Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

FISIKA TENTANG “ALAT UKUR”

Nama :

LUCKY SANTOSO

Kelas:

X TSM 2

SMK NEGERI DANDER BOJONEGORO

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul ”Alat Pengukuran” ini sesuai dengan petunjuk, kemampuan, serta ilmu
pengetahuaan yang penulis miliki.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bemanfaat
khususnya bagi penulis, umumnya bagi siapa saja yang membacanya.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Purwodadi, Desember 2015

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berlandaskan eksperimen, dimana


eksperimen itu sendiri terbagi dalam beberapa tahapan, di antaranya pengamatan,
pengukuran, menganalisis, dan membuat laporan hasil eksperimen. Dalam melakukan
eksperimen diperlukan pengukuran dan alat yang digunakan di dalam pengukuran yang
disebut alat ukur.

Banyak sekali alat ukur yang sudah diciptakan manusia baik yang tradisional
maupun yang sudah menjadi produk teknologi modern. Salah satu contohnya adalah alat
ukur besaran massa seperti neraca, mikrometer, avometer, jangkasorong, dan gelas ukur.

Sebelum memakai neraca, mikrometer, avometer, jangkasorong, dan gelas ukur


didalam suatu eksperimen, hal pertama yang harus dipahami dalam suatu praktikum
adalah prinsip kerja serta fungsi dari komponen-komponen yang terdapat pada neraca,
mikrometer, avometer, jangkasorong, dan gelas ukur tersebut agar diperoleh data yang
benar. Selain itu, untuk memperoleh data yang benar dan akurat di dalam suatu
eksperimen diperlukan juga pengukuran dan penulisan hasil pengukuran dalam satuan
yang benar serta keselamatan kerja dalam pengukuran menjadi poin yang patut
diperhitungkan sehingga berbagai peristiwa kecelakaan yang terjadi di dalam melakukan
eksperimen tidak perlu terjadi.

Oleh sebab itu, Pengetahuan alat merupakan salah satu faktor yang penting untuk
mendukung kegiatan praktikum. Praktikan akan terampil dalam praktikum apabila mereka
memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil ukur,
menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan dapat melakukan kalibrasi
alat ukur serta yang paling dasar praktikan mempunyai pengetahuan mengenai alat-alat
praktikum yang meliputi nama alat, fungsi alat, komponen-komponen, dan prinsip kerja.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana cara dan prinsip kerja neraca?

Apa itu neraca ohaus, mikrometer, Stopwacth, jangkasorong, dan Mistar?

Apa fungsi neraca ohaus, mikrometer, jangkasorong, Stopwacth, mistar dan bagaimana
cara menggunakannya?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

Mengetahui bagian -bagian pada neraca ohaus, mikrometer, Stopwatch, jangkasorong,


dan Mistar.
Mengetahui fungsi pada neraca ohaus, mikrometer, Stopwacth, jangkasorong, dan Mistar.

Mengetahui bagaimana cara menggunakan neraca ohaus, mikrometer, Stopwacth,


jangkasorong, dan Mistar.

BAB II

PEMBAHASAN

Jangka Sorong

Pengertian

Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus
milimeter. Terdiri dari dua bagian skala, yaitu skala tetap (tidak dapat digeser) dan skala
nonius (dapat digeser). Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian
dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi
dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm
untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang diatas 30cm.
Pada nonius jangka sorong biasanya didapatkan 49 bagian skala utama, 50 bagian
skala nonius, atau 50 bagian skala nonius 49 mm, sehingga jarak antara 2 skala nonius
terdekat adalah 49/50 mm = 0,98 mm. nst nonius jangka sorong dapat dicari dengan
rumus :

Nst nonius = selisih jarak antara dua nst skala utama dengan jarak antara dua skala
nonius.

Hasil pengukuran jangka sorong ( H ) adalah berdasarkan hasil bacaan skala utama +
hasil baca skala nonius dengan patokan angka nol ( 0 ) skala nonius (skala geser).

Bagian-bagian Jangka Sorong

1). Gigi luar: berfungsi untuk mengukur dimensi luar (tebal, lebar atau Ø batang kayu)

2). Gigi dalam: untuk pengukuran bagian dalam (lebar lubang pen, Ø lubang bor, alur dll)

3). Pengukur kedalaman: Paling baik untuk pengukuran dalam lubang pen danbor.

4). Ukuran utama (cm): skala utama yang digunakan untuk membaca hasil pengukuran.

5). Ukuran sekunder (inch): skala alternatif dalam satuan inch.

6). Patokan pembacaan skala utama (cm)

7). Patokan pembacaan skala sekunder (inch)

8). Untuk menghentikan atau melancarkan geseran pengukuran.

Jenis-jenis Jangka Sorong

1). Jangka sorong nonius ( Vernier Caliper )

Ada dua jenis utama dari jangka sorong nonius. Jenis pertama hanya digunakan
untuk mengukur dimensi luar dan dimensi dalam sedangkan jenis kedua selalu untuk
mengukur dimensi luar dan dimensi dalam, juga dapat digunakan untuk mengukur
ketinggian.

