Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perilaku siswa-siswi usia sekolah saat ini beragam, salah satu perilakunya adalah
anak-anak yang sangat sulit di atur, tidak bisa diam dan seolah-olah tidak memperhatikan
pelajaran di kelas. Anak-anak tersebut biasanya mengalami gangguan dalam
perkembangannya yaitu gangguan hiperkinetik yang secara luas di masyarakat disebut
sebagai anak hiperaktif.

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian


dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).
Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut
minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya
para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya
yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang
lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam
memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak
hiperaktif juga tidak bisa maksimal. Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk
membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat memaksimalkan
potnsi diri dan meningkatkan prestasinya.

Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak
normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu
memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami
gangguan pemusatan perhatian.

Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga
rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab
lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta
epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala

1
karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi
makanan.

Pendekatan ini yaitu dengan adanya bimbingan konseling berupa layanan /


treatment yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan
setiap anak akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa
terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan
kesulitan yang dimilikinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Anak Hiperaktif?
2. Apa saja ciri-ciri Anak Hiperaktif?
3. Apa faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak?
4. Apa saja problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif?
5. Bagaimana penanganan untuk Anak Hiperaktif ?

C. Tujuan.
1. Mengetahui pengertian anak hiperaktif.
2. Mengetahui ciri-ciri anak hiperaktif.
3. Mengetahui faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak.
4. Mengetahui problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif.
5. Mengetahui penanganan untuk anak hiperaktif.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Anak Hyperaktif

Anak (keturunan) yang sempurna fisik dan psikis adalah dambaan setiap orang tua.
Namun, tidak jarang kita jumpai anak-anak memiliki ketidaksempurnaan baik fisik
maupun psikis. Hal ini sangat menghawatirkan bagi orang tua dan berupaya untuk
mengurangi bahkan menyempurnakan agar anak mereka terlihat seperti anak-anak pada
umumnya yang tumbuh normal.

Kita mungkin pernah mendengar istilah hiperaktif, hiperaktif ini merupakan salah
satu gangguan psikis (tingkah laku) yang juga berpengaruh pada fisik anak. Dari salah
satu sumber bahwa sekitar 4-5 % anak-anak usia sekolah memiliki perilaku hiperaktif.
Tetapi kita seringkali tidak dapat membedakan secara konkrit antara anak yang memang
memiliki kelebihan energi dan anak yang mengalami/ menderita hiperaktif, kitapun sering
memberikan cap/ lebel seorang anak yang hiperaktif sebagai anak yang nakal, bandel, dan
sulit diatasi, padahal kita belum tahu dan mengerti apa sebenarnya hiperaktif itu,
bagaimana ciri-ciri anak hiperaktif, faktor apa saja yang menjadi penyebab hiperaktif,
problem/ masalah apa yang dihadapi anak hiperaktif dalam kehidupannya sehari-hari, dan
bagaimana kiat/cara mengatasinya. Hal inilah yang akan dipaparkan secara rinci dalam
tulisan ini. Adapun tujuan penulisan online research ini adalah memberikan pemahaman
tentang anak hiperaktif dan kiat/ cara memberikan bimbingan, pengarahan dan membantu
mengatasi masalah yang anak hadapi, baik dalam lingkungan keluarga, maupun di
sekolah.

Pengertian Hiperaktif, Menurut salah satu sumber bahwa hiperaktif adalah aktivitas
fisik yang berlebihan atau gerakan yang tidak bertujuan dan dengan kecepatan yang
meningkat. Pengertian lain bahwa hiperaktif adalah istilah yang menggambarkan perilaku
tidak tenang, anak yang sering mengganggu ketertiban baik di rumah maupun di sekolah.
Hiperaktif juga populer dengan istilah Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD),
atau dengan terjemahan bahasa Indonesia “Gangguan Pemusatan Perhatian Dengan

3
Hiperaktif” (GPPH). Victor Hartono Putra menjelaskan bahwa ADHD adalah gangguan
tingkah laku yang disebabkan oleh disfungsi neurologis.

