Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AIK IV

Akhlak Pergaulan dalam Islam

Disusun oleh :

Divanti Nur Annisa ( 201710410311037)

Rizki Amalia Listiani ( 2017104103

Fina Kholisotun nisa ( 2017104103)

Kelas : Mubtadiin A

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karuniaNya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Akhlak
Pergaulan dalam Islam”.

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai bagaimana seharusnya


seorang muslim atau muslimah berperilaku kepada orang-orang yang ada
disekitarnya. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi yang
bermanfaat kepada kita semua.

Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik atau saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah saya.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita, Amin.

Malang, 19 Mei 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan masalah .......................................................................................... 2

BAB II ISI ............................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Akhlak ...................................................................................... 3

2.2 Pengertian Pergaulan .................................................................................. 3

2.3 Akhlak pergaulan muda-mudi .................................................................... 5

2.4 Akhlak pergaulan dengan teman sejenis .................................................. 11

2.5 Akhlak pergaulan dengan orang tua ......................................................... 13

2.6 Akhlak pergaulan dengan dosen atau guru ............................................... 14

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 16

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 16

3.2 Saran ............................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam merupakan agama atau ajaran universal yang membicarakan
seluruh aspek kehidupan, tapi terangkum dalam tiga pokok ajaran yaitu
aqidah, syariah dan akhlak. Dalam menata akhlak terutama dalam pergaulan
islam sangat memperhatikan kesucian diri terjaga baik selaku anak muda
apalagi orang yang sudah dewasa. Akhlak dalam pergaulan tidak hanya di
tujukan kepada remaja dan pemudanya saja, tetapi juga kepada seluruh usia
berkewajiban melaksanakan ajaran-ajaran akhlak yang dituntunkan dalam
islam, bahkan Rasulullah saw pun di utus untuk memperbaiki akhlak
manusia.
Pergaulan adalah salah satu cara seseorang untuk bersosialisasi
dengan lingkungannnya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan
yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang
hidup di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat
langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah
seharusnya fitrah manusia. Manusia membutuhkan kebutuhan orang lain
dalam kehidupannya.
Tidak ada makhluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya
diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya
berbeda. Begitu halnya dengan manusia. Lima milyar manusia di dunia ini
memiliki ciri, sifat, karakter dan bentuk khas masing-masing. Karena
perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama
manusia akan terjadi perbedaan sikap maupun tingkah laku. Karena Allah
SWT menciptakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud
keagungan dan kekuasaan-Nya.
Berinteraksi dengan orang lain merupakan keniscayaan bagi manusia.
Itu merupakan kebutuhan asasi yang di dalamnya akan di temui berbagai
peluang, kebaikan maupun keburukan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
islam memberikan panduan agar interaksi sosial banyak memberikan manfaat
untuk berbagai pihak tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat tanpa
melanggar batas-batas yang ada.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah yang di maksud dengan akhlak?
2. Mengapa akhlak penting untuk kehidupan di dunia ?
3. Apakah yang di maksud pergaulan ?
4. Bagaimanakah akhlak pergaulan muda-mudi ?
5. Bagaimanakah akhlak pergaulan dengan teman sejenis ?
6. Bagaimanakah akhlak pergaulan dengan orang tua ?
7. Bagaimanakah akhlak pergaulan dengan dosen/guru ?

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugam mata
kuliah al-islam dan kemuhammadiyahan dan juga untuk mengetahui cara
berinteraksi dengan orang lain dalam ajaran islam dan panduan bergaul
dalam seluruh aspek kehidupan dengan seluruh manusia, baik yang kecil
maupun yang besar, lelaki maupun wanita.
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Akhlak


