Anda di halaman 1dari 29

TUGAS

PENYULUHAN PERTANIAN

EKY VINA AGUSTIA


NIM. 1603016010

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI
MAGISTER PERTANIAN TROPIKA BASAH
JURUSAN AGRIBISNIS
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas

Penyuluhan Pertanian ini. Sholawat serta salam tak lupa saya haturkan

kehadirat junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta

orang-orang yang beriman yang selalu meniti jalan mereka.

Tugas yang saya buat adalah review jurnal penyuluhan pertanian.

Tak lupa pula saya haturkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah

Penyuluhan Pertanian Bapak Dr. Achmad Zaini, S.P., M.Si. Dalam

membuat tugas ini tentunya masih banyak kekurangan dan masih jauh dari

kesempurnaan. Harapan saya semoga tugas ini dapat bermanfaat. Atas

perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Samarinda, Januari 2017

EKY VINA AGUSTIA


REVIEW JURNAL PENYULUHAN PERTANIAN I

I. A. Judul Penelitian : Jurnal Penelitian Kualitatif

B. Nama Penulis : Andrian Wira Syahputra

Sunarro Samsi Hariadi

Harsoyo

C. Nama Jurnal : Peran Penyuluh dan Kearifan Lokal Terhadap

Adopsi Inovasi Padi sawah di Kecamatan Montasik

Kabupaten Aceh Besar.

II. Tujuan Penelitian : 1. Untuk mengetahui pengaruh peran penyuluh.

2. Untuk mengetahui pengaruh kearifan lokal.

3. Untuk mengetahui adakah pengaruh faktor sosial

dan ekonomi petani dalam adopsi inovasi padi

sawah .

4. Untuk mengetahui apakah terjadi kesinergian

kegiatan peran penyuluhan dan pendekatan

kearifan lokal terhadap adopsi inovasi padi sawah

di Kecamatan Montasik.

III. Metode

A. Desain : Metode yang digunakan adalah metode deksriftif

analisis dengan pendekatan kuantitatif yang

didukung dengan kualitatif.

B. Waktu : Bulan September 2012


C. Tempat : Merupakan Kecamatan yang mata pencaharian

penduduknya paling banyak di sektor pertanian serta

masuk ke dalam WKPP.

IV. Penarikan Sampel

A. Metode : Metode Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

B. Populasi : 1057 Orang Petani

C. Sampel : 120 Orang

D. Kriteria Sampel : Petani yang bekerja di lahan pertanian sendiri

maupun menggarap lahan orang lain.

E. Faktor Pertimbangan Pemilihan Lokasi Penarikan Sampel :

 Merupakan sentra produksi padi

 Petaninya masih kuat dengan pendekatan kearifan lokal

 Pekerjaan penduduk kebanyakan bekerja di sektor pertanian

khususnya padi sawah sehingga memudahkan untuk mencari

responden

V. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

A. Data Primer (dikumpulkan melalui wawancara terstruktur

menggunakan kuisioner) :

 Karakteristik responden, mencakup : usia, pendidikan dan

pencaharian penduduk.

 Peran penyuluh pertanian dalam proses adopsi inovasi padi sawah,

mencakup : peran edukator, peran inovator, peran fasilitator, peran


konsultan, peran advokasi, peran supervisor dan peran monitoring

dan evaluasi.

 Kearifan lokal, mencakup dua indikator : peran kejrun blang dan

ritual tradisional.

 Faktor sosek, mencakup : motivasi, partisipasi, pendidikan dan

sikap.

 Adopsi inovasi padi sawah, mencakup : pola tanam, pengolahan

tanah, benih (varietas benih), pergiliran varietas, jarak tanam,

pemupukan berimbang, pengendalian hama, tata guna air di

tingkat usaha tani dan pasca panen.

B. Data Sekunder :

 Programma Penyuluh Pertanian UUTB – BPP Aceh Besar, NAD.

 Dokumen/ makalah Seminar Litbang Depag RI – Bogor, JABAR.

VI. Pengolahan dan Analisis Data :

 Deksriftif untuk pengolahan data karakteristik, peran penyuluh,

kearifan lokal dan faktor sosek.

 Uji regresi berganda (multiple regression) dengan metode backward

untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi

padi sawah di Kecamatan Montasik.

 SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 17 untuk analisis

statistik.

VII. Hasil :
Penyuluh adalah seseorang yang atas nama pemerintah/ lembaga

penyuluhan berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh sasaran untuk mengadopsi petani

(Rogers dan Mardikanto, 1993).

Kearifan lokal merupakan tata aturan tak tertulis yang menjadi acuan

masyarakat yang meliputi seluruh aspek kehidupan, berupa (1) tata

aturan yang menyangkut hubungan antar sesama masyarakat,

misalnya dalam berinteraksi sosial baik antar individu maupun

kelompok, yang berkaitan dengan hierarki dalam kepemerintahan dan

adat, aturan perkawinan, tata krama dalam kehidupan sehari-hari, (2)

tata aturan menyangkut hubungan manusia dengan alam, tumbuh-

tumbuhan yang lebih bertujuan pada upaya konservasi alam, (3) tata

aturan yang menyangkut hubungan manusia dengan yang gaib,

misalnya Tuhan dan roh-roh gaib ( Ahmad, 2006).

Adopsi yang dimaksud disini adalah kemampuan petani dalam

menerima serta menerapkan teknologi padi sawah yang telah

diberikan penyuluh di lapangan.

Inovasi adalah ide-ide baru, praktek-praktek baru/ obyek-obyek yang

dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu/ masyarakat

sasaran penyuluhan (Rogers dan Shoemaker, 1997). Pengertian “baru”

disini mengandung makna bukan sekedar “baru diketahui’ untuk

pikiran (kognitif) akan tetapi juga baru karena belum dapat diterima

secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude)
dan juga baru dalam pengertian belum diterima, belum dilaksanakan

dan atau diterapkan oleh warga masyarakat setempat.

Keadaan umum petani :

a. Penduduk Kecamatan Montasik berjumlah 17.458 jiwa terdiri dari

8.631 laki-laki dan 8.827 perempuan.

b. Berdasarkan mata pencaharian penduduk 48,06 % di sektor

pertanian.

c. Umur produktif sebagai tenaga kerja potensial yaitu dari 22 tahun

– 59 tahun adalah 47 %.

d. Tingkat pendidikan SDM manusia masa depan SLTP 11,79 %,

SLTA 17,49 %, Sarjana Muda D-IV 4,45%. Kecamatan Montasik

sudah mendukung dalam proses kegiatan belajar mengajar

penyuluhan pertanian.

Peran penyuluh pertanian : a. Peran edukator 58,94 %

b. Peran Inovator 65,62 %

c. Peran Fasilitator 54,35 %

d. Peran Konsultasi 54,63 %

e. Peran Advokasi 60,69 %

f. Peran Suvervisor 57,36 %

g. Peran Monitoring dan Evaluasi 57,53 %

Dari beberapa indikator di atas tingkat peran penyuluh sudah sangat

baik seperti pada indikator peran inovator serta peran advokasi.

Namun ada beberapa kekurangan yang dirasakan pada indikator peran


fasilitator dan peran konsultasi. Untuk itu perlu adanya peningkatan

pada kedua indikator ini dengan mengatur intensitas pertemuan antara

penyuluhan serta petani yang lebih kontinu sehingga diharapkan para

penyuluh dapat mendengarkan lebih banyak permasalah yang di

hadapi para petani saat ini.

Tingkat peran kearifan lokal terdapat dua indikator :

a. Peran Kejrun Blang 70,73 %

b. Ritual Tradisional 61,35 %

Faktor Sosek :

 Tingkat capaian motivasi dalam adopsi inovasi :

a. Pengakuan (existensi) 84 %

b. Berhubungan (relatedness) 60,87 %

c. Pertumbuhan (growth) 69,29 %

Dari ketiga indikator di atas, indikator pengakuan (existensi)

dalam inovasi padi sawah sangat tinggi. Pada umumnya dorongan

akan kebutuhan pangan dan ingin kebutuhan hidup lebih terjamin

memiliki presentase tertinggi, kebutuhan ini menjadi dorongan

utama petani dalam mengadopsi inovasi padi sawah di lapangan.

