Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HORMON REPAKANCEMENT THERAPI

Untuk memenuhi tugas

Dosen : Ayi tansiah rohaeti mtr,keb

Disusun oleh Kelompok 4 Kelas II B

1. Popi Amalia ( P27902118075 )


2. Sely Febrianti A ( P27902118081 )
3. Siska Widiawati ( P27902118082 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN JURUSAN


KEBIDANAN RANGKASBITUNG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkah limpahan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Hormon Repla replancement
therapy tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas bidang studi Kesehatan Reproduksi
serta dapat memberikan kita informasi tentang Hormon replancement therapy (HRT)
lebih luas lagi alam kehidupan sehari-hari ataupun lingkungan sekitar.
Kami menyadari bahwa tidak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati kami mohon maaf atas segala kekurangan dalam pembuatan makalah
ini.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Rangkasbitung, 30 Juli 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
BAB I ........................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Tujuan ...................................................................................................................... 4
BAB II ...................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 5
A. Pengertian Hormon Replancement Therapy............................................................ 5
B. Penggunaan Terapi Sulih Hormon ............................................................................ 5
C. Lama Penggunaan TSH.............................................................................................. 8
D. Kontra indikasi HRT .................................................................................................. 9
E. Efek Samping Umum HRT ...................................................................................... 10
BAB III................................................................................................................................... 11
PENUTUP.............................................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iii

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Samapai akhir abad ini Indonesia akan dijumpai sekitar 8-10% lansia dan
wanita akan lebih banyak dibandingkan dengan kaum pria. Dalam perjalanan hidupnya
seorang wanita yang mencapai umur sekitar 45 tahun, mengalami penuaan indung
telur, sehingga tidak sanggup memenuhi hormone estrogen. System hormonal seluruh
tubuh mengalami kemunduran dalam mengeluarkan hormonnya.

Menopause adalah tidak terjadinya periode menstruasi selama 12 bulan akibat


dari tidak aktifnya folikel sel telur. Periode transisi menopause dihitung dari periode
menstruasi terakhir diikuti dengan 12 bulan periode amoenorea (tidak mendapatkan
siklus haid). Menopause adalah bagian dari periode transisi perubahan masa
reproduktif ke masa tidak reproduktif. Usia rata-rata menopause berkisar 43-57 tahun
namun tidak ad acara yang pasti untuk memprediksi kapan seorang wanita akan
memasuki masa menopause. Selain itu, factor keturunan juga berperan disini, seorang
wanita akan mengalami menopause pada usia tidak jauh berbeda dari ibunya.
Gejala-gejala perimenopause diantaranya adalah :

- Perubahan di dalam periode menstruasi (memendek atau memanjang, lebih


banyak atau lebih sedikit atau tidak mendapat menstruasi sama sekali)
- Hot flashes
- Keringat malam
- Kekeringan pada vagina
- Gangguan tidur
- Perubahan mood (depresi, mudah tersinggung)
- Nyeri ketika bersanggama
- Infeksi saluran kemih
- Inkontinesia urin (tidak mampu menahan keluarnya air seni)
- Tidak berminat pada hubungan seksual
- Peningkatan lemak tubuh di sekitar pinggang
- Bermasalah dengan konsentrasi dan daya ingat

Kontrasepsi oral (pil) sering digunakan untuk pengobatan pada tahapan


perimenopause meskipun wanita tersebut tidak memerlukannya untuk tujuan
kontrasepse. Dosis rendah pil kontrasepsi mengurangi gejala hot flashes, kekeringan
pada vagina, dan sindroma premenstruasi.

3
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa yang dimaks dengan Hormon replancement therapy?

b. Tujuan Khusus
- Mengetahui manfaat Hormon replancement therapy
- Mengetahui kontra indikasi Hormon replancement therapy
- Mengetahui efek samping Hormon replancement therapy

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hormon Replancement Therapy


Hormon replancement therapy (HRT) atau terapi sulih hormone (TSH) adalah
perawatan medis yang menghilangkan gejala-gejala pada wanita selama dan setelah
menopause yang kurang kadarnya karena tidak diproduksi secukupnya lagi akibat
kemunduran fungsi organ-organ endokrin hormone.

