Askep Ca Prostat

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 22

KONSEP DASAR TEORI

A. Defenisi Kanker Prostat

Kanker prostat merupakan suatu penyakit kanker yang menyerang kelenjar

prostat dengan sel-sel prostat, tumbuh secara abnormal dan tidak terkendali, sehingga

mendesak dan merusak jaringan sekitarnya yang merupakan keganasan terbanyak

diantara sistem urogenitalia pada pria. Kanker ini sering menyerang pria yang

berumur di atas 50 tahun, diantaranya 30% menyerang pria berusia 70-80 tahun dan

75% pada usia lebih dari 80 tahun. Kanker ini jarang menyerang pria berusia di

bawah 45 tahun (Purnomo, 2011). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar .

Gambar 1. Kanker Prostat

B. Anatomi Prostat

Gambar 2 Anatomi Kelenjar Prostat


Kelenjar Prostat merupakan salah satu kelenjar organ genetalian pria yang

berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul fibromuskuler, yang terletak

disebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian proksimal uretra (uretra pars

prostatika) dan berada disebelah anterior rektum (Drake et.al. 2007). Bentuknya

sebesar buah kemiri yang dan beratnya 20 gram, tebal ± 2cm , panjangnya ± 3cm dan

lebar ± 4 cm pada bagian depan prostat disokong oleh ligamentum prostatik dan di

bagian belakang oleh diafragma urogenital (Purnomo, 2011).

Menurut Sloane (2003), secara histologi prostat terdiri atas kumpulan 30-50

kelenjar tubulo alveolar mengeluarkan sekret kedalam 15-25 saluran keluar yang

terpisah. Saluran ini bermuara ke uretra pada kedua sisi kokikulus seminalis. Kelenjar

ini terbenam dalam stroma yang terutama terdiri dari otot polos yang dipisahkan oleh

jaringan ikat kolagen dan serat elastik. Otot membentuk masa padat dan dibungkus

oleh kapsula yang tipis dan kuat serta melekat erat padastroma. Alveoli dan tubuli

kelenjar sangat tidak teratur dan sangat beragam bentuk ukurannya, alveoli dan tubuli

bercabang berkali-kali dan keduanya mempunyai lumen yang lebar, lamina basal

kurang jelas dan epitel sangat berlipat-lipat. Jenis epitelnya berlapis atau bertingkat

dan bervariasi dari silindris sampai kubus rendah tergantung pada status endokrin dan

kegiatan kelenjar. Sitoplasma mengandung sekret yang berbutir-butir halus, lisosom

dan butir lipid. Kelenjar Prostat menghasilakn cairan yang merupakan salah satu

komponen yang disimpan di bagian dalam untuk dikeluarkan selama ejakulasi. Cairan

ini dialirkan melalui duktus sekretoris dan bermuara di utera posterior untuk

dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Volume cairan

prostat berkisar ±25% dari seluruh volume ejakulat (Purnomo, 2011).

Kelenjar prostat dipengaruhi oleh hormon androgen, termasuk testosteron

yang diproduksi oleh testis yaitu dehidroepiandrosteron. Fungsi kelenjar prostat


mensekresi cairan encer, seperti susu yang mengandung ion sitrat, kalsium, ion fosfat,

enzim pembeku, dan profibrinolisin. Selama pengisian, simpai kelenjar prostat

berkontraksi sejalan dengan kontraksi ductus defferens sehingga cairan encer seperti

susu yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat (saat ejakulasi) menambah lebih banyak

lagi jumlah semen (Guyton dan Hall, 1997).

Menurut Daniel dan Widjaya (2007), apex prostatae merupakan bagian paling

bawah yang terletak diatas diaphragm urogenitalis dan terletak satu setengah

sentimeter di belakang bagian bawah symphysis pubica. Basis prostat berhubungan

dengan vesica urinaria pada suatu bidang horizontal yang melalui bagian tengah

symphysis pubica. Prostat mempunyai otot polos yang melanjutkan ke vesica urinaria.

Ostium urethrae terletak pada bagian tengah dari basis prostat. Pada penelitian

terhadap prostat pada fetus atau neonatus pembagian prostat menjadi empat lobus,

yaitu :

1. Lobus Anterior atau Istmus yang terletak di depan urethra dan

menghubungkan lobus dexter dan lobus sinister. Bagian ini tidak

mengandung kelenjar dan hanya berisi otot polos.

