Anda di halaman 1dari 21

MOTOR DIESEL

SISTEM PENDINGIN DAN SISTEM PELUMASAN

Disusun oleh :

KELOMPOK 3 :
1. ISHADHOL ALMANDA
2. LAHDI PEKBAR P
3. AMIN TOYO
4. ARDO ILHAM

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
SISTEM PENDINGIN
A. Teori Singkat
Sistem berfungsi mendinginkan mesin dan mencegah panas yang berlebihan.
Sistem pendingin ada dua macam yaitu sistem pendingin dengan air dan sistem
pendingin udara. Umumnya mesin mobil banyak menggunakan sistem pendingin air.
Sistem pendingin air mempunyai kerugian akan konstruksi yang rumit dan biaya yang
mahal. Sedangkan keuntungan dari system pendingin air yaitu lebih aman karena
ruang bakar dikelilingi oleh air dan berfungsi sebagai peredam bunyi serta dapat
digunakan sebagai sumber panas untuk heater (pemanas ruangan). Sistem pendingin
air dilengkapi oleh water jacket, pompa air (water pump), radiator, thermostat, kipas
(fan), slang karet (hose), fan clutch dan lain- lain.
Panas adalah bentuk tenaga yang dapat berpindah atau mengalir dari suatu zat
ke zat yang lainnya, bila kedua benda tersebut memiliki perbedaan temperatur. Panas
mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur rendah. Selama pembakaran expansi
awal pembakaran pembuangan dan akhir kompresi, temperatur gas lebih tinggi dari
temperatur silinder. Sebab itu panas mengalir ke dinding kemudian dilanjutkan
sampai ke zat pendingin. Panas yang di terima oleh zat pendingin itu selanjutnya
dikeluarkan dari sistem pendingin. Pada langkah pengisian dan pada awal kompresi,
sebagian dari panas dinding tadi di kembalikan pada gas sampai temperatur mencapai
keseimbangan. Perpindahan panas selama proses pembakaran dan expansi tadi
merupakan salah satu aspek kerugian panas. Kerugian panas yang diserap oleh
dinding silinder selama langkah kompresi yang pertama, secara praktis sama dengan
jumlah panas yang diserap pada panas yang diserap pada langkah kompresi berikutya.
Atau dengan kata lain, panas yang diterima sama dengan panas yang dipindahkan.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi besar kerugian panas ke dinding silinder
terutama tergantung pada :
1) Lama waktu pembakaran berlangsung
2) Bentuk ruang bakar dan ukuran silinder
3) Temperatur pembakaran yang tergantung pada jenis pembakaran, perbandingan
kompresi dan beban kendaraan
4) Kecepatan kendaraan dan pada saat penyalaan muatan
Perpindahan panas secara konveksi terjadi oleh adanya perpindahan massa
yang panas dari tempat yang bertemperatur tinggi. Perpindahan panas tersebut dapat
berlangsung secara paksa (dengan menggunakan pompa) atau secara bebas (oleh
adanya perbedaan berat jenis). Sistem pendingin motor khususnya mobil
menggunakan gabungan dari ketiga cara perpindahan panas tersebut, yaitu :
1) Radiasi
Contoh : Panas dari mesin akan memancar disekeliling ruang mesin, jadi
perambatan panas secara langsung walaupun tanpa media panas bisa merambat.
2) Konduksi
Contoh : Perpindahan panas dari dinding silinder bagian dalam ke dinding silinder
bagian luar.
3) Konveksi
Contoh : Perpindahan panas dari gas pembakaran ke dinding silinder bagian
dalam dan perpindahan panas dari dinding silinder bagian luar ke air dalam mantel
air

B. Konstruksi Sistem Pendingin


1. Radiator: berfungsi untuk menampung dan mendinginkan cairan pendingin yang
telah menjadi panas setelah menyerap panas dari komponen komponen mesin.
Radiator terdiri dari tangki atas dan bawah yang dihubungkan dengan pipa yang
berfungsi untuk mengalirkan sekaligus mendinginkan air pendingin. Radiator
menerima air yang telah menjadi panas dari mesin. Air panas mengalir melalui
pipa dan menyemburkan panasnya ke udara luar melalui siripsirip. Posisi radiator
pada kendaraan tergantung pada posisi mesin, tetapi dalam beberapa hal aliran
udara keluar perlu untuk efisiensi kerja.