Pada jenis pertama, untuk pengukuran dimensi dalam maka harga yang dibaca pada skala
linier harus ditambah dengan tebal dari ujumg kedua rahang ukur. Biasanya rahang
ingsut/jangka sorong ini mempunyai kapasitas ukur sampai 150 mm, sedangkan untuk
jenis yang besar dapat sampai 1000mm. kecermatan pembacaac tergantung dari skala
noniusnya dalam hal ini adalah 0,10 ; 0,50 atau 0,2 mm.
2. Jangka sorong Jam (Dial Caliper)

Mistar ingsut / jangka sorong jam yang memakai jam ukur sebagai ganti dari skala
nonius. Gerak lurus dari sensor diubah menjadi gerak berputar dari jam penunjuk dengan
perantaraan roda gigi. Pada poros jam ukur dan batang bergigi yang melekat di tengah-
tengah sepanjang batang ukur.

3. Jangka sorong Ketinggian (Hight Gauge)

Suatu jenis jangka sorong yang berfungsi sebagai pengukur ketinggian disebut
jangka sorong ketinggian. Alat ukur ini dilengkapi dengan rahang ukur yang bergerak
vertical pada batang berskala yang tegak lurus dengan landasannya. Skala utama pada
batang ukur ada yang dapat diatur ketinggiannya, dengan menggunakan penyetel yang
terletak dipuncaknya. Dengan demikian pembacaan ukuran dapat diatur mulai dengan
bilangan bulat.

Sebelum melakukan pengukuran, hendaknya terlebih dahulu dilakukan pengecekan


kondisi alat pengukuran, apakah masih layak pakai atau tidak. Sebab pemakaian alat
pengukuran yang sudah terrlalu lama bisa mempengaruhi tingkat ketelitian alat tersebut
terhadap hasill pengukuran. Metode pengujian ini dinamakan dengan metode kalibrasi.
Kesalahan-kesalahan dari alat ukur biasanya terjadi pada penunjukan skala, penunjukan
awal posisi nol pada skala dan sebagainya. Pada jangka sorong kesalahan yang terjadi
biasanya pada saat awal sebelum pengukuran, yaitu ketika rahang geser dan rahang tetap
di tutup rapat. Posisi angka nol pada skala nonius tidak tetap berada di posisi angka nol
pada skala utama, kadang bisa lebih atau kurang. Kelebihan atau kekurangan
penunjukkan skala tersebut biasa dinamakan dengankesalahan nol (zero error).

Jika posisi nol pada skala nonius berada di sebelah kanan posisis nol pada skala
utama atau dinamakan juga kesalahan nol positif, maka hal ini berarti bahwa hasil
pengukuran lebih dari nilai sebenarnya, sehingga untuk mendapatkan nilai yang
sebanarnya digunakan formula sebagai berikut :

Nilai sebenarnya = hasil pengukuran - kesalahan nol

Jika posisi nol pada skala nonius berada di sebelah kiri posisi nol pada skala utama atau
dinamakan juga kesalahan nol negatif, maka hal ini berarti bahwa hasil pengukuran
kurang dari nilai sebenarnya sehingga untuk mendapatkan nilai sebenarnya sehingga
untuk mendapatkan nilai yang sebenarnya digunakan formasi sebagai berikut:

Nilai sebenarnya = hasil pengukuran + kesalahan nol


Kegunaan Jangka Sorong

Kegunaan jangka sorong adalah:

1). untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit

2). untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,
maupun lainnya) dengan cara diulur

untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara

menancapkan / menusukkan bagian pengukur.

Penggunaan Jangka Sorong

Adapun penggunaan jangka sorong, adalah sebagai berikut :

1). Mengukur Diameter Luar Benda

Cara mengukur diameter, lebar atau ketebalan benda:

Putarlah pengunci ke kiri, buka rahang, masukkan benda ke rahang bawah jangka sorong,
geser rahang agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan.

2). Mengukur Diameter Dalam Benda

Cara mengukur diameter bagian dalam sebuah pipa atau tabung :

Putarlah pengunci ke kiri, masukkan rahang atas ke dalam benda ,

geser agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan.

3). Mengukur Kedalaman Benda

Cara mengukur kedalaman benda :

Putarlah pengunci ke kiri, buka rahang sorong hingga ujung lancip menyentuh dasar
tabung, putar pengunci ke kanan.

Neraca O’haus

Pengertian
Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Prinsip
kerja neraca ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan diukur dengan anak
timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri. Kemampuan
pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak timbangan sepanjang
lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati poros neraca . Massa
benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing posisi anak timbangan
sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang. Ada juga yang mengatakan
prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas.

Skala Dalam Neraca Ohaus

Banyaknya skala dalam neraca bergantung pada neraca lengan yang digunakan.
Setiap neraca mempunyai skala yang berbeda-beda, tergantung dengan lengan yang
digunakannya.

Ketelitian neraca merupakan skala terkecil yang terdapat dalam neraca yang digunakan
disaat pengukuran. Misalnya pada neraca Ohauss dengan tiga lengan dan batas
pengukuran 310 gram mempunyai ketelitian 0,01 gram. Hal ini erat kaitannya ketika
hendak menentukan besarnya ketidakpastian dalam pengukuran.

Berdasarkan referensi bahwa ketidakpastian adalah ½ dari ketelitian alat. Secara


matematis dapat ditulis:Ketidakpastian = ½ x skala terkecil. Misalnya untuk neraca
dengan tiga lengan dan batas ukur 310 gram mempunyai skala terkecil 0,1 gram,
sehingga diperoleh ketidakpaastian ½ × 0 = 0,05.

