Anda di halaman 1dari 5

1.

Rheumatic Fever
Demam rematik merupakan penyakit autoimun yang menyerang multisistem akibat
infeksi dari Streptokokus β-hemolitikus grup A pada faring (faringitis) yang biasanya
menyerang anak dan dewasa muda. Demam rematik menyebabkan terjadinya
peradangan yang biasanya terjadi pada jantung, kulit dan jaringan ikat. Pada daerah
endemik, 3% pasien yang mengalami faringitis oleh Streptokokus berkembang
menjadi demam rematik dalam 2 - 3 minggu setelah infeksi saluran nafas bagian atas
tersebut (RHD Australia, 2012).

a. Karditis ini mempunyai gejala yang nonspesifik meliputi mudah lelah, anoreksia,
demam ringan, mengeluh nafas pendek, nyeri dada dan arthalgia.
b. Arthritis menunjukkan adanya radang sendi aktif yang ditandai nyeri hebat,
bengkak, eritema dan demam. Nyeri saat istirahat yang menghebat pada gerakan
aktif dan pasif merupakan tanda khas. Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi-sendi besar seperti, sendi lutut, pergelangan kaki, siku, dan pergelangan
tangan. Arthritis rematik bersifat asimetris dan berpindah-pindah (poliarthritis
migrans).
c. Korea Sydenham terjadi pada 13-34% kasus demam rematik dan dua kali lebih
sering pada perempuan. Manifestasi ini mencerminkan keterlibatan proses radang
pada susunan saraf pusat, ganglia basal, dan nukleus kaudatus otak.
d. Eritema marginatum merupakan ruam khas pada demam rematik yang terjadi
kurang dari 10% kasus (Essop & Omar, 2010). Ruam ini tidak gatal, makular,
berwarna merah jambu atau kemerahan dengan tepi eritema yang menjalar dari
satu bagian ke bagian lain, mengelilingi kulit yang tampak normal. Lesi ini
berdiameter sekitar 2,5 cm, dengan bagian tengah yang terlihat lebih pucat, muncul
paling sering pada batang tubuh dan tungkai proksimal namun tidak melibatkan
wajah. Eritema biasanya hanya dijumpai pada pasien karditis, seperti halnya
nodulus subkutan
e. Nodul subkutan muncul beberapa minggu setelah onset demam rematik, dan
biasanya tidak disadari penderita karena tidak nyeri.Biasanya berkaitan dengan
karditis berat, lokasinya di permukaan tulang dan tendon, serta menghilang setelah
1-2 minggu.

2. HIV
Lesi Orofasial dan Tingkat Imunosupresi pada Anak yang Terinfeksi HIV Pada bulan
maret 1994 dan mei 1995, The Collaborative Workgroup on The Oral Manifestations
of Pediatric HIV Infection bertemu dan membuat konsensus mengenai klasifikasi lesi
oral pada anak-anak.
A. Kelompok 1, lesi yang biasa terjadi pada anak-anak yang terinfeksi HIV:
- Kandidiasis (pseudomembranous, eritematosus, angular cheilitis).
- Infeksi virus Herpes Simpleks.
- Linear gingival erythema
- Pembengkakan Kelenjar parotis
- Stomatitis apthosus rekuren (minor, mayor, herpetiform)
B. Kelompok 2, Lesi yang kadang-kadang dijumpai pada anak-anak yang terinfeksi HIV:
- Infeksi bakteri pada mukosa mulut
- Penyakit periodontal (Necrotizing Ulcerative gingivitis, Necrotizing
Ulcerative periodontitis, Necrotizing stomatitis)
- Dermatitis seborhoic
- Infeksi virus (cytomegalovirus, Human papilomavirus, Molluscum)
- Contagiosum, varicella zoster.
- Xerostomia
C. Kelompok 3, lesi yang sangat berhubungan dengan infeksi HIV tetapi jarang terjadi
pada anak-anak:
- Neoplasma (sarcoma Kaposi dan limfoma non-hodkin's)
- Oral leukoplasia
- Ulser yang berhubungan dengan tuberkolosis.