Menopause adalah berhentinya masa haid pada wanita sehingga kemampuan


untuk bereproduksi sudah tidak ada lagi, hal ini ditandai dengan perubahan hormonal
yang nyata pada tubuhnya. Hal ini juga menyebabkan menurunnya jumlah hormone
estrogen, di mana hormone ini merupakan hormone yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, yang menyebabkan wanita merasakan kejala tak enak, termasuk pada
wajah, vaginal kekeringan, sifat lekas marah, dan depresi. TSH secara parsial
mengembalikan keseimbanagan estrogen di tubuh wanita untuk mengurangi atau
mengeliminasi gejala ini. TSH dapat meringankan penderitaan tidak hanya pada wanita
dewasa yang mengalami menopause alami, tetapi juga di wanita muda yang mungkin
mengalami menopause premature untuk alas an medis, seperti kanker atau sebab
kelainan ovarium yang berhenti menghasilkan estrogen.

Sebagai tambahan dalam mengurangi gejela asosiasi dengan menopause, TSH


memiliki banyak keuntungan dan bahkan proteksi dan penyakit tertentu, termasuk
osteoporosis, penyakit jantung, dan stroke. Studi medis yang sedang berjalan telah
menunjukan bahwa menggunakan TSH, dalam jangka Panjang itu tidak selalu berguna,
dan dalam beberapa peristiwa ini mungkin sebenarnya menaikan resiko kanker,
serangan jantung, dan penyakit lainnya.

B. Penggunaan Terapi Sulih Hormon


Dimulai dengan pubertas dan berikut 3 atau 4 dasawarsa, tubuh wanita
mengalami siklus hormonal teratur, hal ini memungkinkan wanita dapat hamil dan
melahirkan anak. Estrogen dan hormone lainnya, progesterone, dikeluarkan oleh
ovarium selama ovulasi, sebulan proses di mana telur dilepaskan dari ovarium dan di
persiapkan untuk vertilazation dengan sperma. Estrogen memiliki peranan dalam hal
ini sementara progesterone mempengaruhi lapisan permukaan jaringan vagina dan
Rahim, membuat kondisi yang banyak baik bagi ovum untuk dibuahi. Jika kehamilan
tidak terjadi, bagian dari endometrium (bahan pelapis uterus) akan meluruh melalui

5
vagina selama haid. Sebagai tamabahan terhadap peranan dalam reproduksi, estrogen
beredar di aliran darah, mempengaruhi bagian-bagian lain dari tubh, termasuk otak,
pembulu darah, tulang, dan sel-sel lemak.

Pada menopause, yang dialami pada wanita usia 40 an atau awal 50 an, secara
berangsur-angsur ovarie berhenti menghasilkan estrogen, menyebabkan penurunan
tingkat estrogen di dalam darah. Setelah lewat beberapa tahun, estrogen ini tidak lagi
diproduksi yang menyebabkan berbagai perubahan dalam organ tubuh termasuk
vagina, rahim, kandung kemih, saluran kemih, payudara, tulang, hati, pembulu darah,
dan otak.
Permasalahannya sekarang adalah untuk menentukan apakah HRT harus
diberikan secara rutin atau berkala pada wanita menopause beresiko terhadap
osteoporosis dan kerdiovaskuler sudah terbukti bahwa estrogen dapat mencegah
osteoporosis pada menopause. Sebenarnya proses osteoporosis mulai berlangsung
beberapa tahun sebelum menopause, ketika kadar estrogen dalam darah mulai
berkurang yaitu umur 40-5- tahun yang ditandai dengan gangguan haid. Dari hasil
penelitian diketahui 10% kandungan mineral pada tulang wanita tersebut telah
menurun disbanding wanita yang haidnya masih teratur, dengan demikian dianjurkan
supaya HRT sudah dimulai 4-5 tahun sebelum menopause, bila gangguan jangka
panjang seperti osteoporosis dan kardiovaskuler hendak dicegah. Terapi ini harus
berlangsung betahun-tahun yaitu 10-15 tahun sesudah menopause bahkan ada yang
menganjurkan seumur hidup, karena dapat si sangsikan daya cegah estrogen akan
menhilangkan bila substitusinya dihentikan dan proses pengeroposan tulang yang akan
dilanjutkan.
Adapun stategi yang dilakukan sebagai berikut.
1. Terapi selama 2-3 tahun untuk menghilangkan gejala akut, sesudaah itu
dihentikan. Bila gejala kembali kambuh terapi diulang atau di teruskan
sampai tidak berulang lagi dibawah pengawasan dokter.
2. Terapi jangka Panjang paling di sedikit selama 5 tahun mungkin sampai 10-
15 tahun di tunjukan untuk mencegah gejala menahun menopause seoerti
osteoporosis dan penyakit jantung coroner.
3. Untuk menghindari timbul symptom yang akut, penghentian terapi
dilakukan secara nertahap yaitu dengan menurunkan dosisnya.
Pemeriksaan Sebelum Pemberian Terapi Sulih Hormone (HTA Indonesia, 2004)
a. Diagnosis pasti menopause
b. Penilaian kontraindikasi mutlak dan relative
c. Informed consent mengenai kelebihan dan kekurangan penggunaan terapi sulih
hormone

