Anda di halaman 1dari 11

Inovasi Pembelajaran Kimia

“Analisis Isu Literasi Sains”

Dosen Pengampu : Inelda Yulita, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Rahmah Hidayani

NIM : 160384204008

Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Maritim Raja Ali Haji


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 3

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

1.3 Tujuan .......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 5

2.1 Literasi Sains................................................................................................ 5

2.2 Karakteristik Khas Literasi Sains ............................................................. 6

2.3 Hubungan Literasi Sains dengan Pembelajaran ...................................... 7

2.4 Dampak Positif dan Penerapan Literasi Sains dalam Pendidikan ......... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Literasi sains merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengetahuan ilmiahnya dalam menyelesaikan berbagai permasalahan sehari-
hari berdasarkan bukti dan fakta yang telah diperoleh. Literasi sains tidak
hanya membutuhkan pengetahuan tentang konsep-konsep dan teori-teori sains
tetapi juga pengetahuan tentang prosedur umum dan praktek yang berkaitan
dengan inkuiri ilmiah dan bagaimana hal tersebut memungkinkan kemajuan
ilmu pengetahuan. Pentingnya literasi sains juga sudah
menjadi perhatian pemerintah dan para praktisi pendidikan sainsdi Indonesia.
Meskipun istilah literasi sains tidak dicantumkan secara eksplisit pada
Kurikulum 2013, namun dari kandungan kompetensi inti dan kompetensi
dasar mencerminkan pengembangan literasi sains peserta didik sebagai salah
satu tujuan pendidikan.
National Science Education Standards (NSES) dalam NRC (1996)
menyatakan bahwa seseorang yang melek sains akan memiliki pemahaman
terhadap enam unsur utama dari literasi sains, yaitu: (1) sains sebagai inkuri,
(2) konten sains, (3) sains dan teknologi, (4) sains dalam perspektif pribadi
dan sosial, (5) sejarah dan sifat sains, dan (6) kesatuan konsep dan proses.
OECD (2013) mendeskripsikan karakteristik seseorang yang melek sains, yaitu
seseorang yang memiliki kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains,
untuk mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti.
Berdasarkan karakteristik tersebut, maka literasi sains tidak hanya dibutuhkan
oleh orang yang ingin menjadi ilmuwan di masa depannya, tetapi juga
merupakan kemampuan yang sangat penting dikuasai oleh semua warga
negara.
Masih rendahnya tingkat literasi sains siswa menjadi salah satu
permasalahan pendidikan di Indonesia. Meskipun pentingnya literasi sains
sudah diakui oleh semua pendidik, tidak berarti bahwa literasi sains siswa
terlatihkan dengan baik. Hal ini didukung oleh data pencapaian literasi sains
siswa Indonesia dalam asesmen literasi sains PISA. Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi rendahnya literasi sains siswa.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah, pertama, rendahnya
kemampuan literasi sains siswa dapat disebabkan kebiasaan pembelajaran yang
masih bersifat konvensional serta mengabaikan pentingnya kemampuan
membaca dan menulis sains sebagai kompetensi yang harus dimiliki siswa.
Kedua, kemampuan siswa dalam menginterpretasikan grafik/tabel yang
disajikan dalam soal. Ketiga, siswa tidak terbiasa mengerjakan soal tes literasi
sains. Faktor-faktor tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran di
sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian literasi sains siswa. Selain itu,
guru mempunyai peran penting dalam mengembangkan literasi sains siswa
dalam proses pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Literasi Sains dan sejarah Literasi Sains ?
2. Bagaimana kararteristik khas Literasi Sains ?
3. Bagaimana hubungan Literasi Sains dengan pembelajaran ?
4. Bagaimana dampak positif dan penerapan Literasi Sains dalam Pendidikan?

