Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : ANC (Antenatal Care)


Penyuluh : Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Malang Prodi
D-III Keperawatan Malang
Kelompok Sasaran : Keluarga Pasien
Tanggal/Bln/Th : 19 Februari 2019
Waktu : 20 menit

A. LATAR BELAKANG
Kematian ibu merupakan masalah besar bagi negara berkembang tentunya dinega
Indonesia. Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan masih minim dan memerlukan perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh
dan lebih bermutu.Pengawasan antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan
ditujukan untuk menyiapkan baik fisik maupun mental ibu di dalam masa kehamilan dan
kelahiran serta menemukan kelainan dalam kehamilan dalam waktu dini sehingga dapat
diobati secepatnya. Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan secara teratur dapat
menurunkan angka kecacatan dan kematian baik ibu maupun janin.
Oleh karena itu pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu hamil merupakan hal
yang sangat penting selain sebagai deteksi dini keadaan janin dan ibu juga, guna sebagai
upaya untuk meminimalisir kematiann bayi yang diakibatkan oleh kurang aktifnya ibu
dalam melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur.

B. TUJUAN
1) Tujuan Instruksional Umum :
Setelah penyuluhan ini diharapkan peserta dapat memahami tentang
pentingnya pemeriksaan pada ibu hamil.
2) Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 25 menit diharapkan sasaran
mampu menyebutkan tentang
1. Menjelaskan pengertian dari antenatal-care
2. Menjelaskan tentang tujuan antenatal-care
3. Menjelaskan tentang pelaksana antenatal-care
4. Menjelaskan tentang lokasi pelayanan antenatal-care
5. Menjelaskan tentang Pelaksanaan Pelayanan antenatal-care
6. Menjelaskan tentang frekuensi kunjungan, antenatal-care
7. Menjelaskan tentang keluhan pada masa kehamilan

C. KEGIATAN
No TAHAP KEGIATAN KEGIATAN ALOKASI MEDIA
PENYULUH PESERTA WAKTU
(MENIT)
1. Pembukaan - Memberi salam - Menjawab salam 5 menit
- Memperkenalkan - Mendengarkan
diri dan
- Menjelaskan topik memperhatikan
dan tujuan penyaji
penyuluhan
- Menjelaskan kontrak
waktu
2. Penjelasan Pelaksanaan - Peserta 10 menit
- Menjelaskan penyuluhan
pengertian dari berusaha
antenatal-care mengikuti
- Menjelaskan tentang kegiatan
tujuan antenatal-care penyuluhan
- Menjelaskan tentang sesuai dengan
pelaksana antenatal- bahasa yang
care dipahami dan
- Menjelaskan tentang kemampuannya
lokasi pelayanan
antenatal-care
- Menjelaskan tentang
Pelaksanaan
Pelayanan antenatal-
care
- Menjelaskan tentang
frekuensi kunjungan,
antenatal-care
- Menjelaskan tentang
keluhan pada masa
kehamilan
4 Penutup - Melakukan - Menjawab 10 menit
diskusi(menjawab pertanyaan
pertanyaan) - Mendengarkan
- Melakukan evaluasi ringkasan
dengan memberikan materi
pertanyaan - Mendengarkan
- Menyampaikan hasil evaluasi
ringkasan materi - Menjawab
- Menyampaikan salam
hasil evaluasi
- Mengakhiri
pertemuan dan
mengucapkan
terimakasih atas
perhatiannya dan
mengucapkan salam

D. METODE
Ceramah dan tanya jawab
E. MEDIA
Leafleat
Poster
Power Point

F. EVALUASI
 Menanyakan pengertian dari antenatal-care
 Menanyakan tentang tujuan antenatal-care
 Menanyakan tentang pelaksana antenatal-care
 Menanyakan tentang lokasi pelayanan antenatal-care
 Menanyakan tentang Pelaksanaan Pelayanan antenatal-care
 Menanyakan tentang frekuensi kunjungan, antenatal-care
 Menanyakan tentang keluhan pada masa kehamilan

G. SUMBER PUSTAKA
 Rita Yulifah dan Tri Johan Agus Yuswanto. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas.
Jakarta : Salemba Medika
 www.scribd.com (https://www.scribd.com/doc/189214692/Sap-
Antenatal-Care) , Diakses Tanggal 18 Februari 2019
LAMPIRAN :

MATERI
1. Pengertian ANC (Antenatal Care)
Pemerikasaan Antenatal Care (ANC) adalah pemerikasaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar.

Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini
mungkin semanjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pada setiap kunjungan ANC, petugas mengumpulkan dan menganalisis
data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan diagnosisi kehamilan intrauterine serta ada tidaknya masalah atau
komplikasi.

2. Tujuan ANC (Antenatal Care)

Menurut Depkes RI (2004), tujuan ANC adalah untuk menjaga agar ibu
hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan
selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.

Adapun tujuan umum ANC adalah sebagai berikut:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu


dan tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal, dan
sosial ibu dan bayi.
3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan,
dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI Eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

3. Pelaksana ANC (Antenatal Care)

Sebagai pelaksana pelayanan antenatal care terdiri atas :

 Tenaga medis meliputi dokter umum dan dokter spesialis Obstretik


Gineokologi.
 Tenaga perawat meliputi bidan/perawat yang telah mendapatkan pelatihan
antenatal care

4. Lokasi ANC (Antenatal Care)

Tempat pemberian pelayanan antenatal care dapat bersifat statis dan aktif
meliputi :

1. Puskesmas/ puskesmas pembantu


2. Pondok bersalin desa.
3. Posyandu.
4. Rumah Penduduk (pada kunjungan rumah.
5. Rumah sakit pemerintah/ swasta
6. Rumah sakit bersalin
7. Tempat praktek swasta (bidan dan dokter)

