APIK
APIK
TEGANGAN PERMUKAAN
Disusun oleh :
SURAKARTA, 2019
KATA PENGANTAR
Semoga amal baik tersebut mendapat imbalan yang sepantasnya dari Allah
SWT. Akhirnya penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih sangat
jauh dari sempurna, untuk itu penyusun selalu mengharap dan menerima kritikan
serta saran dari pembaca sebagai bahan pertimbangan untuk membuat karya yang
lebih baik. Penyusun berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Penyusun
.Latar Belakang
Fluida adalah zat yang bisa mengalir, yang mempunyai partikel yang
mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Tahanan fluida yang
terhadap perubahan bentuk sangat kecil, sehingga fluida dengan mudah mengikuti
bentuk maupun ukuran dari ruangan atau tempat yang membatasinya. Adapun
fluida dibedakan menjadi dua bentuk yaitu gas dan cair (Triadmodjo, 1996).
Khusus untuk fluida zat cair yang rentang terhadap suhu dan tekanan yang
cukup besar, maka massa jenis cairan (ρ) adalah tetap. Untuk kedalam cairan yang
tidak terlalu besar dapat diasumsikan bahwa kecepatan gravitasinya akan konstan
dan pada kedalaman ini akan terjadi variasi tekanan yang ada di dalam zat cair
tersebut (Nasruddin, 2013).
Hal diatas adalah pembagian jenis-jenis fluida (Potter dan David, 2011).
.Tujuan Praktikum
.Manfaat Praktikum
Tegangan Permukaan
Pada permukaan temu (antar muka) antara zat cair dan gas, atau antara dua
zat cair yang tidak bercampur, timbul gaya-gaya di permukaan cairan yang
menyebabkan permukaan tersebut berperilaku seakan-akan merupakan suatu kulit
atau membrane yang membentang pada seluruh massa fluida. Meskipun kulit
seperti itu tidak benar-benar ada, analogi konseptual ini memungkinkan kita untuk
menjelaskan beberapa fenomena yang biasa terlihat. Sebagai contoh, sebuah
jarum baja akan terapung di atas air jika diletakkan dengan hati-hati pada
permukaan karena tegangan yang timbul di kulit hipotesis tersebut menopang
jarum tersebut. Berbagai jenis fenomena permukaan ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan gaya-gaya kohesi yang bekerja pada molekul-molekul cairan
pada permukaan fluida. Molekul-molekul di bagian di bagian dalam dari massa
fluida dikelilingi oleh molekul—molekul yang tertarik satu sama lain sama
kuatnya. Namun molekul-molekul di sepanjang permukaan mengalami gaya netto
yang mengarah ke dalam. Tetesan kecil air raksa akan berbentuk bola jika
diletakkan di atas sebuah permukaan yang mulus karena gaya-gaya kohesi di
permukaan cenderung untuk memegang seluruh molekul bersama-sama dalam
bentuk yang ringkas. Sama halnya, butiran air yang terpisah akan terbentuk
apabila diletakkan di atas permukaan yang baru dilapisi lilin (Munson, 2006).
Menurut Nasruddin (2013) Pada bagian dalam hanya berisi air maka hanya
ada satu selaput saja. Gaya tegangan permukaan sama dengan 2 π r γ, luas
permukaan adalah π r2 sehingga pada keadaan seimbang dan secara matematis
dapat dituliskan sebagai berikut:
Karena tidak dapat mengembang dengan bebas, zat cair akan membentuk
permukaan batas atau antar muka dengan zat cair lainnya atau dengan gas.
Ditinjau dari segi kimia fisikanya, antar muka dengan sangat rumit. Molekul-
molekul yang ada di bagian dalam suatu zat cair saling bertolakan karena rapatan
(lose parking). Molekul-molekul pada permukaan zat cair lebih rendah
kerapatannya dan tarik-menarik satu sama lain.karena pengaruh dari molekul
sekitarnya tidak ada, efek mekanikanya ialah permukaan itu mengalami tegangan.
Kita dapat memperhitungkan efek-efek permukaan dalam mekanika fluida dalam
konsep tegangan muka. Jika secarik permukaan yang panjang dibuat pada antar
muka, gaya-gaya yang sama besarnya dan berlawanan arahnya, masing-masing
sebesar ɣ timbul pada arah tegak lurus ada potongan itu dan sejajar dengan
permukaan tersebut. ɣ disebut koefisien tegangan muka dimensi. ɣ adalah (F/L),
dan satuannya dalam SI ialah newton per meter, sedangkan dalam BG pon gaya
per kaki. Koefisien ɣ dapat pula dipandang sebagai energy persatuan luas dengan
satuan newton – meter (White, 1988).