6
d. Pemeriksaaan fisik : tekanan darah pemeriksaan payudara dan pemeriksaan
panggul
e. Pemeriksaan sitologi serviks dan mamografi harus memberi hasil negative

Cara
Pemberian TSH
 Oral
Sekuensial: diberikan bagi wanita usia premenopause bagi wanita yang masih
menginginkan menstruasi
Kontinu: diberikan bagi wanita usia menopause yang tidak lagi menginginkan
menstruasi (HTA Indonesia 2004)

Kelebihan :
1. Dapat diberikan secara individual
2. Dosis dapat di tambah, dikurangi atau dihentikan
3. Tidak mnyebabkan rasa nyeri
4. Tidak memerlukan bantuan tenaga medis
5. Menstimulasi pembentukan HDL dihati
6. Membantu metabolism kalsium
7. Mencegah penyakit jantung coroner
Kekurangan :
1. Absorpsi tidak menentu
2. Kealpaan penderita untuk menelan pil
3. Menimbulkan gejala mulai dan muntah (Sarwono 2005)

 Pemberian Secara Parental


Dilakukan pada penderita dengan kesukaran menelan pil, mual, muntah, penyakit
lambung, penyakit usus, penyakit hati, penurunan kesadaran, dan pada yang sering lupa
minum obat.
Kelebihan :

7
1. Tidak membebani hati
Kekurangan :
1. Menimbulkan rasa nyeri
2. Sekali disuntik obat tidak dapat dikeluarkan lagi
3. Dosis obat tidak selalu tepat
4. Tidak memacu pembentukan enzim metabolism kalsium dan HDL sehingga
tidak dapat mencegah osteoporosis dan penyakit jantung coroner
5. Pemberian esterogen saja dapat merangsang uterus dan payudara terus menerus
sehingga dapat meniumbulkan keganasan dan perlu ditambah progesterone (
sarwono 2005 )

 Pemberian Secara Topical


Pemberian berupa krim esterogen sangat baik untuk mengatasi keluhan atrofi
epitel vagina pada wanita menopause pemberian cara ini jarang menimbulkan
hiporplasia endometrium bila timbul pendarahan atau nyeri payudara, perlu ditambah
progesterone. Pemberian estradiol dengan cara ini langsung kedalam sirkulasi. Respon
melalui dinding vagina sangat baik tanpa melalui metabolism sehingga konsentrasi
dalam darah dapat sangat tinggi ( sarwono 2005 )
 Pemberian Secara transdermal
Terdapat tiga cara pemberian estradiol transdermal, yaitu plester reservoir,
plester matriks, dan gel. Estradiol yang diberikan melalui transdermal terdiri atas
hormone dalam larutan alcohol yang diabsorpsi kedalam sirkulasi secara konstan
selama 3-4 hari. Pemberian secara transdermal sangat dianjurkan bagi wanita
menopause yang memiliki tekanan darah tinggi, dalam pengobatan dengan obat anti
diabetes (OAD) dan riwayat oprasi batu empedu (HTA Indonessia 2004)
 Pemberian Secara Implan
Estradiol dapat pula diberikan dalam bentuk implan subcutan yang bertahan
dalam 6 bulan.

