TUGAS PHBM - Odt

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 20

TEKNIK NON TES

A. PENGERTIAN
Dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita artikan sebagai teknik penilaian
yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara
teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar
yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau
dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain,
instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan
proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca indra (Widiyoko : 2009).
Selain itu, instrument seperti ini memang merupakan satu kesatuan dengan instrument
lainnya, karena tes pada umumnya mengukur apa yang diketahui, dipahami atau yang dapat
dikuasai oleh peserta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Akan tetapi, belum ada
jaminan bahwa mereka memiliki mental itu dalam mendemonstrasikan dalam tingkah lakunya.
Dengan demikian, instrument non-tes merupakan bagian dari alat ukur hasil peserta didik.
Dengan tenik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dapat
dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi), melakukan wawancara (interview),
menyebar angket (quistionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary
analysis), studi kasus (case study),

B. BENTUK – BENTUK TEKNIK NON TES


Untuk menilai aspek tingkah laku, jenis non-tes lebih sesuai digunakan sebagai alat ukur
evaluasi. Seperti menilai aspek sikap, minat, perhatian, karakteristik, dan lainnya yang mencakup
segi afektif dan psikiomotorik. Sedangkan bentuk-bentuk teknik non-tes yang bisa digunakan
adalah:
a. Observasi (Pengamatan)
1. Pengertian Pengamatan atau observasi
Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan
(data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Pengamatan atau
observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi untuk tujuan ini pencatatannya
lebih sukar daripada mencatat jawaban yang diberikan peserta tes terhadap pertanyaan yang
diberikan dalam suatu tes, karena respon observasi adalah tingkah laku yang prosesnya
berlangsung cepat. Contoh observasi utuk tujuan evaluasi adalah observasi untuk menilai atau
mengukur hasil belajar melalui pengamatan tingkah laku siswa pada saat guru mengajar.

2. Tujuan dan karakteistik Observasi


Tujuan utama observasi antara lain :
1. Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa
maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan
2. Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta
didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial
(social skill)
3. Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun
situasi yang sengaja dibuat.

Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil
belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain.
Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar,
suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru
dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya

Selain itu, observasi mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:


1. Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
2. Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional.
3. Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
4. Praktis penggunaannya.

3. Macam Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1. Observasi partisipatif (participant observation) dan nonpartisipatif (non-participant
observation)
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut
ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan
observasi nonpartisipatif, observer tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan
oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka.
2. Observasi sistematis dan observasi nonsitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur
struktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi
nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan
diamati.
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam
bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang
akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama
dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid
dalam menanam bunga.
3. Observasi Experimental dan observasi nonexperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi
sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai
akibat dari situasi yang sengaja diadakan. Sedangkan observasi noneksperimental adalah
observasi yang dilakukan dalam situasi yang wajar. Pada observasi eksperimental, tingkah
laku diharapkan muncul karena peserta didik dikenai perlakuan, maka observer perlu
persiapan yang benar-benar matang, sedangkan pada observasi noneksperimental
pelaksanaannya lebih sederhana.

Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
1. Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan
terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur
kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas
dan tegas.
2. Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi
oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan
observasi itu sendiri.

Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
1. Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang
diselidiki.
2. Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik
maupun alat tertentu.
3. Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau
melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.

4. Sifat Observasi
Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
1. Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
2. Direncanakan secara sistematis
3. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
4. Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya

5. Kelebihan dan Kelemahan Observasi


Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
a) Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang
melakukan suatu kegiatan.
b) Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi. Tidak
terikat dengan laporan pribadi
c) Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
d) Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala
atau kejadian yang penting.
e) Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari tehnik
lain, misalnya wawancara atau angket.
f) Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati,
kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.
Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.

Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
a) Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat
dirahasiakan.
b) Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat
diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan
gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia
sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
c) Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak
mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
d) Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
e) Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol
sebelumya.