Tegangan permukaan suatu zat cair, sama seperti diposisikan sebuah kulit
elastis, karena molekul zat cair terdiri dari molekul-molekul yang memiliki
kerapatan dengan molekul di permukaan. Tegangan permukaan dihasilkan dari
sebuahh mikroskopik lokal “permukaan” yang menyebarkan molekulnya pada
elemen zat cair dimasukkan oleh tegangan permukaan yang tangensial. Gerakan
zat cair dimasukkan oleh tegangan permukaan yang berperan sebagai pengatur
fundamental di banyak industry (Brackbill, 1992).
Tagangan permukaan (ɣ) dan densitas (ρ) dari zat cair sangatlah penting
dalam termodinamika seperti fenomena dari interaksi zat-zat cair, adsorpsi gas,
distalasi dan kristalisasi, juga secara luas digunakan untuk karakteristik
permukaan zat cair kimia dan perusahaan plastik, tekstil dan film. Tegangan
permukaan merupakan property fisik dari zat cair yang mana terdapat hubungan
dengan area yang kemungkinan sangat kecil. Molekul zat cair dengan kuat
menghantarkan satu sama lain untuk mendapatkan tegangan permukaan yang
lebih tinggi (Osgouei, 2011).
Tegangan permukaan menyebabkan suatu perbedaan tekanan antara
gelembung sabun atau tetesan zat cair bagian dalam dan bagian luar. Suatu
gelembung sabun terdiri permukaan film berbentuk bola yang sangat rapat.
Dengan suatu lapisan tipis dan diantara zat cair. Tegangan permukaan
menyebabkan film cenderung untuk melakukan pengusutan, tetapi sebagaimana
gelembung menyusut, sebegitu juga ia menekan udara didalam, menambah
tekanan bagian dalam , ke titik yang mencegah pengusutan lebih lanjut. Kita dapat
memperoleh hubungan antara tekanan jari – jari gelembung (Ginting, 2002).
Ada dua macam gaya antar partikel zat tarik-menarik antara dua partikel
yaitu adhesi dan kohesi. Adhesi adalah gaya tarik menarik antara duua partikel
atau molekul yang sejenis.
Gambar:
Energi bebas (kerja pada suhu tetap) untuk mengkompres gas adalah:
ΔF = pΔV
Hukum dasar penentuan bentuk kesetimbangan tetesan cair pada permukaan dirumuskan oleh Thomas
Young, 1807.
Garis kontak tiga fasa adalah garis kontak ketiga fasa udara, cair, dan padat
Bentuk tetesan dibangun oleh aksi gaya penuh pada garis kontak ketiga fasa dari tetesan dalam bidang
padat.
.Metode Penentuan Tegangan Permukaan
Bila suatu pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu cairan yang membasahi dinding,
maka cairan akan naik ke dalam kapiler karena adanya tegangan permukaan. Kenaikan
cairan sampai ketingggian tertentu, sehingga terjadi keseimbangan antara gaya ke atas dan gaya
ke bawah sehingga menyebabkan tinggi permukaan cairan akan stabil.
Suatu cairan yang membasahi gelas akn berupa tetesan pada ujung pipa vertical. Mula—mula
tetesan berupa setengah bola, kemudian memanjang dan membentuk pinggang. Pada saat
akan jatuh bebas, gaya kke bawah pada tetesan akan sama dengan gaya ke atas yang menahan
tetesan (Basuki, 2003)
3.Metode Cincin
Dibuat larutan surfaktan APG, baik komersial maupun yang dihasilkan, dengan beragam
konsentrasi kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia dan diletakkan di atas dudukan
tensiometer. Posisi alat diatur agar horizon-tal dengan water pass dan diletakkan pada tempat
yang bebas dari gangguan. Suhu cairan diukur dan dicatat. Selanjutnya cincin platinum
dicelupkan ke dalam sampel (lingkaran logam tercelup ± 3 mm di bawah permukaan cincin).