1.3 Tujuan
1. Mengtahui apa itu Literasi Sains dan sejarah Literasi Sains.
2. Mengetahui kararteristik khas Literasi Sains.
3. Mengetahui hubungan Literasi Sains dengan pembelajaran.
4. Mengetahui dampak positif dan penerapan Literasi Sains dalam
Pendidikan?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Literasi Sains


Sains adalah upaya dalam menciptakan, membangun, dan
mengorganisasikan pengetahuan untuk memahami alam semesta. Literasi sains
dalam pembelajaran di Indonesia dipersepsikan hanya dalam pembelajaran
IPA, yang sebagian besar terbatas pada buku ajar/ teks. Literasi sains juga dapat
diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mengidentifikasi
pertanyaan dan mengambil kesimpulan berdasarkan fakta.
Istilah “literasi sains” pertama kali diungkapkan oleh Paul DeHard
Hurd pada tahun 1958 dalam sebuah artikel yang berjudul “Science literacy:
Its meaning for American Schools”, dan istilah tersebut telah digunakan untuk
menggambarkan pemahaman tentang sains dan aplikasinya di masyarakat
(Hurd, 1958; Laugksch, 2000; Holbrook & Rannikmae, 2009). National
Science Education Standards (NRC, 1996) mendefinisikan literasi sains
sebagai pemahaman tentang konten sains dan praktek ilmiah dan
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan tersebut untuk ikut serta dalam
pengambilan keputusan yang berpengaruh pada pribadi atau orang lain dalam
komunitas global. Pada tahun 1998, Hurd juga menyatakan bahwa literasi sains
merupakan kemampuan untuk memahami proses sains dan mendapatkan
informasi ilmiah secara bermakna.
Salah satu tujuan dari pendidikan sains adalah untuk mewujudkan
masyarakat melek sains (scientific literate). Berbagai upaya reformasi
pendidikan sains telah banyak dilakukan di berbagai negara. Pentingnya literasi
sains juga sudah menjadi perhatian pemerintah dan para praktisi pendidikan
sains di Indonesia, meskipun pentingnya literasi sains sudah diakui oleh semua
pendidik, tidak berarti bahwa literasi sains siswa terlatihkan dengan baik. Hal
ini didukung oleh data pencapaian literasi sains siswa Indonesia dalam asesmen
literasi sains PISA. Selama tiga kali mengikuti assesmen literasi sains PISA
tahun 2006, 2009, dan 2012, rata-rata pencapaian skor literasi sains siswa
masih dalam rentang skor 382 – 395.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya literasi sains
siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah, pertama, rendahnya
kemampuan literasi sains siswa dapat disebabkan kebiasaan pembelajaran IPA
yang masih bersifat konvensional serta mengabaikan pentingnya kemampuan
membaca dan menulis sains sebagai kompetensi yang harus dimiliki siswa
(Norris &Pillips, 2003). Kedua, kemampuan siswa dalam menginterpretasikan
grafik/tabel yang disajikan dalam soal (Rahayu, 2015). Siswa terbiasa hanya
mengisi tabel yang telah disediakan oleh guru, sehingga kemampuan siswa
dalam menginterpretasikan grafik/tabel juga terbatas. Ketiga, siswa tidak
terbiasa mengerjakan soal tes literasi sains (Sariati, 2013). Faktor-faktor
tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran di sekolah sangat
berpengaruh terhadap pencapaian literasi sains siswa. Selain itu, guru
juga mempunyai peran penting dalam mengembangkan literasi sains siswa
dalam proses pembelajaran.

