Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

KULTIVASI ARTIFISIAL

Disusun oleh :
Kelompok IX
1. Disa Anggraini (1715041002)
2. Jenie Fahlevi Putri (1715041014)
3. Ria Yunia Sari (1715041003)
4. Rian Adi Prayoga (1715041009)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

1.1 Tujuan Umum


Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah :
1.1.1 Menjelaskan kebutuhan esensial bagi kultivasi sel mikroorganisme secara rtifisial

1.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah :
1.2.1 Mengetahui persyaratan kultivasi sel mo
1.2.2 Mengetahui sumber elemen struktur sel
1.2.3 Mengetahui energi untuk pertumbuhan dan sumbernya
1.2.4 Mengetahui karakteristik kebutuhan lingkungan pertumbuhan
BAB II
ISI
A. KEBUTUHAN ARTIFISIALISASI

 Pada lingkungan alami sel mikroorganisme dapat tumbuh dengan kondisi lingkungan
yang memadai untuk pertumbuhan
 Penggunaan bioteknologi pada skala industri melalui proses fermentasi mengharuskan sel
MO dikembang-biakan pada kondisi artifisial
 Kondisi artifisial yang digunakan haruslah menyerupai lingkungan pertumbuhan alami
sehingga sangat mendukung pertumbuhan sel
 Pertumbuhan sel mengharuskan pembentukan berbagai struktur baru yang ukuran dan
kuantitasnya sama dengan sel awal (reproduksi)
 Formasi struktur-struktur baru diperoleh dari penggandaan seluruh molekul yang ada di
sel
 Untuk menggandakan setiap molekul, sel harus mensintesis seluruh molekul biokimia
yang dibutuhkan dan menyusunnya
 Sintesis dan penyusunan molekul-molekul biokimia mengharuskan sel menyediakan
kebutuhan material proses tersebut
 Kebutuhan material sel diperoleh dari lingkungannya
o Pasokan dari lingkungan akan mendukung pertumbuhan sel MO
o Penciptaan kondisi artifisial harus memperhatikan pertumbuhan dan produktivitas sel
MO

 Artifisialisasi kondisi lingkungan mengharuskan terpenuhinya persyaratan pertumbuhan


dan biosintesa sel MO
 Persyaratan tersebut dapat terpenuhi dengan mencukupi kebutuhan :
- Nutrisi sumber energi
- Nutrisi sumber penyusun struktur sel
- Nutrisi sumber gizi (growth factor)
- Kondisi lingkungan fisik dan kimia yang tepat
- (Sumber : Mikrobiologi Umum Edisi VI, Tatap Muka 06)
Secara Bioteknik Kimia Secara Mikrobiologi

Nutrisi = Material penunjang Nutrisi = Semua material

Substrat = Makanan utama

 Mikroorganisme tidak membutuhkan pasokan kondisi-kondisi yang sama


(Sumber : Mikrobiologi Umum Edisi VI, Tatap Muka 06)
B. NUTRISI KOMPONEN STRUKTURAL
KEBUTUHAN DASAR NUTRISI MIKROBA

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem
tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang
selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Untuk keperluan hidupnya, semua makhluk hidup
memerlukan bahan makanan. Bahan makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk
mendapatkan energi. Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya
membutuhkan bahan-bahan organik dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut
disebut dengan nutrient (zat gizi), sedang proses penyerapanya disebut proses nutrisi

(Suriawiria, 1985).

Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi
dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen,
oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan
sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya
dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih dan higienis pada lingkungan adalah kondisi
yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh
berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan
bersih dan higienis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba
agar pertumbuhannya terkendali

(Anonymous, 2006).

Gambar : Mikroba ( Sumber : trianda.herisonsurbakti.com)


Menurut Waluyo (2005), peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun
sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi).
Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon,
sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara
umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk
sintesis biologik oranisme baru

(Jawetz, 2001).

Pertumbuhan mikoorganisme tergantung dari tersedianya air. Bahan-bahan yang terlarut dalam
air, yang digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan memperoleh energi,
adalaah bahan makanan. Tuntutan berbagai mikroorganisme yang menyangkt susunan larutan
makanan dan persyaratan lingkungan tertentu, sangat berbeda-beda. Oleh sebab itu
diperkenalkan banyak resep untuk membuat media biak untuk mikroorganisme. Pada dasarnya
sesuatu larutan biak sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat-syarat berikut. Di dalamnya
harus tersedia semua unsur yang ikut serta pada pembentukan bahan sel dalam bentuk berbagai
senyawa yang dapat dioloah

(Schlegel, 1994).

Peran Nutrisi Sebagai Dasar Kehidupan Pada Mikroba

Sumber : Juno Biotechcers

Mayoritas komponen seluler adalah karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, fosfor dan elemen ini
merupakan penyusun utama membran, protein, asam nukleat dan struktur seluler lainnya.
Elemen ini diperlukan paling banyak oleh mikroba untuk menyusun komponen selulernya. Oleh
karena itu disebut makronutrien. Elemen lainnya yang sedikit diperlukan oleh mikroba untuk
menyusun komponen selulernya disebut mikronutrien. Elemen lainnya yang sangat sedikit
(bahkan tidak terukur) diperlukan sel untuk menyusun komponen seluler, tetapi harus hadir
dalam nutrisinya disebut trace elemen. Semua elemen yang diperlukan oleh mikroba dipaparkan
dalam bab selanjutnya. Faktor pertumbuhan merupakan molekul organik yang penting bagi
pertumbuhan tetapi tidak mampu disintesis oleh mikroba sendiri seperti vitamin dan asam amino.

( Arudewangga, 2010)

Semua organisme memerlukan karbon, energi dan elektron untuk aktivitas metabolismenya, dan
bakteri telah dikelompokkan berdasarkan metode memperoleh dan mengunakan ketiga
komponen tersebut. Karbon merupakan komponen utama dan penting bagi sistem hidup
khususnya sebagai kerangka makromolekul seluler. Mikroba yang memperoleh karbon dari
karbon dioksida disebut autotrof, sedangkan mikroba yang memperoleh karbon dari molekul
organik disebut heterotrof. Energi untuk keberlangsungan reaksi seluler dapat berasal dari
konversi cahaya atau reaksi oksidasi senyawa organik maupun anorganik. Mikroba fototrofik
mampu mengkonversi cahaya menjadi energi kimia, sedangkan kemotrofik memperoleh energi
dari oksidasi kimiawi baik organik maupun anorganik. Dalam memperoleh energi diperlukan
sumber elektron. Mikroba yang memperoleh elektron dari senyawa organik, disebut organotrof,
sedangkan yang memperoleh elektron dari senyawa anorganik disebut litotrof.

( Arudewangga, 2010)

Jenis-Jenis Nutrisi Yang Diperlukan Mikroba

Mikroorganisme teramat khusus dalam hal sifat-sifat faali. Berkenaan dengan hal tersebut
persyaratan zat gizinya pun juga bersifat khusus. Ribuan macam medium dianjurkan untuk
pembiakannya. Penentuan medium biakan harus berdasarkan persyaratan nutrisi bagi
mikroorganisme yang bersangkutan. Persyaratan nutrisi dalam bentuk zat-zat kimia diperlukan
untuk pertmbuhan dan fungsi normal. Berikut ini persyaratan nutrisi bagi mikroorganisme:

 Semua organisme hidup membutuhkan sumber energi

Beberapa bentuk kehidupan, seperti tumbuhan hijau dapat menggunakan energi cahaya, hal
tersebut dinamakan dengan fototrof. Sedangkan yang lain, seperti hewan berantung pada
oksidasi senyawa-senyawa kimia untuk memperoleh energinya. Makhluk-makhluk semacam
yang disebutkan terakhir disebut dengan kemotrof. Semua organism hidup terbagi menjadi
fototrof dan kemotrof.

 Semua oganisme hidup membutuhkan karbon


Sejumlah organisme membutuhkan sejumlah karbon dalam bentuk senyawa karbon dioksida,
tetapi kebanyakan diantarannya juga membutuhkan beberapa senyawa karbon organik, seperti
gula dan karbohidrat. Tumbuhan, alga, dan beberapa kuman berklorofil membutuhkan karbon
dioksida dan mengubahnya menjadi karbohidrat melalui proses fotosintesis. Ditinjau dari segi
nutrisi, semua organisme yang disebutkan diatas adalah organism ototrof. Bila mereka
memperoleh energinya dari cahaya maka disebut organisme fotoototrof, dan bila memperoleh
energinya dengan cara mengoksidasi senyawa kimia, maka disebut organisme kemoototrof.
Mikroorganisme yang lain tidak dapat menggunakan karbon dioksida sebagai sumber karbon dan
hidupnya bergantung pada organisme ototrof untuk memproduksi karbohidrat dan senyawa-
senyawa organik lain yang digunakan sebagai makanan. Organisme yang membutuhkan
senyawa-senyawa organik lain sebagai sumber karbonnya disebut organissme heterotrof .

( Lud Waluyo, 2004)

Organisme yang berfotosintesis dan bakteri yang memperoleh energi dari oksidasi senyawa
organik menggunakan secara khas bentuk karbon yang paling teroksidasi, CO2, sebagai satu-
satunya sumber utama karbon selular. Perubahan CO2, menjadi unsur pokok sel organik adalah
proses reduktif, yang memerlukan pemasukan bersih energi. Karena itu, di dalam golongan faali
ini, sebagian besar dari energi yang berasal dari cahaya atau dari oksidasi senyawa anorganik
yang tereduksi harus dikeluarkan untuk reduksi CO2 sampai kepada tingkat zat organik.