 Partisipasi 56,20 % menunjukkan bahwa tingkat partisipasi petani

dalam adopsi inovasi padi sawah termasuk dalam kategori

sedang.
 Pendidikan dibagi menjadi dua kategori berdasarkan rata-rata

lamanya menempuh pendidikan formal (rata-rata 11 tahun setara

dengan SLTP).

a. Pendidikan rendah < 11 tahun 44,17 %

b. Pendidikan tinggi >11 tahun 55,83 %

Dari indikator di atas bahwa daerah ini telah banyak petani yang

pendidikan sudah baik untuk menerima adopsi inovasi padi

sawah.

Sikap terbagi menjadi 3 aspek :

a. Aspek kognitif 62,90 %

b. Aspek Afektif 57,86 %

c. Aspek Konatif 50,52 %

Menunjukkan bahwa dengan adopsi inovasi padi sawah memberikan

keuntungan bagi keluarga petani, kemudian dengan adanya

penyuluhan tentang teknologi padi sawah penggunaan modal usaha

tani padi sawah lebih hemat, sedangkan aspek afektif/ perasaan dan

aspek konatif masih dalam kategori sedang.

Luas Lahan : a. Sempit 1.500 – 4.300 ha 42,5 %

b. Sedang 4.301 – 8.500 ha 45 %

c. Luas 8.001 – 10.000 ha 12,5 %

Sebagian besar petani memilih luas lahan sedang. Lahan tersebut

merupakan lahan milik individu/ pribadi petani yang digunakan

sebagai lahan garapan usaha tani padi sawah.


Adopsi inovasi padi sawah :

a. Pola tanam 95,80 %

b. Pengolahan tanah 95 %

c. Benih 82,50 %

d. Pergiliran varietas 69,76 %

e. Jarak tanam 67,50 %

f. Pemupukan berimbang 94,17 %

g. Pengendalian hama 80,38

h. Tata guna air di tingkat usaha tani 92,5 %

i. Pasca panen 95 %

Dari indikator di atas bahwa adopsi inovasi padi sawah menunjukkan

tingkat capaian petani sangat baik.

Hasil analisis regresi menjelaskan bahwa variabel independen

(kearifan lokal, pertisipasi, luas lahan serta pendidikan) memiliki

pengaruh negatif terhadap adopsi inovasi padi sawah artinya variabel

independen tidak memberikan pengaruh nyata terhadap adopsi inovasi

padi sawah. Semakin kecil nilai koefisiensi variabel, maka adopsi

inovasi semakin besar (partisipasi 0,486 n.s, kearifan lokal 0,881 n.s,

luas lahan -0,131 n.s, pendidikan 0,729 n.s). Adapun variabel yang

berpengaruh terhadap adopsi inovasi adalah peran penyuluh 0,000*,

motivasi 0,044* dan sikap 0,011*. Semakin tinggi peran penyuluh,

motivasi serta sikap maka adopsi inovasi padi sawah juga akan

semakin tinggi.
Dari uji regresi Backward diperoleh signifikan 0,000. Signfikan

tersebut lebih kecil dari α yaitu 0,000 < 0,10, keputusanyang diambil

adalah menolak H₀ sekaligus menjawab hipotesis 1 yaitu Ha diterima.

Artinya ada pengaruh secara signifikan peran penyuluh dalam adopsi

inovasi padi sawah. Artinya semakin tinggi peran penyuluh di

lapangan maka semakin tinggi pula tingkat adopsi inovasi padi sawah

di wilayah tersebut.

Dari hasil uji regresi diperoleh signifikansi 0,097. Signifikan tersebut

lebih kecil dari α yaitu 0,097 < 0,10, keputusan yang diambil adalah

menolak H₀ sekaligus menjawab hipotesis 3.a yaitu ada pengaruh

motivasi dalam adopsi inovasi padi sawah . Semakin tinggi motivasi

petani maka semakin semakin tinggi tingkat adopsi inovasi padi

sawah.

Dari hasil uji regresi diperoleh signifikansi 0,004. Signifikan tersebut

lebih kecil dari α yaitu 0,004 < 0,10, keputusan yang diambil adalah

menolak H₀ sekaligus menjawab hipotesis 3.c yaitu ada pengaruh

sikap dalam adopsi inovasi padi sawah . Semakin baik sikap petani

maka adopsi inovasi padi sawah semakin tinggi.