2.2 Karakteristik Khas Literasi Sains


Adapun beberapa karakteristik Literasi Sains (scientific literacy) adalah
sebagai berikut :
a. Kemampuan Dasar yang Diukur
Kemampuan yang diukur dalam PISA adalah kemampuan pengetahuan dan
keterampilan dalam tiga domain kognitif, yaitu membaca, matematika, dan
ilmu pengetahuan alam. Kemampuan yang diukur berjenjang dari tingkat
kesulitan yang paling rendah kepada tingkat yang lebih sulit, dan soal-soal
yang harus dijawab pada bentuk pilihan ganda dimulai dari memilih salah
satu jawaban alternatif yang sederhana, seperti menjawab ya/tidak, sampai
kepada jawaban alternatif yang agak kompleks, seperti merespons beberapa
pilihan yang disajikan.
b. Sampel dan Variabel
Data yang dikumpulkan dalam PISA ini terdiri atas tiga kategori data, yaitu
literasi siswa, latar belakang siswa, dan latar belakang sekolah. Aspek
literasi adalah aspek utama dari data yang dikumpulkan yang terdiri atas
pengetahuan dan keterampilan dalam membaca, matematika, dan ilmu
pengetahuan alam.
c. Desain Tes Literasi Membaca
Soal-soal PISA yang didesain untuk mengukur literasi membaca dapat
dibagi menjadi tiga aspek utama, yaitu aspek struktur dan jenis wacana,
aspek proses membaca, dan aspek konteks pemanfaatan pengetahuan dan
keterampilan membaca.
d. Struktur dan Jenis Wacana
Struktur dan jenis wacana di dalam PISA dibagi menjadi dua jenis yaitu
struktur wacana berkelanjutan (continuous texts) dan wacana tak-
berkelanjutan (non-continuous texts). Seperti telah dijelaskan di atas,
wacana berkelanjutan adalah jenis wacana yang terdiri atas rangkaian
kalimat yang diatur dalam paragraf dalam bentuk deskripsi, narasi,
eksposisi, argumentasi atau injungsi; sementara wacana tak-berkelanjutan
adalah wacana yang dirancang dalam format matrik, termasuk di dalamnya
pengumuman, grafik, gambar, peta, skema, tabel, dan aneka bentuk
penyampaian informasi.

2.3 Hubungan Literasi Sains dengan Pembelajaran


Pembelajaran Literasi Sains Pembelajaran merupakan bagian
terpenting dalam penentuan ketercapaian penguasaan literasi sains,
Permendiknas RI No. 41 (2007: 6) menjelaskan bahwa proses pembelajaran
pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis siswa. Penjelasan tersebut dimaksudkan supaya pembelajaran
menjadi aktivitas yang bermakna dimana setiap siswa dapat mengembangkan
seluruh potensi yang dimilikinya. Pembelajaran yang menitik beratkan kepada
pencapaian literasi sains adalah pembelajaran yang sesuai dengan hakitat
pembelajaran sains yang mana pembelajaran tidak hanya sekedar menekankan
pada hafalan pengetauan saja melainkan berorientasi pada proses dan
ketercapaian sikap ilmiah.
Kebermaknan pembelajaran sains juga dapat dicapai dengan cara
mengaitkan konsep yang dipelajari peserta didik dengan kehidupan sehari-hari
hal ini dikarenakan keberhasilan pembelajaran dalam mewujudkan visinya
ditunjukkan apabila peserta didik memahami apa yang dipelajari serta dapat
mengaplikasikannya dalam menyelesaikan berbagai permasalahan pada
kehidupan sehari-hari. Alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik adalah dengan
menerapkan pembelajaran sains yang mengedepankan pada pengembangan
sikap, gagasan, dan keterampilan proses sains yang menekankan pada kegiatan
inkuiri ilmiah, dengan pembelajaran seperti itu maka akan meningkatkan
antusiasme, minat, dan kekaguman siswa akan sains.
Terdapat beberapa alternatif model pembelajaran yang cukup efektif
dalam membangun literasi sains untuk siswa sekolah dasar pada konteks
pendidikan abad 21. Model pembelajaran tersebut salah satunya adalah
pembelajaran berbasis masalah (PBM). Pembelajaran berbasis masalah
merupakan salah satu pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif. Melalui
kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang
beragam diantaranya pengalaman belajar yang berhubungan dengan
pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif pemecahan masalah dan
kerjasama dalam kelompok.