2. Lobus Medius yang terletak diantara uretra dan ductus ejaculaytoris.

Banyak mengandung kelenjar dan merupakan bagian yang menyebabkan

terbentuknya uvula vesicae yang menonjol ke dalam vesica urinaria bila

lobus medius ini membesar akibatnya dapat terjadi bendungan aliran urin

pada waktu buang air kecil.

3. Lobus Posterior yang terletak di belakang urethra dan dibawah ductus

ejaculatorius.

4. Lobus Lateralis yang terletak disisi kiri dan kanan urethra.


Menurut Mansjoer Arif dkk (2000), konsep terbaru kelenjar prostat merupakan

suatu organ campuran terdiri atas berbagai unsur glandular dan non glandular. Telah

ditemukan lima daerah atau zona tertentu yang berbeda secara histologi maupun

biologi, yaitu : untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2.

1. Zona Anterior atau Ventral

2. 2. Zona Sentralis

Zona ini mempunyai epitel bertingkat dan mempunyai 25% dari volume

kelenjar. Lokasinya terletak antara kedua duktus ejakulatoris, zona ini

resistensi terhadap inflamasi.

3. Zona Perifer

Bagian sub-kapsular dari aspek posterior kelenjar prostat yang mengitari

uretra distal dan meliputi hingga 70% kelenjar prostat normal pada lelaki

muda. Dari bagian kelenjar inilah lebih dari 70% penyakit kanker prostat

berasal.

4. Zona Transisional

Zona ini bertanggung jawab terhadap 5% volume prostat dan sangat jarang

terkait dengan karsinoma. Zona Transisi mengitari uretra proksimal dan

merupakan wilayah kelenjar prostat yang bertumbuh sepanjang hidup anda.

Zona ini terlibat dalam pembesaran prostat jinak.

5. Kelenjar-Kelenjar Periuretra

Bagian ini terdiri dari duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar

abortif tersebar sepanjang segmen uretra proksimal.


C. Etiologi

Faktor yang diduga sebagai penyebab timbulnya adenokarsinoma prostat

adalah predisposisi genetik, hormonal, diet, lingkungan dan infeksi. Kanker prostat

ternyata leboh banyak diderita oleh bangsa Afro-Amerika yang berkulit hitam

daripada bangsa kulit putih. Bangsa Asia (Cina dan Jepang) lebih sedikit menderita

penyakit ini namun mereka yang pindah ke Amerika mendapatkan kemungkinan

menderita penyakit lebih besar daripada yang tetap tinggal di negara asalnya. Hal ini

menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan dan kebiasaan hidup sehari-hari juga

berperan dalam patogenesis penyakit ini.

Diet yang banyak mengandung lemak, susu yang berasal dari hewan, daging

merah, dan hati diduga meningkatkan kejadian kanker prostat. Beberapa nutrisi

diduga dapat menurunkan insiden kanker prostat antara lain vitamin A, beta karoten,

isoflavon atau fitoestrogen yang banyak terdapat pada kedelai, likofen (antioksidan

karotenoid yang banyak terdapat pada tomat), selenium (terdapat pada ikan laut,

daging, biji-bijian), dan vitamin E. Kebiasaan merokok dan paparan bahan kimia

kadmium yang banyak terdapat pada alat listrik dan baterai berhubungan erat dengan

timbulnya kanker prostat.

D. Patofisiologi

Menurut Mansjoer Arif dkk (2000), sebagian besar kanker prostat adalah

adenokarsinoma yang berasal dari sel asinar prostat dan bermula dari volume yang

kecil kemudian membesar hingga menyebar. Karsinoma prostat paling sering

ditemukan pada zona perifer sekitar 75%, pada zona sentral atau zona transisi sekitar

