Anda di halaman 1dari 4

6.

9 Air dan Ikatan Hidrogen


Air tersusun oleh molekul-molekul triatomik sederhana, tetapi tingkah-laku air
sangat kompleks, dan beberapa hal agak unik. Sifat unik air muncul terutama dari
struktur molekular dan resultante gaya-gaya intermolekularnya. Atom oksigen
dalam molekul air dilukiskan membentuk orbital hibrida terluar 𝑠𝑝3 , dengan dua
pasang elektron non-ikatan. Teori VSEPR mengklasifikasikan air sebagai molekul
tipe 𝐴𝐵2 𝐸2 . Oleh karena itu, bangun molekul air berbentuk V dengan sudut ikatan
H-O-H = 104,5°, lebih kecil daripada sudut tetrahedron regular, 109,47°, oleh
karena tolakan yang lebih kuat dari dua pasang elektron non-ikatan tersebut. Bentuk
molekul dengan dua pasang elektron menyendiri yang demikian ini mengakibatkan
air bersifat polar yang sangat kuat (μ = 1,85 D) sehingga menghasilkan gaya dipol-
dipol yang sangat kuat pula.
Sifat elektronegatif yang sangat tinggi bagi atom oksigen
lebih lanjut mengakibatkan terbentuknya ikatan hidrogen
antar molekul air yang sangat kuat pula. Atom-atom
hidrogen dengan muatan positif parsial akan tertarik secara
kuat oleh atom oksigen dari molekul air tetangga dengan
ikatan hidrogen. Jadi dalam molekul air, setiap atom oksigen mampu membentuk
dua ikatan hidrogen dari kedua pasang elektron menyendiri tersebut. Oleh ikatan
hidrogen molekul-molekul air ini dalam fase cair bergerombol dengan jumlah
molekul yang bervariasi bersama-sama dengan beberapa molekul lain yang tidak
bergabung. Model keseimbangan dinamik menjelaskan adanya keseimbangan
antara molekul-molekul gerombol dengan molekul-molekul terpisah sehingga
selalu terjadi pemutusan sekaligus penggabungan molekul-molekul air secara terus
menerus.
Dalam fase padat molekul-molekul air (es) tertata pada posisi yang sudah fiks,
pasti-permanen, oleh ikatan hidrogen (Gambar 6.2a). Tiap atom oksigen dikelilingi
oleh empat atom hidrogen, dua di antaranya dengan ikatan kovalen dan dua yang
lain dengan ikatan hidrogen. Keempat atom hidrogen ini juga diikat lebih lanjut
oleh empat atom oksigen dari empat molekul air yang lain (Gambar 6.2b). Bentuk
ikatan seperti ini terulang berkelanjutan secara tiga dimensi membentuk struktur
terbuka semacam sarang lebah.
Ikatan hidrogen antar molekul-molekul air sangat penting bagi kehidupan di planet
bumi ini. Tanpa ikatan hidrogen, air akan mencair kira-kira pada -100°C dan
mendidih pada -90°C. Ikatan hidrogen mengakibatkan sifat keanehan, abnormal,
yang sangat jarang ditemui yaitu fase cair lebih rapat daripada fase padatnya. Bagi
hampir semua senyawa, molekul- molekul terkemas lebih rapat pada fase padatnya
daripada pada fase cairnya, sehingga padatan mempunyai rapatan (densitas) lebih
besar dan konsekuensinya padatan akan mengendap ke arah dasar ketika mulai
mengkristal dari fase cairnya. Andaikata hal ini terjadi pada air baik di laut, danau
maupun sungai di dunia ini, maka ketika temperatur turun hingga di bawah titik
beku air, air akan membeku mulai dari bawah, dan akibatnya segala makhluk
organisme di dalam air tidak akan tahan hidup dalam lingkungan demikian ini.
Untungnya, rapatan es lebih kecil daripada cairannya sehingga lapisan es yang
senantiasa berada di atas permukaan justru menjaga air di bawahnya tetap dalam
fase cair.