Jadi hiperaktif merupakan salah satu gangguan tingkah laku berupa aktivitas
berlebihan, tidak terkontrol dan tidak terarah sehingga anak tidak dapat memusatkan
perhatian.

2. Ciri-Ciri Anak Hiperaktif

Beberapa ciri anak hiperaktif menurut Sani Budiantini Hermawan, Psi., Psikolog dari
Klinik Empati Development Center, Jakarta (Tabloid Nakita) sebagai berikut:

a. Menentang.
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap
penentang/pembangkang atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita akan marah
jika dilarang berlari ke sana kemari, coret-coret atau naik-turun tak berhenti.
Penolakannya juga bisa ditunjukkan dengan sikap cuek.
b. Destruktif
Perilakunya bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego misalnya, anak
aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego tersusun rapi. Sebaliknya anak
hiperaktif bukan menyelesaikannya malah menghancurkan mainan lego yang sudah
tersusun rapi. Terhadap barang-barang yang ada di rumah, seperti vas atau pajangan
lain, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga sangat besar. Oleh karena
itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang mudah dipegang
dan mudah rusak.
c. Tak kenal lelah.
Anak dengan gangguan hiperaktivitas sering tidak menunjukkan sikap lelah.
Sepanjang hari dia akan selalu bergerak ke sana kemari, lompat, lari, berguling, dan
sebagainya. “Kesannya tidak pernah letih, bergerak terus,” ujar Sani. Hal inilah yang
seringkali membuat orang tua kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.
d. Tanpa tujuan.
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik ke atas
kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai
Superman. Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun
kursi saja.

4
e. Tidak sabar dan usil.
Yang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak mau
menunggu giliran. “Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang sedang
dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu,” komentar Sani. Tak
hanya itu, anak hiperaktif pun seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas.
Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak
ada pemicu yang harus membuat anak melakukan hal seperti itu.
f. intelektualitas rendah.
Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di bawah rata-
rata anak normal. Mungkin karena secara psikologis mentalnya sudah terganggu
sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.

Sedang menurut buku ”Anak Hiperaktif” (Zafiera, Ferdinand. 2007. Jogjakarta: Katahati)
Ciri anak hiperaktif atau anak penderita attention deficit and hyperactivity disorder
(ADHD).

a. Tidak focus.
Anak dengan gangguan hiperaktif tidak bisa konsentrasi lebih dari lima menit. Tidak
memiliki focus yang jelas dan melakukan sesuatu tanpa tujuan. Cenderung tidak
mampu melakukan sosialisasi dengan baik.
b. Sulit untuk dikendalikan.
Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal. Keinginannya harus segera dipenuhi.
Tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan.
c. Impulsif.
Melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Selalu ingin meraih dan
memegang apapun yang ada di depannya. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi pada
anak usia prasekolah dasar, atau sebelum mereka berusia 7 tahun.
d. Menentang.
Umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang/tidak mau dinasehati.
Penolakannya ditunjukkan dengan sikap cuek.
e. Destruktif.
Destruksif atau merusak. Merusak mainan yang dimainkannya dan cenderung
menghancurkan sangat besar.
f. Tidak kenal lelah.

5
Sering tidak menunjukkan sikap lelah, hal inilah yang sering kali membuat orang tua
kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.
g. Tidak sabar dan usil.
Ketika bermain tidak mau menunggu giliran,tetapi langsung merebut. Sering pula
mengusili teman-temannya tanpa alas an yang jelas.
h. Intelektualitas rendah.
Sering kali anak dengan gangguan hiperaktif memiliki intelektualitas di bawah rata-
rata anak normal. Mungkin dikarenakan secara psikologis mentalnya sudah terganggu
sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.

Ciri-ciri khusus anak hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :

a. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
b. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak
selayaknya.
d. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
e. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak
pernah habis.
f. Sering terlalu banyak bicara.
g. Sering sulit menunggu giliran.
h. Sering memotong atau menyela pembicaraan.
i. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis
terhadap lawan bicaranya).