Jenis dan dosis yang dapat dianjurkan dalam TSH


Pemberian dosis dimulai dari dosis terendah yang palong efektif (disesuaikan
dengan keluhan klinis)

C. Lama Penggunaan TSH

8
NHMRC menetapkan waktu pemberian TSH sebagia berikut:
a. Untuk penetalaksanaan gejolak panas, pemberian TSH sistemik selama satu
tahun dan kemudian dihentikan total secara berangsur-angsur (dalam periode
1-3 bulan) dapat efektif.
b. Untuk melindungi terhadap tulang dan menghindari atropi urogenital,
pemakaian jangka lama diindikasikan tetapi lama waktu yang optimal tidak
ditetapkan dengan jelas
c. Setelah penghentian terapi masih dapat manfaat untuk perlindungan terhadap
tulang dan jantung, tetapi menghilang bertahap setelah bebrapa tahun

Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHO, lama pemakian TSH di
Indonesia maksimal 5 tahun.

Efek samping terapi sulih hormone


Seperti obat lainnya, sulih hormone dapat menimbulkan efek samping sebagai
berikut
Efek samping terkait estrogen :

a. Mastalgia(nyeri pada payudara)

b. Retensi cairan
c. Mual
d. Keram pada tungkai
e. Sakit kepala
f. Kenaikan tekanan darah dapat terjadi, tetapi sangat jarang.

Efek samping terkait progrestin:

a. Retensi cairan
b. Kembung
c. Sakit kepala
d. Dnostalgia
e. Kulit berminyak dan jerawat
f. Gangguan mood
g. Gejala seperti premenstrual
h. Pendarahan vagina
i. Iritasi kulit pada pemakaian plester

D. Kontra indikasi HRT

9
Mutlak : trombone moloisme (trombosit, anemia sel sabit, penyakit serebro,
hipertensi berat, uji fungsi hati setelah hepatitis abnormal, gangguan enzim).
Relative : penyakit kardiovaskuler, DM, penyakit ginjal, TBC, kanker
payudara, pibroadenasis, caendometrium, migraine dan epilepsy.

E. Efek Samping Umum HRT


Sakit kepala, perdarahan, depresi, perubahan emosi, nyeri tekanan pada
payudara, nyeri kembung, siklus menstruasi yang berkepanjangan, kegagalan untuk
mengurangi gejala-gejala. Efek samping HRT (estrogen) adalah kanker payudara,
kanker endometrium, tromboplebitis, perdarahan bercak.
Jika sediaan progesterone digunakan Bersama dengan sediaan estrogen,
sebagian besar akan mengalami perdarahan bulanan sebagai mana layaknya siklus
menstruasi. Efek samping yang mungkin dialami wanita pengguna terapi hormone
diantaranya mual, payudara menjadi lebih besar dan lebih lembut, putting payudara
berdiri, dan menjadi lebih gemuk. Efek samping itu mungkin akan semakin berkurang
seiring dengan lamanya masa terapi. Sedangkan efek samping yang jarang dijumpai
antara lain kekurangan dorongan untuk berhubungan intim, depresi, perdarahan
ditengah-tengah siklus menstruasi, sakit pada dada dan persendian (kaki).

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hormon replancement therapy (HRT) atau terapi sulih hormone (TSH) adalah
perawatan medis yang menghilangkan gejala-gejala pada wanita selama dan setelah
menopause yang kurang kadarnya karena tidak diproduksi secukupnya lagi akibat
kemunduran fungsi organ-organ endokrin hormone.
Dari hasil penelitian diketahui 10% kandungan mineral pada tulang wanita
tersebut telah menurun disbanding wanita yang haidnya masih teratur, dengan
demikian dianjurkan supaya HRT sudah dimulai 4-5 tahun sebelum menopause, bila
gangguan jangka panjang seperti osteoporosis dan kardiovaskuler hendak dicegah.
Adapun stategi yang dilakukan sebagai berikut.
1. Terapi selama 2-3 tahun untuk menghilangkan gejala akut, sesudaah itu
dihentikan. Bila gejala kembali kambuh terapi diulang atau di teruskan
sampai tidak berulang lagi dibawah pengawasan dokter.
2. Terapi jangka Panjang paling di sedikit selama 5 tahun mungkin sampai 10-
15 tahun di tunjukan untuk mencegah gejala menahun menopause seoerti
osteoporosis dan penyakit jantung coroner.
3. menghindari timbul symptom yang akut, penghentian terapi dilakukan
secara nertahap yaitu dengan menurunkan dosisny

11
DAFTAR PUSTAKA

Bagus Gde Manuaba, Ida. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
Arcan

iii

Anda mungkin juga menyukai