Semua organisme lain memperoleh karbonnya terutama dari zat gizi organik. Karena
kebanyakan substrat organik adalah setingkat dengan oksidasi umum sebagai unsur pokok sel
organik, zat-zat itu biasanya tidak usah menjalani reduksi pertama yang berguna sebagai sumber
karbon sel. Selain untuk memenuhi keperluan biosintetik akan karbon, maka substrat organik
harus memberikan keperluan energetik untuk sel itu. Akibatnya sebagian besar daripada karbon
yang terdapat pada substrat organik memasuki lintasan lintasan metabolisme yang menghasilkan
energi dan akhirnya dikeluarkan lagi dari sel, sebagai CO2 (hasil utama dalam metabolisme
pernapasan yang menghasilkan energi atau sebagai campuran CO2 dan senyawa organik). Jadi,
substrat organik biasanya mempunyai peran gizi yang lengkap. Pada waktu yang bersamaan,
berguna sebagai sumber karbon dan sumber energi. Banyak mikroorganisme dapat menggunakan
senyawa senyawa organik tunggal untuk memenuhi keperluan kedua zat gizi tersebut seluruhnya.
Akan tetapi, yang lain tidak dapat tumbuh bila hanya diberi satu senyawa organik dan mereka
memerlukan bermacam-macam jumlah senyawa tambahan sebagai zat gizi. Tambahan zat gizi
organik ini mempunyai fungsi biosintetik semata-mata, yang diperlukan sebagai pelopor unsur-
unsur pokok sel organik tertentu yang tidak dapat disintesis oleh organisme tersebut. Zat itu
disebut faktor tumbuh.
(Anonymous, 2010)

Mikroorganisme teramat beragam baik dalam hal macam maupun jumlah senyawa organik yang
dapat mereka gunakan sebagai sumber utama karbon dan energi. Keanekaragaman ini
diperlihatkan secara nyata bahwa tidak ada senyawa organik yang dihasilkan secara alamiah
yang tidak dapat digunakan sebagai sumber karbon dan energi oleh beberapa mikroorganisme.
Karena itu, tidaklah mungkin untuk memberikan secara singkat sifat-sifat kimiawi sumber
karbon organik untuk mikroorganisme. Variasi yang luar biasa mengenai keperluan akan karbon
adalah salah satu segi fisiologis yang paling menarik dalam mikrobiologi.

Kebanyakan organisme yang bergantung pada sumber-sumber karbon organik memerlukan CO2
pula sebagai zat gizi dalam jumlah yang sangat kecil, karena senyawa ini digunakan dalam
beberapa reaksi biosentitik. Akan tetapi, karena CO2 biasanya dihasilkan dalam jumlah banyak
oleh organisme yang menggunakan senyawa organik, persyaratan biosintetik dapat terpenuhi
melalui metabolisme sumber karbon organik dan energi. Sekalipun demikian, peniadaan CO2
sama sekali sering kali menangguhkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
media organik, dan beberapa bakteri dan cendawan memerlukan konsentrasi CO2 yang relatif
tinggi di dalam atmosfer (5-10 %) untuk pertumbuhan yang memadai dalam media organik.

 Semua organisme hidup membutuhkan nitrogen

Tumbuhan menggunakan nitrogen dalam bentuk garam nitrogen anorganik seperti kalium nitrat,
sedangkan hewan membutuhkan senyawa nitrogen organik, seperti protein dan produk
perurainnya, yakni peptida dan asm-asam amino tertentu. Beberapa kuman sangat beragam
terhadap kebutuhan nitrogen; beberapa menggunakan nitrogen atmosferik, beberapa tumbuh
pada senyawa nitrogen anorganik, dan yang lain membutuhkan nitrogen dalam bentuk senyawa
nitrogen organik. (Suriawiria, 1999)

 Semua organisme hidup membutuhkan belerang (sulfur) dan fosfor

Persyaratan akan zat sulfur pada hewan secara khas dipenuhi oleh senyawa-senyawa sulfur
organik. Sedangkan persayaratan akan sulfur pada tumbuhan secara khas dipenuhi melalui
senyawa-senyawa anorganik. Fosfor biasanya diberikan sebagai fosfat yaitu garam-garam fosfat.

Belerang adalah komponen dari banyak substansi organik sel. Belerang membentuk bagian
struktur beberapa koenzim dan ditemukan dalam rantai samping cisteinil dan merionil protein.
Belerang dalam bentuk asalnya tidak dapat digunakan oleh tumbuhan atau hewan. Namun,
beberapa bakteri autotropik dapat mengoksidasinya menjadi sulfat (SO42-). Kebanyakan
mikroorganisme dapat menggunakan sulfat sebagai sumber belerang, mereduksi sulfat menjadi
hidrogen sulfida (H2S). Beberapa mikroorganisme dapat mengasimilasi H2S secara langsung
dari medium pertumbuhan tetapi senyawa ini dapat menjadi racun bagi banyak organisme.

 Semua organisme hidup membutuhkan beberapa unsure logam. Natrium, kalium,


magnesium, mangan, besi, seng, tembaga, dan kobalt

Berbagai unsur tersebut digunakan untuk pertumbuhan yang normal, tidak terkecuali kuman.
Jumlah yang dibutuhkan biasanya amat kecil dan diukur dalam satuan ppm (part per million =
persejuta).

 Semua organisme hidup membutuhkan vitamin

Vitamin adalah senyawa organik khusus yang penting untuk pertumbuhan. Kebanyakan vitamin
berfungsi membentuk subsansi yangmengaktifkan enzim. Dalam aspek nutrisi akan vitamin pada
bakteri menunjukkan pola yang beragam. Meskipun bakteri membutuhkan vitamin didalam
proses metaboliknya yang normal, beberapa mikroba mampu mensintesis seluruh kebutuhan
vitaminnya.

 Semua organisme hidup membutuhkan air

Air pada organisme berfungsi untuk membantu fungsi-fungsi metabolik dan pertumbuhannya.
Untuk mikroorganisme, semua nutrient harus dalam bentuk larutan sebelum dapat memasuki
selnya.

( Lud Waluyo, 2004)

Sejumlah besar mineral dibutuhkan untuk fungsi enzim. Ion magnesium (Mg2+) dan ion ferrum
(Fe2+) juga ditemukan pada turunan porfirin yaitu: magnesium dalam molekul klorofil, dan besi
sebagai bagian dari koenzim sitokrom dan peroksidase. Mg2+ dan K+ keduanya sangat penting
untuk fungsi dan kesatuan ribosom. Ca2+ dibutuhkan sebagai komponen dinding sel gram
positif, meskipun ion tersebut bebas untuk bakteri gram negatif. Banyak dari organisme laut
membutuhkan Na+ untuk pertumbuhannya. Dalam memformulasikan medium untuk pembiakan
kebanyakan mikroorganisme, sangatlah penting untuk menyediakan sumber potassium,
magnesium, kalsium, dan besi, biasanya dalam bentuk ion-ion (K+, Mg2+, Ca2+, dan Fe2+).
Banyak mineral lainnya seperti: Mn2+, Mo2+, Co2+, Cu2+, dan Zn2+ dibutuhkan, dan mineral
ini kerapkali terdapat dalam air kran atau sebagai kontaminan dari kandungan medium lainnya.

 Semua organisme hidup membutuhkan oksigen


Untuk sel, oksigen tersedia dalam bentuk air. Selanjutnya oksigen juga terdapat dalam CO2 dan
dalam bentuk senyawa organik. Selain itu masih banyak organisme yang tergantung dari oksigen
molekul (O2 atau dioksigen). Oksigen yang berasal dari molekul oksigen hanya akan
diinkorporasi ke dalam substansi sel kalau sebagai sumber karbon digunakan metana atau
hidrokarbon aromatik yang berantai panjang. Menilik hubungannya dengan oksigen dapat
dibedakan sekurang-kurangnya tiga kelompok organisme, organisme aerob obligat yang mampu
menghasilkan energi hanya melalui respirasi dan dengan demikian tergantung pada oksigen.
Organisme anaerob obligat hanya dapat hidup dalam lingkungan bekas oksigen. Untuk
organisme ini O2 bersifat toksik. Mikroorganisme anaerob fakultatif tumbuh dengan adanya O2
udara, jadi bersifat aerotoleran; tetapi organisme ini tidak dapat memanfaatkan O2, tetapi
memperoleh energi semata-mata dari peragian. Jenis bakteri anaerob fakultatif lain
(Enterobacteriaceae) dan banyak ragi dapat beralih dari peroleh energi dengan respirasi (dengan
adanya O2) ke peragian (tanpa O2).

JENIS NUTRISI

Nutrien dalam media perbenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis
biologik organisme baru. Nutrient diklasifikasikan berdasarkan elemen yang mereka suplai.

Sumber Karbon

Tumbuhan-tumbuhan dan beberapa bakteri mampu mengunakan energi fotosintetik untuk


mereduksi karbondioksida pada penggunaan air. Organisme ini termasuk kelompok autotrof,
makhluk hidup yang tidak membutuhkan nutrient organik untuk pertumbuhannya. Autotrof lain
adalah khemolitotrof, organisme yang menggunakan substrat anorganik seperti hidrogen atau
thiosulfat sebagai reduktan dan karbondioksida sebagai sumber karbon.

“Heterotrof membutuhkan karbon organik untuk pertumbuhannya, dan karbon organik tersebut
harus dalam bentuk yang dapat diasimilasi. Contohnya, naphthalene dapat menyediakan semua
karbon dan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan respirasi heterotropik, tetapi sangat
sedikit organisme yang memiliki jalur metabolik yang perlu untuk asimilasi naphthalene.
Sebaliknya, glukosa, dapat membantu pertumbuhan fermentatif atau respirasi dari banyak
organisme. Adalah penting bahwa substrat pertumbuhan disuplai pada tingkatan yang cocok
untuk galur mikroba yang akan ditumbuhkan. Karbondioksida dibutuhkan pada sejumlah reaksi
biosintesis. Banyak organisme respiratif menghasilkan lebih dari cukup karbondioksida untuk
memenuhi kebutuhannya, tetapi yang lain membutuhkan sumber karbondioksida pada medium
pertumbuhannya
(Jawetz, 2001).”