Ciri-ciri lain yang menyertai Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas


(GPPH/ADHD) adalah :

a. Kemampuan akademik tidak optimal


b. Kecerobohan dalam hubungan social
c. Kesembronoan dalam menghadapi situasi yang berbahaya
d. Sikap melanggar tata tertib secara impulsive

6
7
3. Perkembangan Sosial Anak Hyperaktif.
a. Defenisi.
Phobia sosial adalah gangguan perkembangan sosial anak dimana anak berada dalam
kondisi irasional yaitu kecemasan yang berlebihan ketika berinteraksi dengan
lingkungan sosial.
1) Ciri-ciri.
 Anak takut berintaraksi dengan lingkungan social.
 Anak enggan untuk berangkat kesekolah dan tempat-tempat keramaian.
 Anak tidak mau berkenalan dengan teman sebaya atau orang lain, cenderung
kontak mata dengan orang lain, menarik diri, cemas ketika berhadapan dengan
orang lain.
 Anak selalu menempel pada orang tua, tidak mau ditinggal di sekolah.
 Rendahnya kepercayaan diri anak, memiliki konsep negative takut tidak di
teriman di lingkungan.
2) Penyebab.
 Pola asuh yang salah sehingga perkembangan kemandirian sosialnya
terhambat, orang tua dengan pengasuhan yang otoriter, atau
overprotektif.
 Trauma.
 Genetik/bawaan dari lahir.
Yaitu pada masa janin perkembangan otak anak tidak normal, terdapat
kelebihan pada otak bagian kanan (amygdala) yang berperan mengontrol rasa
takut. Respon tersebut menimbulkan reaksi fisik saat anak berinteraksi, misal
pusing, mual, sakit perut, keringat dingin. Reaksi fisik tersebut dipicu oleh
adanya overaktif pada system saraf otonom yang mengatur system saraf
denyut jantung.
b. Perbedaan phobia sosial dengan anak pemalu/pencemas.
Pada anak dengan phobia sosial, dia menganggap segala perilakunya akan dinilai oleh
orang lain. Pikirannya hanya terfokus pada hal tersebut sehingga membuatnya tidak
mampu mengatasi rasa cemas. Sedangkan pada anak pemalu, ia hanya takut
berinteraksi dengan lingkungan sosial sementara waktu, ketika sudah bisa beradaptasi,
ia akan bergaul secara normal dengan teman-teman sebaya dan orang-orang
disekitarnya.

8
1. Penanganan.
1) Mengevaluasi pola asuh. Idealnya orang tua bersikap demokratis, tetap
memegang kendali namun tetap memberikan kebebasan anak berpendapat.
2) Agenda sosialisasi. Masukkan jadwal sosialisasi dalam jadwal kegiatan anak.
Anak sebaiknya tidak teralu disibukkan dengan les privat sehingga membuat
ia lupa bermain dengan teman-temannya. Pastikan anak mempunyai waktu
untuk menambah koleksi teman dan berinteraksi dengan teman lama.
3) Kenalkan anak pada beragam karakter. Hal ini dapat dilakukan dengan
membacakan cerita fiksi, mengenalnya tokok-tokoh yang ada didalam cerita
tersebut, atau bisa juga menceritakan pengalaman berteman guru/orang tua
kemudian membiarkan anak memperlajari tokoh-tokoh yang diceritakan dan
minta anak untuk menceritakan kembali apa yang ia dengar dan pahami dari
karakter tokoh-tokoh tersebut.
4) Bermain peran. Hal ini untuk melatih anak komunikasi interpersonal. Misal,
bermain telpon-telponan, guru/oarngtua sebagai penelpon, anak sebagai
penerima. Atau bermain dengan bertamu kerumah tetangga, guru/orangtua
sebagai tuan rumah, anak sebagai tetangga yang berkunjung.
5) Sering mengajak anak silaturahim kekerabat, sepupu, tetangga, bermain di
taman bermain dan tempat keramaian lain.