Gambar 6.2 Struktur kristal es (air) menunjukkan jaringan ikatan hidrogen (a)
dalam kelompok dan (b) dalam satu molekul
Sifat abnormal air tersebut berkaitan dengan struktur es yang "terbuka" (Gambar
6.2) oleh karena adanya jaringan ikatan hidrogen. Pada saat meleleh, beberapa
ikatan hidrogen terputus dan sebagian struktur terbuka menjadi runtuh; perubahan
ini menaikkan rapatan cairan. Rapatan mencapai maksimum pada 4°C; pada titik
ini, naiknya rapatan yang disebabkan oleh runtuhnya kluster (gerombol) ikatan
hidrogen dalam molekul-molekul air diatasi oleh turunnya rapatan yang disebabkan
oleh naiknya gerak molekul sebagai akibat dari naiknya temperatur.

Gambar 6.3 Diagram fasa (a) ideal dan (b) air


Sifat keanehan air yang lain ditunjukkan oleh diagram fase Gambar 6.3. Suatu
diagram fase menunjukkan kestabilan termodinamik fase suatu spesies relatif
terhadap pengaruh tekanan dan temperatur. Pada diagram fase ideal, daerah antara
alur-alur garis menyatakan kestabilan fase yang bersangkutan secara termodinamik
di bawah kombinasi kondisi tekanan dan temperatur khusus. Titik leleh dan titih
didih standar dapat ditentukan melalui perubahan-perubahan fase pada tekanan
standar, 100 kPa. Titik leleh dan titik didih suatu spesies secara berurutan
merupakan titik-titik perpotongan antara garis lurus patah-patah mendatar yang
diproyeksikan dari titik standar tekanan (100 kPa) dengan alur garis batas fase
padat-cair dan dengan alur garis fase cair-gas. Pada sebagian besar spesies, alur
garis batas padat-cair mempunyai harga kemiringan (slope) positif. Kecenderungan
ini berarti bahwa pengaruh kenaikan tekanan terhadap cairan akan mengakibatkan
pemadatan spesies yang bersangkutan.
Air ternyata menunjukkan diagram fase abnormal karena rapatan padatan (es) lebih
rendah daripada rapatan cairan-nya. Prinsip Le Châterlier menunjukkan bahwa fase
yang lebih rapat diunggulkan oleh kenaikan tekanan. Jadi untuk air, pengaruh
naiknya tekanan terhadap fase padatan (es) yang lebih rendah rapatannya akan
mengakibatkan melelehnya es menjadi fase cair yang lebih besar rapatannya. Inilah
sifat anomali air yang membuat orang dapat bermain sepatu luncur (ice-skating) di
atas es, sebab tekanan pisau sepatu cukup untuk melelehkan es pada bagian
permukaan sehingga lapisan air yang terjadi membuat sepatu dapat meluncur
dengan mudah sekalipun pada temperatur rendah, -30°C.
Sebagai akibat adanya ikatan hidrogen, larutan ion hydronium, H3 O+ , atau larutan
ion hidroksida, OH − , mempunyai sifat konduktivitas listrik yang jauh lebih tinggi
daripada larutan dengan konsentrasi yang sama dari ion lain. Konduktivitas ionik
merupakan ukuran suatu laju yang menggambarkan ion-ion bergerak di dalam
larutan. Sifat konduktivitas yang abnormal tinggi bagi kedua ion tersebut berkaitan
dengan sifat ikatan hidrogen. Sebagaimana telah sedikit diungkapkan di muka
bahwa keberadaan ion hidronium di dalam lingkungan ikatan hidrogen dapat
mengalami pergeseran. Apabila muatan negatif dikenakan pada larutan ini, ion
hidronium sesungguhnya tetap pada posisi semula, tetapi posisi ikatan kovalen dan
ikatan hidrogen bergeser tanpa adanya pergeseran atom atau ion. Jadi, ion
hidronium yang berinteraksi dengan muatan negatif bukan harus merupakan ion
hidronium yang pada mulanya ada di dalam larutannya sebagaimana dilukiskan
diagram Gambar 6.4.

Gambar 6.4 Hadirnya elektrode negatif mengakibatkan terjadinya pergeseran ikatan


kovalen-ikatan hidrogen, sehingga posisi muatan positif ion H3 O+ (ujung kanan)
menjadi tertarik ke arah elektrode negatif (ujung kiri).

Anda mungkin juga menyukai