2. Tutup radiator memiliki dua fungsi, fungsi yang pertama adalah untuk menaikkan
titik didih air pendingin dengan jalan menahan ekspansi air pada saat air menjadi
panas sehingga tekanan air menjadi lebih tinggi dari tekanan udara luar,
sedangkan fungsi yang kedua adalah untuk mempertahankan air pendingin di
dalam sistem agar tetap penuh walaupun mesin dalam keadaan dingin atau panas.
Untuk mewujudkan fungsi tersebut, maka pada tutup radiator dilengkapi dengan
relief valve dan vacuum valve. Semua kendaraan bermotor dipasang dengan
menggunakan tutup radiator bertekanan. Sehingga mengakibatkan beberapa hal
berikut ini :
a. Radiator yang lebih kecil bisa digunakan
b. Pompa air lebih efisien
c. Pemanasan ditempat dapat dikurangi
d. Kehilangan air melalui evaporasi dapat dikurangi
e. Gelombang air dapat ditekan

3. Thermostat: Thermostat berfungsi untuk mempercepat tercapainya suhu kerja


mesin pada saat mesin masih dingin dan juga berfungsi untuk mempertahankan
mesin selalu pada suhu kerjanya (antara 80-90 derajat celcius). Thermostat
biasanya dipasang antara radiator dan sirkuit pendingin (silinder block dan silinder
heat). Thermostat bekerja seperti katup otomatis yang bekerja berdasarkan panas,
dimana pada waktu dingin katup akan menutup dan pada waktu panas katup akan
membuka.

4. Kipas pendingin: Radiator didinginkan oleh aliran udara luar yang mengalir
melewati sirip-siripnya. Pada saat kendaraan berhenti aliran udara tidak akan
cukkup untuk mendinginkan radiator. Untuk mengatasi hal ini maka dibelakang
radiator dipasang kipas pendingin untuk membantu agar aliran udara selalu cukup
untuk mendinginkan radiator. Ada 2 jenis kipas yang sering digunakan pada
kendaraan yaitu kipas yang digerakan oleh motor listrik dan kipas manual yang
digerakan oleh poros engkol mesin itu sendiri melalui talli kipas/V-belt.

5. Tangki Cadangan : Reservoir Tank atau tangki cadangan dihubungkan ke radiator


melaui selang overflow. Reservoir Tank ini berfungsi untuk menjaga agar volume
air pendingin selalu stabil.

6. Pompa Air (Water Pump): Berfungsi untuk mensirkulasikan air pendingin dengan
jalan membuat perbedaan tekanan antara saluran hisap dengan saluran tekan yang
terdapat pada pompa. Pompa yang digunakan umumnya adalah type sentrifugal.
Pompa ini digerakan oleh poros engkel melalui tali kipas atau v-belt. Pompa air
mengedarkan air dari mesin ke radiator dan kembali lagi ke radiator untuk
memastikan aliran yang positif. Pompa jenis sentrifugal digunakan untuk
membuat air mengalir secara teratur tanpa memerlukan tenaga yang berlebihan
untuk mengendalikannya.
7. Selang radiator : berfungsi sebagai penghubung antara radiator dan blok
mesin. Ada dua slang di radiator, Upper hose berfungsi mengalirkan air panas dari
mesin ke radiator. Sedangkan lower hose untuk menyalurkan air yang sudah
didinginkan kembali ke mesin.