Skala vernier tensiometer diatur pada posisi nol dan jarum penunjuk harus berada pada posisi
terhimpit dengan garis pada kaca. Selanjutnya kawat torsi diputar perlahan-lahan sampai film
cairan tepat putus, saat film cairan putus, skala dibaca dan dicatat sebagai nilai tegangan
permukaan (Adisalamun, 2012).
Bentuk permukaan berbagai jenis zat cair dalam suatu tabung disebut miniskus, penyebab
terjadinya miniskus adalaha karena adanya gaya adhesi dan gaya kohesi srerta tegangan
permukaan. Bila kohesi zat cairnya > adhesinya pada dinding bejana, maka miniskus cembung
dan sebaliknya bila kohesi zat caairnya < dari adhesi pada dinding bejana maka miniskus
cekung. Gaya tarik menarik antara molekul-molekul zatt yang tidak sejenis disebut adhesi
sedangkan gaya tarik menarik antara molekul-molekul zat yang sejenis disebut kohesi. Gejala
kapilaritas dapat ditemui pada tumbuhan yaitu zat-zat makanan dari dalam tanah dapat naik
sampai daun (Nasruddin, 2013).
.Zat Aktif Permukaan Positif
Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus polar yang suka air (hidrofilik) dan
gugus non polar yang suka minyak (lifofilik), sehingga dapat mempersatukan campuran yang
terdiri dari minyak dan air. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan, yang bekerja menurunkan
tegangan permukaan cairan, sifat aktif ini diperoleh dari sifat ganda molekulnya. Bagian polar
molekulnya dapat bermuatan positif, negatif ataupun netral, bagian polar mempunyai gugus
hidroksil semetara bagian non polar biasanya merupakan rantai alkil yang panjang. Surfaktan
pada umumnya disintesis dari turunan minyak bumi dan limbahnya dapat mencemarkan
lingkungan, karena sifatnya yang sukar terdegradasi. Penelitian yang telah dilakukan hanya pada
tahap beberapa parameter (tegangan, suhu dan temperatur) untuk konversi total CO2, masih
belum terungkap tentang reaksi yang terjadi dalam sel elektrokimia dan reaksi oksidasi
reduksinya. Belum ada laporan mengenai laju transfer reaksi kobalt(II) menjadi kobalt (III) maka
disini dipelajari penggunaan beberapa elektroda. Belum pernah dikaji dan ditemukan dalam
literatur adalah: Studi voltametri siklik untuk menentukan kondisi optimum elektroda dan
mediator (Mulyani, 2012).
Surfaktan adalah zat yang mengarbsorbsi pada permukaan atau antar muka untuk
menurunkan tegangan antar muka suatu cairan. Karena sifatnya yang menurunkan tegangan
permukaan, surfaktan dapat digunakan sebagai bahan pembasah atau wetting agent. Molekul
surfaktan membentuk misel dalam rentang konsentrasi tertentu disebut denagn critical misel
concentration (Sofyan, 2013.
Sumbangan kohesif tekanan karena kekuatan menarik dan menolak antara molekul air di
sisi yang berlawanan dari sisi permukaan. Kedua ini disebut tekanan yang biasanya negative (zat
aktif Permukaan negative), yaitu gaya yang menarik, konvensional diberi tanda negatif,
mendominasi dan sangat penting untuk fluida gas atau cairan (Sophodeusu, 2009).
BAHAN DAN METODE
Praktikum Fisika Kimia aAir dilakukan pada hari Sabtu tanggal 02 Mei
2015 pada pukul 10.00 WIB di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas beaker yang berfungsi
sebagai wadah air, pipet tetes berfungsi untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil, ember
berfingsi sebagai wadah air dalam jumlah banyak, serbet yang berfungsi untuk mengeringkan
alat, silet yang berfungsi untuk menguji tegaangan permukaan, brush tabung yang berfungsi
untuk membersihkan tabung, kaca persegi yang berfungsi sebagai tempat untuk menguji tetsan
air percobaan dan alat tulis yyang berfungsi untuk mencatat data yang di dapat dari hasil
percobaan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum tegangan permukaan ini adalah air yang
berfungsi sebagai bahan yang akan diuji tegangan permukaannya, detergen dan garam yang
berfungsi sebagai bahan percobaan untuk mengetahui zat aktif permukaan, dan lilin yang
berfungsi untuk melapisi object glass yang dijadikan sebagai media percobaan tegangan
permukaan.