Keperluan akan Zat Karbon

Organisme yang berfotosintesis dan bakteri yang memperoleh energi dari oksidasi senyawa
organik menggunakan secara khas bentuk karbon yang paling teroksidas, CO2, sebagai satu-
satunya sumber utama karbon selular. Perubahan CO2, menjadi unsur pokok sel organik adalah
proses reduktif, yang memerlukan pemasukan bersih energi. Karena itu, di dalam golongan faali
ini, sebagian besar dari energi yang berasal dari cahaya atau dari oksidasi senyawa anorganik
yang tereduksi harus dikeluarkan untuk reduksi CO2 sampai kepada tingkat zat organik.

Sumber Nitrogen dan Belerang

Nitrogen merupakan komponen utama protein dan asam nukleat, yaitu sebesar lebih kurang 10
persen dari berat kering sel bakteri. Nitrogen mungkin disuplai dalam bentuk yang berbeda, dan
mikroorganisme beragam kemampuannya untuk mengasimilasi nitrogen. Hasil akhir dari seluruh
jenis asimilasi nitrogen adalah bentuk paling tereduksi yaitu ion ammonium (NH4+).

Banyak mikroorganisme memiliki kemampuan untuk mengasimilasi nitrat (NO3) dan nitrit
(NO2) secara reduksi dengan mengubahnya menjadi amoniak (NH3). Jalur asimilasi ini berbeda
dengan jalur dissimilasi nitrat dan nitrit. Jalur dissimilasi digunakan oleh organisme yang
menggunakan ion ini sebagai elektron penerima terminal dalam respirasi, proses ini dikenal
sebagai denitrifikasi, dan hasilnya adalah gas nitrogen (N2), yang dikeluarkan ke atmosfer.

Keperluan Akan Nitrogen dan Belerang

Nitrogen dan belerang terdapat pada senyawa organik sel terutama dalam bentuk yang terinduksi
masing-masing sebagai gugus amino dan sulfhidril. Kebanyakan organisme fotosintetik
mengasimilasi kedua unsur ini dalam keadaan anorganik yang teoksidasi, sebagai nitrat dan
sulfat, jadi penggunaan biosintetiknya meliputi reduksi pendahuluan. Banyak bakteri
nonfotosintetik dan cendawan dapat juga memenuhi keperluannya akan nitrogen dan belerang
dari nitrat dan sulfat. Beberapa mikroorganisme tidak dapat mengadakan reduksi salah satu atau
kedua anion ini dan harus diberikan unsur dalam bentuk tereduksi. Keperluan akan sumber
nitrogen yang tereduksi agak umum dan dapat dipenuhi oleh persediaan nitrogen sebagai garam-
garam ammonium. Keperluan akan belerang tereduksi lebih jarang, bahan itu dipenuhi dari
persediaan sulfida atau dari senyawa organik yang mengandung satu gugus sulfhidril (misalnya
sisteine).
Persyaratan akan nitrogen dan belerang sering kali juga dapat diperoleh dari zat gizi organik
yang mengandung kedua unsur ini dalam kombinasi organik yang tereduksi (asam amino atau
hasil penguraian protein yang lebih kompleks, seperti pepton). Tentu saja, senyawa-senyawa
seperti itu dapat menyediakan sumber karbon organik dan energi, sekaligus memenuhi keperluan
selular akan karbon, nitrogen, belerang, dan energi. Beberapa bakteri dapat juga memanfaatkan
sumber nitrogen alam yang paling banyak, yaitu N2. Proses asimilasi nitrogen ini disebut fiksasi
nitrogen dan meliputi reduksi permulaan N2 menjadi amino.

Sumber Phospor

Fosfat (PO43-) dibutuhkan sebagai komponen ATP, asam nukleat dan sejumlah koenzim seperti
NAD, NADP dan flavin. Selain itu, banyak metabolit, lipid (fosfolipid, lipid A), komponen
dinding sel (teichoic acid), beberapa polisakarida kapsul dan beberapa protein adalah bergugus
fosfat. Fosfat selalu diasimilasi sebagai fosfat anorganik bebas (Pi).

Sumber Mineral

Sejumlah besar mineral dibutuhkan untuk fungsi enzim. Ion magnesium (Mg2+) dan ion ferrum
(Fe2+) juga ditemukan pada turunan porfirin yaitu: magnesium dalam molekul klorofil, dan besi
sebagai bagian dari koenzim sitokrom dan peroksidase. Mg2+ dan K+ keduanya sangat penting
untuk fungsi dan kesatuan ribosom. Ca2+ dibutuhkansebagai komponen dinding sel gram positif,
meskipun ion tersebut bebas untuk bakteri gram negatif. Banyak dari organisme laut
membutuhkan Na+ untuk pertumbuhannya. Dalam memformulasikan medium untuk pembiakan
kebanyakan mikroorganisme, sangatlah penting untuk menyediakan sumber potassium,
magnesium, kalsium, dan besi, biasanya dalam bentuk ion-ion (K+, Mg2+, Ca2+, dan Fe2+).
Banyak mineral lainnya (seperti Mn2+, Mo2+, Co2+, Cu2+, dan Zn2+) dibutuhkan: mineral ini
kerapkali terdapat dalam air kran atau sebagai kontaminan dari kandungan medium lainnya.

Pengambilan besi dalam bentuk hidroksida yang tak larut pada pH netral, difasilitasi pada
banyak bakteri dan fungi dengan produksi senyawa siderofor yang mengikat besi dan
mendukung trasnportasinya sebagai kompleks terlarut. Semua ini meliputi hydroxymates (-
CONH2OH) yang disebut sideramines, dan turunan catechol (seperti 2,3-
dihydroxybenzolyserine). Siderofor yang dibentuk plasmid memainkan peranan utama dalam
sifat invasi beberapa bakteri patogen.

Sumber Oksigen
Untuk sel oksigen tersedia dalam bentuk air. Selanjutnya oksigen juga terdapat dalam CO2 dan
dalam bentuk senyawa organik. Selain itu masih banya organisme yang tergantung dari oksigen
molekul (O2 atau dioksigen). Oksigen yang berasal dari molekul oksigen hanya akan
diinkorporasi ke dalam substansi sel kalau sebagai sumber karbon digunakan metana atau
hidrokarbon aromatic yang berantai panjang. Menilik hubungannya dengan oksigen dapat
dibedakan sekurang-kurangnya tiga kelompok organisme: organisme aerob obligat yang mampu
menghasilkan energi hanya melalui respirasi dan dengan demikian tergantung pada oksigen.
Organisme anaerob obligat hanya dapat hidup dalam lingkungan bekas oksigen. Untuk
organisme ini O2 bersifat toksik. Mikroorganisme anaerob fakultatif tumbuh dengan adanya O2
udara, jadi bersifat aerotoleran; tetapi organisme ini tidak dapat memanfaatkan O2, tetapi
memperoleh energi semata-mata dari peragian. Jenis bakteri anaerob fakultatif lain
(Enterobacteriaceae) dan banyak ragi dapat beralih dari peroleh energi dengan respirasi (dengan
adanya O2) ke peragian (tanpa O2).

C. NUTRISI SUMBER ENERGI


Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung nutrisi lengkap yang dapat
memenuhi kebutuhan gizi tubuh, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin.
(Labib. 2013)
Nutrisi adalah zat yang dibutuhkan makhluk hidup sebagai sumber energi, mempertahankan
kesehatan, pertumbuhan, dan keberlangsungan fungsi pada setiap jaringan dan organ tubuh
secara normal.
(Eddy. 2014)
Nutrisi terbagi dalam 2 golongan, yaitu makronutrisi dan mikronutrisi.

1. Makronutrisi adalah adalah nutrisi yang di butuhkan tubuh dalam jumlah yang besar dan
biasanya berfungsi sebagai sumber energi. Yang termasuk makronutrisi adalah:

 Karbohidrat. contoh makanan sumber karbohidrat: beras, gandum, singkong, kentang,


dll

 Protein. Contoh makanan sumber protein: susu, telur, daging, ikan, kacang-kacangan,
dll

 Lemak. Contoh makanan sumber lemak: susu, telur, kacang-kacangan, kelapa, dll

(Labib. 2013)

2. Mikronutrisi adalah nutrisi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit dan berfungsi
untuk mendukung proses metabolisme tubuh. yang termasuk kedalam mikronutrisi
adalah:

 Vitamin. Contoh makanan sumber vitamin: Buah-buahan, sayur-sayuran, dll

 Mineral. Contoh makanan sumber minderal: buah-buahan, sayur-sayuran, dll


 Air. Air di temukan dalam bentuk sejatinya atau dalam semua jenis bahan pangan
meski dalam kosentrasi yang

sedikit.