5. Pelaksanaan ANC (Antenatal Care)

Pelayanan Antenatal Care (ANC) selengkapmya mencakup anamnesis,


pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi
dan intervasi khusus dengan tingkat resiko dengan peneraan operasional yang
dikenal dengan “10 T” untuk pelayanan antenatal yang terdiri dari :
1. Timbang Berat Badan dan Tinggi Badan
Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan
masa tubuh (BMI: Body Mass Index) dimana metode ini untuk menentukan
pertambahan berat badan yang optimal selama masa kehamilan, karena
merupakan hal yang penting mengetahui BMI wanita hamil. Total pertambahan
berat badan pada kehamilan yang normal 11,5-16 kg. adapun tinggi badan
menentukan ukuran panggul ibu, ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu
hamil antara lain >145 cm. Rekomendasi WHO pada wanita dinegara
berkembang, kenaikan BB selama kehamilan 5-9 kg atau minimal 1 kg setiap
bulan selama 2 trimester terakhir kehamilan.
2. Ukur Tekana Darah
Pengukuran tekanan darah/tensi dilakukan secara rutin setiap ANC,
diharapkan tenakan darah selama kehamilan tetap dalam keadaan normal (120 / 80
mmHg). Hal yang harus diwaspadai adalah apabila selama kehamilan terjadi
peningkatan tekanan darah (hipertensi) yang tidak terkontrol, karena
dikhawatirkan dapat terjadinya preeklamsia atau eklamsia (keracunan dalam masa
kehamilan) dan dapat menyebabkan ancaman kematian bagi ibu dan janin /
bayinya. Hal yang juga harus menjadi perhatian adalah tekanan darah rendah
(hipotensi), seringkali disertai dengan keluhan pusing dan kurang istirahat.
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Pada seorang ibu hamil untuk menentukan usia kehamilan dilakukan pemeriksaan
abdominal/perut secara seksama. Pemeriksaan dilakukan dengan cara melakukan
palpasi (sentuhan tangan secara langsung di perut ibu hamil) dan dilakukan
pengukuran secara langsung untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila
umur kehamilan bertambah.
Usia Kehamilan TFU dalam cm Tinggi Fundus Uteri
 28 Minggu 25 cm 3 Jari diatas pusat
 32 Minggu 27 cm Pertengahan pusat dengan processus
xyphoideus
 36 Minggu 30 cm 1 jari dibawah processus xyphoideus
 40 Minggu 33 cm 3 jari dibawah processus xyphoideus
Pemeriksaan ini dilakukan pula untuk menentukan posisi, bagian terendah
janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. Pemantauan ini bertujuan untuk
melihat indikator kesejahteraan ibu dan janin selama masa kehamilan.
4. Pemberian Tablet Zat Besi (min 90 tablet)
Wanita hamil cenderung terkena anemia (kadar Hb darah rendah) pada 3
bulan terakhir masa kehamilannya, karena pada masa itu janin menimbun
cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah
lahir. Anemia pada kehamilan dapat disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan zat
besi untuk pertumbuhan janin, kurangnya asupan zat besi pada makanan yang
dikonsumsi ibu hamil, pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan,
dan adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat
persalinan sebelumnya dan menstruasi.
Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak, kematian janin, abortus, cacat bawaan,
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), anemia pada bayi yang dilahirkan, lahir
prematur, pendarahan, rentan infeksi. Defisiensi besi bukan satu-satunya
penyebab anemia, tetapi apabila prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi biasanya
dianggap sebagai penyebab yang paling dominan. Pertimbangan itu membuat
suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap sebagai salah satu cara yang
sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia. Anemia dapat diatasi dengan
meminum tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada ibu hamil
umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari
selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60
miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat.
5. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid
Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka
kematian bayi atau neonatus yang disebabkan oleh penyakit tetanus, maka
dilakukan kegiatan pemberian imunisasi TT.
Manfaat dari imunisasi TT ibu hamil diantaranya:
 Melindungi bayi yang baru lahir dari penyakit tetanus neonatorum.
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus
(bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani,
yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim
saraf pusat.
 Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.
Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari
program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal (pada ibu
hamil) dan tetanus neonatorum (bayi berusia kurang dari 1 bulan).
Pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis
0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan (dalam otot atau dibawah kulit).
Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan
imunisasi TT lengkap. TT1 dapat diberikan sejak di ketahui postif hamil dimana
biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan. Jarak
pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada kehamilan umumnya diberikan 2
kali saja, imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu untuk yang
kedua diberikan 4 minggu kemudian.. akan tetapi untuk memaksimalkan
perlindungan maka dibentuk program jadwal pemberian imunisasi pada ibu hamil.
6. Tes laboratorium
Tes laboratorium sederhana yang dilakukan saat pemeriksaan kehamilan
adalah pemeriksaan Hb untuk menilai status anemia atau tidak pada ibu hamil.
Sebaiknya pemeriksaan Hb ini dilakukan sejak trimester I, sehingga apabila
ditemukan kondisi anemia akan dapat segera diterapi dengan tepat.
Apabila didapatkan resiko penyakit lainnya saat kehamilan seperti darah
tinggi/hipertensi dan kencing manis/diabetes melitus, maka dapat dilakukan tes
laboratorium lainnya seperti tes fungsi ginjal, kadar protein (albumin dan
globulin), kadar gula darah dan urin lengkap.
Tes laboratorium dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ibu
hamil saat melakukan pemeriksaan kehamilan dan bertujuan untuk mengatasi
risiko penyakit lain selama kehamilan. Sehingga ketika waktu persalinan dapat
berlangsung dengan aman dan sehat.
7. Tes Terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)
Ibu hamil resiko tinggi terhadap PMS, sehingga dapat mengganggu
saluran perkemihan dan reproduksi. Upaya diagnosis kehamilan dengan PMS di
komunitas adalah melakukan diagnosis pendekatan gejala, memberikan terapi,
dan konseling untuk rujukan. Hal ini bertujuan untuk melakukan pemantauan
terhadap adanya PMS agar perkembangan janin berlangsung normal.
8. Status gizi ibu
Untuk mengetahui status gizi ibu hamil, haruslah dilakukan beberapa
pengukuran. Bidan / dokter saat pemeriksaan masa kehamilan akan melakukan
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).Pengukuran LILA dilakukan pada
wanita usia subur (15-45 tahun) dan ibu hamiluntuk memprediksi adanya
kekurangan energi dan protein yang bersifat kronis atau sudah terjadi dalam
waktu lama.
Pengukuran LILA dilakukan dengan melingkarkan pita LILA sepanjang
33 cm, atau meteran kain dengan ketelitian 1 desimal (0,1 cm). Saat dilakukan
pengukuran, ibuhamil pada posisi berdiri dan dilakukan pada titik tengah antara
pangkal bahu dan ujung siku lengan kiri, jika ibu hamil yang bersangkutan tidak
kidal.
Sebaliknya jika dia kidal, pengukuran dilakukan pada lengan kanan. Hal
ini dilakukan untuk memperkecil bias yang terjadi, karena adanya pembesaran
otot akibat aktivitas, bukan karena penimbunan lemak. Demikian juga jika lengan
kiri lumpuh, pengukuran dilakukan pada lengan kanan.
Dengan pengukuran LILA dapat digunakan untuk deteksi dini dan
menapis risiko bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Setelah melalui
penelitian khusus untuk perempuan Indonesia, diperoleh standar LILA sebagai
berikut :
 Jika LILA kurang dari 23,5 cm, berarti status gizi ibuhamil kurang,
misalnya kemungkinan mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau
anemia kronis, dan berisiko lebih tinggi melahirkan bayi BBLR.
 Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm, berarti status gizi ibuhamil baik,
dan risiko melahirkan bayi BBLR lebih rendah.
9. Letak presentase bayi dan djj
Dalam melakukan pemeriksaan fisik saat kehamilan, bidan / dokter akan
melakukan suatu pemeriksaan untuk menentukan posisi janin, terutama saat
trimester III atau menjelang waktu prediksi persalinan. Selain itu, akan dilakukan
pula pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) sebagai acuan untuk mengetahui
kesehatan ibu dan perkembangan janin, khususnya denyut jantung janin dalam
rahim. Denyut jantung janin normal permenit adalah sebanyak 120-160 kali.
Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil, dan denyut
jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan.