“Akhlak” berasal dari bahasa Arab yang diartikan dengan budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Akhlak Al-Qur’an adalah Islam. 2 Akhlak
menurut Ibrahim Anis adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa dan terdapat
macam-macam perbuatan tanpa membutuhkan pertimbangan terlebih dahulu.
Akhlak itu tersendiri terbagi atas 2, yaitu :
1) Akhlak Mahmuda ( akhlak terpuji )
Contoh : memberi sumbangan, sabar menghadapi masalah, rajin
belajar dan bekerja, berbuat baik kepada orang tua
2) Akhlak Mazmumah ( akhlak tercela )
Contoh : berdusta ketika berbicara, malas, dan apatis
Akhlak adalah penentu kehidupan manusia setelah di dunia yaitu
akhirat, jika akhlak seseorang baik, insya allah ia akan di tempatkan di surga
Allah SWT setelah berpulang kepada-Nya. Karena itulah kita harus mulai
membentuk akhlak yang baik mulai dari sekarang. Pembentukan akhlak yang
baik dapat dilakukan dengan latihan ibadah, mengurangi maksiat, membentuk
lingkungan yang baik, melatih amal atau kerja kita, bergaul dengan orang
saleh, mengambil hal-hal positif yang ada di lingkungan sekitar kita.
Ciri-ciri seseorang yang memiliki akhlak islami yaitu :
1) Tidak menghalalkan segala cara untuk mendapat sesuatu
2) Akhlak mencakup semua aspek kehidupan
3) Berhubungan dengan nilai-nilai keimanannya
4) Berhubungan dengan hari kiamat atau tafakur alam

2.2 Pengertian Pergaulan


Seorang mukmin dalam menjalankan kehidupannya tidak hanya
menjalin hubungan dengan Allah semata (habluminallah), akan tetapi
menjalin hubungan juga dengan manusia (habluminannas). Saling kasih
sayang dan saling menghargai haruslah di utamakan, supaya terjalin
hubungan yang harmonis. Rasulullah saw bersabda “tidak dikatakan beriman
salah seorang di antaramu, sehingga kamu menyayangi saudaramu,
sebagaimana kami menyayangi dirimu sendiri”. (HR. Bukhari Muslim)

Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu


paket ketika Allah SWT menciptakan manusia, sehingga manusia dapat
saling mengenal satu sama lainnya. Yang membedakan manusia di mata
Allah SWT hanyalah ketakwaan-nya. Untuk itulah ada tiga hal yang perlu
kita kembangkan sebagai seorang muslim atau muslimah untuk mewujudkan
ukhuwah islamiyah agar pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi lebih
indah, yaitu :

1) Ta’aruf
Ta’aruf adalah kegiatan bersilaturahmi atau pengenalan. Biasanya
di katakan bahwa tujuan dari ta’aruf adalah seperti mencari jodoh.
Ta’aruf juga bisa dilakukan jika kedua pihak dari keluarga setuju dan
tinggal menunggu keputusan anak mereka bersedia atau tidak
dilanjutkan ke jenjang khitbah. Ta’aruf dilakukan dengan maksud untuk
mengenal satu sama lain. Berbeda dengan pacaran, jika tujuan pacaran
lebih kepada kenikmatan sesaat, zina, dan maksiat,tujuan ta’aruf lebih
kepada mengetahui kriteria calon pasangan, bahkan ta’aruf di wajibkan
oleh Rasulullah untuk pasangan yang ingin menikah. Ta’aruf atau
pengenalan ini secara umum merupakan proses mengenal individu lain
yang berbeda dengan diri kita sendiri. Mengenal inividu lain berarti
berusaha mengetahui sifat-sifat, sikap, pandangan yang telah
membentuk individu tersebut dan yang mendasari kepribadian maupun
tingkah lakunya.

2) Tafahum
Tafahum adalah memahami, yaitu merupakan langkah kedua
yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain. Setelah
kita mengenal kita harus tahu apa yang ia sukai atau bahkan ia benci.
Dengan begitu kita bisa memilih siapa yang harus kita jauhi dan siapa
yang harus jadi teman bergaul kita. Sebab, perilaku dan agama kita
sangat dipengaruhi oleh teman dekat kita. Ada pepatah yang
mengatakan “Bergaul dengan orang shalih ibarat bergaul dengan
penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang harum setiap
kali kita bersama dengannya. Tak dapat di pungkiri, jika kita bergaul
dengan orang-orang yang shalih, insya allah akan membawa kita sedikit
menuju keshalihan, sedangkan jika kita bergau dengan orang-orang
yang berperilaku buruk pasti akan membawa kita kepada perilaku buruk
(akhlakul majmumah).
3) Ta’awun
Ta’awun adalah saling tolong menolong. Setelah mengenal dan
memahami, sikap saling tolong menolong pasti akan tumbuh jika
melihat seseorang yang kita kenal berada dalam kesusahan. Bahkan
islam menganjurkan kepada umatnya untuk saling tolong menolong
dalam kebaikan dan takwa. Rasulullah bersabda bahwa bukan termasuk
umatnya seseorang yang tidak peduli dengan umat islam yang lain.