8. Water jacket : Berfungsi sebagai saluran-saluran tempat air mengalir di blok mesin
ini dinamakan water jacket. Water jacket dibuat dengan cara dituang sebagai
bagian dari blok dan tutup silinder. Melalui mantel tersebut air dapat mengalir
bebas ke dalam rongga yang terdapat di sekeliling silinder, ruang bakar, tutup
silinder dan dudukan katup. Perpindahan panas dari gas ke dinding silinder
berlansung secara konveksi dan konduksi. Bila dipakai udara sebagai zat
pendingin maka sekeliling silinder itu dipasang sirip-sirip pendingin. Sirip-sirip
itu memperluas bidang perpindahan panas.
C. Proses Kerja Sistem Pendingin
Pada saat mesin dingin :
Tekanan pada sistem pendingin dipompa oleh pompa air dan bersirkulasi dari
water pump ke water jacket ke by pass hose kembali lagi ke water pump, karena pada
saat ini mesin masih dingin dan air pun masih dingin menyebabkan katup thermostat
masih tertutup, Pada saat mesin masih dingin, air tidak bersirkulasi melalui radiator,
hal ini bertujuan agar air pendingin dan mesin cepat mencapai suhu kerja maximal,
mengingat bahwa performa mesin juga akan maximal ketika mesin itu pada suhu
kerjanya, bukan terlalu dingin dan juga terlalu panas.

Pada saat mesin panas :


Setelah mesin menjadi panas, kira-kira pada temperatur 85°C thermostat mulai
terbuka dan katup bypass tertutup dalam bypass sirkuit sehingga aliran air pendingin
mengalir dari radiator ke lower hose, ke water pump, ke water jacket, ke upper hose
dan kembali ke radiator untuk didinginkan dengan kipas dan putaran udara dengan
adanya gerakan maju dari kendaraan itu sendiri. Aliran air pada sistem pendingin
dengan kondisi mesin dalam keadaan panas dapat dilihat pada gambar berikut.
D. Analisa Gangguan-Gangguan Sistem Pendingin Dan Cara Mengatasinya
1. Terjadi Overcooling (Mesin Dingin)
Terjadinya Overcooling dapat diamati pada temperatur air pendingin yang
selalu rendah (jauh di bawah temperatur kerja idelnya). Jika hal ini terjadi berarti
Overcooling. Dari neraca panas hal ini berarti terjadi kenaikan kerugian karena
pendinginan (cooling loos). Dengan adanya kenaikan cooling loos ini berarti daya
mekanis yang dihasilkan sudah pasti berkurang.
Tetapi pada mesin tidak terasa betul, yang lebih terasa adalah adanya kenaikan
pamakaian bahan bakarnya. Jadi over cooling sepertinya tidak berakibat
menurunnya daya mekanis mesin yang dihasilkan melainkan menaiknya konsumsi
bahan bakar yang diperlukan mesin.
Gejala dan kemungkinan yang terjadi:
a. Termostat Rusak
Termostat yang berfungsi untuk mengatur masuknya air pendingin
yang masuk ke dalam mantel air supaya didapatkan suhu mesin yang sesuai
dan apabila pada alat ini terjadi kerusakan akan mengakibatkan mesin manjadi
dingin atau sebaliknya.
Cara mengatasinya:
Tes bagaimana kerja termostat tersebut masih bisa bekerja dengan baik
apa tidak apabila termostat membuka terus ini karena alat tersebut tidak bisa
menutup saat mesin dingin, salah satu yang dapat dilakukan adalah
menggantinya.

b. Jika udara terlalu dingin, radiator harus ditutup.


Udara luar yang terlalu dingin akan menjadikan mesin itu menjadi dingin.
Cara mengatasinya:
Dengan menghindarkan radiator dengan udara luar dan radiator dalam
keadaan tertutup.