3. HEPATITIS
Beberapa manifestasi penyakit dapat terjadi di rongga mulut, diantaranya adalah
- jaundice/ikterus (sakit kuning) pada palatum dan lidah.
Berwarna kuning sampai kuning ke hijauan yang terjadi pada membran
mukosa.
Terlihat jelas terutama pada batas palatum lunak dan keras, dapat juga terjadi
pada lidah dan mukosa mulut
Terjadi 7-10 har setelah infeksi
- Pendarahan spontan pada gusi, dan lichen planus pada oral mukosa.
- Pada penyakit hepatitis tipe C dilaporkan dapat terjadi sjorgen syndrome dan
sialadenitis (infeksi kelenjar air liur)
- Mekanisme terjadinya manifestasi penyakit hepatitis secara lokal di rongga
mulut belum sepenuhnya diketahui.
Beberapa manifestasi hepatitis dapat terjadi di rongga mulut, diantaranya adalah :
1. Pada penyakit hati, terutama atresia bilier dan hepatitis neonatal, dapat terjadi
diskolorisasi pada gigi sulung. Dimana, pada atresia bilier gigi akan berwarna hijau,
sedangkan pada hepatitis neonatal berwarna kuning. Keadaan ini disebabkan oleh
depositnya bilirubin pada email dan dentin yang sedang dalam tahap perkembangan.
2. Menyebabkan oral hygiene buruk, dalam hal ini bau mulut tidak sedap
3. Hepatitis aktif kronis dapat menyebabkan gangguan endokrin sehingga menimbulkan
penyakit multiple endokrinopati keturunan dan kandidosis mukokutaneus.
4. Kegagalan hati dapat menyebabkan timbulnya foetor hepatikum. Dimana, foetor
hapatikum sering disebut dalam sejumlah istilah seperti: bau “amine”, bau “kayu
lapuk”, bau “ tikus “ dan bahkan bau “bangkai segar”/berbau ammoniakhalitosis.
5. Sirosis hati dapat menyebabkan hiper pigmentasi pada mulutikterus pada
palatum,lidah dan membran mukosa.
6. Timbul ulkus - ulkus karena berkurangnya zat – zat vitamin dan gizi dalam RM.
7. Proses makan menjadi tidak benar sehingga peran saliva terganggu xerostomia.
8. Jaundice/ikterus (pada palatum dan lidah), Jaundice terlihat jelas terutama pada batas
palatum lunak dan keras dimana dapat terlihat warna kuning pucat atau terang pada
daerah tersebut,yang dapat juga terjadi pada lidah dan mukosa mulut. Hal ini terjadi
karena adanya peningkatan bilirubin dalam darah yang dapat disebabkan oleh
peningkatan produksi bilirubin karena hemolisis sel darah merah (hemolitik jaundice),
obstruksi pada saluran empedu (obstruksi jaundice) atau penyakit yang berhubungan
dengan jaringan parenkim hati (hepatoseluler jaundice).
9. Perdarahan spontan (pada gusi)
10. Lichen planus (pada oral mukosa)
11. Sjogren syndrom
12. Sialadenitis
13. Bau mulut yang khas, yaitu bau keton (gas protein)

4. VENEREAL DISEASE (PENYAKIT SEKSUAL)


Terdapat 5 macam penyakit seksual yang mempunyai tanda di dalam rongga mulut
1. Gonore
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrhoea yang menular melalui
hubungan seksual dari alat kelamin, mulut atau anus. Gejala yang terdapat dalam
mulut yaitu stomatitis, atropi papila lidah bagian tengah, terdapat nanah yang
keluar dari gusi dan selain itu juga terjadi atritis pada sendi rahang.
2. Herpes genital
Virus herpes simpleks yang menyebabkan penyakit ini dapat menimbulkan infeksi
di beberapa bagian tubuh dan salah satunya pada rongga mulut, infeksinya berupa
penyakit gingivostamatitis yang menyerang gusi. Terdapat juga infeksi rekuren
pada area wajah dan bibir yang dikenal dengan herpes labialis atau fever
blister atau cold sore dengan bentuk berupa vesikel/gelembung berisi cairan yang
berkelompok di daerah tepi bibir.
3. HIV/AIDS
Menurunnya imunitas tubuh pada penderita penyakit ini menyebabkan timbulnya
berbagai infeksi dan infeksi-infeksi ini mempunyai manifestasi didalam rongga
mulut. Infeksi jamur Candida albicans merupakan hal yang sering ditemukan
dalam rongga mulut, dan selain itu juga sering ditemukan lesi/luka dari
penyakit kaposi sarcoma, hairy leukoplakia, non-hodgkin’s lympoma, linear
gingival erythema, periodontitis, dan Necrotic ulcerative Gingivostomatitis.
(Baca: Jamur Vagina di Dalam Mulut)
4. Sifilis
Penyakit ini menimbulkan lesi/luka yang dapat timbul dalam rongga mulut pada
tiap stadiumnya. Lesi dalam rongga mulut yang timbul pada stadium awal dapat
sembuh dengan sendirinya dalam waktuu 3-8 minggu. Pada stadium 2 lesi berupa
bercak merah, bulat atau oval dan timbul papula. Pada stadium akhir terdapat lesi
yang timbul pada langit-langit rongga mulut dan lidah mengalami atropi, berfisur
juga sering terdapat lesi/luka.
5. Human Papiloma Virus
Selain dalam rongga mulut lesi/luka yang timbul bisa terdapat pada
tenggorokan, serviks, vagina, penis dan anus. Bentuk dari lesi ini berupa benjolan-
benjolan kecil yang berjumlah tunggal atau jamak dengan permukaan yang tidak
rata berwarna abu-abu, merah muda dan kuning.