Ketiga aspek di atas merupakan bagian penting yang harus kita lakukan
dalam bergaul. Tetapi, ketiga hal di atas tidak akan menjadi penting jika tidak
didasari dengan ikhlas. Ikhlas menjadi poin utama, termasuk pada saat kita
mengenal, memahami dan menolong.

2.3 Akhlak pergaulan muda-mudi


Islam adalah agama yang dilandasi persatuan dan kasih sayang.
Kecenderungan untuk saling mengenal dan berkomunikasi satu dengan yang
lainnya merupakan suatu hal yang telah di atur dengan lengkap dalam ajaran
islam. Namun dalam pergaulan pasti akan ada konflik atau masalah yang
akan datang. Berikut ini adalah segala sesuatu yang sudah di atur dalam islam
untuk mengatasi konflik atau masalah yang terjadi pada pergaulan dengan
muda-mudi :
1) Anjuran untuk hidup bersama-sama bukannya menyendiri
Islam tidak menganjurkan umatnya untuk hidup menyendiri,
termasuk melakukan ibadah ritual di tempat tersembunyi
sepi,terpencil, dan jauh dari peradaban manusia. Merupakan suatu
hal yang wajar dan di ajarkan dalam islam jika manusia bergaul
dengan sesamanya sebaik mungkin dilandasi dengan ketulusan,
keikhlasan, kesabaran, dan hanya mencari keridaan Allah SWT.
Rasulullah saw bersabda :
‫صيَو َس َّانلا ُطِلاَخُي ْي ًِّذلا ُنِمْؤُملا‬ َ ْ ‫ٌرْي َخ ْمُه َا َذا ىَلَع ُ ِرب‬
‫خ َيال ى َِّذلا َنِمْؤُم ْلا َنِم‬
ُ َ ‫صيَو َس َّانلا ُطِلا‬ َ ‫هاور) ْمُه َا َذا‬
َ ْ ‫ىلَع ُ ِرب‬
‫)يذيمرتلا‬

Artinya : “Seorang mukmin yang bergaul dengan sesama


manusia serta bersabar (tahan uji) atas segala gangguan, mereka
lebih baik daripada orang mukmin yang tidak bergaul dengan
yang lainnya serta tidak tahan uji atas gangguan mereka”. (HR.
Tirmidi)
2) Anjuran untuk saling meminta maaf dan memaafkan
Bergaul dengan sesama atau teman sebaya, baik dalam umur,
pendidikan, pengalaman, dan sebagainya, kadang-kadang tidak
selalu berjalan mulus. Mungkin saja terjadi hal-hal yang tidak
diharapkan seperti terjadi salah pengertian (mis-understanding)
atau bahkan ada teman yang zalim terhadap kita serta suka
membuat gara-gara dan masalah. Menghadapi persoalan seperti itu,
hendaklah kita menyikapi dengan sikap terbaik yang kita miliki.
Jika ada yang berbuat salah, hendaklah kita segera memaafkan
kesalahanya sekalipun orang yang berbuat salah tidak meminta
maaf. Begitu juga apabila kita berbuat kesalahan atau kekeliruan,
hendaklah kita segera meminta maaf kepada orang yang kita sakiti,
baik disengaja maupun tidak disengaja. Perkara orang itu
memaafkan kita atau tidak, itu bukan urusan kita. Kewajiban kita
adalah segera meminta maaf dan memaafkan. Janganlah kita
termasuk orang yang sebagaimana dikemukakan Rasulullah saw
dalam sabdanya:
‫ِ َةئْيِط َخ ُْلثِم ِهْيَلَع َناَك ُهْنِم ْلَبْقَي ْمَلَف ِمِلْسُم ْلا ِهْي ِ َخأ ىَلِا َ َر َذت ْعا ِنَم‬
‫(هجام نبا هاور) ٍسْكَم ِبِحاَص‬
Artinya:
“Barangsiapa yang meminta maaf kepada saudaranya yang
muslim sedangkan ia tidak mau memaafkannya, maka ia
mempunyai dosa sebesar dosa orang yang merampok”. (HR. lbnu
Majah)
3) Anjuran untuk tidak saling bermusuhan
Jika memiliki masalah, bicarakanlah dengan sebaik-baiknya,
sehingga masing-masing bisa saling memahami dan saling
memaafkan. Kita dilarang untuk bermusuhan, apalagi dalam waktu
yang cukup lama. Rasulullah Saw bersabda:
Artinya :
‫الث َق ْ َوف ُها ََخأ َرُجْهَي ْ َنأ ٍمِلْسُمِل ُّلِحَ َيال‬
َ ‫ث‬َ ِ ‫ُضِرْعُيَو َاذَه ُضِرْ ُعيَف ِ َنايِقَتْلَي ٍ َّم َايأ‬
‫(هيلع قفتم) ِ َمالَّسلاِب ُ َأذْبَي ْي َِّذلا اَمُهُرْي َخَو َاذَه‬