15-20%, sedangkan menurut Presti (2004), dan Purnomo (2011), sekitar 60-70%

terdapat pada zona perifer, 10-20% pada zona transisional, dan 5-10% pada zona

sentral.
Munculnya kanker prostat secara laten pada usia tua banyak terjadi. Sepuluh

persen pria usia enam puluh tahun mempunyai kanker prostat’diam’dan tidak

bergejala. Persentasi ini bertambah usia. Pada tiga puluh persen kematian pria yang

sebelumnya mempunyai keluhan atau gejala kanker prostat ternyata pada pemeriksaan

ditemukan adanya tumor ganas ini. Pertumbuhan dari kanker prostat asimtomatis

yang kebemukan pada umumnya lambat sekali. Sembilan puluh persen tumor tersebut

merupakan adenokarsinoma. Umumnya, penyakitnya multifocal keganasan sering

terjadi terletak di pinggir kelenjar. Prognosisnya langsung bergantung pada derajat

keganasan sel-sel dan kadar infiltrasi ke dalam pembuluh darah limfe dan pembuluh

balik (Jong dan Sjamsuhidayat, 2004)

Menurut Mc. NEAL (1988), mengemukakan konsep tantang zona anatomi

dari prostat. Komponen kelenjar dari prostat sebagian besar terletak atau membentuk

zona perifer. Zona perifer ini ditambah dengan zona sentral yang terkecil merupakan

95% dari komponen kelenjar. Komponen kelenjar yang lain (5%) membentuk zona

transisi. Zona transisi ini terletak tepat di luar uretra di daerah verumontanum. Proses

hiperplasia dimulai di zona transisi. Sebagian besar proses keganasan (60-70%)

bermula di zona perifer, sebagian juga dapat tumbuh di zona transisi dan zona sentra

Karsinoma prostat berupa lesi multi sentrik.

Kanker prostat menyebar ke kelenjar limfe di panggul kemudian ke kelenjar

limfe retroperitoneal atas. Penyebaran hematogen terjadi melalui V, vertebralis ke

tulang panggul, femur proksimal, ruas tulang lumbal, dan tulang iga. Metastasis

tulang sering bersifat osteoklastik. Kanker ini jarang menyebar ke sumsum tulang dan

visera, khususnya hati dan paru (jong dan Sjamsuhidajat, 2010).


E. Pathway

F. Manifestasi Klinis

Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun

keluhan diluar saluran kemih.

1. Keluhan Pada Saluran Kemih Bagian Bawah

Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract

symptom (LUTS) terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritasi (Mansjoer Arif dkk,

2000).

a. Gejala obstruksi

Gejala obstruksi disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars

prostatika karena didesak oleh sel kanker prostat yang membesar dan
kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama

sehingga kontraksi terputus-putus.

Gejalanya ialah :

1. Menunggu pada permulaan miksi (hesitancy)

2. Pancaran miksi lemah (weak stream)

3. Miksi terputus (intermittency)

4. Rasa belum puas sehabis miksi (sensation of incomplete blander emptying)

5. Menetes setelah miksi (terminal dribbling)

b. Gejala iritatif

Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaris

yang tidak sempurna saat miksi atau disebabkan oleh karena hipersensitifitas

otot detrusor karena pembesaran sel kanker prostat menyebabkan

rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun

belum penuh.,

Gejalanya ialah :

1. Bertambahnya frekuensi miksi (frekuensi) \

2. Nokturia

3. Miksi sulit ditahan (urgency)

4. Nyeri pada saat miksi (dysuria) atau saat ejakulasi

5. Keluarnya darah pada saat miksi atau saat ejakulasi

2. Keluhan Pada Saluran Kemih Bagian Atas

Keluhan akibat kanker prostat pada nsaluran kemih bagian atas berupa

nyeri atau kekakuan pada punggung bawah, pinggul atau paha atas dan tidak

nyaman di daerah panggul akibat penyebaran di kelenjar getah bening yang

terletak di panggul.
G. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah. Retensi kronik

dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b.

Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia /

hemoroidd. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya

batue. Hematuriaf. Sistitis dan Pielonefritis.

H. Penatalaksanaan

Tindakan penanganan terhadap kanker prostat yang perlu diperhatikan faktor –

faktor yang berhubungan dengan prognosis kanker prostat yang dibagi kedalam dua

kelompok yaitu faktor – faktor prognostik klinis dan patologis kanker prostat. Faktor

prognostik klinis adalah faktor – faktor yang dapat dinilai melalui pemeriksaan fisik,

tes darah, pemeriksaan radiologi dan biopsi prostat. Faktor klinis ini sangat penting

karena akan menjadi acuan untuk mengidentifikasi karakteristik kanker sebelum

dilakukan pengobatan yang sesuai. Sedangkan faktor patologis adalah factor – factor

yang memerlukan pemeriksaan, pengangkatan dan evaluasi kesuruhan prostat

(Buhmeida et. al. 2006).