(Labib. 2013)

Fungsi Nutrisi adalah:

 Sumber energi

 Pendukung dan pengatur proses metabolisme

 Menjaga keseimbangan metabolisme

 Pembentuk sel-sel jaringan tubuh

 Memperbaiki sel-sel yang rusak

 Mempertahankan fungsi organ tubuh, dll

(Labib. 2013)

Berikut ini nutrisi pada makanan dan peranannya bagi tubuh yaitu :

1. Karbohidrat
Karbohidrat dihasilkan dari sintesis CO2dan H2O dengan bantuan sinar matahari dan zat
hijau daun (klorofil) melalui fotosintesis. Karbohidrat merupakan sumber kalori bagi
organisme heterotrof (makhluk hidup yang tidak dapat membuat makanan sendiri).
Karbohidrat dapat diperoleh dari nasi, jagung, gandum, ubi jalar, ketela pohon, kentang, dan
sagu. Fungsi karbohidrat yaitu sebagai sumber energi untuk beraktivitas.
(Labib. 2013)

2. Protein
Protein terdiri dari asam amino esensial (tidak dapat dibuat di dalam tubuh) dan asam
amino non esensial (dapat dibuat di dalam tubuh). Protein berfungsi sebagai zat pembangun
dan pelindung tubuh, serta dapat pula menyediakan energi. Kekuranganprotein dapat
menyebabkan penyakit kwashiorkor. Menurut sumbernya, protein terbagi menjadi protein
nabati yang berasal dari tumbuhan, misalnya kacang-kacangan, padi-padian, dan sayuran, dan
protein hewani yang diperoleh dari daging hewan. (Labib. 2013)

3. Lemak
Berdasarkan sumbernya, lemak juga dibedakan menjadi lemak nabati dan lemak hewani.
Lemak nabati diperoleh dari kelapa, kemiri, zaitun, kacang tanah, dan buah alpukat.
Sedangkan lemak hewani diperoleh dari daging, keju, mentega, telur, ikan segar, susu, dan
minyak ikan. Lemak berfungsi sebagai penyedia energi cadangan, pembawa zat-zat makanan
yang esensial, dan sebagai pelindung organ-organ tubuh yang lunak, serta melindungi tubuh
dari suhu rendah. (Labib. 2013)

4. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik kompleks yang esensial untuk pertumbuhan dan fungsi
biologis makhluk hidup. Kekurangan vitamin dapat menyebabkan berbagai penyakit dan
terjadinya avitaminosis. Macam-macam vitamin beserta sumber dan fungsinya dijelaskan
dalam tabel berikut. (Labib. 2013)
No. Nama Vitamin Sumber Fungsi Gangguan Akibat Kekurangan
Sayur dan
Xeroftalmia (gangguan
buah
Vitamin A kelenjar air mata)
berwarna Memelihara kesehatan mata dan
(retinol = anti Rabun senja
1. kuning dan kulit
seroftalmia) Kulit kasar
merah, hati, Pertumbuhan tulang dan gigi
C20H30O Kelelahan
susu, dan
daging.
Beri-beri dan edema

Hati, ginjal, Hilang nafsu makan


susu,
Koenzim dalam metabolisme
mentega, Gangguan otot dan jantung
Vitamin Metabolisme karbohidrat
kuning telur,
2. B1(tiamin) Memelihara fungsi sistem saraf
ikan, kacang-
C17H20O6N4 Memelihara sistem pencernaan Mata lemah
kacangan,
dan nafsu makan
dan kulit ari
padi-padian. Pembengkakan neuron pada
susunan saraf pusat

Hati, jantung,
Luka di sudut bibir
Vitamin ginjal, otak, Transmisi rangsangan cahaya ke
Katarak
B2(riboflavin susu, telur, saraf mata
3. Dermatitis
laktoflavin) mentega, Menjaga nafsu makan
Diare
C17H20O6N4 sayuran, dan Memelihara kulit di sekitar mulut
Kelemahan otot
ragi.
Susu, hati, Pertumbuhan sel
Vitamin Penyakit pelagra dengan
telur, dan Bersama fosfat membentuk
4. B3(niasin) gejala 3D (dermatitis, diare, dan
sayur- koenzim yang berperan dalam
C6H5O2N demensia)
sayuran. respirasi sel
Ragi, hati,
Memelihara tingkat gula darah
kuning telur,
Vitamin B5(asam yang normal Radang kulit
daging, buah-
5. pantotenat) Komponen struktur koenzim-A Nafsu makan menurun
buahan, dan
C9H17O3N yang berperan dalam proses oksidasi Insomnia (sulit tidur)
sayur-
sel
sayuran.
Memelihara keseimbangan unsur
Sayuran
Vitamin fosfor dan kalium dalam sel
hijau, hati, Peradangan kulit
6. B6(piridoksin) Aktif dalam pembentukan
daging, telur, Anemia
C8H12O2N antibodi dan beberapa koenzim
dan susu.
dalam metabolisme
Kacang-
kacangan, Anemia
Pembuatan koenzim untuk
Vitamin B11(asam ragi, hati, Diare
produksi eritrosit
7. folat) daging, Megaloblastosis
Membentuk asam nukleat untuk
C12H12O6N7 pisang, (membesarnya sel darah merah)
sintesis protein
lemon, dan Terhambatnya pertumbuhan
sayuran hijau.
Daging,
Vitamin
unggas, ikan, Kelelahan
B12(sianokobalin Metabolisme sel dan pertumbuhan
telur, susu, Pusing
8. = anti anemia jaringan
keju, hati, Anemia
pernisiosa) Pembentukan eritrosit
udang, dan Peradangan saraf
C63H90O14N14P9
kerang.
Jeruk, tomat,
Pendarahan pada gusi dan
nanas, Pembentukan serabut kolagen
persendian
pepaya, Menjaga pelekatan akar gigi pada
Vitamin C (asam Otot sakit
semangka, gusi
9. askorbat) Degenerasi (pengurangan sel-
stroberi, hati, Menjaga elastisitas kapiler darah
C6H8O6 sel kulit)
dan sayur- Koenzim reaksi katabolisme
Skorbut (penyakit karena
sayuran karbohidrat dan lemak
kekurangan vitamin C)
segar.
Susu, minyak
Vitamin D
ikan, kuning Rakhitis (pada bayi)
(ergosterol = Absorbsi fosfor dan kalsium
10. telur, ragi, Osteomalasia (melunaknya
kalsiferol) Pembentukan tulang dan gigi
dan sinar tulang pada orang dewasa)
C28H44O
ultraviolet.
Kecambah,
susu, kuning
Vitamin E Pembentuk eritrosit
telur, kacang- Kemandulan
(tokoferol = anti Membantu fungsi reproduksi
11. kacangan, Penimbunan lemak pada otot
sterilitas) Mencegah oksidasi lemak tak
tumbuhan Pecahnya eritrosit
C29H50O2 jenuh
hijau, biji
gandum.
Kacang-
Vitamin H kacangan,
Koenzim metabolisme Depresi
12. (biotin) ginjal, hati,
karbohidrat, lemak, dan protein Kurang nafsu makan
C10H16O3N2S dan kuning
telur.
Vitamin K
Sayuran Membantu pembekuan darah
(filokinon = anti Pendarahan
13. hijau, hati, Pembentukan protrombin dalam
hemoragia) Darah sukar membeku
dan daging. hati
C31H46O2

5. Mineral
Mineral merupakan zat anorganik dan diperlukan oleh tubuh untuk membantu berbagai
aktivitas yang terjadi dalam tubuh, seperti kerja otot, peredaran darah, pembekuan darah, dan
lain-lain. Berbagai mineral yang diperlukan tubuh dijabarkan dalam tabel berikut. (Labib.
2013)
Nama Akibat Kelebihan
No. Sumber Fungsi Akibat Kekurangan
Mineral
Memelihara Gangguan pada Hipertensi (tekanan
keseimbangan cairan tubuh jantung dan ginjal darah tinggi)
Memelihara Kelelahan dan kejang
keseimbangan pH dalam otot
Natrium Garam
1. sel Turunnya nilai
(Na) dapur
Mengatur permeabilitas osmotik cairan sehingga
sel meningkatkan suhu
Mengatur transmisi tubuh
impuls saraf
Susu, Sebagai kofaktor Kelemahan otot Kejang otot
buah- (komponen kimia untuk Pertumbuhan
buahan, membantu kerja enzim) terhambat
2. Kalium (K) padi- pembentukan karbohidrat Denyut jantung tidak
padian, dan protein teratur dan gangguan
daging, Membantu kontraksi pernapasan
ikan, otot dan menjaga denyut Karies (kerusakan
unggas, jantung pada gigi)
telur, dan Mengatur pelepasan
sayur- insulin dari pankreas
sayuran. Transmisi impuls saraf

Ikan, keju, Hiperkalsemia (kadar


Membentuk matriks Osteoporosis
kubis, kalsium yang terlalu
tulang dan gigi (kerapuhan tulang)
brokoli, tinggi dalam darah)
Membantu proses Rakhitis
Kalsium bit, wortel,
3. pembekuan darah Kejang otot
(Ca) biji-bijian,
Membantu kontraksi Hipokalsemia
dan
otot (rendahnya kadar
kacang-
Transmisi impuls saraf kalsium dalam darah)
kacangan.
Susu, Pengikisan rahang
Pembentukan matriks
kuning
tulang dan gigi
telur,
Mengatur keseimbangan Kerapuhan tulang
daging,
4. Fosfor (P) asam dan basa dalam darah dan gigi
unggas,
Mengerutkan kontraksi Rakhitis
ikan, dan
otot
kacang-
Memacu metabolisme
kacangan.
Susu, Diare
daging, Gangguan fungsi
Respirasi seluler Gangguan ginjal dan
padi- saraf
Magnesium Biokatalisator kardiovaskuler
5. padian,
(Mg) Unsur penting dalam Kontrol emosi dan
dan
otot, tulang, dan eritrosit mental turun
kacang-
kacangan.
Garam Komponen penyusun
Gangguan
dapur, asam lambung -
pencernaan
6. Klor (Cl) susu, telur, Keseimbanga cairan
Kontraksi otot
dan asam basa, elektrolit, dan
abnormal
daging. tekanan osmotik
Telur,
susu, keju, Komponen penyusun -
buah- beberapa vitamin, seperti
Belerang Mengganggu
7. buahan, tiamin, biotin dan
(S) pertumbuhan
dan pantotenat
kacang- Aktivator enzim
kacangan.
Daging, Cirrhosis
unggas, (pembengkakan karena
ikan, meningkatnya cairan
unggas, pada hati)
Respirasi seluler
Zat Besi hati, susu, Lesu, pusing, dan
8. Membentuk
(Fe) telur, anemia
hemoglobin
sayuran
hijau, dan
tepung
gandum.
Ikan laut, Penyakit gondok
minyak Membantu fungsi Penyakit krotinisme -
ikan, kelenjar tiroid (kemunduran fisik dan
9. Yodium (I)
sayuran Pembentukan hormon mental pada anak yang
hijau, dan tiroksin sedang tumbuh) atau
garam tubuh kerdil
beryodium.
Ikan laut, -
kerang,
Membantu metabolisme
hati,
10. Seng (Zn) Membantu pertumbuhan Anemia
daging,
dan reproduksi
susu, telur,
dan tiram.
Susu, Periodental (radang Gigi berwarna cokelat
kuning Menguatkan tulang dan pada jaringan Impuls saraf
11. Flour (F)
telur, ikan, gigi penyangga gigi) terganggu
dan garam. Osteoporosis
Kacang- Pembentukan Pusing, lesu, dan sakit
kacangan, hemoglobin dan eritrosit Anemia kepala.
Tembaga
12. kerang, Memelihara fungsi Gangguan sistem
(Cu)
hati, dan sistem saraf saraf
ginjal. Sintesis hormon

6. Air
Air penting bagi tubuh kamu untuk menjaga kelangsungan hidup. Kamu lebih dapat
menahan lapar daripada menahan haus. Mengapa? Karena sel-sel tubuh kamu membutuhkan
air untuk beraktivitas. Di samping itu, nutrisi yang masuk ke tubuh kamu tidak dapat
digunakan oleh sel-sel tubuhmu bila tidak terlarut dalam air. Air dibutuhkan oleh tubuh
sebagai pembentuk sel dan cairan tubuh, pengatur suhu tubuh, pelarut zat-zat gizi lain dan
pembantu proses pencernaan makanan, pelumas dan bantalan, media transportasi, serta media
pengeluaran sisa metabolisme. (Labib. 2013)

D.NUTRISI SEBAGAI GIZI

Zat gizi adalah substansi yang dapat diperoleh dari berbagai jenis makanan serta digunakan
dalam proses pertumbuhan, perbaikan, dan pemeliharaan perbaikan jaringan tubuh.