Terjadi kesinergian antara peran penyuluh serta kearifan lokal di

Kecamatan Montasik. Selama ini penyuluhan dapat berjalan dengan

baik dimana kerja sama antara tokoh masyarakat serta para penyuluh

di lapangan sudah berlangsung lama, hal ini dapat dilihat dari kerjsa

sama antar pemerintah serta tokoh masyarakat dalam mengatur jadwal


tanam padi sawah serta mengatur jadwal kegiatan ritual tradisional.

Hal ini telah menjawab hipotesis ke 4 dimana terjadi sinergi kegiatan

penyuluhan pertanian dan pendekatan kearifan lokal dalam proses

adopsi inovasi padi sawah.

Hal yang belum terungkap adalah terdapat kekeliruan di dalam jurnal

dalam mengungkapkan hipotesis.

VIII. Saran : Perlunya peningkatan peran penyuluh dalam

fasilitasi dan konsultasi terhadap para petani. Hal ini

bisa ditempuh dengan meningkatkan intensitas

pertemuan dengan petani dalam rangka

memecahkan masalah pertanian yang sedang

dihadapi. Kerjasama antar tokoh masyarakat, petani

serta penyuluh pertanian agar bisa berlanjut demi

kelancaran pembangunan pertanian.


REVIEW JURNAL PENYULUHAN PERTANIAN II

I. A. Judul Penelitian : Jurnal Penelitian Kualitatif

B. Nama Penulis : Yunita

Basita G. Sugihen

Pang S. Asngari

Djoko Susanto

Siti Aminah

C. Nama Jurnal : Strategi Peningkatan Kapasitas Rumah Tangga

Petani Padi Sawah Lebak Menuju Ketahanan

Pangan Rumah Tangga (Kasus di Kabupaten Ogan

Ilir dan Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan)

II. Tujuan Penelitian : 1. Menganalisis tingkat ketahanan pangan rumah

tangga dan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangga

padi sawah Lebak.

2. Menganalisis pengaruh tingkat kapasitas rumah

tangga petani padi sawah Lebak terhadap

ketahanan pangan rumah tangga.

3. Merumuskan strategi alternatif yang sesuai untuk

peningkatan kapasitas rumah tangga petani padi

sawah Lebak.
III. Metode

A. Desain : Metode yang digunakan adalah metode survei, yaitu

menjelaskan hubungan kausalitas antara peubah-

peubah penelitian melalui penjelasan hipotesis

(Gulo, 2000).

B. Waktu : Bulan April – Juni 2010

C. Tempat : Merupakan Kecamatan yang mata pencaharian

penduduknya paling banyak di sektor pertanian dan

banyaknya luas lahan padi sawah dan kecamatan ini

sebagai sentra produksi padi sawah di Lebak

Sumatera Selatan.

IV. Penarikan Sampel

A. Metode : Metode Proportionate Stratified Random Sampling

B. Sampel : 200 rumah tangga petani

C. Kriteria Sampel : Strata berdasarkan status kepemilikan lahan (tuna

kisma dan petani pemilik).

D. Faktor Pertimbangan Pemilihan Lokasi Penarikan Sampel :

 Merupakan sentra produksi padi sawah

 Penentuan desa pada setiap kecamatan dilakukan dengan

mempertimbangkan desa-desa yang pernah mendapat bantuan

dalam program pemberdayaan dari Badan Ketahanan pangan dan

Hortikultura Provinsi Sumsel.


 Mempertimbangkan desa-desa yang memiliki potensi sumber

daya selain usahatani padi sawah lebak yang dapat dikembangkan

untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga.

V. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

C. Data Primer (dikumpulkan melalui wawancara terstruktur

menggunakan kuisioner, wawancara mendalam dan observasi) :

 Rata-rata umur petani tuna kisma dan petani pemilik.

 Jumlah anggota rumah tangga petani tuna kisma dan petani

pemilik.

 Pendidikan formal dan non formal, pengalaman berusahatani dan

tingkat kesmopolitan petani tuna kisma dan petani pemilik.

 Pendapatan total rumah tangga dan aset yang dimiliki baik petani

tuna kisma maupun petani pemilik.