“Tidaklah halal bagi seorang muslmi mendiamkan (tidak


mengajak bicara) sit van in yang muslim lebih dari tiga hari. Jika
keduanya bertemu, lalu ingin memalingkan muka, dan yang lain
pun demikian juga. Dan yang paling baik di antara keduanya
adalah yang terlebili dahulu mengucapkan salam”. (HR. Bukhari
Muslim)
4) Anjuran untuk saling menyayangi dan mengasihi sesama
Pergaulan dengan teman sebaya termasuk dengan siapa pun
harus dilandasi kasih sayang dan keikhlasan Allah tidak akan
menyayangi seseorang jika tidak menyayangi sesamaya. Dalam
salah satu hadis, Rasulullah saw bersabda:
‫(هيلع قفتم)ُ هللا ُهْمَحْرَي َال َساَّنلا ُمَحْرَي َال ْنَم‬
Artinya:
“Barangsiapa yang tidak menyayangi sesama manusia,
niscaya tidak akan disayangi oleh Allah”. (HR. Bukhari
Muslim)
Allah telah menciptakan segala sesuatu di dunia ini dengan sempurna,
teratur, dan berpasang-pasangan. Ada langit dan ada bumi, ada siang dan ada
malam, ada dunia ada akhirat, ada surga dan neraka, ada tua dan ada muda,
ada laki-laki dan ada perempuan.
Laki-laki dan perempuan merupakan makhluk Allah yang telah
diciptakan scara berpasang-pasangan. Jadi, merupakan suatu keniscayaan dan
sangat wajar, jika terjadi pergaulan di antara mereka. Dalam pergaulan
tersebut, masing-masing berusaha untuk saling mengenal. Bahkan lebih jauh
lagi, ada yang berusaha saling memahami, saling mengerti dan ada yang
sampai hidup bersama dalam kerangka hidup berumah tangga. lnilah
indahnya kehidupan.
Laki-laki dan perempuan ditentukan dalam sunah Allah untuk saling
tertarik satu dengan yang lainnya. Laki-laki tertarik dengan perempuan,
demikian juga sebaliknya, perempuan tertarik kepada laki-laki. Allah SWT
memberikan rasa indah untuk saling menyayangi di antara mereka. Tidak
jarang juga masing-masing merindukan yang lainnya. Rindu untuk saling
menyapa, saling melihat, serta saling membenci atas dasar ketulusan dan
kasih sayang.
Pergaulan yang baik dengan lawan jenis hendaklah tidak didasarkan
pada nafsu (syahwat) yang dapat menjerumuskan pada pergaulan bebas yang
dilarang agama. Inilah yang tidak dikehendaki dalam Islam. Islam sangat
memperhatikan batasan-batasan yang sangat jelas dalam pergaulan antara
laki-laki dengan perempuan.
Seorang laki-laki yang bukan muhrim, dilarang untuk berduaan di
tempat-tempat yang memungkinkan melakukan perbuatan yang dilarang.
Kalau pun bersama-sama sebaiknya disertai oleh muhrimnya atau minimal
ditemani tiga orang, yaitu: dua laki-laki dan satu perempuan. atau Juga
pergaulan untuk belajar atau bergaul jika ada dua orang perempuan dan
seorang laki-laki. Hal ini memungkinkan untuk lebih menjaga diri. Berikut
adalah hal-hal yang sudah di atur dalam Al-qur’an mengenai pergaulan
dengan lawan jenis.
a) Menjauhkan diri dari zina
Salah satu hadist mengemukakan bahwa jika seseorang pergi dengan
orang lain yang bukan muhrimnya serta berlinan jenis kelamin, maka
yang ketiganya pasti syetan yang selalu berusaha untuk menjerumuskan
dan menghinakan. ltulah yang disinyalir dalam ayat Al-Quran, agar
jangan mendekati zina. Mendekatinya sudah dilarang dan haram, apalagi
melakukannya Allah SWT berfirman :