6. Langkah-langkah Menyusun Observasi:


Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi menurut Arifin (2009) adalah
sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan observasi
2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
3. Menyusun pedoman observasi
4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta
didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran
5. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman
observasi
6. Merefisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi
Contoh observasi :
b. Wawancara (Interview)
Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan
yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan
dengan arah tujuan yang terlah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara adalah
komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai. Dari pengertian tersebut kita
dapat simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan
mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya
jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi).
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:
1. Wawancara terpimpin (guided interview), biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara
berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), dimana
wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi,
dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah
disediakan.
2. Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), biasanya juga dikenal dengan istilah
wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (non-systematic
interview) atau wawancara bebas, diamana responden mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh
evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu,
mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan
menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan,
terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu
dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika.

Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan evaluator dalam
pelaksanaan wawancara antara lain ; evaluator harus mendengar, mengamati, menyelidiki,
menanggapi, dan mencatat apa yang sumber berikan. Sehingga informasi yang disampaikan oleh
narasumber tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat ditangkap dengan baik. Selain itu
evaluator harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi. Kadang kala banyak
evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur subyektivitas muncul pada saat
menganalisis hasil wawancara yang telah dilaksanakan.
Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni :
1. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan
kondisi tertentu.
2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3. Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.

Berbeda dengan observasi, wawancara memiliki kelebihan antara lain ;


1. Dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat
itu
2. Mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada
saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber
3. Pertanyaan dapat diajukansecara berurutan sehingga sumber dapat memahami maksud
penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan baik pula
4. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan
5. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
Namun, wawancara juga memiliki kelemahan antara lain
1. Memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya
2. Dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan
jawaban, masih bisa terjadi
3. Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara.

Berikut ini contoh pertanyaan–pertanyaan yang biasa dilaksanakan pada saat wawancara :
c. Angket (Questionnare)

1. Pengertian Angket
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang
akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses
pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik
sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini juga
disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian
pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data.
Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan
dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara
belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada umumnya
dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk
pilihan ganda atau skala sikap.

2. Tujuan Angket
Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :
1. Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran matematika.
2. Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.
3. Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.
4. Membantu anak yang lemah dalam belajar.
5. Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika.

3. Jenis-jenis Angket
Jenis-jenis kuesioner (menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010)
Kuesioner dari segi isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu:
1. Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan tentang fakta antara lain seperti
jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll.
2. Pertanyaan perilaku adalah apabila guru menginginkan tingkah laku seseorang siswa dalam
kegiatan di sekolah atau dalam proses belajar mengajar.
3. Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu guru ingin mengungkapkan
berbagai informasi atau menggunakan fakta.
4. Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan,
kepercayaan predisposisi, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek yang dinilai.

Kuesioner dari jenisnya dapat dibedakan atas 3 yaitu :


1. Tertutup, kuesioner yang alternative jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden
hanya memilih diantara alternative yang telah disediakan.
2. Terbuka, kuesioner ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan
pendapatnya tentang sesuatu yang ditanyakan sesuai dengan pandangan dan
kemampuannya. Alternative jawaban tidak disediakan. Mereka menciptakan sendiri
jawabannya dan menyusun kalimat dalam bahasa sendiri
3. Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah
dibicarakan. Yang berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping disediakan alternative, diberi
juga kesempatan kepada siswa/mahasiswa untuk mengemukakan alternative jawabannya
sendiri, apabila alternative yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang bersangkutan.

Kuesioner dari segi yang menjawab dapat dibedakan atas 2, yaitu :


1. Kuesioner langsung, yaitu kuesioner yang langsung dijawab/diisi oleh individu yang akan
diminta keterangannya.
2. Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang yang tidak
diminta keterangannya).
Kuesioner dari sisi bagaimana kuesioner itu diadministrasikan pada responden dapat
dibedakan atas 2, yaitu :
1. Kuesioner yang dikirimkan (Mail Questionaire)
2. Kuesioner yang dapat dibagikan langsung pada responden.

3. Kelebihan dan Kelemahan Angket


Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi, diantaranya
yaitu:
1. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya
membutuhkan waktu yang sigkat.
2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

Sedangkan kelemahan angket, antara lain:


1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang
kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin
dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas
menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak
anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan
kembali angketnya.