(Yovi. 2014)

Zat gizi terbagi menjadi zat gizi organik dan anorganik. Zat gizi organik terdiri atas protein,
karbohidrat, lemak, dan vitamin. Sedangkan zat gizi anorganik terdiri atas air dan mineral. Zat
gizi juga dapat dikelompokkan dengan berdasarkan sumber, fungsi zat gizi, dan jumlah. Untuk
lebih lengkapnya, berikut macam-macam zat gizi.

(Yovi. 2014)

Macam-Macam Zat Gizi Berdasarkan Sumbernya


1) Hewani : merupakan zat gizi yang bersumber dari hewan.
2) Nabati : merupakan zat gizi yang bersumber dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan.
(Yovi. 2014)

Macam-Macam Zat Gizi Berdasarkan Jumlahnya


1) Zat Gizi Makro (Makronutrisi) : Pengertian gizi makro (makronutrisi) merupakan suatu zat
gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang banyak dengan satuan gram. Yang termasuk
makronutrisi adalah karbohidrat, lemak, serta protein.
2) Zat Gizi Mikro (Mikronutrisi) : Pengertian gizi mikro (mikronutrisi) merupakan suatu zat gizi
yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Yang termasuk mikronutrisi adalah mineral,
vitamin, serta air.
(Yovi. 2014)

Fungsi Zat Gizi

1. Penghasil energi tubuh


Zat makanan yang dikonsumsi oleh sistem pencernaan tubuh yang kemudian
diolah sedemikian rupa hingga menghasilkan energi. Dengan adanya energi, maka
manusia dapat untuk melakukan berbagai macam aktifitas atau kegiatan sehari-hari.
Adapaun zat-zat penghasil energi adalah lemak, karbohidrat, dan protein.
(Yovi. 2014)

2. Pembentuk sel jaringan tubuh


zat gizi pembentuk sel jaringan tubuh adalah protein, air, dan mineral. Ketiga
zat tersebut secara bersama-sama akan diolah oleh organ tubuh sampai terbentuk sel
jaringan tubuh baru khususnya sebagai pengganti jaringan yang rusak.
(Yovi. 2014)

3. Pengatur fungsi reaksi biokimia yang ada dalam tubuh (stimulansia)


Supaya fungsi dan reaksi biokimia yang ada dalam tubuh dapat berjalan
dengan baik dan cepat, maka tubuh memerlukan berbagai jenis zat sebagai
stimulansia dalam proses tersebut. Zat vitamin yang dapat membantu dalam proses
reaksi biokimia pada tubuh sampai berjalan dengan baik.
(Yovi. 2014)

Apa itu Gizi Seimbang?


Prinsip gizi seimbang adalah seimbang dalam jumlah tiap kelompok makanan serta yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Selain mengkonsumsi jenis makanan yang bergizi
seimbang, alangkah baiknya untuk menerapkan pola hidup yang sehat salah satunya dengan
berolahraga dan istirahat yang cukup agar tubuh tetap sehat. (Yovi. 2014)

Akibat Kekurangan Zat Gizi

1. Kekurangan zat pengatur seperti vitamin dan mineral pada anak dapat menimbulkan
berbagai penyakit akibat defisiensi vitamin misalnya beri-beri, sariawan, dan lain
sebagainya.

2. Kekurangan zat tenaga seperti lemak dan karbohidrat dapat mengganggu


pertumbuhan anak.

3. Dampak jangka pendek kekurangan protein yang berdampak pada anak ialah
mengalami gangguan bicara, penurunan kesadaran, dan lain sebagainya. Dampak
jangka panjang dapat mengakibatkan gangguan pemusatan perhatian, penurunan
kecerdasan, gangguan penurunan rasa percaya diri dan lain sebagainya. (Yovi. 2014)

E. PENGATURAN KONDISI LINGKUNGAN


Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannya sangat tergantung kepada keadaan sekitarnya,
terlebih-lebih mikroorganisme. Makhluk-makhluk ini tidak dapat menguasai faktor-faktor luar
sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan sekelilingnya. Satu-
satunya jalan untuk menyelamatkan diri ialah dengan menyesuaikan diri (adaptasi) kepada
pengaruh faktor-faktor luar. Kehidupan bakteri tidak hanya di pengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misal, bakteri termogenesis
menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari
medium tempat ia hidup, perubahan ini di sebut perubahan secara kimia. Kondisi lingkungan
yang tepat harus disetel agar memenuhi kebutuhan mikroorganisme sehingga berlangsung
perkembang biakan yang optimal.
(zaif. 2010. "FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI MIKROBA".
https://zaifbio.wordpress.com/2010/11/08/faktor-lingkungan-yang-mempengaruhi-mikroba/.
diunduh pada tanggal 10 oktober 2017)
Adapun faktor-faktor lingkungan dapat di bagi atas faktor-faktor abiotik dan faktor-faktor
biotik. Faktor-faktor abiotik terdiri dari faktor-faktor alam (fisika) dan faktor-faktor kimia,
sedangkan faktor-faktor biotik terdiri atas mahluk-mahluk hidup.

2.5.1 Faktor Abiotik


a. Suhu
Masing-masing mikrobia memerlukan suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu pertumbuhan
suatu mikrobia dapat di bedakan dalam suhu minimum, optimum dan maksimum. Berdasarkan
atas perbedaan suhu pertumbuhannya dapat di bedakan mikrobia yang psikhrofil, mesofil, dan
termofil. Untuk tujuan tertentu suatu mikrobia perlu di tentukan titik kematian termal (thermal
death point) dan waktu kematian termal (thermal death time)- nya.
Daya tahan terhadap suhu itu tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada spesies yang mati
setelah mengalami pemanasan beberapa menit di dalam cairan medium pada suhu 60°C,
sebaliknya ,bakteri yang membentuk spora seperti genus Bacillus dan Clostridium itu tetap hidup
setelah di panasi dengan uap 100°C atau lebih selama kira-kira setengah jam. Untuk sterilisali,
maka syaratnya untuk membunuh setiap spesies untuk membunuh setiap spesies bakteri ialah
pemanasan selama 15 menit dengan tekanan 15 pound serta suhu 121°C di dalam autoklaf.
Dalam cara menentukan daya tahan panas suatu spesies perlu di perhatikan syarat-syarat
sebagai berikut:
1. Berapa tinggi suhu.
2. Berapa lama spesies itu berada di dalam suhu tersebut.
3. Apakah pemanasan bakteri itu di lakukan di dalam keadaan kering atau dalam keadaan
basah.
4. Beberapa pH dari medium tempat bakteri itu di panaskan.
5. Sifat-sifat lain dari medium tempat bakteri itu di panaskan.
Untuk menentukan suhu maut bagi bakteri orang mengambil pedoman sebagai berikut:
Suhu maut (Thermal Death Point) ialah suhu yang serendah-rendahnya yang dapat membunuh
bakteri yang berada di dalam standard medium selama 10 menit. Ketentuan ini mencakup kelima
syarat-syarat tersebut diatas. Perlu diperhatikan kiranya, bahwa tidak semua individu dari suatu
spesies itu mati bersama-sama pada suatu suhu tertentu. Biasanya, individu yang satu lebih tahan
daripada individu yang lain terhadap suatupemanasan, sehingga tepat jugalah bila kita katakana
adanya angka kematian pada suatu suhu (Thermal Death Rate). Sebaliknya jika suatu standard
suhu sudah ditentukan seperti pada perusahaan pengawetan makanan atau dalam perusahaan
susu, maka lamanya pemanasan merupakan faktor yang berbeda-beda bagi tiap-tiap dapatlah
kita adakan penentuan waktu maut (Thermal Death Rate). Biasanya standard suhu itu diatas titik
didih dan pemanasan setinggi ini perlu bagi pemusnahan bakteri yang berspora. Umumnya
bakteri lebih tahan suhu rendah daripada suhu tinggi. Hanya beberapa spesies neiseria mati
karena pendinginan sampai 0° C dalam kedaan basah. Bakteri patogen yang bias hidup di dalam
tubuh hewan atau manusia dapat bertahan sampai beberapa bulan pada suhu titik beku.

b. pH
Mikrobia dapat tumbuh baik pada daerah pH tertentu, misalnya untuk bakteri pada pH 6,5 –
7,5; khamir pada pH 4,0 – 4,5 sedangkan jamur dan aktinomisetes pada daerah pH yang luas.
Setiap mikrobia mempunyai pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhanya.
Berdasarkan atas perbedaan daerah pH untuk pertumbuhanya dapat dibedakan mikrobia yang
asidofil, mesofil ( neutrofil ) dan alkalofil. Untuk menahan perubahan dalam medium sering
ditambahkan larutan bufer. pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri antara 6,5 dan
7,5. Namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keaadaan sangat masam atau sangat alkalin,
bila bakteri di kuitivasi di dalam suatu medium yang mula-mula disesuaikan pHnya misal 7
maka mungkin pH ini akan berubah sebagai akibat adanya senyawasenyawa asam atau basa yang
dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergesaran pH ini dapat sedemikian besar sehingga
mengahambat pertumbuhan seterusnya organisme itu. Pergeseran pH dapat dapat dicegah
dengan menggunakan larutan penyangga dalam medium, larutan penyangga adalah senyawa atau
pasangan senyawa yang dapat menahan perubahan pH.
Istilah pH pada suatu symbol untuk derajat keasaman atau alkanitas suatu larutan; pH=log
(1/[H+]) dengan [H+] sebagai konsentrasi ion hydrogen. pH air suling ialah 7,0 (netral); cuka
2,25; sari tomat, 4,2; susu, 6,6; natrium bikarbonat (0,1N), 8,4; susu magnesia, 10,5.
Nama Asam-Basa Interval pH PK Indikator Warna

Biru timol 8,0 – 9,6 1,7 Merah – kuning

Biru brom fenol 3,0 – 4,6 4,1 Kuning – biru

Merah metal 4,4 – 6,2 5,0 Merah – kuning

Biru brom timo 6,0 – 7,6 7,1 Kuning – biru

Merah feno 6,8 – 8,4 7,8 Kuning – merah

Merah kresol 7,0 – 8,8 8,2 Kuning – merah

Fenolftalein 8,2 – 9,8 9,6 Tak berwarna -merah


muda

c. Kelembaban
Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan
ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85°C, sedangkan untuk jamur dan
aktinomises diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80°C. Kadar air bebas didalam lautan
(aw) merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni,
atau 1/100 dari kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90
– 0,999 sedangkan untuk bakteri halofilik mendekati 0,75. Banyak mikroorganisme yang tahan
hidup didalam keadaan kering untuk waktu yang lama seperti dalam bentuk spora, konidia,
arthrospora, klamidospora dan kista. Seperti halnya dalam pembekuan, proses pengeringan
protoplasma, menyebabkan kegiatan metaobolisme terhenti. Pengeringan secara perlahan-lahan
menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainnya dengan
naiknya kadar zat terlarut.

d. Tekanan osmosis
Pada umumnya mikrobia terhambat pertumbuhannya di dalam larutan yang hipertonis.
Karena sel-sel mikrobia dapat mengalami plasmolisa. Didalam larutan yang hipotonis sel
mengalami plasmoptisa yang dapat di ikuti pecahnya sel. Beberapa mikrobia dapat
menyesuaikan diri terhadap tekanan osmose yang tinggi; tergantung pada larutanya dapat
dibedakan jasad osmofil dan halofil atau halodurik. Medium yang paling cocok bagi kehidupan
bakteri ialah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri di tempatkan di dalam
suatu larutan yang hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis. Larutan
garam atau larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan terjadinya plasmolisis ini.
Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air suling akan kemasukan air sehingga dapat
menyebabkan pecahnya bakteri, dengan kata lain, bakteri dapat mengalami plasmoptisis.
Berdasarkan inilah maka pembuatan suspense bakteri dengan menggunakan air murni itu tidak
kena, yang digunakan seharusnyalah medium cair.
Jika perubahan nilai osmosis larutan medium tidak terjadi sekonyongkonyong, akan tetapi
perlahan-lahan sebagai akibat dari penguapan air, maka bakteri dapat menyesuaikan diri,
sehingga tidak terjadi plasmolisis secara mendadak.

e. Senyawa toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li, dan Pb. Walaupun pada kadar sangat
rendah akan bersifat toksis terhadap mikroorganisme karena ion-ion logam berat dapat bereaksi
dengan gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut daya
ologodinamik. Anion seperti sulfat tartratklorida, nitrat dan benzoat mempengaruhi kegiatan
fisiologi mikroorganisme. Karena adanya perbedaan sifat fisiologi yang besar pada masing-
masing mikroorganisme maka sifat meracun dari anion tadi juga berbeda-beda. Sifat meracun
alakali juga berbeda-beda, tergantung pada jenis logamnya. Ada beberapa senyawa asam organik
seperti asam benzoat, asetat dan sorbet dapat digunakan sebagai zat pengawet didalam industry
bahan makanan. Sifat meracun ini bukan disebabkan karena nilai pH, tetapi merupakan akibat
langsung dari molekul asam organik tersebut terhadap gugusan didalam sel.

f. Tegangan Muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaannya akan menyerupai membran
yang elastis, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan mikroorganisme. Protoplasma
mikroorganisme terdapat didalam sel yang dilindungi dinding sel. Dengan adanya perubahan
bahan pada tegangan muka dinding sel, akan mempengaruhi permukaan protoplasma, yang
akibatnya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perubahan bentuk morfologinya. Bakteri yang
hidup didalam alat pencernaan dapat berkembangbiak didalam medium yang mempunyai
tegangan permukaan relatif rendah. Tetapi kebanyakan lebih menyukai tegangan permukaan
yang relatif tinggi.

g. Tekanan Hodrostatik dan Mekanik


Beberapa jenis mikroorganisme dapat hidup didalam samudra pasifik dengan tekanan lebih
dari 1208 kg tiap cm persegi, dan kelompok ini disebut barofilik. Selain itu tekanan yang tinggi
akan menyebabkan meningkatnya beberapa reaksi kimia, sedang tekanan diatas 7500 kg tiap cm
persegi dapat menyebabkan denaturasi protein. Perubahan-perubahan ini mempengaruhi proses
biologi sel jasad hidup.

h. Kebasahan dan kekeringan


Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air.
Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di sebabkan karena
kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baiklah bagi kehidupan bakteri. Banyak
bakteri menemui ajalnya, jika kena udara kering. Meningococcus, yaitu bakteri yang
menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu kurang daripada satu jam, jika digesekkan di atas
kaca obyek. Sebaliknya,spora-spora bakteri dapat bertahan beberapa tahun dalam keadaan
kering.

i. Tegangan muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan itu menyerupai membran
yang elastik. Demikian juga permukaan cairan yang menyelubungi sel mikrobia. Tekanan dari
membran cairan ini di teruskan ke dalam protoplasma sel melalui dinding sel dan membran
sitoplasma, Sehingga dapat mempengaruhi kehidupan mikrobia. Kebanyakan bakteri lebih
menyukai tegangan muka yang relatif tinggi. Tetapi adapula yang hidup pada tegangan muka
yang relatif rendah. Misalnya bakteri-bakteri yang hidup dalam saluran pencernaan. Sabun
mengurangi ketegangan permukaan, dan oleh karena itu dapat menyebabkan hancurnya bakteri.
Diplococcus pneumoniae sangat peka terhadap sabun. Empedu juga mempunyai khasiat seperti
sabun; hanya bakteri yang hidup di dalam usus mempunyai daya tahan terhadap empedu.
Bolehlah dikatakan pada umumnya, bahwa bakteri yang Gram negatif lebih tahan terhadap
pengurangan (depresi) tegangan permukaan daripada bakteri yang Gram positif.

j. Faktor Bahan Kimia


• Gas-gas
- Karbon Dioksida (CO2)
Sel bukan autotof akan menghasilkan gas tersebut sebagai hasil metabolisme sel.
Pada konsentrasi CO2 10-20% (v/v) akan menghambat pertumbuhan MO. Terjadi inhibisi
aktivitas enzim oksidatif proses metabolisme
Tetapi ada MO yang tumbuh dengan baik jika terdapat sedikit (5-10% v/v) gas CO2 dalam
larutan media.
(Buku Mikrobiologi Umum)

- Oksigen (O2)
Oksigen sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik dan sel yang butuh oksigen sebagai
elektron akseptor
Kelarutan gas O2 dalam air adalah ± 7 ppm
Kandungan yang tinggi akan menyebabkan terbentuknya radikal OH atau O2 yang jika tidak
segera dirombak akan mengakibatkan rusaknya DNA
Hal yang lebih parah terjadi jika kedua radikal bereaksi membentuk senyawa H2O2

MO Aerobik MO yang butuh oksigen atmosfir untuk tumbuh & survive


MO Fakultatif MO yang tumbuh & survive dengan atau tanpa udara
MO Anaerobik MO yang tumbuh & survive tanpa menggunakan udara
MO Mikroaerofilik MO yang tumbuh & survive dengan keberadaan oksigen tetapi tidak
menggunakannya. Hanya untuk strimulasi pertumbuhan
(Buku Mikrobiologi Umum)

• Solven dan Deterjen


- Dapat merusak struktur membran : memutus ikatan kimia
• Zat Lainnya
- Logam berat menghambat pertumbuhan sel
- Beberapa asam organik juga menghambat pertumbuhan sel
k. Faktor Tekanan
Sel mikroorganisme tumbuh pada kondisi tekanan atmosferik
Pada kondisi tekanan yang tinggi :
- Sel pada kondisi under-pressure (ditekan)
- Sel akan pecah dan mati
Pada kondisi tekanan yang rendah (vakum) :
- Sel pada kondisi over-pressure (mengembang)
- Sel akan pecah dan mati
Pengaturan kondisi tekanan atmosferik sangat dibutuhkan dalam pembentukan jalur kontak
dengan tekanan sekeliling.
(Buku Mikrobiologi Umum)
l. Faktor Kondisi Osmotik
Kondisi osmotik yang diidentikan dengan tekanan osmotik merupakan gaya perpindahan
yang disebabkan oleh pergerakan molekul air melalui membran dari lingkungan berkonsentrasi
solut rendah menuju lingkungan berkonsentrasi solut tinggi pada sel mikroorganisme.
Mikroorganisme umumnya hidup pada lingkungan berair (aqueous solution) : larutan isotonik,
tidak ada pergerakan molekul air in-out sel, mikroorganisme tumbuh normal. Perubahan tekanan
osmotik disebabkan oleh tinggi atau rendah kandungan bahan kimia di sel atau sekelilingnya.
Pada kondisi osmotik diluar sel tinggi :
- Sel akan kehilangan molekul air. Molekul air bergerak keluar sel
- Sel dapat menyusut dan kemudian pecah/mati
- Dijumpai pada larutan hipertonik (konsentrasi solut lingkungan tinggi) seperti ikan asin,
selai, sirup
Pada kondisi osmotik yang rendah :
- Sel akan banyak menyerap molekul air
- Sel mengembang dan bisa pecah
Untuk kondisi kultivasi artifisial, tinggi rendah tekanan osmotik bergantung pada konsentrasi
sumber karbon (biasanya gula). Kadar gula awal periode pertumbuhan diatur pada kisaran 40-
55%
(Buku Mikrobiologi Umum)

F. PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN ARTIFISIAL


Selama periode pertumbuhan berlangsung terjadi :

 Penurunan konsentrasi bahan makanan dan nutrisi


 Produksi bahan kimia beracun
 Peningkatan konsentrasi biomassa dan stabil
 Perubahan pH
 Produksi panas
(Buku Mikrobiologi Umum)
G.LAJU PERTUMBUHAN BIOMASSA

Laju pertumbuhan biomassa digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat pertumbuhan


mikroorganisme. Sifat pertumbuhan mikroba dapat digambarkan dalam bentuk kurva
pertumbuhan populasi mikroba yang ditumbuhkan dalam batch culture atau continuous culture.
(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

1. Laju Pertumbuhan Mikroba dalam Batch Culture


Penumbuhan mikroba dalam sistem batch culture merupakan sistem kultur tertutup
(menggunakan tabung reaksi atau flask) tanpa adanya penambahan medium baru ke dalam
kultur. Mikrobia dalam sistem tertutup mengalami 4 fase pertumbuhan, secara berurutan meliputi
fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pertumbuhan mikroba dalam sistem
tertutup menyebabkan fase eksponensial mikrobia sangat terbatas (Brock, 2012).
(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)
Tipe pertumbuhan mikroba dalam batch culture dapat dilihat pada Gambar 1.

(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

Pada Gambar 1 menggambarkan jumlah berat kering sel mikroba (dalam bentuk log) yang
ditumbuhkan dalam periode inkubasi (waktu) tertentu. Mikroba akan mengalami fase
pertumbuhan populasi berdasarkan laju peningkatan jumlah individu mikroba selama waktu
tertentu (Scragg, 1988).

a. Fase Lag
Fase lag merupakan waktu yang dibutuhkan mikroba untuk tumbuh beradaptasi di dalam
medium baru. Adaptasi mikroba dilakukan untuk mensintesis enzim-enzim yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan lebih lanjut. Pada fase lag terjadi pertambahan massa dan volume sel
mikrobia. Panjang atau pendeknya interval fase lag tergantung pada jenis inokulum mikroba,
medium yang sedikit nutrisi dan kondisi pertumbuhan mikroba saat diinokulasikan.
(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

b. Fase Eksponensial
Pada fase eksponensial, populasi mikroba mengalami pembelahan paling tinggi dan konstan
dalam waktu generasi yang pendek. Waktu generasi mikroba merupakan waktu yang dibutuhkan
sel mikroba untuk membelah menjadi 2 sel. Setiap sel mikroba akan membelah 2x lipat sehingga
peningkatan jumlah populasi selalu 2n, n adalah jumlah generasi. Pertambahan jumlah sel dalam
populasi disebut sebagai pertumbuhan mikroba. (http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-
mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-bakteri-pengaruh-kecepatan.html)
Pada fase eksponensial, awalnya sel mikroba membelah secara pelan kemudian penambahannya
semakin meningkat cepat. Secara matematis memiliki rumus:
Nt = N02n
Keterangan :
Nt : jumlah sel setelah tumbuh selama waktu t
t : waktu pertumbuhan selama fase eksponensial
N0 : jumlah sel mula-mula selama fase eksponensial
2 : bilangan tetap (pembelahan biner)
n : jumlah generasi (pembelahan)

Rata-rata kecepatan pertumbuhan pada fase eksponensial sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan (seperti nutrisi, kondisi inkubasi), seperti halnya karakteristik genetik suatu mikroba.
Pada umumnya, prokariot lebih cepat tumbuh daripada eukariot dan eukariot yang berukuran
kecil lebih cepat tumbuh daripada yang ukurannya lebih besar. Hal ini karena sel yang berukuran
kecil memiliki kapasitas penyerapan nutrisi dan pembuangan sisa metabolisme lebih besar
daripada sel yang berukuran besar. Kondisi tersebut mempercepat proses metabolisme yang akan
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan mikrobia. Pertumbuhan yang lebih cepat pada prokariot
(bakteri) menyebabkan waktu generasinya lebih pendek dibandingkan eukariot (Brock, 2012).

Biomassa sel mikroba dapat dihitung melalui konstanta kecepatan pertumbuhan spesifik (µ),
berikut:
dX / dt = µX
Keterangan :

dX : perubahan biomassa selama waktu dt

dt : perubahan waktu

X : biomassa sel (jumlah sel/komponen sel spesifik (protein))

µ : konstanta kecepatan pertumbuhan

c. Fase Stasioner
Mikrobia mengalami pertumbuhan yang terbatas dan konstan selama fase stasioner. Pada fase
stasioner, pembelahan sel yang terjadi sangat lambat. Jumlah pembelahan sel dengan sel yang
mati seimbang, sehingga jumlah sel relatif konstan (pertumbuhan 0). Pertambahan jumlah sel
yang sebanding dengan kematian sel disebut dengan fenomena pertumbuhan kriptik.
(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

Pada fase ini, sel mikroba tetap aktif melakukan metabolisme energi dan proses biosintesis
lainnya. Metabolit sekunder banyak dihasilkan mikrobia pada fase ini. Fase stasioner terjadi
karena beberapa alasan yaitu:
1. Terbatasnya nutrisi essensial dalam kultur yang mulai berkurang,
2. Bagi organisme aerobik, ketersediaan O2 dalam medium mulai berkurang,
3. Banyaknya sisa metabolisme yang tertimbun dalam medium kultur sehingga
pertumbuhan mikroba terhambat (Brock, 2012 dan Prescott, 1999).

d. Fase Kematian

Fase kematian terjadi jika terjadi perubahan lingkungan menjadi tidak menguntungkan, seperti
berkurangnya nutrisi essensial dalam medium dan meningkatnya akumulasi zat toksik dalam
medium. Grafik fase kematian seperti grafik fase eksponensial yaitu logaritmik (kematian sel
tiap jam adalah konstan). Sel mikrobia yang mati akan mengalami lisis (Prescott, 1999).

2. Laju Pertumbuhan Mikroba dalam Continuous Culture

Dalam menggunakan teknik continuous culture, mikroba ditumbuhkan secara terus menerus
pada fase paling optimum untuk fase pertumbuhan yaitu fase eksponensial dimana sel membelah
diri dengan laju yang konstan, massa menjadi dua kali lipat mengikuti kurva logaritmik. Hal ini
dilakukan dengan memberi nutrisi secara terus menerus sehingga mikroba tidak pernah
kekurangan nutrisi. Penambahan nutrisi atau media segar ke dalam bioreaktor dilakukan secara
kontinyu, dimana dalam waktu yang sama larutan yang berisi sel dan hasil produk hasil
metabolisme dikeluarkan dari media dengan volume yang sama dengan substrat yang diberikan.
Kondisi tersebut menghasilkan keadaan yang stedy state dimana pembentukan sel-sel baru sama
dengan sel-sel yang dikeluarkan dari fermentor. Pada kondisi steady state konsentrasi nutrisi,
konsentrasi sel, laju pertumbuhan dan konsentrasi produk tidak berubah walaupun waktu
fermentasi makin lama. (http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-
eksponensial-stasioner-bakteri-pengaruh-kecepatan.html)
Laju pertumbuhan spesifik dipengaruhi oleh perbandingan antara laju aliran medium dan volume
kultur disebut dengan “Laju Dilusi (D)” dimana:

D = F/V
Keterangan:
F : Laju aliran
V : Volume
D : Laju dilusi

Dengan menggunakan continuous culture, sel mikroba atau produk metabolitnya dapat dipanen
secara kontinyu. Continuous culture cocok untuk diterapkan pada sistem produksi metabolit sel
mikroba yang tidak berpengaruh pada pertumbuhan selnya itu sendiri. Untuk industri
bioteknologi berkapasitas besar, continuous culture menghasilkan efisiensi produksi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan batch culture asalkan produk yang dihasilkan tidak berpengaruh
negatif terhadap mikroba penghasilnya.
(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

3. Penentuan Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik (LPS) dari suatu sel mikroba yang diinokulasikan dalam suatu
medium dapat diketahui dari konsentrasi substrat yang terkandung dalam medium yang
cenderung menurun jumlahnya. Seiring dengan peningkatan substansi hidup yang sifatnya
irreversibel dan terkait dengan peningkatan ukuran sel dan pembelahan sel mikroba pada fase
pertumbuhan mikroba sampai dengan fase kematian dari mikroba itu sendiri akibat jumlah
substrat yang menurun. Hubungan antara pertumbuhan sel mikroba dan konsumsi substrat
dinyatakan dengan meningkatnya jumlah biomassa sebagai akibat digunakannya substrat oleh
mikroba yang diinokulasikan.

(https://lordbroken.wordpress.com/2010/10/02/laju-pertumbuhan-spesifik-mikroba/)

Menurut Brock (1994), laju pertumbuhan adalah perubahan pada jumlah sel atau massa per unit
waktu. Selama siklus pembelahan sel, semua struktur komponen sel membelah (double). Interval
pembentukan 2 sel dari 1 sel disebut generasi, dan waktu yang dibutuhkan untuk pembelahan sel
disebut waktu generasi. Waktu generasi kadang-kadang juga disebut waktu penggandaan
(doubling time). Selama “single generation” jumlah sel dan massa sel menggandakan diri.
Sebagian besar bakteri mempunyai waktu generasi 1-3 jam tetap. Sebagian kecil organisme
tumbuh sangat cepat 10 menit dan yang lainnya mempunyai waktu generasi beberapa jam atau
beberapa hari. (https://lordbroken.wordpress.com/2010/10/02/laju-pertumbuhan-spesifik-
mikroba/)

H. Perhitungan Kuantitas Sel

Perhitungan massa sel secara langsung atau tidak langsung sering digunakan untuk mengukur
pertumbuhan sel selama proses fermentasi, dimana komposisi substrat atau bahan yang
difermentasi dapat diamati dan diukur dengan teliti

(Fardiaz, 1992).

Untuk menentukan massa sel mikroba dalam suatu populasi, dilakukan dengan cara
menumbuhkannya dalam suspensi homogen pada medium yang sesuai dengan konsentrasi
(jumlah sel/ ml) dan densitasnya (mg/ml), dihitung adanya peningkatan seiring dengan waktu.
Pada kultur pertumbuhan mikroba dapat ditentukan laju pertumbuhan dan waktu penuh

(Mellon, 1990).

Pertimbangan dalam memilih metode penentuan massa sel tergantung pada konteksnya yaitu
hubungan antara massa terhitung dan factor lain. Menurut Mellon (1990), metode penentuan
massa sel dapat dibedakan menjadi metode langsung dan metode tidak langsung.

1. Metode Langsung

Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat
dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung
(counting chamber). Enumerasi mikroba dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan
menghitung jumlahnya tanpa ditumbuhkan terlebih dahulu dalam suatu medium, dalam teknik
ini semua sel mikroba baik yang hidup maupun yang mati akan terhitung. Untuk melakukan
renumerasi mikroba dalam suatu bahan seringkali diperlukan pengenceran bertingkat.
(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

a. Breed slide method


Pada metode ini tidak dibedakan sel yang hidup dan sel mati. Penghitungan dilakukan secara
langsung pada setiap bidang pandang mikroskop. Sampel berupa cairan disebar (kira-kira 0,01
mL) pada microscope slide. Setelah dilakukan pewarnaan kemudian dilakukan penghitungan
pada setiap bidang pandang mikroskop. (http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-
kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

b. Petroff-Hauser Chamber atau Haemositometer


Penghitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan menghitung
jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang digunakan adalah Petroff-Hauser
Chamber atau Haemositometer. Jumlah cairan yang terdapat antara coverglass dan alat ini
mempunyai volume tertentu sehingga satuan isi yang terdapat dalam satu bujur sangkar juga
tertentu. Dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak
diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber).
(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm². Satu kotak besar di tengah, dibagi
menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,2 mm. Satu kotak sedang dibagi lagi menjadi 16
kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal dari ruang
hitung ini adalah 0,1 mm. Sel nakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung
tersebut sehingga jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui.
(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

2. Metode Tidak Langsung


Perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu
bahan yang masih hidup saja (viable count). Metode perhitungan secara tidak langsung yang
didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu
koloni yang merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat
pada sampel. Cara ini adalah cara yang paling umum digunakan untuk menentukan jumlah
mikroba yang masih hidup, berdasarkan jumlah koloni yang tumbuh. Teknik ini diawali dengan
pengenceran sampel secara seri, dengan kelipatan 1 : 10. Masing-masing suspensi pengenceran
ditanam dengan metode tuang (pour plate) atau sebar (spread plate). Bakteri akan bereproduksi
pada medium agar dan membentuk koloni setelah 18-24 jam inkubasi. Untuk menghitung jumlah
koloni dalam cawan petri dapat digunakan alat ’colony counter’ yang biasanya dilengkapi
dengan pencatat elektronik. (http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-
lag-eksponensial-stasioner-bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

a. Spread Plate Method


Metode sebar (spread plate) merupakan metode penghitungan mikroba pada medium padat.
Dalam metode spread plate ini, volume kultur yang disebar tidak lebih dari 0,1 ml pada agar
plate dan diratakan menggunakan alat yang disebut glass spreader. Kemudian plate diinkubasi
sampai terlihat koloni sehingga jumlah koloni mikrobia dapat dihitung. Walaupun mikrobia
tertanam dalam agar plate, namun hasilnya sama dengan metode pour plate.
(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)
(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

b. Pour Plate Method


Metode pour plate adalah metode agar cair yang digunakan untuk inokulasi dalam petri dish.
Volume kultur yang biasa digunakan 0,1-1,0 ml. Kultur mikrobia dimasukkan ke dalam petri
dish menggunakan pipet steril, kemudian medium agar yang telah dilelehkan (±
45 oC dituangkan ke dalam petri dish yang telah berisi kultur mikrobia. Selanjutnya dilakukan
pemutaran petri dish agar kultur mikrobia dan medium agar bercampur dengan rata. Koloni
mikrobia akan tumbuh dan tertanam di dalam medium, baik di permukaan atas maupun di
bawah. Sehingga metode pour plate ini cocok untuk menumbuhkan mikrobia anaerob.
(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)
c. MPN Method
MPN adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan data dari hasil
pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung yang ditanam dari
sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau diencerkan menurut tingkat
seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme yang diuji dalam nilai
MPN/satuan volume atau massa sampel. (http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-
mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga
didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas atau sesuai dan jika ditanam dalam tabung
menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif. Semakin besar jumlah sampel yang
dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang dilakukan) maka semakin “sering” tabung
positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi
pengenceran yang dilakukan) maka semakin “jarang” tabung positif yang muncul. Jumlah
sampel atau pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung positif “kadang-kadang
tetapi tidak selalu”. Semua tabung positif yang dihasilkan sangat tergantung dengan probabilitas
sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya ke dalam media. Oleh karena itu homogenisasi
sangat mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya) atau negatif (tidak) ini menggambarkan
konsentrasi mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan.
(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-
bakteri-pengaruh-kecepatan.html)

Asumsi yang diterapkan dalam metode MPN adalah :

1. Bakteri terdistribusi sempurna dalam sampel


2. Sel bakteri terpisah-pisah secara individual, tidak dalam bentuk rantai atau kumpulan
(bakteri coliform termasuk E. coli terpisah sempurna tiap selnya dan tidak membentuk
rantai).
3. Media yang dipilih telah sesuai untuk pertumbuhan bakteri target dalam suhu dan waktu
inkubasi tertentu sehingga minimal satu sel hidup mampu menghasilkan tabung positif
selama masa inkubasi tersebut.
4. Jumlah yang didapatkan menggambarkan bakteri yang hidup (viable) saja. Sel yang
terluka dan tidak mampu menghasilkan tabung positif tidak akan terdeteksi.
5. MPN dinilai dari perkiraan unit tumbuh (Growth Unit / GU) seperti CFU (Colony
Forming Unit), bukan dari sel individu. Meskipun begitu baik nilai CFU atau MPN dapat
menggambarkan seberapa banyak sel individu yang tersebar dalam sampel. Metode MPN
dirancang dan lebih cocok untuk diterapkan pada sampel yang memiliki konsentrasi
<100/g atau ml. Oleh karena itu nilai MPN dari sampel yang memiliki populasi
mikroorganisme yang tinggi umumnya tidak begitu menggambarkan jumlah
mikroorganisme yang sebenarnya. Jika jumlah kombinasi tabung positif tidak sesuai
dengan tabel maka sampel harus diuji ulang. Semakin banyak seri tabung maka semakin
tinggi akurasinya tetapi juga akan mempertinggi biaya analisa.
(http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-
stasioner-bakteri-pengaruh-kecepatan.html)
BAB III
KESIMPULAN

Penggunaan bioteknologi pada skala industri melalui proses fermentasi


mengharuskan sel MO dikembang-biakan pada kondisi artifisial. Kondisi artifisial yang
digunakan haruslah menyerupai lingkungan pertumbuhan alami sehingga sangat
mendukung pertumbuhan sel. Artifisialisasi kondisi lingkungan mengharuskan
terpenuhinya persyaratan pertumbuhan dan biosintesa sel MO. Persyaratan tersebut dapat
terpenuhi dengan mencukupi kebutuhan
- Nutrisi sumber energi
- Nutrisi sumber penyusun struktur sel
- Nutrisi sumber gizi (growth factor)
- Kondisi lingkungan fisik dan kimia yang kuat

Nutrisi adalah zat yang dibutuhkan makhluk hidup sebagai sumber energi,
mempertahankan kesehatan, pertumbuhan, dan keberlangsungan. Macam-macam nutrisi
yaitu karbohidrat, protein lemak, vitamin, mineral, dan air.

Zat gizi adalah substansi yang dapat diperoleh dari berbagai jenis makanan serta
digunakan dalam proses pertumbuhan, perbaikan, dan pemeliharaan perbaikan jaringan
tubuh. Macam-macam zat gizi yaitu zat gizi hewani dan nabati.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.google.co.id/amp/s/aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/12/29/kebutuhan-
dasar-nutrisi-mikroba/amp/ DR.H.Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes.2011 diakses
pada 10 oktober pukul 16.23
2. http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-
stasioner-bakteri-pengaruh-kecepatan.html) diakses pada 10 oktober pukul 15.30
3. http://www.nafiun.com/2012/11/pertumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-
stasioner-bakteri-pengaruh-kecepatan.html) diakses pada 10 oktober pukul 15.32
4. Labib. 2013. Macam-macam nutrisi. https://nutrisibali.com/macam-macam/nutrisi.html.
Diunduh pada 9 oktober 2017 PUKUL 9.30
5. Yovi. 2014. Zat Gizi. https://ramuracik.com/zat-gizi.html Diunduh pada 9 Oktober 2017
PUKUL 11.00

Anda mungkin juga menyukai