‫الزنَا ت َ ْق َربُوا َو َال‬


ِ ۖ ُ‫احشَة َكانَ إِنَّه‬
ِ َ‫َوس ف‬
َ َ ‫س ِبيال ا َء‬
َ
Artinya :
“Jadi janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zinaitu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra:
32)
b) Menjaga pandangan
Karena pengaruh zaman dan budaya barat, mudahlah bagi kaum
wanita untuk menampakkan bagian-bagian tubuhnya yang terlarang
bagi lelaki lain. Karena itulah dalam al-qur’an Allah berfirman :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat. Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman,
agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara
kemaluannya....” (An-Nur [24] : 30-31)
Dari proses memandang akan timbul sensasi tertentu, tak terkecuali
timbulnya kekaguman atau rangsangan seksual. Maka, setiap muslim
wajib menjaga pandangannya dari hal-hal yang di haramkan dan
menimbulkan pengaruh buruk, misalnya memandang sesuatu yang buka
haknya (bukan mahram)
c) Mencintai karena Allah SWT
Mencintai dan menyayangi seseorang merupakan hal yang wajar.
Hendaklah pikiran dan perasaan kita arahkan kepada hal-hal yang
positif, dan bukan sebaliknya. Cinta karena Allah merupakan titik
puncak dan tingginya kualitas iman seseorang Hasilnya tidak dapat
dilihat, melainkan hanya dapat dirasakan oleh orang yang telah nyaris
sempurna keikhlasannya. Cinta yang mendalam ini merupakan bukti
kesempurnaan serta ketulusan iman, yang kedua-duanya berhak untuk
mendapatkan pahala yang paling besar di sisi Allah, sebagaimana
sabda Rasulullah saw:
َ ‫ث‬
‫الث‬ َ ٌ ‫الا َة َ َوالَح َدَجَو ِهْيِف َّنُك ْنَم‬ ْ ِ ‫ِناَمْي‬: ‫ُ ُهلْوُسَرَو هللا َنْوُكَي ْ َنأ‬
‫حي ْ َناَو اَمُهُهاَوَساَّمِم ِهْ َيلِا َّب َ َحا‬
ُ ِ ‫ىف َّب‬ ِ ‫ىف َضَغْ َبيَو ِهللا‬ ِ ‫ْ َناَو هللا‬
‫سي ْ َنا ْنِم ِهْيَلِا َّب َ َحا اَهْيِف ُعَ َقيَف ٌةَمْيِظَع ٌراَن ُدَق ْ ُوت‬
ُ ْ ‫ا ِئيَس ِهللا ِاب َكِر‬
(‫)ملسم هاور‬
Artinya:
“Ada tiga perkara, barangsiapa yang terdapat padanya ketiga hal
tersebut, maka akan merasakan lezat (manisnya) iman: “Jika ia
mencintai Allah dan rasulnya melebihi yang lainnya; Mencintai dan
membenci semata-mata hanya karena Allah; Jika dilemparkan ke
dalam api neraka yang menyala-nyala, lebih disukai daripada syirik
(menyekutukan) Allah”. (HR. Muslim)
Orang yang bersahabat, bergaül, dan berkomunikasi dengan yang
lainnya hanya karena Allah, tandanya adalah senantiasa berusaha
untuk mendoakan dengan tulus. Dalam hal ini, Rasulullah saw pernah
bersabda:

َ َ‫كلَم ْلا َلاَق ِبْيَغْلا ِرْهَظِب ِهْيِخََِال ُلُجَّرلا ا‬


‫عد َاذِإ‬ َ ُ : ‫َكِل َاذ ُْلثِم َكَلَو‬
(‫)ملسم هاور‬

Artinya:
“Jika seseorang berdoa untuk sahabatnya di belakangnya
(jaraknya berjauhan), maka berkatalah malaikat: “Dan untukmu pun
seperti itu”. (HR. Muslim)
2.4 Akhlak pergaulan dengan teman sejenis
Secara umum, orang merasa senang dengan banyak teman. Manusia
memang tidak bisa hidup sendiri, sehingga disebut sebagai makhluk sosial.
Tetapi itu bukan berarti, seseorang boleh semaunya bergaul dengan
sembarang orang menurut selera nafsunya. Sebab, teman adalah personifikasi
diri. Manusia selalu memilih teman yang mirip dengannya dalam hobi,
kecenderungan, pandangan, pemikiran. Karena itu, Islam memberi batasan-
batasan yang jelas dalam soal pertemanan.

 Bergaul dengan yang baik


Kita harus kenali kualitas beragama dan akhlak kawan
kita. Bila ia seorang yang shalih, ia boleh kita
temani.Sebaliknya, bila ia seorang yang buruk akhlaknya dan
suka melanggar ajaran agama, kita harus
menjauhinya. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Jangan berteman, kecuali dengan orang mukmin, dan
jangan memakan makan-anmu kecuali orang yang
bertakwa.” (HR. Ahmad dihasankan oleh al-Albani)
 Cinta Karena Allah
Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang
dijalin di jalan Allah dan karena Allah, bukan untuk
mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya.
Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan
keuntungan duniawi sifatnya sangat sementara. Bila
keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus.
Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, tidak
ada tujuan apa pun dalam persahabatan mereka, selain untuk
mendapatkan ridha Allah. Orang yang semacam inilah yang
kelak pada Hari Kiamat akan mendapat janji Allah.

 Lemah lembut, tersenyum.


Paling tidak, saat bertemu dengan teman hendaknya kita
selalu dalam keadaan wajah berseri-seri dan menyungging
senyum. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya
dengan menjum-pai saudaramu dengan wajah berseri-
seri.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
 Saling tolong menolong
Dalam Islam, prinsip menolong teman adalah bukan berdasar
permintaan dan keinginan hawa nafsu teman. Tetapi prinsip
menolong teman adalah keinginan untuk menunjukkan dan
memberi kebaikan, menjelaskan kebenaran dan tidak
menipu serta berbasa-basi dengan mereka dalam urusan agama
Allah. Termasuk di dalamnya adalah amar ma’ruf nahi
mungkar, meskipun bertentangan dengan keinginan
teman. Adapun mengikuti kemauan teman yang keliru dengan
alasan solidaritas, atau berbasa-basi dengan mereka atas nama
persahabatan, supaya mereka tidak lari dan meninggalkan kita,
maka yang demikian ini bukanlah tuntunan Islam.
 Berlapang Dada dan Berbaik Sangka
Salah satu sifat utama penebar kedamaian dan perekat ikatan
persaudaraan adalah lapang dada. Orang yang berlapang dada
adalah orang yang pandai memahami berbagai keadaan dan
sikap orang lain, baik yang menyenangkan maupun yang
menjengkelkan. Ia tidak membalas kejahatan dan kezhaliman
dengan kejahatan dan kezhaliman yang sejenis, juga tidak iri
dan dengki kepada orang lain.

 Menjaga Rahasia
Setiap orang punya rahasia. Biasa-nya, rahasia itu
disampaikan kepada teman terdekat atau yang dipercayainya.
Anas Radhiallaahu anhu pernah diberi tahu tentang suatu rahasia
oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam.
Anas Radhiallaahu anhu berkata, “Nabi Shalallaahu alaihi
wasalam merahasiakan kepadaku suatu rahasia. Saya
tidak menceritakan tentang rahasia itu kepada seorang
pun setelah beliau (wafat). Ummu Sulaim pernah
menanyakannya, tetapi aku tidak memberitahukannya.”
(HR. Al-Bukhari).
Teman dan saudara sejati adalah teman yang bisa menjaga
rahasia temannya. Orang yang membeberkan rahasia temannya
adalah seorang pengkhianat terhadap amanat. Berkhia-nat
terhadap amanat adalah termasuk salah satu sifat orang munafik.

