Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang
khusus pada kesejahtraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan
kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan
fungsi hidup sehari-harinya, selain itu keperawatan merupakan jenis tenaga
kesehatan terbesar yang dalam kesehariannya selalu berhubungan langsung
dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Namun di dalam menjalankan
tugasnya tidak jarang perawat bersinggungan dengan masalah etika dan
hukum. (Wulan, kencana dan Hastuti.2011) Salah satu yang mengatur
hubungan antara perawat pasien adalah etika. Etika diperlukan oleh semua
profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari prinsip- prinsip suatu
profesi dan tercermin dalam standar praktek profesional. Etika adalah
peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang
dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb
moral (Nila Ismani, 2001). Etika keperawatan memberikan keputusan
tentang tindakan yang diharapkan benar-benar tepat atau bermoral. Etika
keperawatan sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau
kewajiban bagi anggotanya tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang
lain. Anggota profesi mempunyai pengetahuan atau ketrampilan khusus
yang dipergunakan untuk membuat keputusan yang mempengaruhi orang
lain. (Samporno, 2005). Etika profesi keperawatan merupakan practice
discipline dan sebagai implimentasinya diwujudkan dalam asuhan praktek
keperawatan. Perawat harus membiasakan diri untuk sepenuhnya
menerapkan kode etik yang ada sebagai gambaran tanggung jawabnya
dalam praktik keperawatan. (Wulan, Kencana dan Hastuti. 2011)
Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau
kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama; atau keseluruhan peraturan
tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Berkembang di dalam
masyarakat dalam kehendak, merupakan sistem peraturan, sistem asas-asas,
mengandung pesan kultural karena tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat (Mertkusumo S). Tujuan adanya etika dan hukum keperawatan
adalah untuk memberikan gambaran tentang etika dan hukum keperawatan
dan cara penanganannya menurut konsep ilmu. Dengan etika dan hukum
keperawatan, seorang perawat mampu mengambil sikap dan keputusan
yang tepat dalam mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan
etika, hukum dan perundang-undangan dalam bidang keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kamar bedah dari masa ke masa?
2. Bagaimana konsep etika profesi perawat kamar bedah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah kamar bedah dari masa ke masa.
2. Untuk mengetahui konsep etika profesi perawat kamar bedah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Ilmu Bedah


1. Masa Prasejarah Ilmu Bedah
Untuk pengobatan luka dan termasuk prosedur untuk meringankan
gangguan seperti menghapus sempalan, menusuk bisul atau lecet,
mengobati luka bakar dan menghilangkan jaringan trauma. Operasi besar
adalah Trephination yang lebih mungkin digunakan untuk alasan spiritual
atau magis.

a. Bangsa Jaman Purbakala


1) Mesir
The Edwin Smith Papyrus : informasi untuk menangani masalah
pembedahan
2) Yunani
Hippocrates
 Analisis logis : mendiagnosis & mengobati
 Cara mengobati luka, fraktur & dislokasi
 Dogma "vis medicatrix naturae“ : betapa besar daya kemampuan untuk
menyembuhkan yang dimiliki oleh alam semesta ! Kita harus meniru, bila
mungkin memperbaiki cara-cara alam menyembuhkan penyakit
3) Romawi
 Cornelius Celsus menulis tentang ilmu kedokteran (Celsus’s De Medicina)
 Galen : "humoral“ yaitu penyakit disebabkan oleh kelainan harmoni
daripada cairan badan "humor”

2. Masa Abad Pertengahan


 Makin berpengaruhnya gereja Kristen : para pendeta & para biarawan
(bahasa Latin)
 Pendirian sekolah katedral
 Doktrin gereja ”Ecclesia abhorret a sanguine" (gereja mengharamkan darah)
 Derajat ilmu bedah merosot
 Pembedahan : para teknisi yang tidak memiliki pendidikan universiter
 Peraturan yang melarang semua pendeta gereja untuk berpraktek hukum
atau kedokteran
 Orang-orang awam-bukan biarawan gereja mengikuti ilmu pengetahuan di
sekolah katedral & universitas mulai didirikan
 Universitas di Salerno (abad ke IX)
 Buku "Fabrica" tulisan Roger dari Salerno menjadi "textbook“
 Perancis : universitas di Paris, Montpellier & Lyon
 Lanfranc
 Guy de Chauliac : vademecum bedah "la grande chirurgie“
 Dua sebab stagnasi : pemisahan ilmubedah dari ilmu kedokteran umum &
diabaikannya ilmu anatomi
 Profesi "barber“ (tukang potong rambut yang juga mahir tindakan
pembedahan).