.Prosedur kerja( cara kerja )
3. Diisi gelas beaker dengan air hingga penuh lalu diamati miniskusnya.
8. Bersihkan gelas beaker lalu diisi dengan air dan ditambahi garam.
11. Digosokkan lilin pada kaca persegi lalu ditetesi dengan air dan kemudian diamati.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
BAHAN
PA Detergen Garam Kaca Persegi
Kontro
S Deterg
l Silet 1 Silet 2 Silet 3 Silet 1 Silet 2 Silet 3 Kontrol Lilin
en
Minisk
Agak Tidak
us Mengap Mengap Mengap Tenggel Tenggel Tenggel Membas
I membas membas
cembu ung ung ung am am am ahi
ahi ahi
ng
Minisk
us
Agak Tidak
cembu Mengap Mengap Mengap Tenggel Tenggel Tenggel Membas
II membas membas
ng ung ung ung am am am ahi
ahi ahi
1.
Minisk
us
Agak Tidak
cembu Mengap Mengap Mengap Tenggel Tenggel Tenggel Membas
III membas membas
ng ung ung ung am am am ahi
ahi ahi
2.
Minisk
us
Agak Tidak
cembu Mengap Mengap Mengap Tenggel Tenggel Tenggel Membas
IV membas membas
ng ung ung ung am am am ahi
ahi ahi
1.
Minisk
us
Meng Agak Tidak
cembu Mengap Mengap Tenggel Tenggel Tenggel Membas
V membas membas
ng ung ung am am am ahi
apung ahi ahi
2.
Minisk
us
Agak Tidak
cembu Mengap Mengap Mengap Tenggel Tenggel Tenggel Membas
VI membas membas
ng ung ung ung am am am ahi
ahi ahi
3.
Minisk
us
Agak Tidak
cembu Mengap Mengap Mengap Tenggel Tenggel Tenggel Membas
VII membas membas
ng ung ung ung am am am ahi
ahi ahi
4.
Minisk
us
Agak Tidak
VII cembu Mengap Mengap Mengap Tenggel Tenggel Tenggel Membas
membas membas
I ng ung ung ung am am am ahi
ahi ahi
5.
Minisk
us
Agak Tidak
cembu Mengap Mengap Mengap Tenggel Tenggel Tenggel Membas
IX membas membas
ng ung ung ung am am am ahi
ahi ahi
6.
Pengamatan pada kaca persegi
Kontrol (air yang tidak dicampur apa-apa) agak membasahi kaca persegi, hal
ini dikarenakan adhesi (α) sama dengan tegangan permukaan (γ).
Air yang diberi detergen membasahi kaca persegi, hal ini dikarenakan adhesi (α)
lebih besar dari tegangan permukaan (γ).
Kaca persegi yang diberi lilin, air tidak membasahi hal ini dikarenakan adhesi (α)
lebih kecil dari tegangan permukaan (γ).
1. Kontrol yang dimasukkan ke dalam gelas ukur akan menimbulkan miniskus cembung.
Hal ini disebabkan karena gaya adhesi (tarik-menarik antara partikel air dengan partikel gelas
ukur) lebih kecil dari gaya kohesi (gaya tarik antara partikel air dengan partikel air).
2. Air detergen
Silet yang diimasukkan ke dalam air detergen akan tenggelam. Hal ini disebabkan oleh
tegangan permukaan pada air detergen relative kecil, dikarenakan detergen merupakan zat
aktif permukaan positif yang dapat mengurangi tegangan permukaan, disebabkan detergen
mengandung zat surfaktan yang berpotensi mengurangi tegangan permukaan.
3. Air garam
Silet yang dimasukkan ke dalam air garam akan mengapung. Hal ini dikarenakan
tegangan permukaan pada air garam relative tinggi. Hal tersebut dapat terjadi karena
garam mangendung ion Na dan CL yang berpotensi menambah tegangan permukaan.
.Pembahasan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil percobaan tersebut terdapat
tegangan permukaan pada percobaan pertama. Pada percobaan pertama yaitu kontrol, kontrol
membentuk miniskus cembung karena kohesi antar partikel lebih besar dari adhesi, hal ini sesuai
dengan literatur Sutrisno (2011) yang mmenyatakan bahwa kohesi antara molekul-molekul zat
cair menyebabkan permukaan zat cair seolah-olah memiliki kulit pembungkus.