Alat yang sering digunakan dalam menentukan posisi janin dan denyut
jantung janin saat ini adalah USG (Ultra Sono Grafi). USG adalah suatu alat
dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik (gelombang
yang memiliki frekuensi yang tinggi yaitu 250 kHz – 2.000 kHz) yang kemudian
hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. USG ini aman untuk janin dan sang
ibu.

10. Temu wicara dan Tata Laksana Kasus


Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan tindakan
yang harus dilakukan oleh bidan atau dokter dalam temu wicara, antara lain :
 Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu menentukan pilihan
yang tepat.
 Melampirkan kartu kesehatan ibu beserta surat rujukan
 Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil
rujukan
 Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
 Memberikan asuhan Antenatal (selama masa kehamilan)
 Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah
 Menyepakati diantara pengambil keputusan dalam keluarga tentang
rencana proses kelahiran
 Persiapan dan biaya persalinan
6. Pelaksanaan ANC (Antenatal Care)

Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas
kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan
kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang
datang ke fasilitas pelayanan tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang
dikunjungi petugas kesehatan dirumahnya.
Selama kehamilan keadaan ibu dan janin harus selalu dipantau jika terjadi
penyimpangan dari keadaan normal dapat dideteksi secara dini dan diberikan
penanganan yang tepat. Oleh karena itu ibu hamil diharuskan memeriksakan diri
secara berkala selama kehamilannya.
berdasarkan standar pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang dengan
ketentuan sebagai berikut :
- Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
- Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan.
- Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan.
- Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai dengan bersalin.
Dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya standar minimal
yaitu dengan pemeriksaan ANC 4 kali selama kehamilan dengan distribusi
sebagai berikut :
- Minimal satu kali pada trimester I
- Minimal satu kali pada trimester II
- Minimal dua kali pada trimester III
Frekuensi ANC diharapkan paling kurang 8 kali (7 – 9 kali) sehingga
pengawasan ibu dan janin dapat dilaksanakan dengan optimal. Pemeriksaan
kehamilan tersebut dilaksanakan dengan jadwal dan kegiatan sebagai berikut :
 Kunjungan 1 (0-12 minggu), kunjungan II 12-24 minggu
Pada kunjungan ini dilakukan:
1. Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstertric dan ginekologi.
2. Pemeriksaan fisik ; Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh, bunyi
jantung, bunyi pernafasan, reflek patella, edema dan lain-lain.
3. Pemeriksaan obstetric : Usia kehamilan, tinggi fundus uteri, DJJ (kehamilan
lebih dari 12 minggu), pengukuran panggul luar.
4. Pemeriksaan laboratorium : urine lengkap, darah (Haemoglobin, leukosit,
Diff, Golongan darah, Rhesus, sitologi, dan gula darah).
5. Penilaian status gizi, dilihat dari keseimbangan antara berat badan (BB) dan
tinggi badan (TB).
6. Penilaian resiko kehamilan.
7. KIE pada ibu hamil tentang keberhasilan diri dan gizi ibu hamil.
8. Pemberian imunisasi TT 1.
 Kunjungan III, 28 – 32 Minggu
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, laju pertumbuhan
janin, kelainan atau cacat bawaan.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Anemnese meliputi keluhan dan perkembangan yang dirasakan oleh ibu.
2. Pemeriksaan fisik dan obstetric (pengukuran panggul luar tak perlu
dilakukan lagi).
3. Pemerksaan dengan USG. Biometri janin (besar dan usia kehamilan),
aktifitas janin, kelainan, cairan ketuban dan letak plasenta, serta keadaan
plasenta.
4. Penilaian resiko kehamilan.
5. KIE tentang perawatan payudara.
6. Pemberian imunisasi TT 2 dan vitamin bila perlu.
 Kunjungan IV kehamilan 34 minggu.
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan dan pemeriksaan
laboratorium ulang. Kegiatannya adalah
1) Anamnese keluhan dan gerakan janin.
2) Pengamatan gerak janin
3) Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pemeriksaa panggl dalam bagi kehamilan
pertama)
4) Penilaian resiko kehamilan.
5) Pemeriksaan laboratorium ulang : Hb, Ht, dan gula darah.
6) Nasehat senam hamil, perawatan payudara dan gizi.
 Kunjungan V (36 minggu), Kunjungan VI (38 minggu), Kunjungan VII
(40 minggu) (2 minggu 1 kali)
` Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, aktifitas janin dan
pertumbuhan janin secara klinis.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Anamnese meliputi keluhan, gerakan janin dan keluhan.
2. Pemeriksaan laboratorium ulang (Hb dan gula darah).
3. Pemeriksaan fisik dan obstetrik.
4. Penilaian resiko kehamilan.
5. USG ulang pada kunjungan 4.
6. KIE tentang senam hamil, perawatan payudaran, dan persiapan persalinan.
7. Pengawasan penyakit yang menyertai kehamilan dan komplikasi trimester
III.
8. Penyuluhan diet 4 sehat 5 sempurna.
 Kunjungan VIII 41 minggu, kunjungan IX 42 minggu (1 minggu sekali)
Pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian, kesejahteraan janin dan
fungsi plasenta serta persiapan persalinan.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Anamnese meliputi keluhan dan lain-lain.
2. Pengamatan gerak janin.
3. Pemeriksaan fisik dan obstetric.
4. Pemeriksaan USG yaitu pemeriksaan yang memantau keadaan jantung
janin sehubungan dengan timbulnya kontraksi.
5. Memberi nasehat tentang tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan dan
rencana untuk melahirkan.
6. Sesuai standar kunjungan ibu hamil diatas maka semakin tua umur
kehamilan harus semakin sering memeriksakan kehamilannya, resiko
kehamilan semakin tinggi, semakin tinggi pula kebutuhan untuk
memeriksakan kehamilannya.
Tabel Frekuensi / Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Minimal Frek Optimal Frek Ideal Frek

Triwulan I 1 - Kehamilan 1 - Sejak haid 1


1 – 12 terlambat 1
minggu bulan
- Kehamilan 2 - Sampai 5
12 – 28 kehamilan
minggu 28 mg (1
Triwulan II 1 - Kehamilan 1 bulan 1x) 4
28 – 32 - Kehamilan
minggu 28-36 mg (2
Triwulan 2 - Kehamilan 3 mg 1x) 5
III 34 – 40 - Kehamilan 7
minggu / 37
- Kehamilan (1 mg 1x)
41 – 42
minggu
Total 4 9 15