3. Masa Renaissance
Masa transisi :
 Desakan & minat untuk menggali dan mencari apa yang sesungguhnya
benar
 Ilmuwan muda non-gereja : berpikir lebih bebas, menitikberatkan logika
dan rasio & ingin tahu kebenaran
 lmu anatomi & fisiologi manusia diperdalam
 Andreas Vesalius : De Humani Corporis Fabrica
 Di Jerman ahli bedah Paracelsus : alam adalah penyembuh utama &
menganjurkan agar ilmu bedah dan ilmu penyakit dalam dipersatu kembali
 Assosiasi barber-ahli bedah mulai di kontrol
 Pendidikan untuk ahli-bedah dilakukan melalui kurikulum bedah dalam
pendidikan kedokteran

4. Masa pra-modern
 Pusat pendidikan terbesar di eropa pada abad 17 : Leyden, Montpellier,
Padua dan Paris
 Intensifikasi studi bidang anatomi, patologi & fisiologi, masih menganut
filosofi kuno
 William Harvey : Fundamental Understanding Of The Anatomy And
Physiology Of The Circulation Of The Blood
 Pendidikan & praktek bagi pembedahan dikelola profesi kedokteran
 Pengembangan dari ketangkasan tangan & teknik pembedahan
 Inovasi Larrey : organisasi sistem bedah di lapangan & sistem ambulans
lapangan
 Namun angka kematian di antara prajurit terluka masih cukup tinggi : belum
diterapkan cara pembiusan & belum diketahui tentang anti- dan asepsis
 Permulaan abad ke XIX ilmu-bedah telah kembali menduduki tempat yang
kokoh (si ahli-bedah adalah seorang tabib terpelajar yang disegani &
memiliki kemahiran pribadi, serta menguasai ilmu anatomi dan patologi)
 Dua hal rintangan untuk majunya ilmu-bedah : anestesi & metoda antiseptis
pembedahan

5. Masa Bedah Modern


1) Anestesi.
 Crawford Long (Amerika) pada operasinya tahun 1842 : ether sulfat
 Tahun 1844 dokter gigi H. Wells menggunakan nitrous oxide untuk extraksi
gigi
 Tahun 1846 oleh Morton dan Warren di RSU Massachusetts : ketangguhan
ether (anestetikum operasi)
 Ether digunakan untuk menunjang operasi kecil dan besar
 Tahun 1847 oleh Simpson digunakan chloroform di Edinburgh
 Tahun 1884 Koller menggunakan kokain pada operasi mata
 Corning secara tak sengaja.memasukkan kokain ke rongga sub-arachnoid :
anestesi pada kedua tungkai pasien
 Dikembangkan menjadi anestesi spinal oleh R. Matas di Amerika tahun
1899
 Einhorn tahun 1905 : prokain hidrokhlorida (anestetikum paling utama
secara lokal atau regional)
 Kurang dari 50 tahun : anestesi menjadi bidang ilmu tersendiri

2) Antisepsis & asepsis


 Empat rintangan sejak 150 tahun yang lalu : rasa nyeri, infeksi, perdarahan
& shock
 Lister & ahli-bedah mengira : infeksi luka sesudah operasi disebabkan oleh
faktor atau substansi kimia yang timbul di dalam jaringan
 Mereka yakin sebab pernanahan datangnya dari dalam jaringan
 Pasteur, Lister dan Koch : inisiatif pengembangan ilmu bakteriologi
 Lister : infeksi disebabkan oleh invasi kuman bakteri dari luar
 Lister : teori antisepsis (1860) : asam karbolat
 Teknik aseptik oleh Von Bergmann & Schimmelbusch