2.5 Akhlak pergaulan dengan orang tua


Dalam pergaulan sosial, kita dituntut untuk menjunjung tinggi hak dan
kewajiban masing-masing, termasuk dalam pergaulan dengan orang yang
lebih tinggi atau lebih tua dari kita. Orang yang lebih tinggi dari kita, dapat
dikategorikan menjadi 3 (tiga) bagian. yaitu:
1. Orang yang umurnya lebih tua atau sudah tua,
2. Orang yang ilmu, wawasan, dan pemikirannya lebih tinggi, sekali
pun bisa jadi umurnya lebih muda, dan
3. Orang yang harta dan kedudukannya lebih tinggi dan lebih banyak.
Dalam pergaulan sosial dengan mereka, hendaklah kita bersikap wajar
dan menghormatinya, mendengarkan pembicaraannya, serta wajib
mengingatkan jika mereka keliru dan berbuat kejahatan, dengan cara-cara
yang lebih baik. Kita juga dilarang memperlakukan mereka secara
berlebihan, misalnya terlalu hormat dan tunduk melebihi apa pun, sekalipun
mereka salah. Hal ini sungguh tidak dibenarkan, sebab yang paling mulia di
antara kita bukan umur, ilmu, pangkat, harta, dan kedudukannya, akan tetapi
karena kualitas takwanya kepada Allah Swt. Hal ini sesuai dengan salah satu
hadis Rasulullah saw dalam riwayat Thabrani:
‫حا ىَلِإ َالَو ْمُكِرَوُص ىَلِإ ُرُظْنَ َيال ىَلاَعَت َهللا َّنِإ‬ َ ‫ْمُكِب ْ ُو ُلق ىَلِا ُرُظْ َني ْنِكَلَو ْمُكِلاَو ْ َما‬
َ ْ ‫ىلِا َالَو ْمُكِباَس‬
‫(ىناربطلا هاور) ْمُكِلاَم ْ َعاَو‬
Artinya:
“Sesungguhnya Allah Swt. tidak melihat ruhmu, kedudukan, dan harta
kekayaanmu, tetapi Allah melihat apa yang ada dalam hatimu dan amal
perbuatanmu”. (HR. Thabrani)