 Karakteristik lingkungan sosial berdasarkan aspek nilai-nilai sosial

budaya, sistem kelembagaan, akses terhadap sarana produksi dan

akses terhadap tenaga ahli kelembagaan penelitian, penyuluhan

dan pangan petani tuna kisma dan petani pemilik.

 Kinerja penyuluh pertanian baik pada petani tuna kisma maupun

petani pemilik.

 Kapasitas rumah tangga petani serta proses pemberdayaan petani.

D. Data Sekunder :

 Diperoleh dari berbagai kantor atau instansi terkait.


VI. Pengolahan dan Analisis Data :

 Statistik deksriftif.

 Statistik inferensial (SEM) dengan menggunakan software LISREL

8.70.

VII. Hasil :

Gambaran karakteristik petani yang diamati memperlihatkan rata-rata

umur petani tuna kisma adalah 43 tahun, sedangkan umur petani pemilik

adalah 46 tahun.

Petani tuna kisma maupun pemilik memiliki jumlah anggota keluarga rata-

rata empat orang.

Lamanya pendidikan formal empat tahun (tidak tamat SD) dan pendidikan

non formal terkategori rendah.

Pengalaman berusahatani tuna kisma rata-rata 23 tahun dan petani pemilik

24 tahun.

Tingkat kekosmopolitas sedang, skala usaha petani tuna kisma terkategori

sempit sedangkan skala usaha petani pemiliki terkategori sedang.

Rata-rata pendapatan total rumah tangga petani tuna kisma terkategori

rendah dan petani pemilik terkategori sedang. Aset yang dimiliki rumah

tangga petani terkategori rendah dan mekanisme koping rumah tangga

terkategori tinggi.

 Karakteristik lingkungan Karakteristik lingkungan sosial

berdasarkan aspek nilai-nilai sosial budaya, sistem kelembagaan,

akses terhadap sarana produksi dan akses terhadap tenaga ahli


kelembagaan penelitian, penyuluhan dan pangan terkategori

sedang.

 Proses pemberdayaan baik petani tuna kisma dan petani pemilik

terkategori rendah. Kinerja penyuluh pertanian baik pada petani

tuna kisma maupun petani pemilik dari semua aspek penguatan

partisipasi petani terkategori rendah.

 Kapasitas rumah tangga petani terkategori sedang. Jika dilihat

dari skor pada aspek kemampuan meningkatkan pendapatan,

mendekati batas bawah kategori sedang (skor – 2,0).

 Secara umum ketahanan pangan rumah tangga petani padi sawah

Lebak dikategorikan rendah. Hal ini terlihat dari sebagian besar

indikator ketahanan pangan rumah tangga termasuk kategori

rendah.

 Faktor-faktor yang secara nyata dan langsung mempengaruhi

ketahanan pangan rumah tangga adalah karakteristik lingkungan

sosial (X2), proses pemberdayaan (X3), dan kapasitas rumah

tangga petani dalam memenuhi kebutuhan pangan (X1). Faktor-

faktor yang secara nyata dan langsung mempengaruhi kapasitas

rumah tangga petani dalam memenuhi kebutuhan pangan yaitu

karakteristik petani (X1), karakteristik lingkungan sosial (X2),

proses pemberdayaan (X3) dan kinerja penyuluh pertanian/ tenaga

pendamping (X4).
 Persamaan struktural yang menunjukkan faktor-faktor yang

mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani dan

hubungan antara kapasitas rumah tangga petani dalam memenuhi

kebutuhan pangan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya

adalah sebagai berikut :

Y1 = 0,16 X1 + 0,40 X2 – 0,96 X3 + 0,26 X4,

R2 = 0,40.............. (persamaan 1)

Y2 = 0,50 X2 + 0,67 X3 + 0,28 Y1,

R2 = 0,40.............. (persamaan 2)
 Strategi peningkatan kapasitas rumah tangga petani dalam

mencapai ketahanan pangan rumah tangga :

MASUKAN

Karakteristik Proses pemberdayaan Kinerja penyuluh


lingkungan sosial  Mengikutsertakan pertanian/ tenaga
 Sistem petani dalam pendamping
kelembagaan analisis masalah,  Pengembangan
petani perencanaan, perilaku inovarif
 Akses terhadap pelakssanaan dan petani
sarana produksi evaluasi program