Jenis Neraca Ohaus

Neraca Ohaus terbagi menjadi dua macam, di antaranya:

1). Neraca Ohaus dua lengan

Nilai skala ratusan dan puluhan di geser, tapi skala satuan dan 1/100 nya di putar.
Gambar (1.10) merupakan neraca Ohaus dua lengan. Neraca ini memiliki dua lengan.
Lengan depan terdapat satu anting logam yang digeser-geser dari 0, 10, 20, …, 100g.
Sedangkan lengan belakang lekukan-lekukan mulai dari 0, 100, 200, …, 500 g. Selain dua
lengan, neraca ini memiliki skala utama dan skala nonius. Skala utama 0 sampai 9 g
sedangkan skala nonius 0 sampai 0,9 g.
Neraca Ohaus dua lengan terdiri dari beberapa komponen, di antaranya:

1. Lengan depan

2. Lengan belakang

3. System magnetic

4. Penggeser anak timbangan

5. Venier

6. Kait

7. Skala

8. Lekuk

9. Wadah

10. Alas

2). Neraca Ohaus tiga lengan

Adalah nilai skalanya dari yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di geser.

Neraca ini memiliki tiga lengan, yakni sebagai berikut:

Lengan depan memiliki anting logam yang dapat digeser dengan skala 0, 1, 2, 3, 4,
….., 10gr. Di mana masing-masing terdiri 10 skala tiap skala 1 gr.jadi skala terkecil 0,1
gram

Lengan tengah, dengan anting lengan dapat digeser, tiap skala 100 gr, dengan skala dari
0,100, 200, ………, 500gr.

Lengan belakang, anting lengan dapat digeser dengan tiap skala 10 gram, dari skala 0, 10, 20,
…, 100 gr.

Cara Pengukuran Massa Benda Dengan Neraca Ohaus


Dalam mengukur massa benda dengan neraca Ohaus dua lengan atau tiga lengan
sama. Ada beberapa langkah di dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan
neraca ohaus, antara lain:

Melakukan kalibrasi terhadap neraca yang akan digunakan untuk menimbang,


dengan cara memutar sekrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke
kanan posisi dua garis pada neraca sejajar

Meletakkan benda yang akan diukur massanya

Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil. Jika
panahnya sudah berada di titik setimbang 0 dan

Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil
pengukurannya.

Bagian-bagian Neraca Ohaus

Tempat beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur.

Tombol kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca tidak
dapat digunakan untuk mengukur.

Lengan neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan dan untuk neraca
ohauss 4 lengan terdapat empat lengan.

Pemberat (anting) yang diletakkan pada masing-masing lengan yang dapat digeser-geser
dan sebagai penunjuk hasil pengukuran.

Titik 0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan titik kesetimbangan.

3). Kalibrasi

Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan
rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang
terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan
tersertifikasi.
Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif, termasuk di
dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua perangkat
pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang efektif.

Kalibrasi diperlukan untuk:

• Perangkat baru

• Suatu perangkat setiap waktu tertentu

• Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)

• Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah
kalibrasi

• Ketika hasil observasi dipertanyakan

Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau


indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang
digunakan dalam akurasi tertentu.

Adapun teknik pengkalibrasian pada neraca ohauss adalah dengan memutar


tombol kalibrasi pada ujung neraca ohauss sehingga titik kesetimbangan lengan atau
ujung lengan tepat pada garis kesetimbanagn , namun sebelumnya pastikan semua
anting pemberatnya terletak tepat pada angka nol di masing-masing lengan.

Pembacaan dan penulisan hasil pengukuran dari neraca Ohaus

Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan Neraca dapat dilakukan dengan


langkah sebagai berikut :

- Bacalah Skala yang ditunjukkan oleh anting (pemberat) pada masing-masing


lengan neraca. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :

- Hasil Pengukuran (xo) = Penjumlahan dari masing-masing Lengan Misalnya pada


neraca Ohauss III lengan berarti hasilnya= LenganI + Lengan II +Lengan III. Seperti halnya
pada alat ukur panjang, hasil pengukuran menggunakan neraca dapat anda laporkan
sebagai : Massa M = xo ± ketidakpastian

Mikrometer Skrup

Pengertian

Micrometer sekrup adalah alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur
maksimal 25 mm. Untuk mengukur benda-benda yang berukuran pendek atau kecil
seperti kawat, kertas, alumunium digunakan micrometer sekrup. Mikrometer sekrup
mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi yaitu 0,01 mm. Micrometer sekrup mempunyai
dua skala, yaitu skala utama dan skala nonius. Skala nonius ditunjukkan oleh selubung
yang menyerupai mur. Skala pada selubung dibagi menjadi 50 bagian, satu bagian skala
pada selubung mempunyai nilai 1/50 X 0,5 mm = 0,001 mm. skala utama micrometer
terdapat pada batangnya. Satu bagian pada skala utama nilainya 0,1 mm.