7. Pelaksanaan ANC (Antenatal Care)

Keluhan ada masa hamil adalah suatu kondisi bersifat subyektif dimana
pada individu yang hamil terjadi proses adaptasi terhadap kehamilannya.
Keluhan-keluhan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
 Keluhan pada Triwulan I usia kehamilan 1 – 3 bulan
Pada triwulan ini keluhan yang timbul adalah :
1. Mual dan Muntah
Terutama terjadi pada pagi hari dan akan hilang menjelang tengah
hari. (Morning Sicknes)
2. Perasaan neg atau mual
Hal ini terjadi bila mencium bau yang menyengat penciuman,
misalnya : Bawang goreng, minyak rambut.
3. Pusing terutama bila akan bangun dari tidur
Hal ini terjadi karena adanya gangguan keseimbangan, perut
kosong.
4. Sering kencing
Sering kencing terjadi karena tekanan uterus yang membesar dan
menekan pada kandung kencing.
5. Keputihan (leukorhoe)
Pengaruh peningkatan hormon kehamilan (estrogen dan
progesteron) yang mempengaruhi mukosa servix dan vagina.
6. Pengeluaran darah pervaginam
Bila terjadi perdarahan, perlu diwaspadai ancaman abortus.
7. Perut membesar lebih besar dari usia kehamilan
Bila terjadi pembesaran uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan
diwaspadai kemungkinan terjadi molla hidatidosa.
Perasaan gembira dengan penerimaan kehamilan akan mempengaruhi
penerimaan ibu terhadap kelainan-kelainan yang timbul. Sebaliknya karena
menolak kehamilan, keluhan tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman dan
menimbulkan antipati terhadap kehamilannya. Pada masa ini sering timbul konflik
karena pengalaman baru, sehingga ibu hamil perlu mendapatkan perhatian dan
dukungan suami.
 Keluhan pada triwulan II, usia 4 – 6 bulan
Pada triwulan ini keluhan yang bersifat subyektif sudah berakhir, sehingga
bila ada ibu hamil masih mendapatkan keluhan seperti pada triwulan I yang
menyangkut faktor-faktor subyektif, perlu diwaspadai kemungkinan adanya faktor
psikologis.
Pada triwulan ini sering ditandai adanya adaptasi ibu terhadap
kehamilannya, perasaan ibu cenderung lebih stabil, karena keluhan yang terjadi
pada triwulan I sudah terlewati. Ibu merasakan pengalaman baru, mulai
merasakan gerakan bayi, terdengarnya detak jantung janin (DJJ) melalui alat
doptone atau melihat gambar/posisi melalui pemeriksaan USG. Triwulan II juga
dikatakan fase aman untuk kehamilan, sehingga aktifitas ibu dapat berjalan tanpa
gangguan yang berarti.
 Pada triwulan III, usia kehamilan 7 – 9 bulan
Pada triwulan ini keluhan yang sering muncul akan mencerminkan
prognose kehamilan. Keluhan yang bersifat subyektif perlu mendapatkan
perhatian karena hal ini menunjukkan kepada kondisi patologis. Kejadian yang
sering timbul antara lain :
1. Pusing disertai pandangan berkunang-kunang
Hal ini dapat menunjukkan kemungkinan terjadi anemia dengan
HB kurang dari 10 %.
2. Pandangan mata kaburdisertai pusing
Hal ini dapat digunakan rujukan kemungkinan adanya hipertensi.
3. Kaki odem
Odem pada kaki perlu dicurigai karena sebagai salah satu gejala
dari trias klasik ekslamsi, yakni hipertensi, odem pada kaki dan protein uri.
Sesak nafas pada triwulan III perlu dicurigai kemungkinan adanya
kelainan adanya kelainan letak (sungsang) kelainan posisi bayi.
4. Perdarahan
Pada triwulan III bisa terjadi perdarahan pervaginam perlu
dicurigai adanya placenta praevia atau solutio plasenta.
5. Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari, cairan jernih
bukan pada saat kencing perlu dicurigai adanya ketuban pecah dini (KPD).
6. Sering kencing
Pada triwulan III karena kepala bayi akan masuk ke pintu atas
panggul (PAP) pada usia kehamilan 36 minggu. Sering kencing
disebabkan tekanan kepala bayi pada kandung kemih.
Apabila ibu hamil mendapat keluhan diatas, perlu segera periksa ke
fasilitas kesehatan, untuk itu penyuluhan pada triwulan III diarahkan kepada hal-
halyang berkaitan dengan antisipasi dari keluhan di atas. Selain keluhan di atas
pada truwulan III ditandai dengan adanya kegembiraan emosi karena akan
lahirnya seorang bayi. Reaksi calon ibu terhadap persalinan secara umum
tergan\tung pada persiapan dan persepsinya terhadap kewjadian ini, untuk itu
kerjasama dan komunikasi yang baik selama ANC perlu dibina sehingga ibu dapat
melalui masa kehamilan dan persalinan dengan perasaan gembira

Anda mungkin juga menyukai