PROSES
Penyuluhan Dengan Pendekatan
 Pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam meningkatkan produksi usahatani
 Pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam meningkatkan pendapatan rumah
tangga

KELUARAN

Rumah Tangga Petani yang tahan pangan


Kapasitas pemenuhan tercapai
kebutuhan pangan  Tingginya kecukupan ketersediaan
 Mampu pangan dalam rumah tangga
meningkatkan  Tingginya aksesibilitas terhadap pangan
produksi usaha tani
 Tingginya stabilitas ketersediaan
 Mampu pangan
meningkatkan
 Tingginya kualitas pangan
pendapatan

DAMPAK
Peningkatan Kualitas SDM Petani

Kapasitas rumah tangga petani padi sawah Lebak dalam memenuhi

kebutuhan pangan berpengaruh positif terhadap ketahanan pangan rumah

tangga melalui :
a. Perbaikan proses pemberdayaan yang didasarkan pada pendekatan

partisifatif dan desntralisasi sesuai dengan kondisi, potensi dan

sumberdaya yang dimiliki masyarakat.

b. Penguatan dukungan lingkungan sosial melalui penguatan

kelembagaan petani dan penguatan akses tani terhadap sarana

produksi.

c. Peningkatan kinerja penyuluh pertanian melalui peningkatan

pengembangan perilaku inovatif petani.

Hal yang belum terungkap adalah kurang lengkapnya analisis data di

dalam jurnal ini.

VIII. Saran :

a. Perlunya upaya perbaikan dalam sistem kelembagaan petani tersebut

agar dapat meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga.

b. Mengikutsertakan petani dalam pelaksanaan program-program

pemberdayaan merupakan indikator yang berpotensi memiliki

pengaruh paling besar terhadap ketahanan pangan rumah tangga

petani.

c. Perlu adanya upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani

dalam memanfaatkan potensi dan sumber daya ekonomi yang dimiliki

rumah tangga petani.


REVIEW JURNAL PENYULUHAN PERTANIAN III

I. A. Judul Penelitian : Jurnal Penelitian Kualitatif

B. Nama Penulis : P. R. Pertiwi

A. Saleh

C. Nama Jurnal : Persepsi Petani tentang Saluran Komunikasi

Usahatani Padi di Kabupaten Serang

II. Tujuan Penelitian : 1. Untuk menganalisis persepsi dan pemilihan petani

terhadap saluran komunikasi mengenai informasi

pengelolaan usahatani padi.

2. Untuk mengetahui karakteristik keinovatifan

petani penerima informasi pengelolaan padi .

3. Untuk mengetahui hubungan karakteristik

keinovatifan petani dengan persepsinya tentang

saluran komunikasi yang membawa informasi

pengelolaan usahatani padi.

III. Metode

D. Desain : Metode yang digunakan adalah metode deksriftif

analisis dengan pendekatan kuantitatif yang

didukung dengan kualitatif.

E. Waktu : Tahun 2009

F. Tempat : Merupakan Kabupaten yang mata pencaharian

penduduknya bertani padi.


IV. Penarikan Sampel

F. Metode : Metode Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

G. Sampel : 136 Orang

H. Kriteria Sampel : Gabungan kelompok tani yang memiliki jumlah

anggota tani terbanyak.

I. Faktor Pertimbangan Pemilihan Lokasi Penarikan Sampel :

 Pekerjaan penduduk kebanyakan bekerja di sektor pertanian

khususnya sehingga memudahkan untuk mencari responden

V. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

E. Data Primer (dikumpulkan melalui wawancara terstruktur

menggunakan kuisioner) :

 Intrumen dalam bentuk pernyataan

 Intrumen dalam bentuk pertanyaan (terbuka dan tertutup)

F. Data Sekunder :

 Diperoleh dari berbagai kantor atau instansi terkait.

VI. Pengolahan dan Analisis Data :

 Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan menampilkan

distribusi frekuensi, persentase, rataan skor, dan analisis statistik

inferensial berupa uji korelasi rank Spearman ( rs)

 Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ke inovatifan petani

dengan persepsi petani, tentang saluran komunikasi penyuluhan.

 Berdasarkan kuisioner tertutup dihasilkan data kuantitatif yang

selanjutnya di-coding dan di entry dengan menggunakan SPSS.


