Anda di halaman 1dari 18

MEMBUKA PASAR EKSPOR

NAMA KELOMPOK :

1. Moch.Jefri Aridianto (1231700038)


2. Mursidi (1231700030)
3. Abdur Rohman (1231700029)
4. Hidayatur Rohmah (1231700031)

FAKULTAS EKONOMI

EKONOMI BISNIS

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat
serta salam semoga tercurah kepada baginda Rasulullah beserta keluarga dan sahabatnya.

Makalah ini memuat tentang bagaimana kita mengetahui tentang penting nya sebuah
perencanaa terhadah perusahaan. Materi yang terdapat dalam makalah ini disusun dari berbagai
sumber pustaka seperti yang terlihat pada daftar pustaka.

Karena keterbatasan waktu dan pengetahuan dalam penyusunan, penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan atau kesalahan didalamnya baik dari
segi isi maupun bahasa. Semoga segala aktivitas keseharian penulis dan pembaca mendapat berkah
dari Allah SWT dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, September, 2019

Penyusun
BAB 1

1.1 Pengertian Ekspor

Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam negeri ke
wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat,
1989:306). Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari dalam masyarakat dan
mengirimkan ke luar negeri yang sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan
pembayaran dengan valuta asing. Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi
yang kita miliki kepada bangsa lain atau Negara asing, dengan mengharapkan pembayaran
dengan valuta asing (Amir M.S., 2004: 1).

Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar
wilayah pabean suatu negara dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Ashar dan
Amirullah, 2002:1). Adapun tujuan ekspor (Amir M.S, 2004: 101).

a. Meningkatkan laba atau keuntungan perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk
memperoleh harga jual yang lebih tinggi.
b. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan asar domestik (membuka pasar
ekspor)
c. Memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang.
d. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih dalam
persaingan yang ketat dan terhindar dari sebutan “jago kandang”
e. Transfer ilmu pengetahuan dari tekhnologi

1.2 Dokumen-dokumen Ekspor

Dalam sistem pembayaran tunai yang tercakup pada perdagangan ekspor ini juga
menggunakan dokumen mendukung kelancaran sistem pembayarannya, sedangkan
beberapa macam jenis dokumen ekspor sebagai berikut (Purnamawati dan Fatmawati,
2013 :97) :
a. Letter Of Credit (L/C)

Dokumen pembayaran transaksi perdagangan luar negeri dengan melibatkan pihak


perbankan secara aktif.

b. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Dokumen pabean yang digunakan untuk pemberitahuan pelaksanaan ekspor barang


guna memperoleh persetujuan ekspor.

c. Invoice

Merupakan nota perincian tentang keterangan barang-barang yang dijual dan harga
dari barang-barang tersebut.

d. Bill Of Lading (B/L)

Merupakan dokumen pengapalan yaitu surat yang membuktikan bahwa barang


yang tercantum dalam dokumen dan sudah dimuat ke dalam kapal.

e. Airway Bill

Tanda terima barang yang akan dikirim melalui udara untuk orang dan alamat tertentu.

f. Packing List

Dokumen ini menjelaskan tentang isi barang yang dipack, dibungkus diikat peti,
kaleng, kardus yang berfungsi untuk memudahkan pemeriksaan oleh bea cukai.

g. Surat Keterangan Asal (SKA)

Merupakan surat keterangan yang menyatakan asal barang yang diekspor.

h. Inspection Certificate

Sertifikat ini memuat tentang keadaan barang yang dibuat independent surveyor, juru
pemeriksa barang atau badan resmi yang disahkan oleh pemerintah dan dikenal oleh
perdagangan internasional.
i. Marine and Air Insurance Certificate

Asuransi ini merupakan persetujuan dimana pihak penanggung berjanji akan


mengganti kerugian sehubungan dengan kerusakan dan kehilangan.

j. Certificate Of Quality

Sertifikat ini merupakan syarat keterangan yang menyatakan tentang mutu barang
yang diekspor.

1.3 Produksi
1.3.1. Pengertian Proses Produksi
Proses adalah suatu kegiatan yang melibatkan manusia, mesin dan metode untuk
membentuk bahan baku menjadi produk jadi atau barang setengah jadi (Handoko, 1990:
25). Proses adalah cara metode, dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber
(tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada dirubah untuk memperoleh suatu hasil
(Assauri, 1993: 65). Proses adalah sebagai cara, metode maupun teknik untuk
penyelenggaraan atau pelaksanaan dari suatu hal tertentu (Ahyari, 1994: 12). Sedangkan
produksi menurut Assauri, 1993: 65) adalah proses kegiatan untuk menciptakan atau
menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Produksi juga dapat diartikan sebagai kegiatan
yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Faedah atau
manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam misalnya faedah bentuk, faedah waktu,
faedah tempat, serta kombinasi dari faedah-faedah yang sudah disebutkan (Ahyari,
1994: 6).

Proses produksi menurut Assauri (1993: 65) dapat diartikan sebagai cara,
metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau
jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga, mesin, bahan-bahan dan dana) yang
ada. Sedangkan pengertian proses produksi menurut Ahyari (1994: 65) adalah sutu
cara, metode, maupun teknik bagaimana penambahan manfaat atau penciptaan faedah baru
dilaksanakan dalam perusahaan.
1.3.2. Jenis Proses Produksi
Ditinjau dari arus proses produksi dalam hal ini adalah aliran proses proses
produksi dari bahan baku sampai dengan menjadi produksi akhir dalam perusahaan yang
bersangkutan, jenis proses produksi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu (Ahyari, 1994: 72) :

a. Proses produksi terus menerus

Proses produksi terus menerus ini sering disebut dengan proses produksi
kontinyu. Pada proses produksi terus menerus ini terdapat pola atau urutan yang pasti
dan tidak berubah-ubah dalam pelaksanaan produksi dari perusahaan yang
bersangkutan. Pola atau urutan pelaksanaan produksinya akan selalu sama antara
pelaksanaan produksi pada waktu yang lalu (periode yang telah lalu), pada saat
sekarang dan pada waktu yang akan datang. Umumnya akan memproduksi
produk standar, dimana variasi produk adalah relatif kecil apabila dibandingkan
dengan jumlah unit dari pokok yang dihasilkan.

b. Proses Produksi Terputus putus

Proses produksi terputus putus ini sering disebut dengan proses produksi
intermetten. Pada proses produksi terputus-putus ini akan terdapat beberapa pola
atau urutan pelaksanaan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Pola atau
urutan pelaksanaan produksi yang dipergunakan pada hari ini, akan berbeda dengan
pola atau urutan yang dipergunakan pada bulan lalu. Umumnya produk yang baru
diproduksikan cenderung mempunyai variasi yang tinggi, apabila dibandingkan
dengan jumlah unit dari produk yang dihasilkan.

1.4. Pengembangan Produk

1.4.1. Pengertian Pengembangan Produk


Pengembangan produk adalah suatu proses penemuan ide untuk barang dan jasa
termasuk merubah, menambah atau merumuskan kembali sebagai dari sifat-sifat pokok
yang sudah ada dalam segi corak, merek, dan kuantitas. Pengembangan produk
dilaksanakan dengan tujuan untuk melayani pasar yang telah ada sekarang dengan
lebih meningkatkan penjualan, memenuhi usaha menemukan barang baru yang lebih baik,
serta melaksanakan aktifitas-aktifitas dari teknik penelitian, perekayasaan dan perancangan
produk (Swastha, 2003: 29).

Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari


analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap produksi, penjualan,
dan pengiriman produk (Ulrich dan Steven, 2001: 2). Pengembangan produk merupakan
aktivitas lintas disiplin yang membutuhkan kontribusi dari hampir semua fungsi yang ada
diperusahaan, namun tiga fungsi yang selalu paling penting bagi proyek pengembangan
produk yaitu :

a. Pemasaran

Fungsi pemasaran menjembatani interaksi antara perusahaan dengan


pelanggan. Peranan lainnya adalah memfasilitasi proses identifikasi peluang
produk, pendefinisian segmen pasar, dan identifikasi kebutuhan pelanggan. Bagian
pemasaran juga secara khusus merancang komunikasi antara perusahaan dengan
pelanggan, menetapkan target harga dan merancang peluncuran serta promosi produk.
b. Perancangan (design)

Fungsi perancangan yang memainkan peranan penting dalam mendefinisikan


bentuk fisik produk agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam konteks
tersebut tugas bagian perancangan mencakup desain engineering (mekanik, elektrik,
software dan lain- lain) dan desain industri (estetika, ergonomic, userface).
Adapun proses pengembangan produk dalam suatu perusahaan umumnya melalui
6 tahapan proses menurut Ulrich dan Steven (2001: 14) antara lain :
Tahap 1
Pengembanga
n
Produk Tahap 2
Perancan gan
Tahap 0 Tingkat
Perencanaan Sistem

Tahap 5 Tahap 3
Peluncuran Perancangan
Produk Tahap 4 Rinci
Pengujian dan
Perbaikan

Gambar 2.1 Bagan Proses Pengembangan Produk


Sumber : Ulrich dan Steven (2001: 14)
1) Tahap 0 : Perencanaan

Kegiatan perencanaan juga sering di sebut sebagai “zero fase” karena


kegiatan ini mendahului adanya persetujuan proyek dan proses penelusuran
pengembangan produk aktual yang akan dikembangkan.

2) Tahap 1 : Pengembangan Konsep

Pada tahap pengembangan konsep, kebutuhan pasar target


diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi,
satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh.
Dimana yang dimaksud dengan konsep di sini adalah uraian dari bentuk,
fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya disertai dengan
sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta pertimbangan
ekonomis proyek.

3) Tahap 2 : Perancangan Tingkat Sistem

Fase perancangan tingkat sistem mencakup definisi arsitektur produk


dan uraian produk menjadi subsistem- subsistem serta komponen-
komponen. Gambaran rakitan akhir untuk sistem produksi biasanya
didefinisikan selama tahap ini. Output pada tahap ini biasanya mencakup tata
letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem
produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir.

4) Tahap 3 : Perancangan Rinci

Fase perancangan rinci mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk,


bahannya dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk
dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana
proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang dibuat
dalam sistem produksi. Output dari tahap ini adalah pencatatan pengendalian
untuk produk, tiap komponen- komponen produk, dan peralatan
produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dapat dibeli, serta
rencana untuk proses pabrikasi dan perakitan produk.

5) Tahap 4 : Pengujian dan Perbaikan

Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari


bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal biasanya dibuat
dengan menggunakan komponen-komponen dengan bentuk dan jenis bahan
(material) pada produksi sesungguhnya, namun tidak

memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang


dilakukan pada proses pabrikasi. Prototipe alpha diuji untuk menentukan
apakah produk akan bekerja dengan apa yang direncanakan dan apakah
produk memuaskan kebutuhan utama konsumen. Prototipe beta dievaluasi
secara dalam dan juga diuji oleh konsumen dengan menggunakannya secara
langsung.

6) Tahap 5 : Peluncuran Produk

Fase produksi awal, produk ini dibuat dengan menggunakan sistem


produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal adalah untuk
melatih tenaga kerja dalam memecahkan masalah yang timbul pada proses
produksi yang sesungguhnya. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi
sesungguhnya biasanya tahap demi tahap. Beberapa titik pada masa peralihan,
produk akan diluncurkan dan mulai

disediakan untuk di distribusikan.

c. Manufaktur

Fungsi manufaktur terutama bertanggung jawab untuk merancang dan


mengoprasikan sistem produksi pada proses produksi produk. Secara luas, fungsi
manufaktur seringkali mencakup

pembelian, distribusi dan instalasi.

1.4.2. Strategi Pengembangan Produk


Berikut ini beberapa strategi yang digunakan untuk pengembangan produk (Swastha,
2003: 30) antara lain :

a. Memperbaiki bentuk-bentuk yang telah ada. Dalam strategi ini perusahaan tetap
menggunakan teknologi dan fasilitas yang ada untuk membuat variasi baru dari
produknya.
b. Memperbaiki lini produk. Semua ditujukkan untuk menawarkan lebih banyak alternatif
pilihan kepada pembeli tentang produknya.
c. Menambah model yang ada. Disini perusahaan menambah beberapa variasi baru pada
produknya.
d. Meniru strategi pesaing. Beberapa pengusaha berpendapat bahwa hubungan antara
biaya pengembangan produk dengan laba yang akan diperoleh pada waktu mendatang
adalah tidak pasti.
e. Menambah produk yang tidak ada kaitannya dengan lini yang ada. Strategi ini dianggap
mahal karena produk baru sering menggunakan proses produksi baru, demikian juga
fasilitas-fasilitas untuk promosi dan distribusinya.

Dari beberapa strategi pengembangan produk akan dibutuhkan yang namanya


manajemen. Manajemen disini merupakan suatu proses aktifitas guna mencapai sasaran,
untuk mencapai tujuan yang diinginkan, diperlukan sejumlah sarana, fasilitas atau alat yang
disebut juga sebagai unsur-unsur manajemen menurut Muchtarom (1996: 42). Adapun
sarana manajemen yang mempunyai lima unsur (5M) menurut Lubis (1985: 34)

yaitu :

1) Man (Tenaga kerja manusia)

Tenaga kerja manusia merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki
oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan.
Manusia yang membuat tujuan dan manusia yang melakukan proses untuk mencapai
tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
adalah mahluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang
yang bekerja sama untuk mencapai tujuannya.

2) Machine (Mesin-mesin yang diperlukan)

Peranan mesin dalam zaman modern ini tidak dapat diragukan lagi, mesin
dapat membantu manusia dalam pekerjaannya, mendefinisikan waktu bekerja untuk
menghasilkan sesuatu sehingga memperoleh keuntungan yang lebih banyak dan baik.

3) Material (Bahan-bahan atau peralatan yang diperlukan)

Faktor material ini sangat penting, karena manusia tidak dapat melaksanakan
tugasnya tanpa dukungan kelengkapan alat. Sehingga dalam proses pelaksanaan
suatu kegiatan organisasi tertentu perlu disiapkan bahan perlengkapan apa-apa saja
yang sedang dibutuhkan.

4) Money (Uang)

Dalam dunia modern, uang sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai
sangatlah diperlukan untuk mencapai tujuan selain manusianya. Pengaruh dan
peranan uang dalam pergaulan manusia telah dipahami kita bersama. Uang
digunakan sebagai sarana manajemen dan harus digunakan sedemikian rupa agar
tujuan yang di inginkan bisa tercapai dengan baik, sehingga tidak memelukan uang
yang begitu besar.
5) Methode (Sistem atau cara untuk mencapai tujuan)
Cara melaksanakan suatu pekerjaan guna mencapai kerja (metode) yang
tepat sangat menentukan kelancaran jalannya roda manajemen dalam suatu
organisasi. Sebab, dengan cara atau metode yang ditata dengan baik, maka akan
menghasilkan produk yang baik pula sehingga tujuan bisa tercapai dengan efektif
dan efisien.

3. Tujuan Pengembangan Produk


Menurut Buchari (2000: 101) tujuan pengembangan produk yang dilaksanankan
oleh perusahaan :

a. Mempertahankan posisi pangsa pasar yaitu untuk mencapai tujuan perusahaan


tersebut diperlukan strategi memperkenalkan produk baru atau memperbaharui
produk yang sudah ada.
b. Mengembangkan lebih lanjut posisi perusahaan sebagai innovator sehingga untuk
mencapai tujuan ini perusahaan menjalankan strategi memperkenalkan produk yang
benar-benar baru, tidak hanya mengembangkan dari produk yang sudah ada.
c. Memperoleh laba yang diinginkan melalui volume penjualan yang ditingkatkan, suatu
perusahaan harus memperbaiki maupun menambah produk-produk yang
dihasilkannya berdasarkan atas dua fungsi dasar yaitu pemasaran dan inovasi baru.

4. Tahap-tahap Pengembangan Produk


Proses pengembangan produk untuk setiap perusahaan adalah berbeda,
tergantung produk serta tingkat kompleksitasnya, dan umumnya kegiatan-kegiatan ini
lebih membutuhkan daya analisis yang lebih mendalam dan manajemen organisasi.
Proses pengembangan produk yang terstruktur serta terdefinisi dengan baik, sangat
diperlukan perusahaan dalam merancang produk-produk yang akan dijual ke pasar.

Tahap-tahap pengembangan produk baru seperti yang dikemukakan oleh Kotler dan
Keller (2009: 306), yaitu :

a. Penciptaan Ide
Proses pengembangan produk baru dimulai dengan pencarian ide. Ide produk
baru bisa berasal dari interaksi dengan berbagai kelompok dan menggunakan teknik
yang menghasilkan kreaktivitas. Untuk menghasilkan arus ide-ide baru yang
berkesinambungan, perusahaan harus dengan agresif menggali banyak sumber-
sumber gagasan.

b. Penyaringan Ide

Setelah mencetuskan atau menciptakan sejumlah besar gagasan atau ide, maka
tahap selanjutnya adalah menyaring sejumlah gagasan yang baik dan menyisahkan
gagasan tersebut untuk kemudian disesuaikan dengan sumber daya perusahaan.

c. Pengembangan dan Pengujian Konsep.

Gagasan yang telah lolos dari penyaringan menjadi satu konsep produk yang
akan dikembangkan dan dilakukan pengujian. Pengembangan konsep tugas pemasar
adalah mengembangkan

gagasan ini menjadi alternatif konsep produk, mengetahui sejauh mana konsep
menarik perhatian konsumen dan memilih konsep yang terbaik. Pengembangan dan
pengujian konsep ini harus dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat di ketahui
reaksi dari para pelanggan terhadap setiap jenis produk baru tersebut.

d. Pengembangan Strategi Pemasaran

Setelah uji konsep sudah berhasil, kemudian manajer produk baru akan
mengembangkan rencana strategi tiga bagian awal untuk memperkenalkan produk
baru ke pasar yaitu :

1) Bagian pertama

Menggambarkan ukuran pasar sasaran, struktur dan perilaku konsumen,


produk yang direncanakan, dan tujuan laba yang dicari dalam beberapa tahun
pertama.

2) Bagian kedua
Mengisarkan rencana harga produk, strategi distribusi dan anggaran
pemasaran yang direncanakan selama tahun pertama.

3) Bagian ketiga

Rencana strategi pemasaran menggambarkan tujuan

penjualan dan laba jangka panjang serta strategi bauran pemasaran


sepanjang waktu.

e. Analisis Bisnis

Setelah manajemen mengembangkan konsep produk dan strategi pemasaran,


manajemen dapat mengevaluasi daya tarik bisnis dari proposal. Manajemen harus
mempersiapkan penjualan biaya, dan proyeksi laba, serta yang akan dicapai, yang
mana semuanya itu harus sesuai dengan tujuan perusahaan.

f. Pengembangan Produk

Jika konsep produk dapat melewati ujian bisnis, konsep ini berlanjut ke
litbang untuk dikembangkan menjadi suatu produk fisik. Selanjutnya ke bagian
produksi untuk dibuat, diberi merek dan kemasan yang menarik.

g. Pengujian Pasar

Setelah manajemen puas dengan kinerja fungsional dan psikologis, produk siap
dikemas dengan nama merek dan kemasan dalam uji pasar. Dalam pengaturan
autentik, pemasar dapat mempelajari seberapa besar pasar yang ada dan bagaimana
konsumen dan penyalur bereaksi untuk menangani, menggunakan, dan membeli
kembali produk.

h. Tahap Komersialisasi

Memperkenalkan produk baru ke pasar merupakan kegiatan penyelesaian


rencana pemasaran, pengkoordinasian kegiatan perkenalan dengan fungsi-fungsi
bisnis, pelaksanaan strategi pemasaran serta pengontrolan peluncuran produk.
5. Penghambat Pengembangan Produk
Berikut ini ada beberapa faktor yang menghambat pengembangan produk dalam
suatu perusahaan menurut Kotler dan Keller (2009: 283) antara lain kelangkaan ide penting
pada wilayah tertentu. Mungkin hanya sedikit cara yang tersisa untuk menigkatkan
beberapa produk dasar.

a. Pasar yang terfragmentasi. Perusahaan harus mengarahkan produk mereka pada


segmen pasar yang lebih kecil, dan ini berarti penjualan dan laba lebih rendah untuk
setiap produk.
b. Batasan sosial dan pemerintah produk harus memuaskan keamanan konsumen dan
ramah lingkungan.
c. Biaya pengembangan. Perusahaan biasanya harus menghasilkan banyak ide
untuk menemukan satu nilai kelayakan pengembangan dan sering menghadapi
tingginya biaya manufaktur dan pemasaran.
d. Kelangkaan modal. Beberapa perusahaan mempunyai ide bagus, tetapi tidak dapat
mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk meneliti dan meluncurkannya.
e. Waktu pengembangan yang dibutuhkan lebih pendek. Perusahaan

harus mempelajari bagaimana cara memadatkan waktu

pengembangan dengan menggunakan teknik baru, mitra strategis, uji konsep dini, dan
perencanaan pemasaran yang bagus.

1.5. Strategi Memasuki Pasar Internasional


Berikut ini merupakan sepuluh langkah strategi memasuki pasar internasional (Amir
M.S, 2004: 18) antara lain :

1. Keputusan manajemen untuk melaksanakan ekspor

Keputusan manajemen perusahaan untuk melaksanakan ekspor merupakan faktor


strategi yang paling utama dalam upaya memasuki ekspor. Tanpa itu, perusahaan tidak
akan pernah memasuki pasar ekspor.

Keberanian mengambil keputusan itu sangat tergantung pada visi manajemen puncak
setiap perusahaan.
2. Menentukan komoditi yang akan diekspor

Para ekonomi menyebutkan bahwa komoditi yang mempunyai daya saing yang
tinggi adalah komoditi yang mempunyai keunggulan mutlak, keunggulan komperatif,
dan keunggulan kompetitif. Dengan demikian penentuan komoditi yang akan diekspor
merupakan langkah strategis yang penting pula diambil, sebelum melakukan ekspor.

3. Menganalisis kondisi negara tujuan ekspor

Sebelum melakukan pilihan tentang negara yang dijadikan sasaran bagi


ekspor komoditi kita, perlu sekali dilakukan penelitian awal tentang populasi suatu
negara termasuk agama, tradisi, kondisi politik, ekonomi, sosial, iklim, peraturan ekspor-
impor, perpajakan, keuangan transportasi, dan lain-lain. Tujuan melakukan penelitian
awal ini agar dapat menentukan pasar potensial dan segmen pasar yang akan
dimasuki.

4. Menetapkan pasar potensial dan segmen pasar yang akan dimasuki serta menentukkan
calon mitra usaha sebagai saluran pemasaran.
Menetapkan pasar potensial dan segmen pasar yang akan dimasuki. Selain
itu perlu pula diperhatikan kebiasaan yang ada dikalangan segmen pasar yang dipilih.

5. Menentukan strategi operasional bersama mitra usaha

Pasar internasional adalah pasar yang penuh dengan persaingan. Persaingan antar
pengusaha dari mancanegara, yang memperdagangkan komoditi yang sama, disegmen
pasar yang sama, dinegara yang sama pula. Oleh karena itu strategi operasional akan
diterapkan di negara

tujuan ekspor, maka cara yang paling efektif adalah dengan mengikutsertakan mitra
dagang kita yang ada di negara tujuan itu, yang lebih banyak mengetahui kondisi
persaingan setempat.

6. Menentukan sistem promosi dan pemelihan media masa


Pilihan media yang dapat dipakai, diantaranya adalah pameran dagang
internasional, brosur, iklan, melalui media cetak, media elektronik seperti televisi,
internet melalui atase perdagangan, Kamar

Dagang Indonesia dan media promosi lain.

7. Mempelajari peta pemasaran komoditi tertentu

Sebelum menentukkan pasar potensial dan segmen pasar yang akan dimasuki,
sebaiknya kita mempelajari dengan seksama peta pemasaran dari suatu komoditi
tertentu. Cara yang dapat ditempuh diantaranya adalah dengan mengumpulkan data
impor dari komoditi yang direncanakan untuk diekspor.

8. Mempelajari nama dan alamat lengkap berbagai badan promosi

Mengumpulkan secara nyata nama dan alamat lengkap dari media promosi yang
dipilih, khususnya yang berada di wilayah negara sasaran ekspor. Perlunya nama dan
alamat lengkap ini untuk memudahkan melancarkan kegiatan promosi dari komoditi
kita.
9. Menyiapkan brosur dan price list

Supaya calon pembeli mengenal barang yang kita ekspor, bila mungkin calon
pembeli dikirimi contoh barang atau komoditi yang dimaksud. Selain brosur, kita
perlu pula mempersiapkan daftar harga barang sebagai catatan harga umum agar calon
pembeli dapat mempertimbangkan harga tersebut dibandingkan dengan harga komoditi
serupa dari negara lain.

10. Menyiapkan surat perkenalan usaha dan komoditi yang akan dikirimkan kepada berbagai
badan promosi dan calon pembeli
Dengan adanya promosi dapat juga dilakukan dengan membuat surat perkenalan
yang dikirimkan kepada asosiasi importir di negara tujuan ekspor, atau atase
perdagangan asing serta calon pembeli lainnya. Surat perkenalan itu dilengkapi dengan
brosur dan daftar harga dari komoditi yang kita perkenalkan.
1.6 Peraturan pemerintah tentang Ekspor

Peraturan menteri perdagangan (permendag) Nomor 111 Tahun 2018 tentang ketentuan
dan tata cara pembuatan deklarasi asal barang (Origin Declaration) untuk barang ekspor asal RI.
DAB(Deklarasi asal barang) memiliki fungsi yang sama dengan surat keterangan asal (SKA)
yang dapat digunakan oleh eksportir untuk memperoleh fasilitas pengurangan atau pembebasan
tarif bea masuk ataupun untuk menunjukan asal barang dari indonesia.

Untuk menggunakan DAB eksportir harus memenuhi beberapa ketentuan, yaitu:

1. Mendapatkan penetapan sebagai eksportir teregistrasi atau eksportir tersertifikasi


(ER/ES)
2. Pembuatan DAB harus melalui sistem e-SKA
3. DAB harus dicetak pada dokumen komersial atas barang yang di ekspor seperti
faktur,tagihan,catatan pengiriman,dan daftar pengepakan.
4. Mencatumkan kode autentik yang diperoleh dari sistem e-SK serta berlaku selama 12
bulan sejak tanggal pembuatan dokumen komersial.
5. Eksportir teregistrasi tidak di perkenankan membuat DAB untuk barang yang tidak sesuai
ketentuan asal barangnya.
6. Eksportir yang melanggar ketentuan akan dikenakan sangsi administratif berupa
pencabutan statusnya sebagai ER/ES

Dengan berlakunya permendag Nomor 111 tahun 2018, permendag sebelumnya yaitu pemendag
nomor 23 tahun 2015 tentang perubahan atas permendag N0.39/M-DAG/PER/8/2013 tentang
ketentuan sertifikasi mandiri (Self Certification), dalam rangka proyek percontohan kedua untuk
pelaksanaan sistem sertifikasi mandiri, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Anda mungkin juga menyukai