4. Menangani Anak Hiperaktif Di Kelas.

“Aduh anak ini ga bisa duduk diam di bangku, jalan-jalan terus” Demikian sedikit
keluhan dari seorang guru kelas satu SD (Sekolah Dasar) yang mengeluhkan anak
didiknya karena anak itu jalan-jalan terus di kelas. Akibat tidak bisa duduk diam banyak
tugas-tugas belajarnya tidak selesai atau tidak dikerjakan. Teman-temannya pun
menganggap ia anak nakal dan pemalas.

Perilaku yang digambarkan di atas merupakan sedikit contoh dari perilaku anak
hiperaktif. Sebagai guru kita harus waspada terhadap gangguan perilaku hiperaktif itu.
Mewaspadai perilaku hiperaktif ini menjadi penting karena perilaku hiperaktif jika tidak
diwaspadai dan tidak ditangani dengan tepat maka akan merugikan/mengganggu
lingkungan belajar juga merugikan diri anak itu sendiri.

9
Agar lebih waspada kita kenali terlebih dahulu karakteristik anak hiperaktif.
Berdasarkan kajian dari berbagai ahli anak hiperaktif memiliki tiga karakteristik utama,
yaitu:

a. rentang perhatian yang kurang sehingga anak mudah lupa, tugas tidak tuntas,
cenderung menghindari tugas, sulit mencurahkan perhatian terhadap tugas-tugas atau
kegiatan bermain.
b. memiliki perilaku impulsif yang menyebabkan anak ini sulit diterima temannya
karena sering merebut barang miliki orang lain/temannya, sering memotong
pembicaraan, banyak bicara, mengganggu teman.
c. selalu bergerak sulit untuk duduk diam/tenang memperhatikan, aktivitas motorik yang
berlebihan, sulit mengatur kegiatan.

Berdasarkan karakteristik di atas maka jika di kelas terdapat anak hiperaktif dapat
dibayangkan bahwa anak itu akan menjadi gangguan dalam proses belajar mengajar,
sementara guru sendiri sudah cukup sibuk untuk memperhatikan anak-anak lain.
Kesibukan guru akan semakin bertambah dengan hadirnya anak hiperaktif yang
membutuhkan perhatian atau bimbingan yang lebih dari guru.

Namun demikian sebagai guru yang baik tentunya akan mencari solusi terbaik untuk
mengatasi gangguan perilaku hiperaktif pada anak didiknya. Melalui tulisan ini, penulis
ingin berbagi sedikit pengalaman dalam menangani anak hiperaktif. Untuk menangani
perilaku hiperaktif, penanganan harus dil;akukan secara bertahap dan fokus pada
gangguan yang akan dikurangi/dihilangkan atau perilaku mana yang akan dikembangkan.

Untuk memulai langkah penanganan, kita harus mencatat perilaku mana yang akan
dihilangkan dan perilaku mana yang akan dikembangkan. Dari mana kita mendapat data
tentang perilaku itu, bisa kita peroleh melalui pengamatan terhadap perilaku anak di kelas
selain itu dapat pula diperoleh melalui wawancara dengan orangtua anak. Setelah
mencatat dan mengelompokkan perilaku yang akan dihilangkan/dikurangi dan perilaku
yang akan dikembangkan, selanjutnya dapat dilakukan teknik-teknik penanganan yang
penulis aplikasikan berdasarkan Sugiarmin (2005) berikut ini.

1. Menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki.

10
Carilah faktor pemicu dari perilaku yang tidak dikehendaki itu muncul. Contoh anak
tidak bisa duduk diam sering jalan-jalan di kelas. Carilah alasan mengapa anak itu
tidak bisa duduk diam. Misal, alasannya karena anak membutuhkan perhatian, merasa
bosan, ingin udara segar, dan sebagainya. Hilangkan atau atasi faktor pemicu tersebut.
Cara menghilangkan factor pemicu dapat dilakukan melalui teknik-teknik.
 Ekstingsi, yaitu tidak merespon tingkah laku yang tidak dikehendaki sampai anak
menghentikannya. Contoh, guru mengabaikan siswa yang berbicara tanpa
mengangkat tangan terlebih dahulu. Atau guru dan teman-temannya mengabaikan
anak yang mengganggu sampai ia bosan atau sadar bahwa guru dan temannya
tidak terpancing.
 Satiasi, yaitu memberikan apa yang anak inginkan sebelum menuntutnya.
Contohnya, memberikan perhatian sebelum menuntut perhatian, segera beralih
pada kegiatan lain sebelum anak merasa bosan, anak yang suka memukul-mukul
meja mintalah anak tersebut untuk terus memukul meja.
 Time out.
Anak dipindahkan dari tempat di mana tingkah laku yang tidak dikehendaki
terjadi.
 Hukuman.
Cara ini jarang diterapkan karena khawatir dampak negatifnya, namun jika akan
diterapkan maka perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
 Diberlakukan untuk perilaku yang sangat membahayakan dan agar tidak
berlanjut misalnya perilaku agresif,
 Jika prosedur lain tidak berhasil,
 Berikan hukuman ringan yang terbukti efektif,
 Jangan menghukum dalam keadaan marah.
2. Mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki

Tingkah laku yang baik tentunya harus dipertahankan dan dikembangkan


menjadi lebih baik lagi. Untuk melakukannya dapat dilakukan dengan cara penguatan
(reinforcement). Setiap perilaku yang dikehendaki akan memperoleh penguatan
berupa imbalan. Imbalan dapat berupa benda atau yang lain, misalnya pujian.

Ketika anak berbuat benar kemudian diperkuat dengan imbalan, diharapkan


anak akan mempertahankannya untuk selanjutnya dapat dikembangkan. Imbalan atau

11
hadiah sebaiknya diberikan segera setelah perilaku yang dikehendaki terjadi.
Demikian sedikit teknik-teknik penanganan anak hiperaktif di kelas. Pilihlah teknik
yang paling tepat sesuai dengan perilaku yang akan ditangani. Semoga bermanfaat.

5. Cara Mengatasi Anak Hiperaktif.

Mendidik anak untuk bisa pintar mungkin bisa dilakukan oleh siapa saja. Tetapi
mendidik anak untuk mempunyai emosi yang stabil, tidak semua orang bisa
melakukannya. Dibutuhkan orang tua dan guru yang sabar, serius, ulet, serta mempunyai
semangat dedikasi tinggi dalam memahami dinamika kepribadian anak. Perilaku siswa
usia sekolah saat ini banyak dikeluhkan guru. Para guru mengeluh sikap anak-anak yang
sangat sulit di atur emosinya di kelas. Saya bingung, apa lagi yang harus saya lakukan
agar siswa saya bisa duduk dengan tenang selama pelajaran berlangsung sehingga dapat
dengan mudah memahami yang saya ajarkan. Itulah salah satu contoh keluhan para guru
menghadapi siswa yang hiperaktif.

Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur
dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang,
juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran
guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru
kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal.

Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang


hiperaktif tersebut supaya mereka dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan
prestasinya. Pendekatan ini yaitu dengan adanya bimbingan konseling berupa layanan
atau treatment yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan
setiap anak akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa
terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan
kesulitan yang dimilikinya.

Dalam makalah ini kami merumuskan masalah tentang cara mengatasi anak
hiperaktif, selama berada di sekolah tidak bisa diam. Sering berbicara walaupun bukan
saatnya untuk berbicara. Saat kegiatan belajar sering kesana-kemari bahkan mengganggu
temannya.

12
a. Definisi Anak Hiperaktif.
Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah dikenal sejak sekitar tahun 1900 di
tengah dunia medis. Pada perkembangan selanjutnya mulai muncul istilah ADHD
(Attention Deficit/Hyperactivity disorder). Anak hiperaktif adalah anak yang
mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau
attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai
gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction
syndrome.
Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa
perkembangan dini (sebelum berusia tujuh tahun) dengan ciri utama tidak mampu
memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai
situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.
Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“
mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan
adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai
dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak
hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya
berbeda-beda.
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka
membagi ADHD ke dalam tiga jenis yaitu:
a. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau
Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada
pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti
sedang berada “di awang-awang”.
b. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa
memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.
c. Tipe gabungan.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.
Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan
hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap
tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak
sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan
13
asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain.
Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan
namun tidak kunjung datang.

Ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD, yaitu :

1. InatensiTidak ada perhatian.


Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang
anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu
mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih
perhatian dari satu hal ke hal yang lain.Ketidak-mampuan memusatkan perhatian pada
beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran.
2. Hiperaktif.
Mempunyai terlalu banyak energi. Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak
yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan.
Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di
samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
3. Impulsif.
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam
dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan
tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan.
Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar
untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan.

Problem-problem yang biasa dihadapi anak hiperaktif.

1. Problem di Sekolah.
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik.
Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi
pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin
cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang
tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan
menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak

14
hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika.
Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang
secara umum tidak sebaik anak biasa.
2. Problem di Rumah.
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah
cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik
(gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit
perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila
mengalami kekecewaan, ia gampang emosional.
Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila
keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak
menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang
nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-
temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara
kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan,
banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan
berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak
maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman.
Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-
mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya
buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
3. Problem berbicara.
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya
kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia
sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk
dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.
4. Proble mfisik.
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak
lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering
dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak
hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya
tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti
terjatuh, terkilir, dan sebagainya.

15
6. Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain:

a. Faktor Genetik.
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan
anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa
kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih
memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur.
b. Faktor Neurologik.
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan
dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan
dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi
yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan
minum alkohl juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang
neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu
neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang
berguna untuk memelihara proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu
pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah
orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
c. Faktor toksik.
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi
untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead)
dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi
alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
d. Faktor Kultural dan Psikososial.
 Pemanjaan.
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis,
membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu
dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.

16
 Kurang disiplin dan pengawasan.
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab
perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka
hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat
lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya
di tempat lain baik di sekolah.
 kesenangan.
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan
memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak
berbeda agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri.

7. Cara Mengatasi Anak yang Hiperaktif.

Melihat penyebab hiperaktif yang belum pasti terungkap dan adanya beberapa teori
penyebabnya, maka tentunya terdapat banyak terapi atau cara dalam penanganannya
sesuai dengan landasan teori penyebabnya.

Beberapa terapi untuk anak hiperaktif:

1. Applied Behavioral Analysis (ABA).


ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian dan
didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi
pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement
(hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang
paling banyak dipakai di Indonesia.
2. Terapi Wicara.
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan
berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic
yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang-kadang bicaranya
cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk
berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan
berbahasa akan sangat menolong.
3. Terapi Okupasi.
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik
halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil

17
dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan
kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk
melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
4. Terapi Fisik.
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu
autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-
kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya
kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong
untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5. Terapi Sosial.
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam
ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat
bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka
untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya.
6. Terapi Bermain.
Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan, kemampuan
gerak, minat dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan
kegiatan kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan untuk
beraktifitas dan bekerja saat usia dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana
pengobatan atau terapitik dimana sarana tersebut dipakai untuk mencapai aktifitas
baru dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.
7. Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak
memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka
banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka
sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari
perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan
lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
8. Terapi Perkembangan.
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap
sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan
tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan

18
Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA
yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9. Terapi Visual.
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers).
Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi
melalui gambar-gambar, misalnya dengan PECS (Picture Exchange Communication
System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan
komunikasi.
10. Terapi Biomedik.
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN
(Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik.

8. Solusi mengatasi anak hiperaktif di sekolah.


a. Menempatkan anak di bangku yang dekat guru, di antara anak yang tenang dan amat
memperhatikan pelajaran.
b. Menghindari menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka atau gambar atau
lukisan yang warnanya cerah karena akan merusak konsentrasinya.
c. Menatap anak saat berkomunikasi.
d. Menyingkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, supaya
perhatiannya tidak pecah.
e. Sesekali menggunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau menepuk punggung
anak untuk memfokuskan perhatiannya.
f. Memberikan pujian bila anak tenang.
g. Memberitahukan orang tuanya agar menyediakan tempat belajar yang tenang, jauh
dari televisi atau musik keras.
h. Mengingatkan orang tuanya agar melatih anak melakukan kegiatan secara teratur /
terjadwal saat waktu tertentu (misalnya bangun, mandi, belajar, makan, tidur, baca
buku, main dll).
i. Mendorong orang tuanya nutk melatih anak menyiapkan keperluan sekolah sebelum
tidur, sehingga tidak tergesa-gesa di saat akan berangkat sekolah.

Jadi secara garis besar hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang
menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan
impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak

19
pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain
seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang
lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan
namun tidak kunjung datang.Hiperaktif juga mengacu kepada ketiadaannya pengendalian
diri, contohnya dalam mengambil keputusan atau kesimpulan tanpa memikirkan akibat-
akibat terkena

hukuman atau mengalami kecelakaan. Ada tiga tanda utama anak yang menderita
ADHD, yaitu: Tidak ada perhatian; Hiperaktif, mempunyai terlalu banyak energi; dan
Impulsif, Bertindak tanpa dipikir atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu
akibatnya.

Mengelola anak hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga kesadaran
untuk senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan si anak. Beberapa hal berikut dapat
dijadikan pedoman dalam menangani masalah anak hiperaktif

a. Periksalah.
Tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai hiperaktif.
b. Pahamilah.
Sikap dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis,
kognitif (intelektual) maupun fisiologis.
c. Latih kefokusannya.
Jangan tekan dia, perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas
dalam menerapkan norma dan tugas.
d. Telatenlah.
Jika dia telah “betah” untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih
koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk
angka atau huruf.
e. Bangkitkan kepercayaan dirinya.
Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan
sesuatu dengan benar, memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor
perilaku anak.
f. Kenali arah minatnya.

20
Jika anak bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana
sebenarnya tujuan dari keaktifan dia. Yang paling penting adalah mengenali bakat
atau kecenderungan perhatiannya secara dini.
g. Minta dia bicara.
Anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk dengan
dirinya sendiri. Karena itu, bantulah anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari
nilai-nilai apa saja yang dapat diterima kelompoknya.

21
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).

Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi
ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:

1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian


2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
3. Tipe gabungan.

Problem-Problem yang biasa dialami oleh Anak Hiperaktif

1. Problem di sekolah
2. Problem di rumah
3. Problem berbicara
4. Problem fisik

SARAN

Dengan adanya bantuan khusus dari orang tua, guru-guru, para dokter, atau
lingkungan bermain, anak-anak hiperaktif akan mampu menangani masalah kurang
pemusatan perhatian mereka atau hiperaktif dengan lebih baik. Mereka juga dapat
menyalurkan tingkah laku hiperaktif mereka dalam suasana yang sesuai seperti latihan fisik
atau senam. Oleh karena itu, lebih baik memilihkan aktivitas yang memberi mereka
kebebasan gerak. Atau membuat diagnosis lengkap yang memerlukan penilaian dari seorang
pakar yang berpengalaman dalam mengevaluasi beberapa hal yang bisa menimbulkan sikap
yang tidak dapat memusatkan perhatian. Diagnosis dibuat dengan mempelajari corak tertentu

22
tingkah laku anak-anak serta laporan tingkah laku mereka di rumah, dan disekolah. Beberapa
kali perawatan hiperaktif yang berhasil melibatkan pendekatan multidisiplin yang melibatkan
bidang pengobatan, psikologi, social, dan pendidikan. Untuk penanganan hiperaktif
sebaiknya memiliki kelas khusus yang bisa menanganinya secara benar dan tepat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Djaali, Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2011.

Eric Taylor, Anak yang Hiperaktif, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.

http://earlychildhoodeducation-fifi.blogspot.com/2011/01/bk-di-tk.html

Cara Mengatasi Anak Hiperaktif


https://nadiranblog.wordpress.com/2016/11/11/makalah-hyperaktif/

24

Anda mungkin juga menyukai