2.4 Dampak Positif dan Penerapan Literasi Sains dalam Pendidikan


Pengembangan evaluasi untuk mengetahui pencapaian literasi sains
merujuk pada proses sains, yaitu proses mental yang terlibat ketika menjawab
suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan
menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan. PISA (2006)
menetapkan lima komponen proses sains dalam penilaian literasi sains, yaitu:
a. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang dapat diselidiki secara
ilmiah, seperti mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab oleh sains.
b. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah. Proses
ini melibatkan identifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan untuk
menjawab pertanyaan dalam suatu penyelidikan sains, atau prosedur yang
diperlukan untuk memperoleh bukti itu.
c. Menarik dan mengevaluasi kesimpulan. Proses ini melibatkan kemampuan
menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang mendasari atau seharusnya
mendasari kesimpulan itu.
d. Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid, yakni mengungkapkan secara
tepat kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia.
e. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni
kemampuan menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda dari
apa yang telah dipelajarinya.
Pengukuran terhadap pencapaian literasi sains berdasarkan standar
PISA yakni proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi sains. Proses sains
merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan
atau memecahkan masalah, seperti mengidenifikasi dan menginterpretasi bukti
serta menerangkan kesimpulan. Termasuk di dalamnya mengenal jenis
pertanyaan yang dapat dan tidak dapat dijawab oleh sains, mengenal bukti apa
yang diperlukan dalam suatu penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan
yang sesuai dengan bukti yang ada. Konten sains merujuk pada konsep-konsep
kunci yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang
dilakukan terhadap alam melalui akitivitas manusia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan
ilmiah untuk mengidentifikasi pertanyaan dan mengambil kesimpulan
berdasarkan fakta. Istilah “literasi sains” pertama kali diungkapkan oleh Paul
DeHard Hurd pada tahun 1958 dalam sebuah artikel yang berjudul “Science
literacy: Its meaning for American Schools”, dan istilah tersebut telah
digunakan untuk menggambarkan pemahaman tentang sains dan aplikasinya di
masyarakat. National Science Education Standards (NRC, 1996)
mendefinisikan literasi sains sebagai pemahaman tentang konten sains dan
praktek ilmiah dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan tersebut
untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh pada pribadi
atau orang lain dalam komunitas global.
Adapun beberapa karakteristik Literasi Sains (scientific literacy) adalah
sebagai berikut : 1. Kemampuan Dasar yang Diukur; 2. Sampel dan Variabel;
3. Desain Tes Literasi Membaca; 4. Struktur dan Jenis Wacana. Alternatif
pembelajaran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan literasi
sains peserta didik adalah dengan menerapkan pembelajaran sains yang
mengedepankan pada pengembangan sikap, gagasan, dan keterampilan proses
sains yang menekankan pada kegiatan inkuiri ilmiah, dengan pembelajaran
seperti itu maka akan meningkatkan antusiasme, minat, dan kekaguman siswa
akan sains. PISA (2006) menetapkan lima komponen proses sains dalam
penilaian literasi sains, yaitu: 1. Mengenal pertanyaan ilmiah; 2.
Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah; 3. Menarik
dan mengevaluasi kesimpulan; 4. Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid;
5. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains.
DAFTAR PUSTAKA

Rohmi, Puspo. (2015). Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Domain


Kompetisi dan Pengetahuan Sains Siswa. Universitas Pendidikan Indonesia.

Rohayati, Tika. (2013). Pengaruh Pembelajaran Interactive Demonstration


Terhadap Peningkatan Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Siwa. Universitas
Pendidikan Indonesia.

Gerakan Lliterasi Nasional. (2017). Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.


Jakarta.

Yuliati, Yuyu. (2017). Literasi Sains Dalam Pembelajaran IPA. Cakrawala Pendas.
Vol 3. No 2.

https://jurnal.unma.ac.id/index.php/CP/article/viewFile/592/565

http://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/10/literasi-
SAINS.pdf

Anda mungkin juga menyukai