Bagian utama micrometer adalah sebuah poros berulir yang terpasang pada
sebuah silinder pemutar yang disebut bidal (selubung luar). Jika selubung luar diputar 1
kali maka rahang geser dan juga selubung luar maju atau mundur 0,5 mm. Karena
selubung luar memiliki 50 skala, maka 1 skala pada selubung luar sama dengan jarak
maju atau mundur rahang geser sejauh 0,5 mm/50 = 0,01 mm. Mikrometer memiliki
ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong. Ketelitiannya sampai 0,01 mm.

Hasil pengukuran dengan micrometer sekrup (H) adalah (jumlah skala utama
sampai atas skala nonius x 0,5 mm) + (jumlah skala nonius sampai garis skala nonius yang
segaris dengan garis horizontal pada skalam tetap x 0,01 mm).

Mikrometer sekrup memiliki ketidakpastian pengukuran sebesar setengah dari nilai


skala terkecil (skala nonius). Skala terkecil dari micrometer sekrup adalah 0,01 mm. dengan
demikian ketidakpastian micrometer sekrup bisa didapat dengan menggunakan rumus: ΔX
= 1/2 x nst ( nilai skala terkecil)

ΔX = 1/2 x 0,01 mm = 0,05 mm.

Jenis-jenis Mikrometer

Mikrometer memiliki 3 jenis umum pengelompokan yang didasarkan pada aplikasi berikut

1). Mikrometer Luar


Alat ukur yang dapat mengukur dimensi luar dengan cara membaca jarak antara dua
muka ukur sejajar yang berhadapan, yaitu sebuah muka ukur tetap yang terpasang pada
satu sisi rangka berbentuk U, dan sebuah muka ukur lainnya yang terletak pada ujung
spindle yang dapat bergerak tegak lurus terhadap muka ukur, dan dilengkapi dengan
sleeve dan thimble yang mempunyai graduasi yang sesuai dengan pergerakan spindle.
Mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang kawat, lapisan-lapisan, blok-blok dan
batang-batang.

2). Mikrometer dalam

Alat ukur yang dapat mengukur dimensi dalam dengan cara membaca jarak antara dua
muka ukur sferis yang saling membelakangi, yaitu sebuah muka ukur tetap yang
terpasang pada batang utama dan sebuah muka ukur lainnya yang terletak pada ujung
spindle yang dapat bergerak searah dengan sumbunya, dan dilengkapi dengan sleeve dan
thimble yang mempunyai graduasi yang sesuai dengan pergerakan spindle..Mikrometer
sekrup dalam digunakan untuk mengukur garis tengah dari lubang suatu benda.

3). Mikrometer kedalaman

Mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur kerendahan dari langkah-langkah dan


slot-slot.

Skala pada mikrometer sekrup ada dua yaitu ;

1). Skala Utama (SU), yaitu skala pada pegangan yang diam (tidak berputar) ditunjuk
oleh bagian kiri pegangan putar dari mikrometer sekrup.

2). Skala Nonius (SN), skala pada pegangan putar yang membentuk garis lurus dengan
garis mendatar skala diam dikalikan 0,01 mm.

Cara Membaca Mikrometer Skrup

Untuk menggunakan mikrometersekrupcdapat dilakukan dengan langkah berikut :

a). Putar bidal (pemutar) berlawanan arah dengan arah jarum jam sehingga

ruang antara kedua rahang cukup untuk ditempati benda yang akan diukur.

b). Letakkan benda di antara kedua rahang.


c). Putar bidal (pemutar) searah jam sehingga saat poros hampir menyentuh benda,
pemutaran dilakukan dengan menggunakan roda bergigi agar poros tidak menekan
benda. Dengan memutar roda berigi ini, putaran akan berhenti segera setelah poros
menyentuh benda. Jika sampai menyentuh benda yang diukur, pengukuran menjadi tidak
teliti.

d). Putar sekrup penggeser hingga terdengar bunyi klik satu kali.

e). Baca hasil pengukuran pada skala utama dan skala nonius dengan rumus :

H = (skala utama x 0,5 mm) + (skala nonius x 0,01 mm)

Beberapa hal yang diperlukan sewaktu menggunakan mikrometer sekrup:

1). Permukaan benda ukur, mulut ukur dari mikrometer sekrup harus dibersihkan
dahulu adanya kotoran, terutama bekas proses pengukuran dapat menyebabkan
kesalahan ukur maupun merusak permukaan mulut ukur.

2). Sebelum dipakai kedudukan nol mikrometer sekrup harus diperiksa. Kedudukan nol
disetel dengan cara merapatkan mulut ukur dengan ketelitian silindet tetap diputar
dengan memakai kunci penyetel sampai garis referensi dari skala tetap bertemu dengan
garis nol dari skala putar.

3). Bukalah mulut ukur sampai sedikit melebihi dimensi objek ukur. Apabila dimensi
tersebut cukup satu bar maka poros ukur dapat digerakkan dengan cepat dengan cara
menyelindingkan silinder putat pada telapak tangan. Jangan sekali-kali memutar
rangkanya dengan memegang silinder putar seolah-olah memegang mainan kanak-
kanak.

4). Benda ukur dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer sekrup di telapak tangan
kanan, dan ditahan oleh kelingking, jari manis, serta jari tengah. Telunjuk dan ibu ja ri
dugunakan untuk memutar silinder pusat.