VII. Hasil :

Saluran komunikasi penyuluhan di kabupaten serang, terbagi menjadi

dua bagian, yaitu saluran komunikasi langsung (interpersonal) dan

saluran komunikasi tidak langsung (media). Saluran Komunikasi

langsung yang paling berperan adalah sesama petani dalam

lingkungannya. Petani yang berprestasi merupakan andalan bagi

kegiatan penyuluhan. Karena melalui petani teladan, petani lain dapat

langsung mencontoh cara usaha tani yang baik.

Saluran komunikasi merupakan bagian dari proses komunikasi yang

terjadi dalam masyarakat.

Karakteristik keinovatifan petani adalah ciri-ciri yang melekat pada

diri petani dalam kaitannya dengan penerimaan inovasi.

Status sosial petani, tergolong cukup baik dengan rataan skor 1,89.

Luas Lahan sawah yang digarap petani menunjukkan kategori cukup

luas dengan rataan skor 1,88. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

kemampuan petani dalam mengusahakan lahan dapat mencukupi

kebutuhan hidup, bukan saja untuk konsumsi tapi juga untuk

mencukupi kebutuhan sekundernya.

Kepemilikan modal petani tergolong cukup baik. Dengan rataan skor

2,22. Kepemilikan lahan secara pribadi, cenderung dapat menjamin

petani untuk berusaha tani secara berkelanjutan.

Tingkat empati petani tergolong cukup baik dengan rataan skor 2,00.

Hal ini ditunjukkan dengan empat indikator yang ditanyakan.


Ternyata sejumlah 41,91 % menghargai pendapat orang lain, 44,12%

sering mendahulukan kepentingan orang lain. Bahkan 80,15 %

menyatakan sering peduli terhadap kesulitan orang lain.

Tingkat keberanian petani dalam mengambil resiko tergolong buruk,

dengan rataan skor 1,8.

Tingkat Futuristik, adalah derajat kemampuan petani dalam

berorientasi ke masa depan. Dalam hal ini, Tingkat Futuristik

tergolong cukup baik, dengan rataan skor 1,97.

Tingkat partisipasi sosial merupakan salahsatu ciri karakteristik

komunikasi yang berada dalam kategori cukup baik, dengan rataan

skor 2,09. Hal ini ditunjukkan dengan keterlibatan petani dalam

kehidupan bermasyarakat.

Tingkat aktifitas komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah tingkat aktif tidaknya petani dalam memperoleh informasi,

baik tentang kegiatan sosial maupun usaha tani. Dengan rataan skor

1,75.

Peubah terakhir dari karakteristik keinovatifan petani yang diamati

adalah keterlibatan petani dalam penyuluhan, yang memperoleh rataan

skor sebesar 1,69.

Persepsi responden tentang ketersediaan saluran komunikasi

penyuluhan tergolong cukup baik, dengan rataan skor 2,35 untuk

saluran komunikasi interpersonal dan 2,23 untuk saluran komunikasi

ber media.
Persepsi petani tentang pembiayaan saluran komunikasi tergolong

pada ketegori baik, dengan rataan skor 2,89 untuk saluran

interpersonal, dan 2,58 untuk saluran ber media.

Kemudahan mengakses saluran komunikasi tergolong pada kategori

baik. Dengan rataan skor 2,50 untuk saluran interpersonal, dan 2,14

untuk saluran ber media.

Indikator status sosial berkorelasi nyata (p<0,05) dengan saluran

komunikasi interpersonal dan ber media.

Dalam hubungannya dengan saluran komunikasi interpersonal, luas

lahan memiliki korelasi yang nyata (p<0,05) namun memiliki korelasi

negatif dengan saluran komunikasi ber media. Hal ini

mengindikasikan bahwa petani yang memiliki lahan yang luas,

cenderung mempersepsikan saluran komunikasi interpersonal dengan

baik.

Petani yang memiliki luas lahan, banyak melakukan komunikasi

dengan penyuluh, petani lain bahkan dengan pedagang saprotan dan

pengumpul.

Tingkat empati merupakan indikator karakteristik ke inovatifan yang

terlihat berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi responden

tentang saluran komunikasi interpersonal. Hal ini dapat difahami

karena sikap empati muncul dalam diri seseorang untuk berusaha

menempatkan dirinya pada peran orang lain.