Berikut ini contoh angket penelitian tentang pengembangan silabus dan merancang pembelajaran
matematika :

ANGKET MINAT SISWA


TERHADAP PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran :........................ Kelas/ Semester : ..............................


Hari/tanggal : ………………
Petunjuk
1. Pada angket ini terdapat 34 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam
kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai kamu pelajari, dan tentukan
kebenaranya. Berilah jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu.
2. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya. Jawabanmu
jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain.
3. Catat responmu pada lembar jawaban yang tersedia, dan ikuti petunjuk-petunjuk lain yang
mungkin diberikan berkaitan dengan lembar jawaban. Terima kasih.
Keterangan Pilihan jawaban:
1. = sangat tidak setuju
2. = tidak setuju
3. = ragu-ragu
4. = setuju
5. = sangat setuju

PERNYATAAN Pilihan Jawaban


1. Guru benar-benar mengetahui bagaimana membuat kami menjadi antuasias terhadap materi
1 2 3 4
pelajaran.
2. Hal-hal yang saya pelajari dalam pembelajaran ini akan bermanfaat bagi saya. 1 2 3 4
3. Saya yakin bahwa saya akan berhasil dalam pembelajaran ini. 1 2 3 4

4. Pembelajaran ini kurang menarik bagi saya. 1 2 3 4

5. Guru membuat materi pelajaran ini menjadi penting. 1 2 3 4


1 2 3 4
6. Saya perlu beruntung agar mendapat nilai yang baik dalam pembelajaran ini.
7. Saya harus bekerja sangat keras agar berhasil dalam pembelajaran ini. 1 2 3 4

8. Saya tidak melihat bagaimana hubungan antara isi pelajaran ini dengan sesuatu yang 1 2 3 4
telah saya ketahui.
1 2 3 4
9. Guru membuat suasana menjadi tegang apabila membangun sesuatu pengertian.
1 2 3 4
10. Materi pembelajaran ini terlalu sulit bagi saya.
1 2 3 4
11. Apakah saya akan berhasil/tidak berhasil dalam pembelajaran ini, hal itu
tergantung pada saya.
12. Saya merasa bahwa pembelajaran ini memberikan banyak kepuasan kepada saya. 1 2 3 4
13. Dalam pembelajaran ini, saya mencoba menentukan standar keberhasilan yang 1 2 3 4
sempurna.
14. Saya berpendapat bahwa nilai dan penghargaan lain yang saya terima adalah adil 1 2 3 4
jika dibandingkan dengan yang diterima oleh siswa lain.
15. Siswa di dalam pembelajaran ini tampak rasa ingin tahunya terhadap materi 1 2 3 4

pelajaran.
16. Saya senang bekerja dalam pembelajaran ini. 1 2 3 4

17. Sulit untuk memprediksi berapa nilai yang akan diberikan oleh guru untuk 1 2 3 4

tugas-tugas yang diberikan kepada saya.


18. Saya puas dengan evaluasi yang dilakukan oleh guru dibandingkan dengan 1 2 3 4
penilaian saya sendiri terhadap kinerja saya.
19. Saya merasa puas dengan apa yang saya peroleh dari pembelajaran ini. 1 2 3 4
1 2 3 4
20. Isi pembelajaran ini sesuai dengan harapan dan tujuan saya.
21. Guru melakukan hal-hal yang tidak lazim dan menakjubkan yang menarik. 1 2 3 4
1 2 3 4
22. Para siswa berperan aktif di dalam pembelajaran.
23. 1 2
Untuk mencapai tujuan saya, penting bagi saya untuk berhasil dalam pembelajaran ini. 3 4
24. Guru menggunakan bermacam-macam teknik mengajar yang menarik.
25. Saya tidak berpendapat bahwa saya akan memperoleh banyak keuntungan dari 1 2 3 4

pembelajaran ini.
26. Saya sering melamun di dalam kelas. 1 2 3 4
27. Pada saat saya mengikuti pembelajaran ini, saya percaya bahwa saya dapat 1 2 3 4
berhasil jika saya berupaya cukup keras.
28. Manfaat pribadi dari pembelajaran ini jelas bagi saya. 1 2 3 4
29. Rasa ingin tahu saya sering kali tergerak oleh pertanyaan yang dikemukakan dan masalah
yang diberikan guru pada materi pembelajaran ini. 1 2 3 4

30. Saya berpendapat bahwa tingkat tantangan dalam pembelajaran ini tepat, tidak 1 2 3 4
terlalu gampang dan tidak terlalu sulit.
1 2 3 4
31. Saya merasa agak kecewa dengan pembelajaran ini.
32. Saya merasa memperoleh cukup penghargaan terhadap hasil kerja saya dalam pembelajaran
ini, baik dalam bentuk nilai, komentar atau masukan lain. 1 2 3 4
33. Jumlah tugas yang harus saya lakukan adalah memadai untuk pembelajaran 1 2 3 4
semacam ini.
34. Saya memperoleh masukan yang cukup untuk mengetahui tingkat keberhasilan 1 2 3 4
35. kinerja saya.
d. Penugasan
Penilaian dengan penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik
melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penilaian dengan penugasan
dapat diberikan secara individual atau kelompok. Penilaian dengan penugasan dapat berupa tugas
atau proyek.
1. Tugas
Tugas adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara terstruktur di luar kegiatan kelas,
misalnya tugas membuat cerita tentang matematikawan, menulis puisi matematika, mengamati
suatu obyek, dan lain-lain. Hasil pelaksanaan tugas ini bisa berupa hasil karya, seperti: karya
puisi, cerita; bisa pula berupa laporan, seperti: laporan pengamatan.
Pelaksanaan pemberian tugas perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Banyaknya tugas setiap mata pelajaran diusahakan agar tidak memberatkan siswa karena
memerlukan waktu untuk istirahat, bermain, belajar mata pelajaran lain, bersosialisasi dengan
teman, dan lingkungan sosial lainnya.
2. Jenis dan materi pemberian tugas harus didasarkan kepada tujuan pemberiantugas yaitu
untuk melatih siswa menerapkan atau menggunakan hasil pembelajarannya dan memperkaya
wawasan pengetahuannya. Materi tugas dipilih yang esensial sehingga siswa dapat
mengembangkan keterampilan hidup yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan,
perkembangan, dan lingkungannya.
3. Diupayakan pemberian tugas dapat mengembangkan kreativitas dan rasa tanggung jawab
serta kemandirian.
2. Proyek
Proyek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan
secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.
Contoh proyek antara lain: melakukan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
percobaan foto sintesis tumbuhan dan perkembangan tanaman, mengukur tinggi pohon dan
lebar sungai menggunakan klinometer.
Contoh keterampilan yang dinilai dalam pelaksanaan suatu proyek.
1. Tahap Persiapan : kemampuan membuat perencanaan, merancang kegiatan, dan
mengembangkan suatu ide.
2. Tahap Produksi : kemampuan memilih dan menggunakan bahan, peralatan, dan langkah-
langkah kerja. Tahap Pelaporan : kemampuan melaporkan hasil pelaksanaan proyek, kendala
yang dihadapi, kelengkapan dan keruntutan laporan.

e. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)


Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa
menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan
terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat
hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut,
kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi
tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang orang tua peserta didik, dokumen
yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu
penerangan dan sebagainya (Sudijono : 2009).
Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan
tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik
dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya.

f. Study Kasus (Case Study)


Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk
melihat perkembangannya (Djamarah : 2000). Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat
lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga
percayaan inti dalam studi kasus, yaitu:
a) Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
b) Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
c) Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?

Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini
menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu
dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam
melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber
dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data.
Salah satu alat yang digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara secara
mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang
keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya. Namun, seperti
halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya
adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya
dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak
dapat digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu saja.

g. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan
seseorang dalam suatu kelompok. Sehingga sosiometri merupakan alat yang tepat unruk menilai
hubungan sosial dan tingkah laku sosial dari murid murid dalam suatu kelas, yang meliputi stuktur
hubungan individu, susunan antar individu dan arah ubungan sosial. Sehingga dengan demikian
seorang guru dapat mengetahui bagaimana keadaan hubungan social dari tiap-tiapanak dalam suatu
kelompok atau kelas.

Langkah yang ditempuh guru dalam sosiometri ada 3 yaitu:


1. Pemilihan teman
Disini guru menyuruh semua murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi
secara berurutan sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan alasan
mengapaharus memilih teman itu.

Contoh: Nama : Tono Kelas : III A


Teman yang saya pilih:
Candra Karena aktif belajar dan pandai
Sumarsono Karena tegas dalam berbicara
Nunung Karena penurut
2. Langkah pembuatan table
Guru membuat tabel dalam materi tes sosiometri dari data yang telah diperoleh dalam langkah
pemilihan teman

A B C D E
A x x
B x x x
C x x
D x x
E x
3. Langkah Pembuatan Gambar (Sosiogram)
Dari data yang telah kita buat dalam metrik sosiometri, dapat pula kita buat sebuah peta
atausosiogram. Dalam pembuatan sosiogram usahakan anak yang paling banyak dipilih
diletakan ditengah-tengah, agar dapat mudah diketahui siapa yang paling banyak dipilih.
Dengan melihat hasil sosiometri kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan dan relasional
dari masing-masing anak dalam kelompok. Sehingga hasil dari sosiogram ini dapat dibuat
pertimbangan untuk menilai sikap sosial anak dan kepribadiannya dalam kelompok.

Sosiometri sebagai alat penilaian nontes sangat berguna bagi guru dalam beberapa hal,
antara lain:
1. Untuk pembentukan kelompok dalam menentukan kelompok kerja (pembagian tugas)
2. Untuk pengarahan dinamika kelompok.
3. Untuk memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan
kepada setiap anak
h. Catatan Insidental (Anecdotal Records)
Adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta
didik secara perseorangan. Catatan ini merupakan pelengkap dalam rangka penilaian guru terhadap
peserta didiknya, terutama yang berkenaan dengan tingkah laku peserta didik. Catatan tersebut
biasanya berbunyi :
a) Tanggal 23 Februari 2008, Gita menangis sendiri dibelakang sekolah. Tanpa sebab
b) Tanggal 21 April 2008 Gita berkelahi dengan Galih karena Gita berkata “Galih anakm
pungut”
c) Tanggal 16 Mei 2001 Gita berkelahi dengan Gina, karena menuduh Gina mencuri uang Gita
d) Dan sebagainya

Catatan insidental semacam ini mungkin belum berarti apa-apa bagi keperluan penilaian Gita, tetapi
setelah dihubungkan dengan data-data yang lain sering kali memberikan petunjuk yang berguna.
Catatan ini dapat dibuat dibuku khusus atau pada kartu-kartu kecil, sehingga memudahkan dalam
penafsirannya.
Contoh : kartu catatan insidental
Hari / tanggal / bulan / tahun : Rabu, 21 April 2008
Nama peserta didik : Gita
Nama SD / Kelas : SD Negeri II Palembang / kelas V
Nama observer : Anggi
Tempat observasi : di dalam kelas
Catatan : peristiwa : Gita berkelahi dengan Galih, karena Gita
berkata : Galih anak pungut. Kesimpulan sementara : Gita membuat
orang tidak senang.

Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan catatan insidental, guru perlu


memperhatikan hal-hal berikut :
1. Tetapkan terlebih dahulu peserta didik yang sangat memerlukan penyelidikan. Dalam hal
apakah penyelidikan itu harus dilakukan
2. Setiap kegiatan pencatatan suatu peristiwa hendaknya diambil kesimpulan sementara.
Kesimpulan final baru ditentukan setelah membandingkan beberapa kesimpulan sementara
dari beberapa kegiatan pencatatan
3. Fokus perhatian guru adalah tingkah laku peserta didik yang dianggap perlu diselidiki itu

i. Daftar cek
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar
cek dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap-tiap kejadian yang betapun kecilnya,
tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam
daftar cek, kemudian tinggal memberikan tanda centang ( √ ) pada tiap-tiap aspek tersbut sesuai
dengan hasil penilaiannya. Daftar cek banyak manfaatnya antara lain :
1. Membantu guru untuk mengingat-ingat apa yang harus diamati
2. Dapat memberikan informasi kepada stakeholder
Namun, penilaian tetap harus waspada kemungkinan perilaku penting yang belum tercakup
didalam daftar cek, karena itu penilaian jangan terlalu kaku dengan apa yang sudah tertulis dalam
daftar cek tersebut.
Contoh :
no Nama SB B C K SK
siswa
1 Nano √
waryono
2 Elin √
roslina
3 Arie √
apriadi
4 Angga √
zalindra
5 Ardi √
maulana
Keterangan :
SB : sangat baik
B : baik
C : cukup
K : kurang
SK : sangat kurang

Daftar cek tentang kebiasaan belajar


Nama : Kelas :
Umur : Sekolah :
no
1 Kegiatan diskusi
2 Membuat rangkuman
3 latihan
4 Balajar sendiri dan belajar kelompok
5 Tanya jawab

j. Skala penilaian
Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel
tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenoma yang akan dinilai itu
disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Jadi, tidak hanya mengukur secara mutlak
ada atau tidaknya variabel tertentu tetapi lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang
ingin diukur. Pencatatan melalui daftar cek termasuk pencatatan yang kasar. Fenomena-fenomena
hanya dicatat ada atau tidak. Hal ini agak kurang realistik. Perilaku manusia, baik yang berwujud
sikap jiwa, aktivitas, maupun prestasi belajar timbul dalam tingkat-tingkat tertentu. Oleh karena itu,
unutk mengukur hal-hal tersebut ada baiknya digunakan skala penilaian.
Namun demikian, skala penilaian juga mempunyai kelemahan antara lain : “ ada
kemungkinan hallo effects, generosity effects, dan cary over effects”.
1. Ada kemungkinan hallo effects, yaitu kelemahan yang akan timbul jika dalam pencatatan
observasi terpikat oleh kesan-kesan umum yang baik pada peserta didik sementara ia tidak
menyelidiki kesan-kesan umum itu. Misalnya, seorang guru terkesan oleh sopan santun dari
peserta didik sehingga memberikan nilai tinggi pada segi-segi yang lain, padahal mungkin
peserta didik tersebut tidak demikian adanya. Bisa juga guru terkesan dengan model
berpakaian atau penampilan umum peserta didik. Begitu juga sebaliknya, seorang guru
mungkin memberikan nilai yang rendah, karena peserta didik kurang sopan dan tidak
berpakaian rapih.
2. Generosity effects, yaitu kelemahan yang akan muncul bila ada keinginan untuk berbuat
baik. Misalnya, seorang guru dalam keadaan ragu-ragu maka ia cenderung akan
memberikan nilai yang tinggi.
3. Carry over effects, yaitu kelemahan yang akan muncul jika guru tidak dapat memisahkan
suatu fenomena dengan fenomena yang lain. Jika fenomena yang muncul dinialai baik,
maka fenomena yang lain akan dinilai baik pula.
Contoh : skala penilaian
No ST T S R SR
1 Sopan santun
2 Tolong menolong
3 Bersikap ramah
4 pemberani
5 Pengganggu teman
6 peramah
7 egois
8 agresif

k. Inventori kepribadian
Inventori kepribadian hampir serupa dengan tes kepribadian. Bedanya, pada inventori,
jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar-salah. Semua peserta didik adalah benar selama
dia menyatakan yang sesungguhnya. Walaupun demikian, dipergunakan pula skala-skala tertentu
untuk kuantifikasi jawaban sehingga dapat dibandingkan dengan kelompoknya. Aspek-aspek
kepribadian yang biasanya dapat diketahui melalaui inventori ini, seperti sikap, minat, sifat-sifat
kepemimpinan, dan dominasi. Pada akhirnya guru harus memilih bentuk-bentuk sesuai dengan
ranah yang diukur, seperti ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

l. Skala sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara,
metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun
berupa objek-objek tertentu. Sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak
berarti semua perbuatan identik dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin saja bertentangan
dengan sikapnya. Guru perlu mngetahui norma-norma yang ada pada peserta didik, bahkan sikap
peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata pelajaran dan lingkungan sekolah.
Salah satu model untuk mengukur sikap yaitu, dengan menggunakan skala sikap yang
dikembangkan oleh Likert. Dalam skala likert, peserta didik tidak disuruh memilih pernyataan-
pernyataan yang positif saja tetapi memilih juga pernyataan-pernyataan yang negatif .