Faktor – prognostik antara lain :

1. Usia pasien

2. Volume tumor

3. Grading atau Gleason score

4. Ekstrakapsular ekstensi

5. Invasi ke kelenjar vesikula seminalis

6. Zona asal kanker prostat

7. Faktor biologis seperti serum PSA, IGF, p53 gen penekan tumor dan lain –

lain.
Penangangan kanker prostat di tentukan berdasarkan penyakitnya apakah

kanker prostat tersebut terlokalisasi, penyakit kekambuhan atau sudah mengalami

metastase. Selain itu juga perlu diperhatikan faktor – faktor prognostik diatas yang

sangat penting untuk melakukan terapi kanker prostat. Untuk penyakit yang masih

terlokalisasi langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan watchfull waiting

atau memantau perkembangan penyakit. Watchfull waiting merupakan pilihan yang

tepat untuk pria yang memiliki harapan hidup kurang dari 10 tahun atau memiliki skor

Gleason 3 + 3 dengan volume tumor yang kecil yang memiliki kemungkinan

metastase dalam kurun waktu 10 tahun apabila tidak diobati (Choen dan Douglas,

2008). Sumber lain menuliskan bahwa watchfull waiting dilakukan bila pasien

memiliki skor Gleason 2 – 6 dengan tidak adanya nilai 4 dan 5 pada nilai primer dan

sekunder karena memiliki resiko yang rendah untuk berkembang (Presti, 2008).

Pada pasien dianjurkan untuk dilakukan operasi radikal prostatektomi dan

kemudian jaringan prostat dilakukan pemeriksaan patologi anatomi. Radikal

prostatektomi adalah prosedur bedah standar yang mengangkat prostat dan vesika

seminalis. Prognosis pasien yang melakukan radikal prostatektomi tergantung dengan

gambaran patologis spesimen prostat. Indikasi utama pengobatan prostatektomi

radikal adalah penderita dengan tumor terlokalisir (T1-T2) dengan harapan hidup saat

diagnosis > 10 tahun, umumnya usia maksimal 75 tahun, Sudah tentu sebelum

memilih pengobatan ini harus dicari dan dipertimbangkan adanya komorbiditas yang

dapat menyulitkan saat operasi atau memperburuk keadaan penderita setelah tindakan

pembedahan (Bartsch et.al. 2006).


I. Derajat Diferensiasi Sel dan Stadium

1. Derajat Diferensiasi Sel

Derajat diferensiasi sel yang sering digunakan adalah sistem Gleason.

Sistem ini didasarkan atas pola perubahan arsitektur dari kelenjar prostat yang

dilihat secara makroskopik dengan pembesaran rendah (60-100 kali). Dari

pengamatan dibedakan dua jenis pola tumor, yaitu pola ekstensif (primary pattern)

dan pola tidak ekstensif (secondary pattern). Kedua tingkat itu dijumlahkan

sehingga menjadi grading dari Gleason (Purnomo, 2011).

Tabel 1 Derajat Diferensiasi Kanker

No Prostat Menurut Gleason Grade Hispatologi


1 2-4 Diferensiasi Baik
2 5-7 Diferensiasi Sedang
3 8-10 Diferensiasi Buruk
Sumber : Purnomo, 2011

2. Stadium Kanker Prostat

Sistem staging yang digunakan untuk Kanker prostat adalah menurut

AJCC (American Joint Committee on Cancer) 2010/ system TNM 2009.

Tx Tumor tidak dapat


ditentukan
T0
Tumor tidak ada
T1
Tidak dapat diraba,
penemuan histologik
kebetulan
T1a tumor ditemukan
tidak sengaja pada
TUR;≤ 5% merupakan
keganasan
T1b tumor ditemukan
tidak sengaja pada TUR;
> 5% merupakan
keganasan
T1c tumor ditemukan
pada biopsi jarum karena
terdapat peningkatan
T2 PSA

Tumor teraba
T2a pada ≤ 1/2 lobus
T2b pada 1/2 – 2 lobus
T3 T3c pada 2 lobus

Menembus simpai
dan/atau vesika seminalis
T3a penyebaran
ekstrakapsular unilateral
T3b penyebaran
ekstrakapsular bilateral
T3c tumor menginfasi
vesika seminalis
T4
Tumor terinfeksi atau
mengeinvasi struktur
sekitarnya lebih dari
vesika seminalis
T4a tumor menginfasi
leher blandder dan/atau
sfingter ekstema dan/atau
rektum
Nx
Metastasis kelenjar limfe
regional tidak dapat
ditentukan

N0 Tidak ada metastasis kelenjar limfe


regional

N1 Metastasis kelenjar linmfe regional ≤ 2


cm

N2 Metastasis kelenjar limfe regional 2-5


cm, atau kelenjar regional multipel,
tidak > 5 cm pada dimensi terbesar

N3 Metastasis kelenjar limfe regional > 5


cm pada dimensi terbesar

Mx Metastasis jauh tidak dapat ditentukan

M0 Tidak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh
M1a meliputi kelenjar limfe nonregional
M1b meliputi tulang
M1c meliputi metastasis jauh yang lain
Sumber : Kemenkes RI, 2015

Keterangan : Sistem TNM (Tumor, Node, Metastase), yaitu:

1. Tumor : besar atau luas tumor asal ( Tis = tumor belum menyebar ke jaringan sekitar; T1-4

= ukuran tumor)

2. Node : penyebaran kanker ke kelenjar getah bening (N0 = tidak menyebar ke kelenjar getah

bening; N1-3 = derajat penyebaran)

3. Metastase : ada atau tidaknya penyebaran ke organ jauh (M0 = tidak ada / M1 = ada)

(Diananda , 2009)

Faktor utama yang berpengaruh pada penyebarannya adalah lokasi kanker.

Kemungkinan menyebar lebih besar bila di apeks atau di basal karna lemahnya kapsul pada

lokasi ini. Metastasis hematogenik yang sering terjadi adalah penyebaran ke tulang vertebra

lumbal, tulang pangggul, tulang femurtroksimal, tulang iga, tulang sternum, dan tulang

kepala (Mansjoer Arif dkk, 2000).

Menurut Diananda (2009), dan Suprianto (2010), kanker prostat dikelompokkan

menjadi 4 stadium:

1. Stadium I : Benjolan/kanker tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisik atau DRE biasanya

ditemukan secara tidak sengaja setelah pembedahan prostat karena penyakit lain.

2. Stadium II : Kanker terlokalisasi pada prostat dan biasanya ditemukan pada pemeriksaan

fisik atau tes PSA.

3. Stadium III : Jaringan kanker telah menginvasi sebagian besar prostat, dan menyebar

menembus ke luar dari kapsul prostat, mengenai vesikula seminalis, leher kandung kemih

dan rongga pelvis, tetapi belum sampai menyebar ke kelenjar getah bening.

4. Stadium IV : Kanker telah menyebar (metastase) ke kelenjar getah bening regional maupun

bagian tubuh lainnya (misalnya tulang belakang dan paru-paru).


J. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan colok dubur kebanyakan Kanker prostat terletak di zona perifer

prostat dan dapat dideteksi dengan colok dubur jika volumenya sudah > 0.2 ml. Jika

terdapat kecurigaan dari colok dubur berupa: nodul keras, asimetrik, berbenjol-benjol,

maka kecurigaan tersebut dapat menjadi indikasi biopsi prostat. Delapan belas persen

dari seluruh penderita Kanker prostat terdeteksi hanya dari colok dubur saja,

dibandingkan dengan kadar PSA. Penderita dengan kecurigaan pada colok dubur

dengan disertai kadar PSA > 2,6 ng/ml mempunyai nilai prediksi 5-30% ( Kemenkes

RI, 2015).

2. USG transrektal (TRUS)

3. Biopsi

4. CT Scan

CT scan diperiksa jika dicurigai adanya metastasis pada limfonudi (N), yaitu

menunjukkan skor Gleason tinggi (>7) atau kadar PSA tinggi. Dibandingkandengan

USG transrektal, MRI lebih akurat dalam menentukan luas ekstensi tumor ke

ekstrakapsuler atau ke vasikula seminalis (Purnomo, 2011).