Tingkat keberanian beresiko juga memiliki korelasi yang nyata

(p<0,05) dengan saluran komunikasi interpersonal. Hal ini

mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat keberanian petani

untuk mengambil resiko, semakin baik pula persepsinya tentang

saluran komunikasi interpersonal.

Tabel 3 juga memperlihatkan bahwa tingkat futuristik memiliki

korelasi yang sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi tentang saluran

komunikasi, baik secara interpersonal maupun ber media. Hal ini

berarti, semakin tinggi tingkat futuristik petani, semakin baik pula

persepsinya tentang saluran komunikasi.

Hubugan lain yang terlihat sangat nyata (p<0,01) adalah antara tingkat

partisipasi sosial dengan persepsi petani tentang saluran komunikasi,

walaupun taraf sangat nyata ini hanya terlihat pada saluran

komunikasi interpersonal.

Selanjutnya, hubungan yang sangat nyata (p<0,01) terlihat pula antara

tingkat aktifitas komunikasi petani dengan persepsinya tentang saluran

komunikasi ber media.

Indikator terakhir yang berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan

persepsi petani tentang saluran komunikasi adalah keterlibatannya

dalam kegiatan penyuluhan.

Hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan persepsi petani tentang

saluran komunikasi adalah kepemilikan modal. Hal ini

mengindikasikan modal yang dimiliki petani, bukan menjadi faktor


penentu dalam membentuk persepsi petani tentang saluran

komunikasi.

VIII. Saran : 1. Sebaiknya lebih giat dalam menjalankan salah

satu tupoksinya, yaitu menyiapkan materi

penyuluhan baik secara langsung maupun

melalui berbagai bentuk media komunikasi.

2. Penyuluh juga dapat memanfaatkan tabloid

lokal untuk menerbitkan tulisan-tulisan yang

bermanfaat atau mempublikasikan keberhasilan

para tokoh petani di tingkat lokal.


Dari ketiga jurnal tersebut bahwa terdapat perbedaan dalam meningkatkan

produksi padi. Produksi padi di berbagai wilayah nusantara sangat fluktuaktif

begitu juga yang terjadi di Kecamatan Montasik Nanggroe Aceh Darussalam. Hal

tersebut disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor alam maupun sumber daya

manusia itu sendiri. Usaha untuk meningkatkan produksi padi oleh pemerintah

Aceh khususnya wilayah Aceh Besar dilakukan oleh Dinas Pertanian maupun

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) salah satunya dengan pelaksanaan

program penyuluhan, namun hal ini dihadapkan pada kendala pengembangan

inovasi baru untuk pengelolaan padi sawah secara modern yang dimiliki oleh

tenaga-tenaga penyuluh di lapangan.

Produktivitas pangan pokok beras tidak dapat dipisahkan dengan usahatani

padi di pedesaan. Dalam bidang ekonomi usahatani padi berhubungan dengan

penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan dan dinamika ekonomi pedesaan.terjadinya

penggunaan lahan dan semakin pesatnya perubahan fungsi lahan subur untuk

keperluan non pertanian telah mendorong pemanfaatan lahan raw. Lahan rfawa

Lebak Sumatera Selatan cukup besar dan sudah lama dikenal dan serta dikelola

oleh masyarakat secara tradisional. Petani padi sawah lebak ini umumnya adalah

penduduk lokal yang mengusahakan lahan lebak sebagai pusat kegiatan usahatani

mereka. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga di OI dan OKI termasuk

kategori rendah.

Salah satu sentra produksi padi di wilayah Jawa Barat adalah Provinsi

Banten. Kabupaten ini merupakan wilayah kedua yang memiliki produksi padi

terbanyak di Provinsi Banten. Upaya penyediaan informasi tentang inovasi padi di


Serang makin giat digalakkan. Pandangan yang baik bagi petani terhadap saluran

komunikasi penyuluhan perlu dibentuk dan dipupuk. Tujuannya adalah agar

petani mampu dan berminat mengakses berbagai saluran dalam mencari atau

mempelajari inovasi-inovasi pertanian yang sedang merebak di lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai