuk sampel bodrex sepanjang 5,4 cm
dengan nilai Rf standar aspirin dan parasetamol berturut-turut 0,86 dan 0,90. Jarak
spot untuk sampel decolgen yaitu 5,4 cm dengan nilai Rf standar aspirin dan
parasetamol berturut-turut 0,86 dan 0,90. Sedangkan untuk panjang spot dari inzana
didapat panjang spot yaitu 5,6 cm dengan nilai Rf dari standar aspirin dan parasetamol
masing-masing 0,86 dan 0,90. Untuk eluen dengan DCM+ etil asetat di dapat panjang
spot bodreks adalah 4,9 cm dengan nilai Rf standar aspirin dan parasetamol masing-
masing 0,88 dan 0,78. Kemudian untuk sampel decolgen didapat jarak spot 4,5 cm
dengan nilai Rf dari standar aspirin dan parasetamol berturut-turut 0,76 dan 0,88.
Terakhir untuk sampel inzanajarak spot yang terukur adalah 5,2dengan nilai Rf
standar dari aspirin dan parasetamol yaitu 0,88 dan 0,78. Dari nilai ini dapat di ambil
kesimpulan bahwa adanya kandungan parasetamol dan aspitrin pada sampel obat
dapat diketahui dengan melihat jarak spot yang terbentuk dimana, jarak spot dari
sampel obat akan sama atau berbeda sedikit saja sehingga sampel dapat dikatakan
memiliki kandungan aspirin atau parasetamol tergantung pada kedkatan jarak spot
antara sampel dengan standar.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan Praktikumyang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam
membandingkan macam bahan aktif yang terdapat pada obat-obatan analgesik yang
ada di pasaran dapat dilakukan dengan menggunakan uji kromatografi lapis tipis
(KLT). Obat analgetik merupakan obat yang dapat mengurangi rasa nyeri pada
penderitanya. Bahan aktif yang digunakan untuk membandingkan paracetamol dan
aspirin yaitu obat yang beredar dipasaran yaitu decolgen, bodrex dan inzana. Dari
hasil yang didapatkan diketahui bahwa ketigaobat yaitu decolgen, bodrex dan inzana
memiliki kandungan senyawa yang sama yaitu paracetamol dikarenakan nilai Rf dari
ketiga obat tersebut hampir sama dengan nilai Rf paracetamol.
DAFTAR PUSTAKA

Alen, Y., Agresa, F. L., & Yuliandra, Y. (2017). Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Dan Aktivitas Antihiperurisema Ekstrak Rebung Schizostachyum Brachycladum Kurz
(Kurz) Pada Mencit Putih Jantan. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(2), 146-152..

Azzami, N. A., & Nugroho, T. (2019). Pengaruh Pemberian Analgesik Kombinasi


Paracetamol Dan Morfin Terhadap Kadar Ureum Serum Pada Tikus Wistar Jantan.
Jurnal Kedokteran Diponegoro, 8(1), 323-332.

Dukolamamo, I., Sangi, M. S., & Rorong, J. A. (2016). Analisis Senyawa Toksik Tepung
Pelepah Batang Aren (Arenga Pinnata) Dengan Spektoskopi UV-Vis Dan Inframerah.
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE, 5(1), 54-59.

Ikawati, Z. (2010). Cerdas Mengenali Obat. Yogyakarta: Kanisius.

Kee, J., & Hayes, E. (2006). Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.

Matysik, E., Wozniak, A., Paduch, R., Rejdak, R., Polak, B., & Donica, H. (2016). The New
TLC Method For Separation And Determination Of Multicomponent Mixtures Of
Plants Extracts. Journal Of Analytical Methods In Chemistry, 1-6.

Anda mungkin juga menyukai