2. Terjadi Over heating


Terjadinya over heating dapat diamati pada temperatur air pendingin yang
selalu tinggi (jauh diatas temperatur kerjanya). Jika hal ini terjadi berarti over
heating. Dari neraca panas hal ini sebetulnya akan menurunkan kerugian panas
karena pendinginan (cooling loss). Tetapi dengan kenaikan temperatur mesin yang
diamati pada air pendingin ini selanjutnya akan menyebabkan beberapa komponen
mesin mangalami perubahan bentuk yang berlebihan akibat pemuaiannya seperti
piston pada silinder. Akibat lanjutan yang dapat dirasakan adalah adanya kenaikan
kerugian akibat gesekan.
Secara prinsip penyebab dari over heating adalah aliran dari air pendingin dan
udara pada radiator yang mengalami ganguan. Kemungkinan penyebab dari
terganggunya sistem pendinginan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Sistem Pendinginan Bocor
Penyebab terjadinya sistem pendingin bocor:
Pemakaian yang lama dan perawatan sistem pendinginan ynag kurang
teratur dapat menyebabkan kebocoran. Kebocoran ini akan menggangu
sirkulasi air pendingin. Untuk mengetahui bocor atau tidaknya sistem
pendinginan yaitu dengan menggunakan tes tekanan sistem pendingin.
Cara mengatasinya:
Tes tekanan sistem pendingin ini untuk menemukan tempat yang
mengalami kebocoran. Alat yang digunakan adalah radiator tester. Bagian-
bagian yang rawan bocor adalah pada sambungan pipa air dan bak penampung
air. Pemompaan ke dalam tidak boleh melebihi tekanan kerja (1,2 kg/cm2 atau
118 kpa) dari sistem pendingin karena dapat merusakkan bagian–bagian
system pendingin. Setelah sistem diberi tekanan (1,2 kg/cm 2 atau 118 kpa)
dengan radiator tester dapat diketahui tempat kebocoran yang akan diperbaiki.
b. Radiator Tersumbat
Penyebab radiator tersumbat:
Di dalam radiator terdapat komponen yaitu pipa air. Pemakaian yang lama
menyebabkan banyak kotoran atau kerak yang mengendap dan menyumbat
saluran air, sehingga kemampuan membuang panas menjadi menurun.
Temperatur yang tinggi akan merusak komponen-komponen mesin yang
lainnya.
Bagian-bagian dari radiator yang bisa terjadi kemungkinan kerusakan
yaitu:
1) Mulut Pipa-pipa Air
Pada bagian mulut pipa-pipa air sering terjadi adanya kerak-kerak yang
menempel pada setiap bagian lubang sehingga air tidak dapat masuk malalui
pipa yang tersumbat kotoran tadi.
Cara mengatasinya yaitu:
Untuk membersihkan kotoran tersebut pada bagian ujung pipa dapat
dibersihkan dengan alat penggores besi atau baja yang dibentuk seperti
skrap.
2) Pipa-pipa Air
Cara mengatasinya:
Gangguan pada pipa-pipa yang tersumbat oleh kotoran air atau kerak-
kerak dengan menggunakan alat korok ke dalam pipa-pipa tersebut,
sehingga kerak-kerak yang menempel bisa dikeluarkan. Perlu diperhatikan
bahwa pipa-pipa tersebut dari bahan yang mudah rusak, maka di dalam
membersihkan perlu hati-hati jangan sampai terjadi kebocoran.
c. Termostat Tidak Bekerja/Macet
Penyebab termostat tidak bekerja:
Termostat berfungsi mengatur sirkulasi air agar kerja mesin maksimal pada
temperatur yang sesuai. Termostat yang macet pada saat tertutup dapat
menyebabkan mesin menjadi overheating dan termostat yang macet pada saat
terbuka dapat menyebabkan mesin menjadi overcooling. Penyebabnya karena
termostat sudah lama dan tidak mampu bekerja dengan baik jadi pegas-pegasnya
sudah tidak mampu untuk membuka termostat itu.
Cara mengatasinya:
Kedua gejala tersebut dapat merusakkan bagian dari mesin dan tenaga yang
dihasilkan menjadi turun.
Bila pada saat suhu mesin masih dingin sudah ada sirkulasi air, maka
kemungkinan termostat macet dalam keadaan terbuka. Tetapi bila pada saat
temperatur mesin sudah mencapai suhu kerja tetapi tidak ada sirkulasi air, ada
kemungkinan termostat macet dalam posisi tertutup. Saat temperatur air mencapai
820C, maka katup termostat akan mulai membuka dan pada 88 0C katup tersebut
terbuka penuh dan memugkinkan air pendingin bersirkulasi ke radiator dalam
keadaan baik.
Apabila termostat tidak dapat membuka atau tidak dapat bekerja pada
waktunya, sudah waktunya termostat tersebut harus diganti. Pengujian termostat
perlu dilakukan untuk mengetahui kondisinya dengan cara:
1. Rendam termostat ke dalam air
2. Panaskan air, biarkan panas air konstan, dan hindari pemanasan langsung ke
termostat.
3. Periksa pertama terbukanya katup pada temperatur 820C.
4. Periksa saat terbukanya pada temperatur 880C.
d. Water Jacket Tersumbat
Penyebab terjadinya mantel air tersumbat:
Water jacket (mantel pendingin) terdapat disekeliling silinder-silinder mesin
dan kepala silinder. Fungsi water jacket ini adalah untuk mendinginkan bagian-
bagian dinding silinder dan ruang bakar. Mantel pendingin pada kepala silinder
berhubungan langsung dengan bak penampung atas radiator dan bagian blok
silinder berhubungan dengan bak penampung bawah radiator.
Aliran air yang melewati mantel pendingin akan meningggalkan kotoran/karat
yang akan mengendap dan menghambat sirkulasi pendingain di dalam matel
pendingin, jadi akibat dari water jacket tersumbat karena adanya kotoran-kotoran di
dalamnya seperti kotoran yang dibawa oleh air atau kotoran dari akibat terjadinya
korosi atau karat.
Cara mengatasinya:
Endapan kotoran harus dibersihkan dengan cara meniupkan udara yang
bertekanan dari kompresor ke lubang-lubang yang tersmbat sehingga kotoran
diharapkan keluar dari water jacket.