3) Penghentian perdarahan (hemostasis)


 Tekanan di atas luka
 Cara kauterisasi dengan besi yang dipanaskan
 Ikatan ligatur (jahitan benang)
 Metoda tourniket
 Pean menemukan forceps arteri kemudian diikat dengan sutera halus
 Tahun 1883 Theodor Billroth di Wina melakukan reseksi lambung karena
kanker dengan hasil baik
4) Lima rangkaian tindakan pembedahan
 Diagnosis
 Indikasi tepat
 Keadaan optimal pre-operatif
 Teknik pembedahan yang baik
 Keadaan optimal postoperatif

6. Abad ke-20
 Hampir semua organ & rongga badan bisa dioperasi
 Kemajuan ilmu kedokteran didapat dengan pengetahuan dasar ilmiah, riset,
percobaan binatang & teknik baru
 Berkembangnya spesialisi & subspesialisasi bedah

7. Masa Milenium
Loncatan besar dalam teknologi kedokteran disebabkan kemajuan luar biasa
dari teknologi informasi, lensa optik, elektronika, mesin/alat mikro, dan
sebagainya.

B. Sejarah Kamar Bedah


Hingga abad ke-19, sangat umum bagi orang kelas atas dan
menengah untuk memiliki prosedur pembedahan yang dilakukan oleh
praktisi pribadi di tempat tinggal mereka. Malah, sangat disukai untuk
menjalani pembedahan di rumah yang bertentangan dengan rumah sakit,
yang sering kali berkaitan dengan infeksi dan kemiskinan. Meskipun rumah
sakit sering kali memiliki ahli bedah yang lebih terampil dan berpengalaman
dari praktik pribadi, karena beban kasus berat mereka dan sejumlah
pengetahuan medis, prosedur pembedahan yang dilakukan di rumah pada
umumnya, jauh lebih berhasil daripada yang dilakukan di rumah sakit
karena kemungkinan besar infeksi. Selain itu, pembedahan di rumah sangat
menarik karena mencakup penghiburan psikologis dan jasmani.
Ruang operasi: awal abad ke-18
Kamar-kamar yang besar penuh sesak dengan orang yang sakit dan
berantakan dengan obat-obatan dan limbah. Jeritan dan suara mengerikan
lainnya memenuhi udara rumah sakit. Para magang perlu masuk ke ruang
kecil dan naik ke tempat tidur untuk melakukan operasi. Keduniawian
pasien sebagai ruang bedah dan tempat pemulihan ternyata tidak hanya
menimbulkan banyak infeksi, tetapi juga waktu pemulihan yang sulit bagi
pasien pembedahan.
Johns Hopkins ruang operasi di akhir abad 19 adalah wakil
perubahan drastis yang dibuat pada akhir tahun 1700-an. Ruang operasi
terpisah dari rumah sakit. Operasi menjadi khusus

Ruang operasi: akhir abad ke-18


Babak kedua dari abad ke-18 siap untuk secara drastis mengubah
rumah sakit menjadi tempat tinggal yang berbasis medis. Ruang operasi
terpisah dari kamar lain di rumah sakit. Operasi menjadi spesialisasi dan
ahli bedah memaksa untuk ruang mereka sendiri, peralatan mereka sendiri,
dan perawat mereka sendiri. Ruang operasi pertama diciptakan pada awal
abad ke-18 dan digunakan sebagai paradigma untuk ruang operasi masa
depan.

Ruang operasi
Pada abad ke-18, amfiteater medis mengambil fungsi baru:
menyaksikan operasi pada pasien hidup! Kebanyakan ruang operasi pada
dasarnya adalah amfiteater dan kadang-kadang diizinkan sebanyak 450
orang untuk melihat operasi yang terjadi di rumah sakit. Setelah anestesi
anestesi pada tahun 1840-an, jeritan kesakitan yang mengganggu berkaitan
dengan operasi dibungkam, dan semakin banyak orang mulai menghadiri
demonstrasi pembedahan, yang tidak lagi memperlihatkan penderitaan
pasien. Pada tahun 1870-an, demonstrasi bedah dilakukan dengan berbagai
macam hiburan, sehingga beberapa rumah sakit mengubah teater mereka
untuk menarik minat orang-orang kaya untuk melihat operasi ini. Meskipun
mudah untuk melihat perkembangan operasi, penting untuk diperhatikan
bahwa ada banyak masalah dengan theatres operasi.