Untuk membuat skala Likert dapat mengikuti langkah-langkah berikut :


1. Memilih variabel efektif yang akan diukur
2. Membuat beberapa pernyataan tenang variabel efektif yang akan diukur
3. Mengklasifikasikan pernyataan positif dan negatif
4. Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi alternatif pilihan
5. Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian
6. Melakukan uji coba
7. Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik
8. Melaksanakan penilaian

Contoh : sikap peserta didik terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia


No Pernyataan SS S TT TS STS
1 Saya mempersiapkan diri untuk
menerima pelajaran bahasa
indonesia
2 Saya berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran bahasa
indonesia
3 Saya suka menggunakan bahasa
indonesia yang baik dan benar
4 Saya tertarik artikel yang
berhubungan dengan budaya
indonesia
5 Saya memperkaya materi dari
guru bahasa indonesia dan
membaca buku-buku sumber
sebagai penunjang
6 Saya senang mengerjakan tugas
pelajaran bahasa indonesia di
rumah
7 dst

Keterangan :
SS : sangat setuju
S : setuju
TT : tidak tahu
TS : tidak setuju
STS : sangat tidak setuju

m. Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik


Teknik pemberian penghargaan ini dianggap penting karena banyak respons dan tindakan
positif dari peserta didik yang timbul akibat tindakan belajar, tetapi kurang mendapat perhatian dan
tanggapan yang serius dari guru. Seharusnya, guru memberikan penghargaan kepada setiap
tindakan positif dari peserta didik dalam berbagai bentuk, baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar.

Dalam pemberian penghargaan ada dua teknik yang dapat digunakan guru, yaitu
1. Verbal, pemberian penghargaan berupa pujian, dorongan, dukungan. Dengan menggunakan
kata bagus,benar, baik dan sebagainya
2. non verbal, pemberian penghargaan melalui mimik dan gerakan tubuh seperti acungan
jempol

contoh :
Daftar cek pemberian penghargaan oleh guru kepada peserta didik
Nama Guru :
Jenis Kelamin :
Mata Pelajaran :
Kelas :
No Jenis pemberian penghargaan dilakukan Tidak keterangan
dilakukan
1 Kata -kata
bagus
baik
benar
tepat
sempurna
2 Kalimat
Prestasi kamu baik sekali
Saya senang dengan hasil kerja
kamu
Saya senang kamu masuk tepat
waktu
Penampilan kamu baik sekali hari
ini
Pendapat kamu sangat baik
3 Gerakan atau isyarat
Mengangkat jempol
Mengangguk dan menampilkan
mimik muka yang ramah
Memperhatika dengan sungguh-
sungguh terhadap pertanyaan
peserta didik
SUMBER

Disnawati Hernina Makalah Instrumen Penilaian dengan Teknik Non Tes


Mangelep Navel O. Teknik Non Tes dalam Melaksanakan Penilaian, Pengukuran dan Evaluasi
dalam Dunia Pendidikan, Universitas Sriwijaya
Pratiwi Yossi (2013) Artikel Jenis-Jenis Bentuk Non Tes Dalam Pendidikan
dari http://yosipratiwi.blogspot.co.id/2013/01/artikel-jenis-jenis-bentuk-non-tes_7.html, 25 Oktober
2016
Sudijono,Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Widoyoko,S. Eko Putra (2009) Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi
Pendidik dan Calon Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar
https://fajarkete.files.wordpress.com/2008/09/angket-motivasi-siswa.doc

Anda mungkin juga menyukai