SISTEM PELUMASAN

A. Teori Singkat
Sistem pelumasan merupakan salah satu sistem utama pada mesin, yaitu suatu
rangkaian alat-alat mulai dari tempat penyimpanan minyak pelumas, pompa oli
(oil pump), pipa-pipa saluran minyak, dan pengaturan tekanan minyak pelumas
agar sampai kepada bagian-bagian yang memerlukan pelumasan. Sebagian besar
mekanik engine yang bergerak memerlukan pelumasan, hal ini dimaksudkan agar
komponen – komponen engine tidak cepat aus dan kinerja engine tetap terjaga,
melancarkan komponen – komponen mesin yang bergerak atau berputar, dan
mengurangi panas yang timbul. Adapun komponen sistem pelumasan meliputi:
Saringan (Strainer), pompa oli (Oil pump), saringan oli (Oil filter), saluran oli
(Hole).
Pelumas (oli mesin) pada motor diesel memiliki fungsi utama untuk
mengurangi gesekan atau persinggungan langsung diantara dua permukaan
komponen mesin yang saling bergerak dengan cara membentuk lapisan oli yang
tipis (Oil film) pada permukaan kedua komponen tersebut. Selain fungsi utama
tersebut, oli mesin juga berfungsi sebagai :
1) Pendingin (penyerap panas komponen yang dilaluinya).
2) Perapat (pencegah kebocoran kompresi diantara ring piston dan selinder).
3) Pembersih (pelarut kotoran / partikel logam hasil gesekan).
Minyak pelumas motor diesel diklasifikasikan berdasarkan viskositas
(kekentalan) dan kondisi operasi. Menurut klasifikasi API (American Petroleum
Institute), pelumas untuk diesel dibagi menjadi 4 yaitu : kode CA (diesel beban
ringan), kode CB dan CC (diesel beban sedang) serta CD (diesel beban berat).
Untuk klasifikasi berdasarkan viskositas biasanya ditandai dengan nilai SAE.
Minyak pelumas yang biasanya digunakan untuk diesel generator adalah berkode
CB atau CC dengan nilai kekentalan SAE 30 atau SAE 40. Untuk minyak pelumas
jenis multigrade (kekentalannya tidak terpengaruh oleh suhu) biasanya berkode
“W”. Dalam pemilihan minyak pelumas sebaiknya mengacu pada buku manual
motor diesel yang bersangkutan.

B. Minyak Pelumas
Mesin bensin adalah salah satu jenis mesin yang menggunakan minyak
pelumas dengan spesifikasi tertentu. Agar diperoleh pelumasan yang baik, maka
dibutuhkan pengetahuan tentang minyak pelumas.
1. Bahan Dasar Minyak Pelumas
Bahan dasar minyak pelumas adalah bahan-bahan yang digunakan dalam
proses pelumasan terutama pada komponen-komponen mesin yang bergerak.
Bahan dasar minyak pelumas dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
a) Minyak Pelumas Mineral
Minyak ini diperoleh dari hasil pengolahan bahan tambang dengan
cara penyulingan. Minyak ini memiliki harga relatif murah, bahan-
bahannya tidak mengandung racun, waktu pemakaiannya lama dan tidak
merusak sekat.
b) Minyak Pelumas Alami
Minyak ini dibuat dari bahan dasar alami yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan seperti: kelapa sawit, kopra, jarak dan juga ada yang berasal dari
lemak hewan.
c) Minyak Pelumas Sintesis
Minyak pelumas ini dapat dibuat dari minyak mineral atau alami yang
sudah ditambahkan bahan-bahan kimia. Selain minyak pelumas cair, ada juga
minyak pelumas setengah padat. Bahan pelumas ini disebut gemuk yang
berasal dari minyak mineral yang dipadatkan dengan sabun metalic.

2. Sifat-sifat Dasar Minyak Pelumas


Sifat-sifat dasar minyak pelumas yang perlu diperhatikan dalam
pemakaian minyak pelumas antara lain:
a) Viskositas Minyak Pelumas
Viskositas adalah sifat yang sangat penting dalam minyak
pelumas.Viskositas minyak pelumas menunjukkan kemampuan dan
kemudahan minyak pelumas mengalir. Tantangan minyak pelumas adalah
mengalir dengan mudah pada waktu start serta memberikan perlindungan
yang baik terhadap komponen-komponen mesin yang bergerak terutama
pada temperatur operasi yang relatif tinggi.
Viskositas minyak pelumas diukur pada suhu tertentu untuk
menentukan kemampuan pelumas mengalir melalui alat viskosimeter
standar. Terdapat 4 klasifikasi viskositas utama yaitu :
1. ISO VG yaitu alat dalam centistokes (cSt) pada suhu 40ºC
2. AGMA (American Gear Manufacturers Association).
3. SAE (Society of Automotive Engineers, misal SAE 30
4. Saybolt, unit ini sering dipakai oleh beragam produsen minyak untuk
Menetukan viskositas pada 100ºF atau 210ºF.
Minyak pelumas viskositas rendah berarti minyak tersebut encer,
sehingga lapisan minyaknya tipis dan mudah mengalir. Sedangkan minyak
viskositas tinggi berarti minyak tersebut kental, lapisannya sangat tebal
dan sulit mengalir tetapi tahan terhadap beban berat. Viskositas ini dapat
bertubah karena kontaminan, perubahan temperatur dan tekanan.
Jenis minyak pelumas ditentukan menurut kekentalannya menurut
angka indeks yang disebut SAE (Society of Automotive Engineers) yang
terdapat di
USA, antara lain:
(1) SAE 10, keadaanya encer dan digunakan untuk minyak pembersih.
SAE 20, keadaannya encer digunakan untuk mengisi bak kopling.
(2) SAE 30, 40, 50, memiliki kekentalan sedang dan biasnya digunakan
untuk mesin-mesin motor atau mobil.
(3) SAE 70, keadaannya sangat kental dan dipakai untuk bak percepatan.
(4) SAE 90, 140, keadaanya paling kental dan banyak digunakan untuk oli
gardan.
Angka SAE dalam penggunaan tiap mesin perlu diperhatikan, karena
penggunaan oli mesin dengan angka SAE yang tidak sesuai dapat
mempengaruhi kemampuan kerja dan usia mesin itu sendiri.
b) Indeks Viskositas
Indeks viskositas merupakan konstanta yang menunjukan pengaruh
temperatur terhadap viskositas. Indeks viskositas besar berarti pengaruh
temperatur terhadap perubahan viskositas rendah atau stabil viskositas
kecil berarti pengaruh temperatur terhadap viskositas tinggi.

C. Komponen Sistem Pelumasan


1. Oil Screen adalah saringan oli yang dipasangkan pada saluran masuk pompa
berfungsi untuk menyaring benda – benda kasar agar pompa tidak rusak.

2. Oil Pan adalah tempat penampung minyak pelumas yang akan disirkulasikan
oleh pompa oli.

3. Oil Pump adalah berfungsi untuk menghisap dan menekan minyak pelumas ke
bagian – bagian mesin yang memerlukan pelumasan. Minyak pelumas yang
dihisap terlebih dahulu disaring oleh oil screen.
4. Oil Filter adalah komponen sitem pelumas yang berfungsi untuk menyaring
kotoran – kotoran halus dalam oli agar tidak merusak bearing dan bagian –
bagian mesin yang presisi. Oil filter ini juga dilengkapi dengan katup
pengaman (by pass valve) yang berguna untuk menyalurkan langsung minyak
pelumas ke bagian – bagian mesin jika saringan tersumbat.

5. Oil Pressure Switch adalah bagian sistem pelumasan yang berguna untuk
mensensor tekanan minyak pelumasan. Alat ini dipasangkan pada saluran
utama dan juga dihubungkan dengan lampu dial indicator. Sehingga jika
lampu menyala , pengemudi akan tau bahwa tekanan minyak pelumas rendah.
Sedangkan jika lampu mati maka tekanan minyak pelumasan adalah normal.

D. Sistem Pelumasan Motor 4 Tak


Sistem pelumasan mesin pada motor 4 tak hanya menggunakan 1 macam oli
untuk melumasi seluruh bagian komponen mesin motor mulai dari komponen
ruang bakar, komponen kopling dan komponen Transmisi. Oleh sebab itu di
butuhkan oli sesuai dengan spasifikasi khusus untuk motor.
Pada motor 4 langkah biasanya pelumas di simpan di bak kruk as (crankcase)
dan dialirkan ke seluruh komponen motor dengan bantuan pompa oli dan biasanya
disebut Wet sump system. Tetapi ada juga motor yang menyediakan bak
penampung pelumas secara terpisah di luar mesin motor atau biasa di sebut Dry
sump system.
1. Wet Pump System, Pelumas dari bak kruk – as dipompa ke ruang penggerak
katup untuk melumasi komponen noken – as, temlar (pelatuk), batang klep
(katup) dan akhirnya di kembalikan ke ruang kruk – as lewat ruang rantai
kamrat. Untuk pelumasan pada bagian silinder dan piston biasanya cuma
mengandalkan gayungan atau cipratan kruk – as saja, tetapi untuk motor
modern seperti SUZUKI telah menggunakan sistem nosel yang yang
menyemprot langsung ke dinding silinder dan pelumas akan di sapu ke bawah
oleh ring piston pada saat langkah hisap maupun langkah usaha. Untuk
kopling dan transmisi biasanya cuma mengandalkan cipratan pelumas saja
pada saat mesin bekerja, tetapi ada juga yang mengambil pelumasan dari
pompa oli.

2. Dry Pump System, Pelumas ditampung terpisah dalam tangki oli dan
diberikan tekanan pompa oli melalui saluran yang sama dalam sistem wet
sump system. Setelah melumasi oli kembali ke raung crankcase dan disalurkan
kembali ke tangki oleh pompa. Kopling dan transmisi dilumasi oleh cipratan
oli dari pompa ke tangki oli.
E. Cara Kerja Pelumasan Pada Mesin
Saat kondisi normal, oli terkumpul pada bak oli atau karter yang terletak pada
bagian paling bawah mesin. Sementara itu, pompa oli memiliki input yang
digerakan dari engkol mesin. Umumnya pompa ini menggunakan rotary pump.
Agar lebih jelas simak gambar sistem pelumas berikut.

 Ketika mesin start, poros engkol akan memutar pompa oli akibatnya terjadi
sedotan pada bagian inlet hose oil pump.
 Oli masuk kedalam pompa melalui inlet valve dan pada sisi lainnya oli ditekan
oleh pompa.
 Oli bertekanan tersebut mengalir melalui jalur oli masuk kedalam filter oli.
 Didalam filter, oli disaring dari berbagai kotoran dan kerak.
 Setelah disaring, oli kemudian disalurkan melalui oil feed menuju bagian atas
mesin dan ke oil jet,
 Sampai diatas mesin, oli secara otomatis akan melumasi poros cam dan rocker
arm selanjutnya oli kembali ke carter melalui saluran oli disamping blok
silinder.
 Sementara itu, oli akan keluar dalam bentuk semprotan dari oil jet dibagian
bawah silinder untuk melumasi bagian piston dan connecting rod.
 Dibagian poros engkol terdapat komponen weight balance, yang berbentuk
seperti sekop. Sehingga ketika poros engkol berputar oli dari karter akan
diobrak-abrik oleh weight balance agar tersebar ke seluruh bagian mesin.

F. Permasalahan Pada Sistem Pelumasan Serta Cara Mengatasinya


Sistem pelumasan memegang peranan yang penting dalam proses kerja mesin,
apabila terjadi kerusakan pada sisitem pelumasan maka kerja mesin akan
terganggu. Dalam proses kerjanya komponen-komponen dalam sistem pelumasan
dapat mengalami gangguan-gangguan atau masalah setelah digunakan dalam
waktu yang lama. Gangguan-gangguan yang sering terjadi pada sistem pelumasan
diantaranya :
1. Tekanan Oli Rendah
Pelumas (oli) masuk kedalam komponen-komponen mesin dengan
mendapatkan tekanan oleh sebuah pompa oli. Tekanan pada oli menyebabkan oli
dapat masuk kedalam saringan oli, lalu masuk ke saluran utama kemudian menuju
ke kepala silinder, jurnal poros hubungan, mekanisme katup kemudian minyak
pelumas menuju kembali ke karter. Tekanan minyak pelumas yang diberikan
haruslah kuat karena hal ini sangat menentukan mengalirnya minyak pelumas ke
komponen-komponen mesin yang memerlukan pelumasan. Tekanan oli yang
rendah menyebabkan aliran minyak pelumas tidak seluruhnya dapat melumasi
komponen-komponen mesin yang bergerak, akibatnya komponen-komponen
tersebut akan mengalami kerusakan.
2. Tekanan oli terlalu tinggi
Tekanan oli terlalu tinggi dapat disebabkan oleh kerusakan pada saluran
katup relief. Hal ini dapat menyebabkan oli yang seharusnya ke katup relief
diteruskan ke saringan oli dan ini dapat menyebabkan kerusakan dan terjadinya
penyumbatan pada saringan oli. Cara mengatasi masalahtekanan oli terlalu tinggi
ini adalah dengan mengganti katup relief.
3. Pemakaian Oli Boros
Kurangnya oli pada suatu mesin dapat disebabkan oleh beberapa
kebocoran dari bagian-bagian mesin yang kurang rapat saat pemasangan.
Kemungkinan terjadinya kebocoran dapat dipariksa pada beberapa komponen-
komponen pelumasan diantaranya :
a. Oli keluar dari kepala dan tutup silinder
Keluarnya oli dari kepala dan tutup silinder dapat disebabkan oleh kurang
kencangnya baut pengikat kepala dan tutup silinder. Keadaan paking yang
sudah rusak juga dapat memungkinkan terjadinya kebocoran oli pada
kepala dan tutup silinder. Kebocoran oli ini dapat diatasi dengan cara
mengencangkan baut pengikat dan mengganti paking bila telah mengalami
kerusakan.
b. Kebocoran pada Saringan Oli
Pemasangan saringan oli harus dilakukan dengan tepat dan kencang. Hal
ini dikarenakan pemasangan yang kurang kencang dan tidak tepat dapat
menyebabkan terjadinya kebocoran pada saringan oli. Kencangkan
saringan oli dan gantilah seal oli yang rusak apabila terjadi kebocoran pada
saringan oli.
c. Kebocoran pada baut pembuangan oli
Kebocoran pada baut pembuangan dapat disebabkan oleh kurang kencangnya
saat pemasangan setelah melakukan pembuangan oli. Kencangkan baut sesuai
spesifikasi agar tidak terjadi kebocoran pada baut oli.

DAFTAR PUSTAKA

 http://bambang97madugo.blogspot.com/2016/03/komponen-dan-cara-kerja-
sistem.html
 https://www.tneutron.net/blogs/sistem-pendingin-motor-diesel/
 http://chyrun.com/sistem-pelumasan-motor-diesel-dan-komponen-
pendukungnya/
 https://www.autoexpose.org/2017/08/cara-kerja-sistem-pelumas.html
 http://khoerun1.blogspot.com/2016/11/sistem-pelumasan-mesin-bensin-
dan.html

Anda mungkin juga menyukai