B. Aspek Etik Keperawatan Perioperatif


1. Pengertian
Menurut kamus Webster, etik merupakan suatu ilmu yang
mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Etika berasal
dari bahasa Yunani “etos” yang berarti adat kebiasaan. Berkaitan dengan
pertimbangan benar tidak suatu perubahan menurut KBBI, etika memiliki 3
pengertian :
a. Ilmu tentang yang baik dan buruk, serta ada kewajiban moral.
b. Kumpulan asa atau nilai yang berkenan dengan akhlak.
c. Nilai tentang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Etika berasal dari kata ethos yang pada bentuk tunggal berarti
kebiasaan, adat istiadat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir;
sedangkan dalam bentuk jamak (ta etha) berarti adat kebiasaan dengan kata
lain etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan (Bertens K., 2000).
Menurut Depkes RI (2007), perawat adalah seorang yang telah
dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut serta merawat dan
menyembuhkan orang yang sakit, usaha rehabilitasi, pencegahan penyakit,
yang dilaksanakannya sendiri atau dibawah pengawasan dan supervisi
dokter atau suster kepala.
Lokakarya Keperawatan Nasional dalam Hidayat (2004),
mendefinisikan keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia.
Etika dalam keperawatan mencakup dua hal penting, yaitu: etik dlm
hal kemampuan penampilan kerja dan etik dlm hal perilaku manusiawi. Etik
berkaitan dengan penampilan kerja merupakan respon terhadap tuntutan
profesi lain, yang mengharapkan bahwa yang dilakukan oleh tenaga
keperawatan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh keperawatan
sendiri. Sedang etik yang berkaitan dengan perilaku manusiawi merupakan
reaksi terhadap tekanan dari luar, yang biasanya adalah individu/masyarakat
yang dilayani. Etik dalam penampilan kerja dinyatakan dengan kata-kata
teknis dan etik dalam perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk
kebutuhan yang ada dan nilai kehidupan manusia yang konkrit.
Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien.
Etik Keperawatan Perioperatif adalah nilai-nilai atau norma tentang
sikap, perilaku dan budaya yang baik dan telah disepakati oleh masing-
masing kelompok profesi kamar operasi.