Diagnosa kanker prostat dapat dilakukan atas kecurigaan pada saat

pemeriksaan colok dubur. Kecurigaan ini kemudian dikonfirmasi dengan biopsi,

dibantu dengan Trans Rectal Ultrasound Scanning (TRUSS). Ada 50% lebih lesi

yang dicurigai pada saat colok dubur terbukti sebagai kanker prostat. Pada kanker

prostat stadium awal biasanya ditemukan pada saat pemeriksaan colok dubur berupa

nodul keras atau secara kebetulan ditemukan adanya tingkat kadar penanda tumor
PSA (Prostate Specific Antigens) pada saat pemeriksaan laboratorium (Purnomo,

2011).

Tes Prostate-Specific Antigen digunakan untuk menghitung kadar PSA di

dalam darah pasien. Tes ini digunakan untuk mendiagnosa BPH dan carcinoma

prostat. Direkomendasikan untuk laki-laki diantara 40 - 50 tahun yang punya risiko

tinggi. Stamey, adalah pertama untuk mengaitkan kadar serum PSA dengan volume

jaringan prostate. Dalam penelitian yang dilakukan pada tahun 1980-an didapatkan

kadar serum PSA daripada BPH adalah 0.30 ng/mL per gram jaringan dan 3.5 ng/mL

per cm3 dari jaringan kanker. Vesely, mendapatkan bahawa volume prostat dan kadar

serum serum PSA mempunyai korelasi signifikan dan meningkat dengan pertambahan

usia. Kadar PSA meningkat secara moderate dalam 30 hingga 50% pasien BPH,

tergantung besarnya prostat dan derajat obstruksi, dan PSA juga meningkat bagi 25

hingga 92% pasien dengan carcinoma prostat, tergantung volume tumor tersebut

(Roehrborn, 2013).

Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus,

mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada

perabaan melalui colok dubur harus diperhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran

prostat jinak konsistensi kenyal), seperti asimetri, nodul pada prostat, batas atas yang

dapat diraba. Pada kanker prostat, prostat teraba lebih keras dari sekitarnya atau ada

prostat asismetri dengan bagian yang lebih keras. Dengan colok dubur dapat diketahui

batu prostat bila teraba krepitasi.

Pemeriksaan laboratorium yang biasanya dilakukan adalah uroflowmetri dan tes

prostate-specific antigen (PSA). Uroflowmetri merupakan teknik urodinamik untuk

menilai uropati obstruktif dengan mengukur pancaran urin pada waktu miksi. Apabila

Flow rate < 15 mL/sec, ini menandakan obstruksi, dan apabila postvoid residual volume >
100 mL, ini menandakan retensi. Angka normal laju pancaran urin ialah 12 ml/detik

dengan puncak laju pancaran mendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran

melemah menjadi 6 – 8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 – 15 ml/detik. Semakin

berat derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan (Roehrborn, 2013).

Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan mengukur pancaran urin pada waktu

buang air kecil yang disebut uroflowmetri. Angka normal pancaran kemih rata-rata 10-12

ml per detik dan pancaran maksimal 20 ml per detik. Pada obstruksi ringan, pancaran

menurun antara 6-8 ml per detik sedangkan maksimal pancaran menjadi 25 ml per detik

atau kurang. Obstuksi uretra menyebabkan bendungan saluran kemih sehingga

mengganggu faal ginjal karena hidronefrosis menyebabkan infeksi dan urolitiasis (Jong

dan Sjamsuhidajat, 2010). Kanker Prostat yang sudah mengadakan metastasis ke tulang

memberikan gejala nyeri tulang, fraktur pada tempat metastasis, atau kelainan

neurologis jika metastasis pada tulang vertebra.

Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies) dapat dilihat dengan

pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak dapat

membedakan apakah penyebabnya adalah obstruk7si atau daya kontraksi otot detrusor

yang melemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan

pancaran dengan menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram. Dengan cara ini maka

sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran urin dapat diukur (Homma et al. 2011).

Pemeriksaan pada tulang dilakukan dengan Bone scan. Bone scan dipergunakan

untuk mencari metastasi hematogen pada tulang. Pemeriksaan ini cukup sensitive, tetapi

beberapa kelainan tulang hasil positif palsu antara lain arthritis dengan degenerative pada

tulang belakang, penyakit Paget, setelah sembuh dari cedera patah tulang atau adanya

penyakit tulang yang lain.