Pada kaca persegi tetesan dari kontrol agak sedikit membasahi dimana gaya adhesi lebih
besar dari gaya kohesi, hal ini sesuai dengan literatur Rahman (2011) yang menyatakan bahhwa
cairan dikatakanmampu membasahi permukaan solid ketika gaya adhesi lebih besar dari gaya
kohesi dan disebut juga sebagai fenomena wetting liquid.
Percobaan pada larutan detergen yang dilakukan menghasilkan miniskus cekung dimana
miniskus cekung diakibatkan oleh gaya kohesi lebih kecil dari pada adhesi. Hal ini sesuai dengan
literatur Sutrisno (2011) yang menyatakan bahwa kohesi antara molekul-molekul zat cair
menyebabkan permukaan zat cair seolah-olah memiliki kulit pembungkus.
Pada saat silet dimasukkan ke larutan detergen silet 1, 2 da 3 silet tersebut tenggelam
karena timbul tegangan yang tidak mampu menopang silet tersebut, hal ini sesuai dengan
literatur Munson (2006) yang menyatakan bahwa apabila jarum baja terapung maka itu
dikarenakan tegangan yang timbuul di kulit hipotesis tersebut menopangnya.
Larutan detergen yang ditetesi ke kaca persegi akan membasahi kaca persegi karena gaya
adhesinya lebih besar dari pada gaya kohesinya. Hal ini sesuai dengan literatur Rahman (2010)
yang menyatakan bahwa cairan dikatakan mampu membasahi permukaan solid ketika gaya
adhesi lebih besar dari gaya kohesi atau disebut juga fenomena wetting liquid.
Pada percobaan larutan garam, dihasilkan miniskus cekung, dimana miniskus cekung
tersebut diakibatkan karena gaya kohesi yang lebih kecil dari gaya adhesi. Hal ini sesuai dengan
literatur Sutrisno (2011) yang menyatakan bahwa kohesi antara molekuul-molekul zat cair
menyebabkan permukaan zat seolah-olah memiliki kulit pembungkus.
Silet 1, 2 dan 3 yang dimasukkan ke larutan garam akan mengapung, hal ini sesuai
dengan literatur Munson (2006) yang menyatakan bahwwa apabila sebuah jarum baja terapung
maka itu disebabkan oleh adanya tegangan yang timbul di kulit hipotetis itu dan menopang jarum
itu.
Tetesan air garam pada kaca persegi akan membasahi kaca persegi, ini dikarenakan gaya
adhesi lebih besar dari pada gaya kohesi. Hal ini sesuai dengan literatur Rahman (2010) yang
menyatakan bahwa cairan dikatakan membasahi permukaan solid ketika gaya adhesi lebih besar
dari gaya kohesi atau disebut dengan fenomena wetting liquid.
Pada percobaan terakhir, kaca persegi yang dilapisi lilin dan ditetesi air yang kemudian
tidak membasahi permukaaan kaca persegi. Hal ini sesuai dengan literatur Munson (2006) yang
menyatakan bahwa butiran air yang terpisah akan terbentuk apabila diletakkan di atas
ppermukaan yang baru dilapisi lilin.
Dari hasil percobaan pada kontrol apabila dimasukkan silet, maka silet tersebut akan
mengapung. Hal ini dikarenakan timbul tegangan yang mampu menopang silet tersebut dan pada
akhirnya silet tersebut tidak mampu untuk menngapung dan akhirnya tenggelam. Hal ini sesuai
dengan literatur White (1988) yang menyatakan bahwa molekul-molekul yang terdapat pada zat
cair termasuk molekul-molekul tersebut memliki gaya tarik menarik satu sama lain.
Pada detergen, silet yang dimasukkan akan tenggelam disebabkan karena detergen
mengandung surfaktan yang mengakibatkan turunnya tegangan permukaan pada zat cair tersebut
sehingga silet tersebut tenggelam. Hal ini sesuai dengan literatur Sofyan (2013) yang
menyatakan bahwa surfaktan adalah zat-zat yang mengarbsorbsi pada permukaan atau antar
muka untuk menurunkan tegangan permukaan sutau cairan.