2. Kode Etik Keperawatan


a. Bagian dari etika kesehatan yang menerapkan nilai etika terhadap
bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat.
b. Disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yg membina
profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional.
c. Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh DPP PPNI
melalui Munas PPNI di Jakarta tanggal 29 Nopember 1989.
d. Terdiri dari 4 bab dan 16 pasal.
e. Keputusan Munas VI PPNI telah memberlakukan Kode Etik
f. Keperawatan Indonesia bagi semua warga keperawatan pd tanggal
14 April 2000.
g. Etika profesi keperawatan dikenal sebagai practice discipline
perwujudannya melalui asuhan/praktek keperawatan.
3. Ruang Lingkup
a. Persetujuan Operasi
Persetujuan operasi dari pasien atau keluarga merupakan hal yang mutlak
diperlukan sebelum pembedahan untuk menghindarkan tim bedah/rumah
sakit dari tuntutan hukum bila ada hal-hal yang terjadi sehubungan
dengan operasi yang dilakukan serta untuk melindungi pasien dari mal
praktek.
1) Setiap tindakan pembedahan kecil, sedang, maupunbesar harus ada
persetujuan operasi secara tertulis. Persetujuan operasi ini
berdasarkan ketentuan Permenkes No.585/MEN.KES/PER/1989,
Perihal: Persetujuan Tindakan Medik.
2) Persetujuan operasi diperoleh dari pasien/keluarga yang
bersangkutan atau perwalian yang sah menurut hukum. Ijin bedah
dapat diperoleh dari pasien yang bersangkutan, keluarga atau
perwalian yg sah menurut hukum.
3) Dalam keadaan emergency pasien tidak sadar, tidak ada
keluarga/perwalian persetujuan operasi dapat diberikan oleh direktur
RS yang bersangkutan/pejabat yang berwenang.
4) Pasien harus mendapat informasi yang lengkap dan jelas tentang
prosedur tindakan pembedahan yang akan dilakukan serta akibatnya
5) Persetujaun operasi merupakan dasar pertanggungjawaban yang sah
bagi dokter kepada pasien/keluarga/wali
6) Persetujuan operasi harus disimpan dalam berkas dokumen
pasien/rekam medis.
b. Tata Tertib Kamar Operasi
Tata tertib kamar operasi disusun dengan tujuan agar semua petugas dan
anggota tim bedah memahami dan mentaati ketentuan-ketentuan yang
berlaku sehingga program operasi yang direncanakan dapat berjalan
dengan lancar. Tata tertib yang perlu ditaati antara lain :
1) Semua orang yang masuk kamar operasi, tanpa kecuali wajib
memakai baju khusus sesuai dengan ketentuan.
2) Semua petugas memahami tentang adanya ketentuan pembagian
area kamar operasi dengan segala konsekuensinya dan memahami
ketentuan tersebut.
3) Setiap petugas harus memahami dan melaksanakan teknik aseptik
sesuai dengan peran dan fungsinya.
4) Semua anggota tim harus melaksanakan jadual harian operasi yang
telah dijadwalkan oleh perawat kepala kamar operasi.
5) Perubahan jadwal operasi harian yang dilakukan atas indikasi
kebutuhan dan kondisi pasien harus ada persetujuan antara ahli
bedah dan perawat kepala kamar operasif.
6) Pembatalan jadwal harus dijelaskan oleh ahli bedah kepada
pasien/keluarganya
7) Setiap petugas dikamar operasi harus bekerja seusia dengan uraian
tugas yang diberlakukan.
8) Setiap perawat di kamar operasi harus melaksanakan asuhan
keperawatan perioperatif sesuai dengan peran dan fungsinya, agar
dapat memberikan asuhan secara paripurnai.
9) Setiap petugas melaksanakan pemeliharaan alat-alat dan ruangan
kamar operasi dengan penuh tanggungawab dan disiplin.
10) Semua tindakan yang dilakukan dan peristiwa yang terjadi selama
pembedahan harus dicatat dengan teliti
11) Anggota tim bedah mempunyai kewajiban untuk menjamin
kerahasiaan informasi/data pasien yang diperoleh pada waktu
pembedahan terhadap pihak yang tidak berkepentingan.
12) Khusus pada pasien dengan pembiusan regional (lumbal anestesi)
perlu diperhatikan hal sebagai berikut: tim bedah harus bicara
seperlunya, karena pasien dapat melihat dan mendengar keadaan
sekitarnya.
13) Ahli anestesi harus menjelaskan kepada pasien/keluarga tentang
efek obat bius yang digunakan dan hal-hal yang harus ditaati.
c. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu aspek dari suatu proses
akhir dalam perioperatif yang mencerminkan pertanggungjawaban dari
tim bedah dalam pelaksanaan pembedahan kepada pasien/masyarakat
dan rumah sakit. Adapun pencatatan dan pelaporan tersebut meliputi :