Pada waktu mengukur, maka penekanan poros ukur benda ukur tidak boleh terlalu keras
sehingga memungkinkan kesalahan ukur karena adanya deformasi (perubahan bentuk)
dari benda ukur maupun alat ukurnya sendiri. Kecermatan pengukuran tergantung atas
penggunaan tekanan pengukuran yang cukup dan selalu tetap. Hal ini dapat dicapai
dengan cara memutar silinder putar melalui gigi gelincir atau tabung gelincir atau
sewaktu poros ukur hampir mencapai permukaan benda ukur.

Hasil pengukuran pada skala utama dan skala nonius dapat ditentukan dengan rumus :
H = (skala utama x 0,5 mm) + (skala nonius x 0,01 mm)

Misalkan :

Terdapat sebuah objek yang diukur, angka pada skala utama menunjukkan 8, sedangkan
sedangkan skala noniusnya berimpit pada angka 30. maka hasil pengukuranya adalah:

(8 x 0,5 mm) +( 30 x nst (0.01) mm) = 4,30 mm

Fungsi Mikrometer Skrup

Mikrometer sekrup biasa digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda. Misalnya
tebal kertas. Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup digunakan untuk
mengukur diameter kawat yang kecil.

Mikrometer memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong.
Ketelitiannya sampai 0,01 mm.

D. Mistar

Mistar yang sering dikenal sebagai meteran didefiniskan sebagai alat ukur yang
digunkan untuk mengukur besaran panjang. Terdapat berbagai macam mistar yaitu
mistar rol (mistar gulung), mistar bentuk pita, mistar lipat, dan penggaris. Kita akan bahas
jenis-jenis mistar tersebut satu persatu.

Seperti yang diposting pada postingan yang berjudul “Pengukuran besaran


panjang”, bahwa mistar dengan skala terkecil 1 mm disebut mistar berskala mm. Mistar
dengan skala terkecil cm disebut mistar berskala cm. Mistar mempunyai tingkat ketelitian
1 mm atau 0,1 cm. Bagaimana menggunakan mistar dengan benar?

Pembacaan skala pada mistar dilakukan dengan kedudukan mata pengamat tegak
lurus dengan skala mistar yang dibaca. Jika kedudukan mata pengamat tidak tegak lurus
dengan skala mistar yang dibaca bisa menyebabkan terjadinya kesalahan paralaks. Apa
itu kesalahan paralaks? Silahkan tunggu postingan mafia online berikutnya. Perhatikan
gambar berikut untuk melihat bagaimana melakukan pengukuran yang benar
menggunakan mistar. Bagaimana cara mengukur panjang benda dengan menggunakan
mistar?
Sudahkah tahu cara menggunkan mistar dengan benar? Berdasarkan studi kasus
yang dilakukan Mafia Online di salah satu sekolah negeri di bali masih banyak siswa yang
mengalami miskonsepsi tentang cara pembacaan skala mistar/penggaris. Banyak siswa
yang melakukan pengukuran dengan mistar/penggaris tidak dimulai dari skala nol (nol)
melainkan dari ujung penggaris yang tidak ada skalanya dan bahkan ada yang memulai dari
skala 1. Lalu bagaimana yang benar?

1. Letakan benda yang akan diukur pada tepi skala mistar (lihat gambar).

2. Pastikan bahwa benda telah sejajar dengan mistar dan salah satu ujung benda
tepat berada di angka nol (0)

3. Baca skala mistar yang terletak diujung lain benda (bukan ujung yang di titik nol
mistar).

4. Lihat angka yang dekat dengan akhir ujung benda, pada gambar tersebut akhir
ujung benda berada di skala 2, maka panjang benca adalah 2 cm

5. Lihat juga setelah angka 2 ada garis-garis, lihatlah garis-garis tersebut dengan
cara menghitungnya setelah angka 2. Maka ujung benda tersebut berakhir di garis ke 5,
maka skalnya di baca 5 mm atau 0,5 cm

6. Panjang benda tesebut adalah 2 cm + 5 mm atau 2 cm + 0,5 cm. Dengan


demikian panjang benda tersebut adalah 2,5 cm atau 25 mm.

Mistar berbentuk rol (mistar gulung)

Mistar berbentuk rol merupakan alat ukur besaran panjang yang bisa digulung,
biasanya mistar jenis ini terbuat dari logam yang dibentuk tipis dan di isi skala. Mistar rol
ini sering digunkan untuk mengukur suatu benda yang sangat panjang (lebih dari 5
meter). Tidak mungkin mengukur sesuatu yang panjangnya lebih dari 5 meter
menggunkan penggaris.

Mistar rol atau mistar gulung ini sangat praktis untuk di bawa ke mana-mana
karena ukurannya yang sangat kecil namun mampu mengukur sesuatu yang panjangnya
lebih dari 5 meter. Makanya tukang bangunan sering membawa mistar rol karena
digunkan untuk mengukur panjang kayu atau tinggi tembok. Coba anda bayangkan kalau
tukang bangunan membawa penggaris untuk mengukur tinggi tembok.

Mistar bentuk pita

Selain yang bisa digulung, mistar ada juga yang berbentuk pita. Tujuan dibuatnya
mistar berbentuk pita adalah agar memudahkan mengukur diameter suatu benda yang
ukurannya besar. Mistar berebntuk pita ini sering digunkan oleh tukang jahit pakaian,
untuk mengukur diameter lingkaran lengan maupun pinggang manusia.

Gambar mistar pitasumber gambar: amazon.com

Tidak mungkin tukang jahit menggunakan mistar dalam bentuk rol untuk mengukur
tubuh manusia karena mistar rol terbuat dari logam yang jika dilengkungkan terlalu
melengkung akan menyebabkan patah. Walaupun bentuknya beda mistar pita ini memiliki
ketelitian yang sama yaitu 1 mm atau 0,1 cm.

Mistar Lipat

Selain yang bisa digulung dan berbentuk pita, ada juga mistar yang bisa dilipat.
Mistar lipat ini ditemukan oleh Anton Ullrich pada 1851. Mistar lipat ini digunkan oleh
tukang kayu, akan tetapi sekarang mistar seperti itu jarang ditemukan karena sudah ada
mistar rol yang lebih praktis. Mistar lipat juga terbuat dari kayu yang tentu saja cepat
rusak jika dibandingkan dengan mistar rol yang terbuat dari logam (aluminium).

Penggaris

Siapa yang tidak tahu yang namanya penggaris? Hampir semua orang yang duduk di
banku sekolahan akan mengetahui yang namanya penggaris, karena hampir semua siswa
pernah membawa penggaris kesekolahnya.
sumber gambar: myonlineruler.com
Penggaris adalah sebuah alat pengukur dan alat bantu gambar untuk menggambar
garis lurus. Terdapat berbagai macam penggaris, dari mulai yang lurus sampai yang
berbentuk segitiga (biasanya segitiga siku-siku sama kaki dan segitiga siku-siku 30°-
60°). Penggaris dapat terbuat dari plastik, logam, berbentuk pita dan sebagainya.

Bentuk-bentuk penggaris

Penggaris merupakan alat untuk mengukur garis, dan merupakan alat yang
digunakan dalam geometri, teknik menggambar, mencetak dan rekayasa/bangunan untuk
mengukur jarak dan/atau menggambar garis lurus. Penggaris bentuknya adalah sejajar
digunakan untuk menggaris baris, Tetapi biasanya penggaris juga berisi garis dikalibrasi
untuk mengukur jarak.

Dulunya penggaris terbuat dari Gading yang digunakan oleh periode Peradaban
Lembah Indus sebelum 1500 SM. Penggalian di Lothal (2400 SM) telah menghasilkan satu
penggaris seperti dikalibrasi berukuran sekitar 1 / 16 di (1,6 mm). Ian Whitelaw
menyatakan bahwa pengaris Mohenjo-Daro dibagi menjadi unit yang sesuai dengan 1,32
pada (33,5 mm) dan ini ditandai dalam subdivisi desimal dengan akurasi yang luar biasa,
untuk kedalaman 0,005 di (0,13 mm). Batu bata kuno yang ditemukan di seluruh wilayah
memiliki dimensi yang sesuai dengan unit-unit.

Demikian postingan mafia online tentang mistar sebagai alat ukur besaran panjang.
Selain mistar/penggaris ada juga alat ukur yang lebih teliti dari mistar/penggaris yaitu
jangka sorong. Apa itu jangka sorong? Kenapa disebut jangka sorong? Siapa penemu
jangka sorong? Dan bagaimana menggunkan jangka sorong dengan benar? Temukan
jawabannya pada psotingan berikutnya di mafia online.

E. Stopwatch

Pengertian Stopwatch

Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan
dalam kegiatan.

Stopwatch secara khas dirancang untuk memulai dengan menekan tombol diatas dan
berhenti sehingga suatu waktu detik ditampilkan sebagai waktu yang berlalu. Kemudian
dengan menekan tombol diatas yang kedua kali kemudian memasang lagi stopwatch
pada nol.

Kekurangan dan Kelebihan Stopwatch


a. Kelebihan

Proses perhitungan lebih cepat

Setiap jenis gerakan waktunya diketahui

Biayanya lebih murah

Lebih praktis dalam mencatat data

Data yang di peroleh lebih akurat

b. Kekurangan

Dibutuhkan ketelitian bagi seorang pengamat yang melakukan perhitungan, karena akan
mempengaruhi hasil perhitungan.

2. Jenis - Jenis Stopwatch

2.1 Stopwatch Analog

Stopwatch analog berfungsi sebagai alat untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan
dalam suatu kegiatan. Misalnya, stopwatch dapat digunakan untuk mengukur lamanya
waktu yang dibutuhkan oleh seorang pelari untuk dapat mencapai jarak 50 km. Selain
itu,dalam ilmu kimia stopwatch juga dapat digunakan untuk mengukur lamanya waktu
yang dibutuhkan oleh suatu larutan agar dapat mengalami perubahan suhu.

Dalam praktikum fisika, stopwatch sering digunakan. Misalnya pada praktikum


pengukuran dasar, viskosimeter aliran fluida, pesawat atwood, dan lain sebagainya.

2.2 Stopwatch Digital

Stopwatch digital merupakan jenis stopwatch yang menggunakan layar/monitor sebagai


penunjuk hasil pengukuran. Waktu hasil pengukuran dapat kita baca hingga satuan detik.

3 Prinsip Kerja Stopwatch


Stopwatch dirancang untuk memulainya dengan menekan tombol diatas dan berhenti
sehingga suatu waktu detik ditampilkan sebagai waktu yang berlalu. Kemudian dengan
menekan tombol yang sama untuk yang kedua kali kemudian memasang lagi stopwatch
pada nol.