Pada garam yang dimasukkan silet pada larutan garam tersebut mengapung disebabkan
karena garam merupakan zat aktif permukaan negative yang dapat menambah tegangan
permukaan dengan menarik dan menolak antar molekul di permukaan. Hal ini sesuai dengan
literatur Sophodeousu (2003) sumbanngan kohesif tekanan karena kekuatan menarik dan
menolak antar molekul di sisi yang berlawanan dari sisi permukaan . kedua ini biasanya disebut
dengan tekanan yang biasanya negative (zat aktif permukaan negatif.
.Kesimpulan
1. Tegangan permukaan adalah kerja yang dilakukan untuk memperluas permukaan cairan
dalam satuan waktu.
2. Tegangan permukaan dipengaruhi oleh temperature atau suhu dan gaya adhesi serta
kohesi.
3. Air yang diteteskan pada permukaan kaca persegi akan membasahi permukaan kaca
persegi.
4. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa keadaan air di atas gelas beaker mengalamai
miniskus cembung dimana gaya kohesi lebih besar dari gaya adhesi.
5. Dari hasil praktikum didapatkan bahwa silet yang diletakkan diletakkan didalam air
garam mengalami gaya apung.
6. Dari hasil praktikum didapatkan jika silet diletakkan pada air detergen maka silet akan
tenggelam.
7. Dari hasil praktikum didapatkan bahwa air yang diitetesi pada kaca persegi yang berisi air
agak membasahi permukaan, pada air detergen air membasahi permukaan dan dan pada kaca
persegi yang dilapisi lilin jika ditetesi air, maka air tidak membasahi permukaan.
Saran
Adapun saran dari makalah ini yaitu diharapkan agar Asisten Laboratorium Fisika dan
Kimia Air hadir pada setiap pertemuan praktikum dan alat-alat laboratorium lebih dilengkapi
lagi. Adapun saran untuk praktikan adalah kiranya lebih serius dalam menjalani praktikum, agar
hasil yang diperoleh dapat maksimal.
.DAFTAR PUSTAKA
Adisalamun, Djamuli, M. A., Titiu, C. C. dan Yandra, A. 2012. Adsorbsi Surfaktan Nonionik
Askil Poliglikosida Pada Antar Muka Fluida-Fluida. Vo. 9, No. 1 ISSN: 1412-5064, Banda Aceh
Basuki, A.S. dan Setijo, B. 2003. Buku Panduan Prakituk Kimia Fisika. Universitas Indonesia,
Depok.
Bowo, C., Mohammad, H. dan Bambang, M. 2008. Penentuan Kurva Potensi Air Refensi Air
Tanah Laboratorium Dengan Sensor Resistensi dan Kapasitansi. Univesrsitas Jember, Jember.
Brackbill, U. J., Kothe, B. D. dan Zemach, C. 1992. A Kontinum Methel for Modeling Surface
Tension Theoretical Division. Los Alamos National Laboratory. Los Alamos, New Mexico.
Brater, F. E. dan H. W. King. 1976. Handbook of Hidraulics for The Solution of Hidraulic
Engineering Problem. Muray Printing Company and Bound by The Book Press, New York.
Ginting, M. H dan Netti, H. 2002. Tegangan Permukaan dengan Metode Drop Out dan Metode
Bubble. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Indarmiati ddan Ernowati, U. F. 2008. Perancangan Alat Ukur Tegangan Permukaaan dengan
Induksi Elektromagnetik. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Nasrudddin, M. N., Juwairiyah., Masthurah. 2013. Fisika Dasar. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Osgouei, A., Haniyeh., Parsfar., Abbas, G., Akbar., Zadeh., Hamed. 2011. Density and
Temperature Depencies of Liquid Surface Tension. Faculty of Chemistry. Sharif University of
technology, Iran.
Rahman, H. 2010. Kajian Eksperemental Wick Screen Nesh dan Sintered Powder Terhadap
Kinerja Heat Pipe. Tesis Fakultas Teknik.Universitas Indonesia, Depok.
Sears, F. W. dan Mark, W. Z. 1962. University Physics in One Volume. Parmouth College,
Newyork.
Sophodeousu. 2009. Understanding and Explaining Surface Tension and Capillarity and
Introduction to Fundamental Physics for Water Professional. University of Cansas.
Syofyan. Tuti, A. S. dan Rieke, A. 2013. Pengaruh Kombinasi Surfaktan Natrium Luryl Sulfat
dan Benzalkorium Klorida Terhadap Kelarutan Ibuprofen. Vo. 18, No 1. ISSN: 1410-0177,
Padang