2.6 Akhlak pergaulan dengan dosen atau guru


Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan keluhuran budi
pekerti dan akhlak mulia. Rasulullah SAW diutus ke dunia ini untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia, sehingga setiap manusia dapat hidup
secara damai, tenteram, berdampingan, saling memahami, menghormati, dan
menghargai satu sama lain, baik kepada yang lebih tinggi, yang lebih rendah,
kepada sesama atau teman sebaya, kepada lawan jenis, dan sebagainya.
Rasulullah saw pernah bersabda:
ُ‫ي َو ُم ْس ِلم ِ( اِنَّ َما بُ ِعثْت‬ ِ ‫)ر َواهُ اْلبُخ‬
ْ ‫َار‬ َ ‫ق‬ِ َ‫ار َم اْالَ ْخال‬
ِ ‫الُت َِم َم َم َك‬
Artinya:
“Aku diutus (ke dunia) hanya untuk menyempurnakan akhlak terpuji”.
(HR. Bukhari Muslim)
Hal pertama yang semestinya dilakukan setiap muslim dalam pergaulan
sehari-hari adalah memahami dan menerapkan etika atau tata cara bergaul
dengan orang tuanya. Adapun yang dimaksud dengan orang tua, dapat
dipahami dalam tiga bagian, yaitu:
1. Orangtua kandung, yakni orang yang telah melahirkan dan
mengurus serta membesarkan kita (ibu bapak).
2. Orang tua yang telah menikahkan anaknya dan menyerahkan anak
yang telah diurus dan dibesarkannya untuk diserahkan kepada
seseorang yang menjadi pilihan anaknya dan disetujuinya. Orang
tua ini, lazim disebut dengan “mertua”.
3. Orang tua yang telah mengajarkan suatu ilmu, sehingga kita
mengerti, dan memahami pengetahuan, mengenal Allah, dan
memahami arti hidup, dialah “guru” kita.
Dalam Al-Quran maupun hadits, dapat ditemukan banyak sekali
keterangan yang memerintahkan untuk berbuat baik kepada orangtua.
Sekalipun demikian, Islam tidak menyebutkan jenis-jenis perbuatan
baik kepada kedua orangtua secara rinci, sebab berbuat baik kepada kedua
orang tua bukan merupakan perbuatan yang dibatasi beberapa batasan dan
rincian. Kewajiban berbuat baik kepada kedua orangtua sangat bergantung
pada situasi dan kondisi, kemampuan, keperluan, perasaan manusiawi, dan
adat istiadat setiap masyarakat.
Berbuat baik kepada kedua orangtua dalam berbagai bentuknya,
disebut dengan “biruul walidain”. Kewajiban berbuat baik kepada kedua
orangtua juga diungkapkan di dalam bentuk kata ihsan, ma’ruf, dan rahmah.
Islam memperingatkan setiap anak, bahwa menyakiti perasaan orangtua
merupakan suatu dosa besar dan waib atasnya untuk selalu menjaga
perasaan kedua orangtuanya. Hak orang tua dan anaknya tidak akan pernah
sama dengan hak siapa pun di dunia. Jadi, segala bentuk ucapan, perbuatan,
dan isyarat yang dapat menyakiti kedua orangtuanya atau salah satunya
merupakan perbuatan dosa, sekalipun hanya berupa perkataan “ah”, “cis”,
atau “uff”, apalagi jika sampai membentaknya.
Sesungguhnya Allah tidak akan penah meridai seseorang kecuali kita
merendahkan diri kepada keduanya disentai kelembutan dan kasih sayang.
Allah Swt. berfirman dalam surat Al-Isra ayat 24:
Artinya:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu
kecil". (QS. A1-lsra: 24)
Jadi, kewajiban kita kepada kedua orangtua ialah untuk selalu
berbakti kepadanya dan jangan sedikit pun melukai perasaan mereka, karena
Allah tidak akan rida kepada kita.Adapun yang berkaitan dengan orangtua
dalam makna yang ketiga, yakni orangtua dalam arti orang yang telah
mengajarkan dan mendidik kita tentang pengetahuan dan kehidupan.
Mereka adalah guru, ustadz, dosen, kyai, dan sebagainya. Sebagai seorang
muslim, kita juga diperintahkan untuk menghormati dan memuliakan
mereka.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari paparan makalah di atas maka dapat di simpulkan
1) Mari kita menjaga Ahklak dalam kehidupan agar dapat
menwujudkan komunikasi yang baik
2) Dalam Islam kita diwajibkan menutup aurat dengan baik sesuai Al –
Qur’an dan Al – Hadist

3.2 Saran
1) Dengan makalah ini mudah – mudahan dapat membantu
memberikan pemahaman bagi kita semua tentang akhlak baik dalam
pergaulan.
2) Dalam makalah ini tentu masih jauh dari kesempurnaan oleh karena
itu saran dan kritik yang bersifat membangunan sangat diharapkan
agar pembuatan makalah selanjutnya dapat dirangkai dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Singgih D. Gunarsa Dr,Psikologi untuk muda mudi, Penerbit BPK Gunung Mulia

M. Az-Zabalawi, Muhammad Sayyid, Pendidikan remaja antara islam dan ilmu


jiwa, Penerbit gemma insani
Chomaria Nurul, Aku sudah gede, Penerbit Samudera

Habanakah, Rahman H, Metode merusak akhlak dari barat, Penerbit Gemma insani

Hadirkan Allah di hatimu, Penerbit tiga serangkai

Etika Islam, Miftah Faridl, Pustaka: Bandung


Departemen Ilmiah Darul Wathan.Etika Seorang Muslim.2008.Jakarta:Darul Haq
Prof.Dr.H.Abdurrahman,Asymuni,dkk.Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah.2000.Jakarta:Suara Muhammadiyah
http://harakatuna.wordpress.com/2008/10/27/aturan-pergaulan-pria-dan-wanita-
menurut-islam/

http://mukhlisdenros.blogspot.com/2012/04/akhlak-pergaulan-muslim.html

http://www.perkuliahan.com/manfaat-dan-mudharat-pergaulan-siswa-antar-
jenis/#ixzz2MahsrI2O
http://utaratu.wordpress.com/2012/06/04/pertemanan-dalam-islam/

Anda mungkin juga menyukai