3.1 Stopwatch Analog

Stopwatch analog mempunyai penunjuk seperti jarum jam dan mempunyai dua buah
tombol yaitu tombol start/stop dan tombol kalibrasi . Perhitungan waktu pada stopwatch
analog ini berdasarkan gerakan mekanik.

Sistem yang mekanik sangat sulit diubah, (ditambah atau dikurang) karena peletakan
komponen -komponennya memerlukan presisi yang sangat tinggi.

Pada stopwatch analog ini tidak memakai baterai, sehingga jika sewaktu -waktu
stopwatch analog ini mati ( jarumnya tidak bergerak saat ditekan tombol start), maka hal
yang perlu dilakukan adalah memutar tombol start pada stopwatch tersebut.

Bagian-Bagian Stopwatch Analog :

Tombol start / stop, untuk menjalankan dan menghentikan stopwatch.

Tombol riset, untuk meriset stopwatch ke nol.

Jarum besar, berfungsi sebagai jarum penunjuk dalam satuan detik

Jarum kecil, berfungsi sebagai jarum penunjuk satuan menit

Lingkaran detik, merupakan lingkaran yang berisi angka-angka mulai dari angka 1 sampai
60 dalam satuan detik

Lingkaran menit, merupakan lingkaran yang berisi angka-angka mulai dari 5 sampai 30
dalam satuan menit.

Prinsip kerja stopwatch Analog adalah sebagai berikut :

Saat tombol start ditekan penahan pegas pertama akan terbuka sehingga gerigi berputar
dan pegas pertama akan terkalibrasi secara periodik. Sehingga jarum bergerak.

Pada saat yang sama pegas kedua tertekan sehingga tercipta kombinasi kerja secara
mekanik. Pada saat kalibrasi penekan pegas akan membuat pegas kedua terkalibrasi
sehingga pegas pertama kembali ke tertekan seperti semula. Dan jarum kembali ke posisi
nol.

Contoh :

Berapa lamakah yang dibutuhkan sebuah motor untuk mencapai 120 Km??? Atau berapa
lamakah waktu yang dibutuhkan pegas dalam melakukan 10 kali getaran dengan massa
50 gram???

3.2 Stopwatch Digital

Stopwatch digital merupakan jenis stopwatch yang menggunakan layar/monitor sebagai


penunjuk hasil pengukuran, seperti jam digital dimana berhitungan waktu berdasarkan
perhitungan elektronik.

Stopwatch Digital Otomatis Peka Cahaya dapat dibuat dengan menggunakan sensor
cahaya sebagai saklar elektronik untuk menentukan awal dan akhir pencatatan rangkaian
pencacah digital dengan ketelitian 0,0001 sekon atau 0,1 ms.

Adapun bagian-bagian dan dari stopwatch digital adalah sebagai berikut :

L.C.D

4 digit tampilan waktu menunjukkan menit ("M") dan waktu detik ("S")

Timer dapat diprogram maksimum sampai 99 menit, 59 detik dan menghitung mundur

Bel alarm output saat waktu menghitung mundur ke nol

Timer ini juga dapat berfungsi sebagai memory recall

6. Masing-masing tombol untuk setting menit dan detik

Prinsip kerja stopwatch digital adalah sebagai berikut :

Cara kerja stopwatch digital dimulai saat tombol dalam keadaan ON arus dari sumber
tegangan (baterai) akan mengalir ke komponen-komponen elektronik dalam stopwatch
digital. Komponenen-komponen elektronik tersebut yang melakukan perhitungan waktu
dan menampilkannya dalam monitor dalam bentuk angka digital.
4 Prosedur Penggunaan Stopwatch

4.1 Stopwatch Analog

Adapun prosedur penggunaan stopwatch analog adalah sebagai berikut :

Menyiapkan stopwatch yang akan digunakan untuk mengukur.

Memastikan stopwatch dalam keadaan nol atau terkalibrasi.

Menekan tombol start untuk memulai pengukuran waktu, maka jarum besar pada
lingkaran besar akan berjalan.

Satu putaran penuh jarum besar pada lingkaran detik sama dengan 60 detik. Jadi satu
kali putaran penuh jarum besar sama dengan satu menit. Apabila jarum besar sudah
berputar satu kali putaran penuh, maka jarum kecil akan berada pada angka satu pada
lingkaran kecil.

Menekan tombol stop untuk mengakhiri pengukuran waktu.

Membaca hasil pengukuran.

Untuk mengulangi pengukuran maka menekan tombol start/stop 1 kali dan jarum akan
kembali ke nol kemudian ulangi langkah 1 s/d 5.

4.2 Stopwatch Digital

Adapun prosedur penggunaan stopwatch digital adalah sebagai berikut :

Menyiapkan stopwatch yang digunakan untuk mengukur.

Memastikan stopwatch dalam keadaan nol atau dalam keadaan terkalibrasi.

Menekan tombol start untuk memulai pengukuran, maka waktu berjalan seperti yang
ditunjukkan angka pada stopwatch digital.

Menekan tombol stop untuk mengakhiri pengukuran.

Membaca hasil pengukuran.