Pengobatan Kanker prostat ditentukan berdasarkan beberapa factor yaitu grading

tumor, staging, ko-morbiditas, preferensi penderita, usia harapan hidup saat diagnosis.
Dalam menentukkan usia harapan hidup, maka digunakan batasan usia sebagai salah satu

parameter untuk menentukan pilihan terapi (Kemenkes RI, 2015).

K. Pencegahan

Menurut Purnomo (2011), Beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadiya

kanker prostat adalah sebagai berikut:

1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung Vitamin A, beta karoten, isoflavom,

vitoestrogen yang terdapat kedelai, likofen (anti oksidan karotenoit yang banyak

terdapat pada tomat), selenium ( terdapat ikan laut, daging, biji-bijian),Vitamin E

serta tinggi serat

2. Menghindari makanan yang berlemak tinggi

3. Menghindari konsumsi daging yang berlebihan

4. Membatasi makanan yang diawetkan atau yang mengangung penyedap rasa


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Sirkulasi : Peninggian TD (Efek pembesaran ginjal

2. Eliminasi :

a. Penurunan kekuatan/dorongan aliran urin

b. Ketidak mampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap

c. Nokturia, disuria, hematuria.

d. ISK berulang, riwayat batu (stasis urinaria)

3. Makanan atau cairan :

a. Anoreksia; mual, muntah

b. Penurunan berat badan

4. Nyeri/kenyamanan :

a. Nyeri suprapubis (prostatitis akut)

b. Nyeri punggung bawah.

5. Penyuluhan : Adanya riwayat keluarga kanker, penyakit ginjal.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa sebelum operasi

1. Perubahan eliminasi urine: frekuensi, urgensi, hesistancy, inkontinensi,

retensi, nokturia atau perasaan tidak puas setelah miksi berhubungan dengan

obstruksi mekanik : pembesaran prostat.

2. Nyeri berhubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder terhadap

pelebaran prostat.
3. Gangguan tidur dan istirahat berhubungan dengan sering terbangun sekunder

terhadap kerusakan eliminasi: retensi disuria, frekuensi, nokturia.

Diagnosa setelah operasi

4. Nyeri berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi sekunder pada

prostatektomi.

5. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari

prostatektomi bekuan darah odema.

6. Kurang pengetahuan: tentang prostatektomi sehubungan dengan kurang

informasi .

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Perubahan Tujuan: Pola eliminasi 1. Jelaskan pada klien tentang 1. Meningkatkan


eliminasi urine: normal . perubahan dari pola pengetahuan
frekuensi, eliminasi . klien sehingga klien
urgensi, Kriteria hasil : 2. Dorong klien untuk kooperatif dalam
hesistancy, berkemih tiap 2 – 4 jam tindakan keperawatan.
inkontinensi, 1. Klien dapat berkemih
dan bila dirasakan .
retensi, nokturia dalam jumlah normal,
3. Anjurkan klien minum
atau perasaan tidak teraba distensi 2 . Meminimalkan retensi
sampai 3000 ml sehari,
tidak puas setelah kandung kemih urine, distensi yang
dalam toleransi jantung
miksi 2. Residu pasca berkemih berlebihan pada
bila diindikasikan.
berhubungan kandung kemih
kurang dari 50 ml
dengan obstruksi
3. Klien dapat berkemih
mekanik : 3 . Peningkatan aliran
volunter
pembesaran cairan,
prostat.
mempertahankan
perfusi ginjal dan
membersihkan ginjal
dan kandung kemih dari
pertumbuhan bakteri.
2. Nyeri berhubungan Tujuan : Klien 1.Kaji nyeri, perhatikan lokasi, 1. Memberi informasi
dengan menunjukan bebas dari intensitas ( skala 1-10 ), dan untuk membantu dalam
penyumbatan ketidaknyamanan lamanya. menentukan
saluran kencing pilihan Intervensi
sekunder terhadap Kriteria hasil : 2.Beri tindakan kenyamanan,

pelebaran prostat. contoh: membantu klien 2. Meningkatkan relaksasi,


1. Klien melaporkan nyeri melakukan posisi yang memfokuskan kembali
hilang / terkontrol nyaman, mendorong perhatian dan dapat
penggunaan relaksasi / meningkatkan
2. Ekspresi wajah klien latihan nafas dalam. kemampuan koping.
rileks
3. Beri kateter jika 3. Retensi urine
3. Klien mampu untuk diinstruksikan untuk retensi menyebabkan infeksi
istirahat dengan cukup urine yang akut : mengeluh saluran kemih, hidro
ingin kencing tapi tidak bisa. ureter dan hidro
4. Tanda-tanda vital dalam
nefrosis.
batas normal 4. Observasi tanda – tanda
vital.
4. Mengetahui
perkembangan lebih
lanjut

3. Gangguan tidur dan Tujuan: Kebutuhan tidur 1. Jelaskan pada klien 1. Meningkatkan
istirahat dan istirahat terpenuhi. dan keluarga pengetahuan klien
berhubungan penyebab gangguan sehingga klien
dengan sering Kriteria hasil: tidur / istirahat dan mau kooperatif
terbangun kemungkinan cara terhadap
1. Klien mampu istirahat /
sekunder terhadap untuk tindakan keperaw
tidur dengan waktu yang
kerusakan menghindarinya. atan.
cukup.
eliminasi: 2. Ciptakan suasana 2. Suasana yang
retensi disuria, yang mendukung tenang akan
2. Klien mengungkapkan
frekuensi, nokturia. dengan mengurangi mendukung
sudah bisa tidur.
kebisingan. istirahat klien.
3. Batasi masukan 3. Menentukan
minuman yang rencana untuk
mengandung kafein. mengatasi
gangguan.

4. Nyeri berhubungan Tujuan: Nyeri berkurang 1. Jelaskan pada klien 1. Kien dapat
dengan spasme atau hilang. tentang gejala dini mendeteksi gajala
kandung kemih dan spasmus kandung kemih. dini spasmus kandung
insisi sekunder kemih.
pada Kriteria hasil : 2.Pemantauan klien pada
prostatektomi. interval yang teratur selama 2. sehingga obat –
1. Klien mengatakan nyeri 48 jam, untuk mengenal obatan bisa
berkurang / hilang. gejala – gejala dini dari diberikan.
spasmus kandung kemih.
2. Ekspresi wajah klien
tenang.

3. Klien akan menunjukkan


ketrampilan relaksasi.
5. Perubahan Tujuan: Eliminasi urine 1.Pertahankan irigasi 1.Mencegah retensi pada
eliminasi urine normal dan tidak terjadi kandung kemih yang konstan saat dini.
berhubungan retensi urine. selama 24 jam pertama
dengan obstruksi 2.dapat menghambat

sekunder dari Kriteria hasil: 2.Pertahankan posisi dower aliran urine.

prostatektomi kateter dan irigasi kateter. 3.Mencegah bekuan darah


1. Klien akan berkemih menyumbat aliran urine.
bekuan darah
dalam jumlah normal 3.Anjurkan intake cairan
odema . 4.Melancarkan aliran
tanpa retensi. 2500-3000 ml sesuai
urine.
toleransi.

2.Klien akan menunjukan


perilaku yang
meningkatkan kontrol
kandung kemih.

6. Kurang Tujuan: Klien dapat 1. Beri penjelasan untuk 1. Dapat menimbulkan


pengetahuan: menguraikan pantangan mencegah aktifitas perdarahan .
tentang kegiatan serta kebutuhan berat selama 3-4 2.Mengedan bisa
prostatektomi berobat lanjutan . minggu. menimbulkan perdarahan,
sehubungan 2. Pemasukan cairan pelunak tinja bisa
dengan kurang Kriteria hasil: sekurang–kurangnya mengurangi kebutuhan
informasi . 2500-3000 ml/hari. mengedan pada waktu
1. Klien akan melakukan
3. Kosongkan kandung BAB .
perubahan perilaku.
kemih apabila kandung 3.Mengurangi potensial
2. Klien berpartisipasi
kemih sudah penuh . infeksi dan gumpalan
dalam program
darah .
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Dialihbahasakan oleh Smeltzer.


Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Jual. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Edisi 10. Jakarta: EGC

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran,
EGC.
Kusuma A, 2013. https://id.scribd.com/doc/149114976/Laporan-Pendahuluan-Cancer-
Prostat. Diakses pada hari kamis, 22 Agustus 2019.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 jilid kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.

Nanda. 2007. Diagnosa Nanda NIC & NOC. Jakarta: EGC

Ninda W. 2010. Laporan Pendahuluan Carsinoma Prostat. www.scribd.com/doc/

Anda mungkin juga menyukai