5. DIABETES MELITUS
A. Xerostomia
Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air liur),
sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, di mana
alirannya dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan kotoran dari
dalam mulut. Jadi bila aliran saliva menurun maka akan menyebabkan timbulnya
rasa tak nyaman, lebih rentan untuk terjadinya ulserasi (luka), lubang gigi, dan
bisa menjadi ladang subur bagi bakteri untuk tumbuh dan berkembang.
Berdasarkan literatur yang saya dapatkan bahwa pada penderita diabetes salah
satu tandanya adalah Poliuria, dimana penderita banyak buang air kecil sehingga
cairan di dalam tubuh berkurang yang dapat mengakibatkan jumlah saliva
berkurang dan mulut terasa kering, sehingga disarankan pada penderita untuk
mengkonsumsi buah yang asam sehingga dapat merangsang kelenjar air liur untuk
mengeluarkan air liur.
B. Gingivitis dan periodontitis
Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang). Selain
merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya
pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari tubuh.
Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk memerangi
infeksi, Sedangkan periodontitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Dan hal ini menjadi lebih berat dikarenakan infeksi bakteri pada penderita
Diabetes lebih berat. Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau yang
memperberat periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi),
dan faktor sistemik atau kondisi tubuh secara umum. Berkurangnya jumlah air
liur, sehingga terjadi penumpukan sisa makanan yang melekat pada permukaan
gigi dan mengakibatkan gusi menjadi infeksi dan mudah berdarah.
C. Stomatitis Apthosa (Sariawan)
Meski sariawan biasa dialami oleh banyak orang, namun penyakit ini bisa
menyebabkan komplikasi parah jika dialami oleh penderita diabetes. Penderita
Diabetes sangat rentan terkena infeksi jamur dalam mulut dan lidah yang
kemudian menimbulkan penyakit sejenis sariawan. Sariawan ini disebabkan oleh
jamur yang berkembang seiring naiknya tingkat gula dalam darah dan air liur
penderita diabetes.
D. Oral Thrush
Penderita diabetes yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk memerangi infeksi
sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah. Apalagi penderita
diabetes yang merokok, risiko terjadinya infeksi jamur jauh lebih besar. Oral
thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang disebabkan oleh
jamur, sejumlah kecil jamur candida ada di dalam mulut. Pada penderita Diabetes
Melites kronis dimana tubuh rentan terhadap infeksi sehingga sering
menggunakan antibiotik dapat mengganggu keseimbangan kuman di dalam mulut
yang mengakibatkan jamur candida berkembang tidak terkontrol sehingga
menyebabkant thrush. Dari hasil pengamatan saya selama berpraktik sebagai
dokter gigi yang ditandai dengan adanya lapisan putih kekuningan pada lidah,
tonsil maupun kerongkongan.
E. Dental Caries (Karies Gigi)
Diabetes Mellitus bisa merupakan faktor predisposisi bagi kenaikan terjadinya dan
jumlah dari karies. Keadaan tersebut diperkirakan karena pada diabetes aliran
cairan darah mengandung banyak glukosa yang berperan sebagai substrat
kariogenik. (2) Karies gigi dapat terjadi karena interaksi dari 4 faktor yaitu gigi,
substrat , kuman dan waktu. Pada penderita Diabetes Melitus telah diketahui
bahwa jumlah air liur berkurang sehingga makanan melekat pada permukaan gigi,
dan bila yang melekat adalah makanan dari golongan karbohidrat bercampur
dengan kuman yang ada pada permukaan gigi dan tidak langsung dibersihkan
dapat mengakibatkan keasaman didalam mulut menurun, sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya lubang atau caries gigi.

6. MAAG/GASTRITIS
a. Manifestasi di Rongga mulut
 Dalam perawatan rongga mulut hindari penggunaan obat-obat yang dapat memicu
gastritis seperti NSAID
 Rongga mulut asam dikarenakan pada penderita gastritis sering muntah dan
apabila setelah muntah tersebut tidak segera dibersihkan rongga mulutnya.
a. Manifestasi klinis gastritis kronis di rongga mulut
1. Halitosis
Etilogi dari gastritis kronis salah satunya adalah infeksi bakteri H Pilory, dimana
patofisiologinya yaitu jenis bakteri ini akan berkoloni secara stabil di mukosa
lambung, selanjutnya ia mengeluarkan enzim urease yang berfungsi memecah urea
menjadi amoniak yang bersifat toksik terhadap epitel. Amoniak ini yang
menyebabkan halitosis, seperti yang kita ketahui apabila rongga mulut merupakan
pintu masuk saluran pencernaan.
2. Xerostomia dan Karies
Xerostomia erat kaitannya dengan sekresi asam lambung yang berlebihan, selain itu
asam lambung yang berlebihan ini juga bisa memicu timbulnya karies gigi apabila
oral hiegene penderita buruk.

3. Hipersalivasi : terjadi saat penderita mual dan muntah.


Saat muntah terjadi hipersalivasi karena secara anatomis pusat muntah pada prostema
medulla oblongata di dasar ventrikel ke empat terletak sangat dekat dengan pusat
salvasi dan pernafasan. Sehingga apabila pada waktu muntah akan terjadi
hipersalivasi.
4. Rongga mulut asam dikeranakan pada penderita gastritis sering muntah dan apabila
setelah muntah tersebut tidak segera dibersihkan ronnga mulutnya.
1. Bibir menjadi pucat karena pengaruh dari penyakit anemia pernisiosa.

Anda mungkin juga menyukai