PENDAHULUAN
Menurut badan nasional penangulangan bencana definisi bencana undang – undang nomor
24 tahun 2007 mendefinisikan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan menganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh factor alam atau factor non alam maupun factor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis.
Definisi bencana yang lain menurut international strategy for disaster reduction ( Nurjanah
dkk.2011) adalah suatu kejadian yang di sebabkan oleh alam atau karena ulah manusia, terjadi
secara tiba – tiba atau perlahan – lahan, sehingga menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta
benda dan kerusakan lingkungan kejadian ini diluar kemampuan masyarakat dengan segala
sumberdayanya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa persiapan dan mitigasi bencana ?
2. Apa aplikasi pendidikan kesehatan dalam pencegahan dan penanggulangan dampak buruk
bencana alam ?
3. Bagaimana pembedayaan masyarakat pada bencana alam ?
4. Bagaimana pendidikan dan kesiapsiagaan pada bencana alam?
5. Bagaimana evidence based practice pada keperawatan bencana?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang persiapan dan mitigasi bencana
2. Untuk mengetahui tentang aplikasi pendidikan kesehatan dalam pencegahan dan
penanggulangan dampak buruk bencana alam
3. Untuk mengetahui pembedayaan masyarakat pada bencana alam
4. Untuk mengetahui pendidikan dan kesiapsiagaan pada bencana alam
5. Untuk mengetahui evidence based practice keperawatan bencana
1
BAB 2
TINJAUAN TEORI
a. Pemetaan.
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah rawan
bencana. Pada saat ini berbagai sektor telah mengembangkan peta rawan bencana. Peta rawan
bencana tersebut sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam antisipasi kejadian
bencana alam. Meskipun demikian sampai saat ini penggunaan peta ini belum dioptimalkan. Hal
ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah :
1) Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan.
2) Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik.
3) Peta bencana belum terintegrasi.
4) Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda beda sehingga menyulitkan dalam
proses integrasinya.
b. Pemantauan.
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat dilakukan antisipasi jika
sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan dengan mudah melakukan penyelamatan.
2
Pemantauan di daerah vital dan strategis secara jasa dan ekonomi dilakukan di beberapa kawasan
rawan bencana.
c. Penyebaran informasi
Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara: memberikan poster dan leaflet
kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan Propinsi seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang
tata cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana. Memberikan informasi ke media cetak
dan elektronik tentang kebencanaan adalah salah satu cara penyebaran informasi dengan tujuan
meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di suatu kawasan tertentu. Koordinasi
pemerintah daerah dalam hal penyebaran informasi diperlukan mengingat Indonesia sangat luas.
Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada SATKOR-LAK PB,
SATLAK PB, dan masyarakat bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi
bencana jika sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan Pemerintah
Daerah ialah mengenai hidup harmonis dengan alam di daerah bencana, apa yang perlu ditakukan
dan dihindarkan di daerah rawan bencana, dan mengetahui cara menyelamatkan diri jika terjadi
bencana.
e. Pelatihan/Pendidikan
Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika terjadi bencana.
Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi dari petugas lapangan, pejabat teknis,
SATKORLAK PB, SATLAK PB dan masyarakat sampai ke tingkat pengungsian dan
penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini terbentuk kesiagaan tinggi menghadapi
bencana akan terbentuk.
f. Peringatan Dini
3
2.2 Aplikasi Pendidikan Kesehatan Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan Dampak Buruk
Bencana Alam
1. Pendidikan Bencana
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca bencana biasanya akan
menjadi terkatung katung tidak jelas akibat memburuknya keaadaan pasca bencana., akibat
kehilangan harta benda yang mereka miliki. sehinga banyak diantara mereka yang patah arah
dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong membangkitkan keadaan tersebut
adalah melakukan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill
yang dapat menjadi bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat melakukan pelatihan pelatihan
keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak
dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana akan mampu
membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang ia miliki.
Untuk mewujudkan tindakan di atas, menurut Mepsa (2012) perlu adanya beberapa hal yang harus
dimiliki oleh seorang perawat, diantaranya adalah, perawat harus memiliki skill keperawatan yang
baik, perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian, perawat harus memahami managemen
siaga bencana.
Adapun peran perawat dalam menagemen siaga bencana adalah sebagai berikut :
1. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam penanggulangan
ancaman bencana.
2. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah
nasional, maupun lembaga-lembaga pemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana.
4
3. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam mengahdapi bencana.
1. Bertindak cepat
2. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti dengan maksud memberikan
harapan yang besar pada korban yang selamat.
3. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
4. Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan
5. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat mendiskusikan dan merancang
master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
1. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, fisikologi korban.
2. Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post traumatic stress
disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3 kriteria utama. Pertama, gejala trauma
pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui
flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacuhnya. Ketiga, individu akan
menunjukan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan
konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.
3. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsure
lintas sektor menangani maslah keehatan masyarakat paska gawat darurat serta mempercepat
fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman.
5
5. Pelatihan mengenai prosedur penanggulangan bencana yang meliputi mitigasi bencana,
kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan rehabilitasi dan rekonstruksi.
6. Pelatihan mengenai sistem informasi dan komunikasi bencana.
7. Pelatihan manajemen logistik bencana.
8. Pelatihan standar pelayanan minimal kesehatan bencana dan pengungsi.
Kesiapsiagaan adalah upaya menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai sumber daya
untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu, Hal ini bertujuan agar warga mempunyai persiapan yang
lebih baik untuk mengahdapi bencana. Contoh tindakan kesiapsiagaan :
Evidence based practice ( EBP ) adalah proses penggunaan bukti – bukti terbaik yang jelas
tegas dan berkesinambungan guna pembuatan keputusan klinik dalam merawat individu pasien.
Dalam penerapan EBP harus memenuhi 3 kriteria yaitu berdasarkan bukti empiris, sesuai dengan
keinginan pasien, dan adanya keahlian dari praktisi
1) pengkajian secara cepat dan tepat terhadaplokasi, kerusakan, dan sumber daya
2) penentuan status keadaan darurat bencana
3) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
4) pemenuhan kebutuhan dasar
5) perlindungan terhadap kelompok rentan
6) pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital
6
Tabel 1 Data Demografi Aspek, Peran, dan Kepemimpinan
No Aspek Peran
1 Pencarian dan Melokalisasi korban.
penyelamatan
Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat
pengumpulan/penampungan.
7
Membuka saluran udara secepat mungkin dan memeriksa
obstruksi saluran napas harus menjadi tindakan pertama,
jika perlu saluran udara harus dibuka dengan metode
Head-Tilt/Chin-Lift.
8
7 Peran perawat di dalam Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek
posko pengungsian dan kesehatan sehari-hari.
posko bencana
Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan
harian.
8 Peran perawat dalam fase Membantu memulihkan kondisi fisik yang memerlukan
Membantu masyarakat penyembuhan jangka waktu yang lama untuk normal
untuk kembali pada kembali
kehidupan normal
postimpact melalui
proses konsultasi atau
edukasi.
9
BAB 3
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
10