1) Asuhan keperawatan
2) Registrasi pasien kamar bedah
3) Pemakaian obat-obatan, harus ditulis dengan lengkap dan jelas di
formulir yang telah tersedia
4) Peristiwa/kejadian luar biasa harus segera dilaporkan sesuai dengan
sistem yang berlaku.
5) Catatan kegiatan rutin
6) Catatan pengiriman bahan pemeriksaan laboratoroum harus ditulis
lengkap, jelas dan singkat pada formulir yang telah tersedia.
7) Laporan operasi harus ditulis lengkap, jelas dan singkat oleh ahli
bedah/operator
8) Laporan operasi harus ditulis lengkap, jelas dan singkat oleh dokter
ahli anestesi/perawat anestesi.
d. Keselamatan dan keamanan kerja
Keselamatan dan keamanan kerja ditujukan kepada pasien, petugas, dan
alat, meliputi hal-hal berikut:
1) Keselamatan dan keamanan pasien. Untuk menjamin keselamatan
dan keamanan pasien semua anggota tim bedah meneliti kembali:
a) Identitas pasien
b) Rencana tindakan
c) Jenis pemberian anestesi yang akan dipakai
d) Faktor-faktor alergi
e) Respon pasien selama perioperatif
f) Menghindari pasien dari bahaya fisik akibat penggunaan
alat/kurang teliti.
2) Keselamatan dan keamanan petugas
a) Melakukan pemeriksaan periodik sesuai ketentuan
b) Beban kerja harus sesuai dengan kemampuan dan kondisi
kesehatan petugas
c) Perlu adanya keseimbangan antara kesejahteraan, penghargaan
dan pendidikan berkelanjutan
d) Melakukan pembinaan secara terus menerus dalam rangka
mempertahankan hasil kinerja.
e) Membina hubungan kerja sama yang baik inter dan antara
profesi, dalam pencapaian tujuan tindakan pembedahan.
3) Keselamatan dan kemanan alat-alat
a) Menyediakan pedoman/manual dalam bahasa Indonesia tentang
cara penggunaan alat-alat dan menggantungkannya pada alat
tersebut
b) Memeriksa secara rutin kondisi alat dan memberi label khusus
untuk alat yang rusak
c) Semua petugas harus memahami penggunaan alat dengan tepat
d) Melaksanakan pelatihan tentang cara penggunaan dan
pemeliharaan alat secara rutin dan berkelanjutan.
e) Memeriksa setiap hari ada tidaknya kebocoran pada pipa gas
medis. Pemeriksaan dilakukan oleh petugas IPSRS.
f) Memeriksa alat ventilasi udara agar berfungsi dengan baik
g) Memasang simbol khusus untuk daerah rawan bahaya atau
mempunyai resiko mudah terbakar
h) Menggunakan diatermi tidak boleh bersamaan dengan
pemakaian obat bius ether.
i) Memeriksa alat pemadam kebakaran agar dalam keadaaaan siap
pakai.
j) Pemeriksaan secara rutin alat elektro medis yang dilakukan oleh
petugas IPSRS
4) Program jaminan mutu
a) Melaksanakan evalausi pelayanan dikamar operasi melalui
macam-macam audit.
b) Melakukan surveilans infeksi nosokomial secara periodik dan
berkesinambungan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa Prasejarah Ilmu Bedah untuk pengobatan luka dan termasuk
prosedur untuk meringankan gangguan seperti menghapus sempalan,
menusuk bisul atau lecet, mengobati luka bakar dan menghilangkan
jaringan trauma. Pada perkembangan kamar bedah hingga abad ke-19,
sangat umum bagi orang kelas atas dan menengah untuk memiliki prosedur
pembedahan yang dilakukan oleh praktisi pribadi di tempat tinggal mereka.
Malah, sangat disukai untuk menjalani pembedahan di rumah yang
bertentangan dengan rumah sakit, yang sering kali berkaitan dengan infeksi
dan kemiskinan.
Etika berasal dari kata ethos yang pada bentuk tunggal berarti
kebiasaan, adat istiadat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir;
sedangkan dalam bentuk jamak (ta etha) berarti adat kebiasaan dengan kata
lain etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan (Bertens K., 2000).

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dijadikan
sebagai salah satu sumber informasi dan kajian serta penulis berharap
makalah ini mendapatkan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ismani, N. 2001. Etika keperawatan. Jakarta: Widya Medika.


Wulan, kencana dan Hastuti.2011.Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta:
PT.Prestasi pustakaraya.
Sampoerno. 2005. Etika Keperawatan dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Aiken. 2003. Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika.
https://www.scribd.com/doc/272938411/Sejarah-Kamar-Bedah
https://bhatmanjim.weebly.com/the-operating-room.html

Anda mungkin juga menyukai