Unuk mengulangi pengukuran maka menekan tombol reset dan jarum akan kembali ke nol
kemudian ulangi langkah diatas.
Fitur Stopwatch Digital

TIMER PENGATURAN WAKTU

Tekan tombol (M) dan (S) pada saat yang sama untuk me-reset timer ke nol

Tekan tombol (M) untuk menjadikan digit menit (bunyi bip bisa didengar). Tekan dan
tahan tombol (M) untuk pengaturan kecepatan.

Tekan tombol (S) untuk menjadikan digit detik (bunyi bip bisa didengar). Tekan dan tahan
tombol (S) untuk pengaturan kecepatan.

TIMER START / STOP

Setelah waktu pengaturan sudah siap, tekan tombol (START/STOP) sekali dan waktu
akan mulai menghitung. (M) dan (S) menandai akan berkedip saat timer sedang berjalan.

Ketika waktu menghitung, tekan tombol (START / STOP) sekali dan waktu akan berhenti,
(M) dan (S) tanda akan berhenti berkedip dan tetap pada layar

Tekan tombol (START / STOP) sekali dan timer akan diteruskan menghitung lagi.

WAKTU BEL ALARM

Ketika waktu menghitung mundur ke 00M dan 00S, waktu bel alarm akan berbunyi
selama 30 detik.

Waktu bel alarm dapat dihentikan dengan menekan salah satu tombol (MIN), (SEC) atau (
START/STOP).

TIMER MEMORY RECALL

Setelah berhenti waktu bel alarm, tekan tombol (START / STOP) sekali untuk mengingat
pra-mengatur waktu timer.

Tekan tombol (START / STOP) untuk kedua kalinya dapat memulai timer dan timer akan
menghitung mundur untuk putaran lainnya.

2.5 Kalibrasi Stopwatch


Pada stopwatch analog kita hanya perlu menekan tombol start/stop tersebut maka jarum
penunjuk detik dan jarum penunjuk menit menunjuk ke angka nol. Stopwatch digital
hampir sama dengan stopwatch analog. Setelah menekan tombol kalibrasi maka angka
pada layar/ monitor akan menunjukkan angka nol.

6 Pembacaan Hasil Pengukuran

6.1 Stopwatch analogHasil pengukuran stopwatch analog dengan melihat apakah hasil
pengkuran lebih dari satu menit atau tidak. Jika lebih dari satu menit maka yang pertama kita
lihat adalah jarum penunjuk menit dan setelah itu melihat jarum penunjuk detik
kemudian menjumlahkannya.

6.2 Stopwatch digitalkita bisa melihat langsung hasil pengukuran waktu pada
layer/monitor berupa angka digital.

7 Ketelitian alat

7.1 Stopwatch analog

Ketelitian alat dapat kita ketahui berdasarkan skala yang tertera pada stopwatch. Untuk
mengetahui besar ketelitian alat tersebut kita dapat mencarinya dengan membandingkan
antara skala utama satu putaran penuh dengan jumlah skala noniusnya dalam satu
putaran penuh.

Contoh:

Pada gambar stopwatch yang di presentasikan diketahui jumlah skala utama satu
putaran penuh adalah 1 dan jumlah skala nonius satu putaran penuh adalah 60. Dengan
demikian dapat diperoleh

Ketelitian alat = 1/60

7.2 Stopwatch digitalPada stopwatch digital ketelitian alat sudah ditentukan sejak
perakitan komponen-komponen dalam stopwatch yaitu sebesar 0,0001 sekon.
BAB III

PENUTUP

Demikian makalah FISIKA ini. Semoga makalah tentang Alat Ukur ini dapat
memberikan manfaat, motifasi, dalam proses pembelajarn mata pelajaran fisika. Seorang
Pelajar adalah dia yang ingin tahu, dan ingin maju, untuk dirinya dan masa depan bangsa ini.
Salam Semangat !!!
DAFTAR PUSTAKA

Subekti, Agus. 2003. Alat-alat ukur listrik. Jember: universitas jember press.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/instrumentasi-dan-

pengukuran/alat-pengukur-suhu-termometer/

http://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Fisika/Materi:Suhu

http://www.forumsains.com/index.php?page=9

http://id.wikipedia.org/wiki/Suhu

http://alljabbar.wordpress.com/2008/04/07/suhu/

http://www.google.com/search?sourceid=navclient

http://www.gurumuda.com/termometer-dan-skala-suhu/

http://id.wikipedia.org/wiki/Termometer_air_raksa

http://id.wikipedia.org/wiki/Penggaris

http://www.e-smartschool.com/pnu/008/penggaris.htm

http://tolololpedia.wikia.com/wiki/Penggaris

http://www.tentangkayu.com/2008/04/memilih-penggaris-siku.html

http://romadhonssite.blogspot.com/2009/04/jangka-sorong.html

http://www.fisikaasyik.com/home02/content/view/216/44/

http://miminsilimin.blogspot.com/2009/04/jangka-sorong.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Jangka_sorong

http://ladongiscientist.blog.com/2009/09/13/jangka-sorong/

http://id.wikipedia.org/wiki/Mikrometer

http://id.wikipedia.org/wiki/Neraca_massa

http://www.ittelkom.ac.id/admisi/elearning

http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_full.php?id=224&fname=pokok.html

http://fisikarj.blogspot.com/2009/04/2-alat-ukur.htm

Anda mungkin juga menyukai