Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM PENGUKURAN EVAPORASI

LAPORAN
Dikerjakan untuk memenuhi tugas matakuliah Hidrologi
Dosen pengampu: Fatiya Rosyida, M.Pd

OLEH
Haldi Priya Ambargil (180721639090)
Kharisma Sri W (180721639091)
Mafatihah Lailiyah N (180721639130)
Novela (180721639005)
Nur Aini (180721639061)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
OKTOBER 2018
A. Judul Praktikum
Praktikum Evaporasi

B. Tujuan Praktikum
1. Menganalisis besarnya evaporasi berdasarkan waktu dan suhu,
2. Menganalisis perbedaan evaporasi air bersih dan air tercemar,
3. Menganalisis hubungan kondisi lingkungan dengan evaporasi.

C. Alat dan Bahan


1. Rantang dengan diameter, kurang lebih 20 cm
2. Penggaris
3. Alat penampang: kursi, kardus, beton.
4. Meteran
5. Alat tulis menulis
6. Air tercemar
7. Air bersih

D. Langkah Kerja
1. Tentukan lokasi yang akan digunakan praktikum evaporasi yaitu di dalam area
Universitas Negeri Malang
2. Menyiapkan 2 rantang sebagai tempat ukur evaporasi
3. Menyiapkan 2 jenis air yaitu air bersih dan air tercemar kemudian dimasukkan ke
dalam rantang evaporasi. Ketinggian masing-masing air 14 cm per rantang.
4. Letakkan rantang yang sudah terisi air bersih dan air tercemar di tempat yang telah
ditentukan. Beri alas berupa kursi, kardus, atau beton supaya posisi kedua air tersebut
sejajar.
5. Proses evaporasi dilakukan sejak pukul 06.00 – 18.00 WIB. Selama proses praktikum
evaporasi, pantau dan lakukan pengecekan setiap dua jam sekali. Perhatikan dan catat
setiap perubahan (penyusutan atau pengurangan) pada ketinggian kedua air. Jika
kedua air tersebut tidak mengalami perubahan, maka tetap lakukan pencatatan.
6. Setelah diketahui hasil dari pencatatan evaporasi, maka lakukanlah pengolahan data.
E. LANDASAN TEORI
Evaporasi (evaporation) adalah perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk uap,
kebalikan dari proses kondesasi pada setiap saat dimana terjadi kontak antara air dan
udara maka terjadi proses penguapan. Pada daerah kering (arid) penguapan dapat
mencapai 2000 mm pertahun. Hal ini dapat menimbulkan kekeringan panjang. Evaporasi
atau penguapan menurut para ahli adalah perubahan air menjadi uap air. Air yang ada di
bumi bila terjadi proses evaporasi maka akan hilang ke atmosfer menjadi uap air.
Evaporasi dapat terjadi dipermukaan air bebas seperti bejana berisi air, kolam, waduk,
sungai, ataupun laut. Proses evaporasi dapat terjadi pada benda yang mengandung air,
lahan yang gundul, atau pasir yang basah (Suhardianto 1999). Menurut (Lakitan 1994)
evaporasi adalah suatu komponen siklus hidrologi, yaitu peristiwa menguapnya air dari
permukaan air, tanah, dan bentuk permukaan bukan dari vegetasi lainnya.
Pengertian lain tentang evaporasi yaitu, peristiwa berubahnya air menjadi uap air yang
terjadi pada air atau lengas yang berada di berbagai benda di permukaan bumi. Sumber
terbesar evaporasi adalah air laut dan lautan. Air yang ada dibumi ini apabila mengalami
proses evaporasi maka akan hilang menuju ke atmosfer menjadi uap air. Proses evaporasi
dapat terjadi pada benda yang mengandung air, lahan yang gundul atau pasir yang basah.
Pada lahan yang basah, evaporasi mengakibatkan tanah menjadi kering dan dapat
mempengaruhi tanaman yang tumbuh ditanah tersebut. Pada dasarnya proses evaporasi
terjadi dari dua peristiwa yang berkelanjutan, yaitu:
1. Interface evaporation yaitu transformasi dari air menjadi uap air yang berada di
permukaan air. Proses ini tergantung pada besarnya energi yang tersimpan
2. Vertical Vaportransfer yaitu pemindahan udara yang kenyang uap air dari interface ke
atmosfer.
Besarnya nilai evaporasi dapat diperoleh baik dengan cara pengukuran langsung
maupun secar empiris. Pengukuran langsung dilakukan dengan menggunakan alat atmometer,
lysimeter, dan Evaporation Pan. Sedangkan perhitungan evaporasi secara empiris dengan
menggunakan model/rumus yang ditemukan oleh para ahli hidrologi/meteorologi. Salah satu
rumus empiris yang cukup populer dan sering digunakan adalah rumus Thornweite (Utaya,
2001:12).
Faktor Penyebab Evaporasi
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya evaporasi adalah adanya sumber energi.
Hal ini karena air bisa menguap disebabkan adanya energi yang dapat bersumber dari: 1.
Sinar matahari, 2. Panas yang dibawa angin, 3. Panas didalam tanah, 4. Panas didalam air.
Besar kecilnya penguapan air pada permukaan air bebas dipengaruhi oleh banyak faktor
yaitu:
1. Kelembapan udara, semakin tinggi kelembapan udara maka penguapan semakin kecil.
2. Tekanan udara, semakin besar tekanan udara maka penguapan semakin besar.
3. Kedalaman dan luas permukaan air, semakin dalam air akan semakin kecil penguapan
dan semakin luas permukaan air maka akan semakin besar penguapan.
4. Kualitas air, air yang tercemar oleh ion – ion bermuatan jika terkena panas sinar
matahari, ion tersebut akan bergerak lebih cepat sehingga suhu air menjadi lebih
tinggi dan penguapan menjadi lebih besar.
5. Kecepatan angin, semakin besar kecepatan angin bertiup maka akan semakin besar
penguapan
6. Topografi, suatu daerah yang letaknya semakin tinggi maka suhunya akan semakin
kecil sehingga penguapan juga akan semakin kecil.
7. Iklim atau musim, perbedaan iklim dan musim mempengaruhi perbedaan penguapan
air yang terjadi di suatu daerah.
8. Lama penyinaran, semakin lama suatu tempat (badan air) mengalami penyinaran akan
semakin besar penguapan yang terjadi di daerah tersebut
9. Temperatur, semakin tinggi temperatur air akan semakin tinggi pula penguapan.
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
REKAPITULASI DATA HASIL PRAKTIKUM EVAPORASI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI OFFERING B
ANGKATAN 2018

Selisih Evaporasi (cm) Kondisi Lingkungan Evaporasi Total


Suhu
No Lokasi Jam Air Luas Jumlah Air Air
(C) Air Kotor Alas
Bersih (m2) Pohon Keterbukaan Bersih Kotor
6:00 16 0 0
8:00 31 0,3 0
10:00 32 0 0
Asrama Putri
1 12:00 34 0,1 0,2 319,3 3 Paving Semi-T 1,0 0,6
UM
14:00 33 0,1 0,2
16:00 25 0,5 0,2
18:00 22 0 0
6:00 16 0 0
8:00 31 0,1 0,2
10:00 32 0,2 0,3
Lapangan A2
2 12:00 34 0,2 0,4 157,25 2 Paving Terbuka 0,6 1
Barat
14:00 34 0,1 0,1
16:00 27 0 0
18:00 22 0 0
6:00 16 0 0
8:00 31 0,3 0,2
10:00 32 0,1 0
Lapangan A2
3 12:00 34 0,1 0,1 600 0 paving Terbuka 1,5 1,1
Selatan
14:00 34 0,2 0,1
16:00 27 0,3 0,5
18:00 22 0,5 0,1
6:00 16 0 0
8:00 31 0 0,1
10:00 32 0,1 0,2
Lapangan
4 12:00 34 0,1 0,1 600 0 aspal Terbuka 0,6 0,8
Basket A2
14:00 34 0,2 0,2
16:00 27 0,2 0,2
18:00 22 0 0
6:00 16 0 0
8:00 31 0,1 0,2
10:00 32 0,1 0,3
Depan
5 12:00 34 0,1 0,1 150 2 aspal Semi-T 0,6 1,1
Psikologi
14:00 32 0,2 0,3
16:00 27 0,1 0,2
18:00 22 0 0
6 Lapangan A2 6:00 16 0 0 600 0 tanah Terbuka 0,5 0,8
Tengah 8:00 31 0,1 0,2
10:00 32 0,1 0,2
12:00 34 0,2 0,3
14:00 32 0,1 0,1
16:00 27 0 0
18:00 22 0 0
6:00 16 0 0
8:00 31 0,1 0,1
10:00 32 0 0,2
Lapangan A2
7 12:00 34 0,2 0,2 300 3 paving Terbuka 0,6 0,8
Futsal
14:00 34 0,1 0,1
16:00 27 0,1 0,1
18:00 22 0,1 0,1
6:00 16 0 0
8:00 31 0 0
10:00 32 0 0,1
8 Asrama PPG 12:00 34 0,2 0,2 320 9 paving Semi-T 0,3 0,5
14:00 33 0,1 0,1
16:00 25 0 0,1
18:00 22 0 0
6:00 16 0 0
8:00 21 0,1 0
10:00 32 0,7 0,5
9 Lab.Tek.Sipil 12:00 34 0 0,2 126,54 5 tanah Terbuka 1,2 1,4
14:00 34 0,2 0,7
16:00 33 0,1 0
18:00 28 0,1 0
6:00 16 0 0
8:00 31 0,3 0
10:00 32 0,2 0,3
Taman depan
10 12:00 34 0,2 0,2 88,27 2 rumput Terbuka 0,9 0,7
perpus
14:00 34 0,1 0,1
16:00 27 0,2 0,1
18:00 24 0 0
6:00 16 0 0
8:00 31 0 0,1
Lapangan A2 10:00 32 0,2 0,1
11 Timur Tiang 12:00 34 0,3 0,4 204,53 0 paving Terbuka 0,7 1
Bendera 14:00 33 0,1 0,2
16:00 27 0,1 0,1
18:00 21 0 0,1
6:00 16 0 0
Depan 8:00 31 0,3 0,3
12 Perpus. 97,3 11 rumput Terbuka 0,6 0,9
samping FT 10:00 32 0,1 0,2
12:00 34 0,1 0,2
14:00 33 0,3 0,1
16:00 25 0 0,1
18:00 22 0 0
6:00 16 0 0
8:00 31 0,1 0,2
Lap.A2 di 10:00 32 0,1 0,2
13 bawah tiang 12:00 34 0,2 0,3 193,11 0 paving Terbuka 0,6 1
bendera 14:00 32 0,1 0,2
16:00 27 0,1 0,1
18:00 22 0 0
6:00 16 0 0
8:00 31 0,2 0,1
10:00 32 0,2 0
Gazebo
14 12:00 34 0,1 0,2 114,13 3 rumput Terbuka 1 0,7
Perpus
14:00 34 0,3 0,1
16:00 27 0,1 0,2
18:00 24 0,1 0,2
Timur
6:00 16 0 0
Gedung A2
8:00 31 0,1 0,2
10:00 32 0,2 0,2
15 12:00 34 0,2 0,3 300 0 rumput Semi-T 0,8 0,9
14:00 34 0,3 0,2
16:00 27 0 0
18:00 22 0 0
6:00 16 0 0
8:00 21 0,1 0,1
BD dari 10:00 32 0,7 0,1
16 Kolam 12:00 34 0,1 0,2 91 5 rumput Terbuka 1,2 0,5
Renang 14:00 33 0,1 0,2
16:00 27 0,2 0,1
18:00 22 0 0
6:00 16 0 0
8:00 31 0,1 0
Perpus 10:00 32 0,1 0,2
17 sebelah 12:00 34 0,2 0,1 117,3 7 rumput Terbuka 1 0,8
parkiran FT 14:00 33 0,2 0,2
16:00 25 0,4 0,2
18:00 22 0 0,1
6:00 19 0 0
8:00 21 0,1 0
10:00 32 0,3 0
18 Gedung D5 450 10 paving Semi-T 0,9 0,5
12:00 34 0,1 0
14:00 34 0 0
16:00 29 0,2 0,3
18:00 22 0,2 0,2
6:00 16 0 0
8:00 21 0,3 0,4
10:00 32 0 0,3
Fakultas
19 12:00 34 0,2 0,3 150 3 tanah Semi-T 1,1 2,4
Ekonomi
14:00 34 0,2 0,3
16:00 33 0,2 0,5
18:00 28 0,2 0,6

1. Menganalisis besarnya evaporasi berdasarkan waktu dan suhu.


Evaporasi
Waktu Rerata Suhu
Air Bersih Air Kotor
06:00 16,16 0,00 0,00
08:00 28,89 0,14 0,12
10:00 32,00 0,17 0,17
12:00 34,00 0,16 0,21
14:00 33,37 0,15 0,18
16:00 27,32 0,14 0,15
18:00 22,79 0,06 0,07
Pembahasan:
Berdasarkan data di atas, tingkat evaporasi paling tinggi terjadi pukul 12.00, siang
hari. Semakin siang, panas matahari tentu semakin terik. Panas matahari yang semakin
terik membuat proses praktikum evaporasi juga semakin cepat. Selain itu, panas matahari
juga memengaruhi tingkat suhu. Pada pukul 12.00, suhu mencapai 34 derajat. Tingginya
suhu ini juga memengaruhi cepat lambatnya proses evaporasi.

2. Menganalisis perbedaan evaporasi air bersih dan air tercemar


Evaporasi Total (cm)
No Lokasi
Air Bersih Air Kotor
1 Asrama Putri UM 1,0 0,6
2 Lapangan A2 Barat 0,6 1
3 Lapangan A2 Selatan 1,5 1,1
4 Lapangan Basket A2 0,6 0,8
5 Depan Psikologi 0,6 1,1
6 Lapangan A2 Tengah 0,5 0,8
7 Lapangan A2 Futsal 0,6 0,8
8 Asrama PPG 0,3 0,5
9 Lab.Tek.Sipil 1,2 1,4
10 Taman depan perpus 0,9 0,7
11 Lapangan A2 Timur Tiang Bendera 0,7 1
12 Depan Perpus. samping FT 0,6 0,9
13 Lap.A2 di bawah tiang bendera 0,6 1
14 Gazebo Perpus 1 0,7
15 Timur Gedung A2 0,8 0,9
16 BD dari Kolam Renang 1,2 0,5
17 Perpus sebelah parkiran FT 1 0,8
18 Gedung D5 0,9 0,5
19 Fakultas Ekonomi 1,1 2,4
RERATA 0,82 0,92
Pembahasan:
Data di atas menunjukkan air tercemar lebih banyak mengalami penguapan
dibandingkan dengan air bersih. Karena menurut kami, air tercemar lebih banyak
memiliki zat campuran seperti zat kimia yang berasal dari sabun atau pun zat sisa dari
makanan. Zat-zat tersebut ketika terkena panas matahari akan lebih mudah bergesekan
dan menyebabkan evaporasinya lebih cepat jika dibandingkan dengan evaporasi yang
terjadi pada air bersih.

3. Menganalisis hubungan kondisi lingkungan dengan evaporasi.


 Hubungan luas dengan evaporasi pada air bersih.
LUAS
A B C
EVAPORASI
I 5 6 0
II 3 1 0
III 2 1 1
Keterangan:
Evaporasi I: 0,3 – 0,8 Luas A: 88 – 258
Evaporasi II: 0,81 – 1,31 Luas B: 259 – 429
Evaporasi III: > 1,32 Luas C: >430
Pembahasan:
Hubungan luas dengan evaporasi pada air bersih menunjukkan proses
evaporasi paling banyak terjadi pada luas dengan rentangan 88-258 meter yang
mencapai 10 titik pos. Data di atas berbanding terbalik dengan teori evaporasi yang
menyatakan bahwa, “Semakin luas suatu wilayah maka semakin cepat pula
evaporasinya. Dan semakin sempit suatu wilayah maka proses evaporasinya juga
semakin lama.”
Kami telah melakukan analisis, salah satu faktor yang menyebabkan hasil
praktikum evaporasi kami berbanding terbalik dengan teori yaitu faktor keberadaan
angin. Selain matahari, angin juga mempengaruhi proses evaporasi. Ketika air
menguap ke atmosfer, maka lapisan batas antara tanah dengan udara menjadi jenuh
dengan uap air, sehingga proses evaporasi berhenti. Agar proses evaporasi dapat terus
berjalan, maka udara tersebut haruslah diganti dengan udara kering. Pergantian
tersebut dapat dimungkinkan jika terjadi angin, jadi keberadaan dan kecepatan angin
juga memegang peranan dalam proses evaporasi.

 Hubungan luas dengan evaporasi air tercemar.


LUAS
A B C
EVAPORASI
I 9 1 1
II 4 0 0
III 4 0 0
Keterangan:
Evaporasi I: 0,5 – 1,3 Luas A: 88 – 258
Evaporasi II: 1,31 – 2,11 Luas B: 259 – 429
Evaporasi III: >2,12 Luas C: >430
Pembahasan:
Hubungan luas dengan evaporasi pada air tercemar menunjukkan proses
evaporasi paling banyak terjadi pada luas dengan rentangan 88-258 meter dengan
jumlah 17 titik pos. Data di atas berbanding terbalik dengan teori evaporasi yang
menyatakan bahwa, “Semakin luas suatu wilayah maka semakin cepat pula
evaporasinya. Dan semakin sempit suatu wilayah maka proses evaporasinya juga
semakin lama.”
Kami telah melakukan analisis, salah satu faktor yang menyebabkan hasil
praktikum evaporasi kami berbanding terbalik dengan teori yaitu faktor keberadaan
angin. Selain matahari, angin juga mempengaruhi proses evaporasi. Ketika air
menguap ke atmosfer, maka lapisan batas antara tanah dengan udara menjadi jenuh
dengan uap air, sehingga proses evaporasi berhenti. Agar proses evaporasi dapat terus
berjalan, maka udara tersebut haruslah diganti dengan udara kering. Pergantian
tersebut dapat dimungkinkan jika terjadi angin, jadi keberadaan dan kecepatan angin
juga memegang peranan dalam proses evaporasi.
 Hubungan alas dengan evaporasi air bersih
ALAS
RUMPUT PAVING ASPAL TANAH
EVAPORASI
I 2 5 2 1
II 4 1 0 2
III 0 1 0 0
Keterangan:
Evaporasi I: 0,3 – 0,8
Evaporasi II: 0,81 – 1,31
Evaporasi III: > 1,32
Pembahasan:
Hubungan alas dengan evaporasi air bersih menunjukkan bahwa total evaporasi
tebanyak, banyak terjadi pada tempat yang beralaskan paving. Paving termasuk alas
yang mempercepat penguapan karena daya pantulnya terhadap matahari cukup tinggi.
Selain itu paving termasuk jenis konduktor, yaitu benda yang dapat menghantarkan
panas dengan baik.

 Hubungan alas dengan evaporasi air tercemar.


ALAS
RUMPUT PAVING ASPAL TANAH
EVAPORASI
I 6 8 2 1
II 0 0 0 1
III 0 0 0 1
Keterangan:
Evaporasi I: 0,5 – 1,3
Evaporasi II: 1,31 – 2,11
Evaporasi III: >2,12
Pembahasan:
Hubungan alas dengan evaporasi air tercemar juga menunjukkan bahwa total
evaporasi terbanyak terjadi pada tempat yang beralaskan paving. Kondisi ini
menunjukkan bahwa alas yang berbahan dasar konduktor lebih mudah mempercepat
proses evaporasi.
 Hubungan jumlah pohon dengan evaporasi air bersih.

JUMLAH POHON
EVAPORASI
0-3 4-7 8-11
I 8 0 2
II 4 3 1
III 1 0 0
Keterangan:
Evaporasi I: 0,3 – 0,8
Evaporasi II: 0,81 – 1,31
Evaporasi III: > 1,32
Pembahasan:
Data di atas menunjukkan proses evaporasi banyak terjadi pada jumlah pohon
yang sedikit. Semakin sedikit jumlah pohon pada suatu wilayah, maka sinar matahari
yang membantu proses evaporasi intensitasnya tidak terbatas.

 Hubungan jumlah pohon dengan evaporasi air tercemar.


JUMLAH POHON
EVAPORASI
0-3 4-7 8-11
I 12 2 3
II 0 1 0
III 1 0 0
Keterangan:
Evaporasi I: 0,5 – 1,3
Evaporasi II: 1,31 – 2,11
Evaporasi III: >2,12
Pembahasan:
Data di atas menunjukkan proses evaporasi banyak terjadi pada jumlah pohon
yang sedikit. Semakin sedikit jumlah pohon pada suatu area, maka sinar matahari
yang membantu proses evaporasi intensitasnya tidak terbatas.

 Hubungan keterbukaan dengan evaporasi air bersih

KETERBUKAAN
EVAPORASI
TERBUKA SEMI TERBUKA
I 10 3
II 2 3
III 1 0
Keterangan:
Evaporasi I: 0,3 – 0,8
Evaporasi II: 0,81 – 1,31
Evaporasi III: > 1,32
Pembahasan:
Data di atas menunjukkan bahwa proses evaporasi lebih banyak terjadi pada
wilayah yang terbuka. Karena semakin terbuka suatau wilayah, maka intensitas
cahaya yang membantu proses evaporasi juga semakin tidak terbatas.

 Hubungan keterbukaan dengan evaporasi air kotor

KETERBUKAAN
EVAPORASI
TERBUKA SEMI TERBUKA
I 12 5
II 1 0
III 0 1
Keterangan:
Evaporasi I: 0,5 – 1,3
Evaporasi II: 1,31 – 2,11
Evaporasi III: >2,12
Pembahasan:
Data di atas menunjukkan bahwa proses evaporasi lebih banyak terjadi pada
wilayah yang terbuka. Karena semakin terbuka suatau wilayah, maka intensitas
cahaya yang membantu proses evaporasi juga semakin tidak terbatas.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tersebut, kami dapat menyimpulkan bahwa proses
pertukaran molekul air menjadi uap air yang biasa disebut proses evaporasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti, cahaya matahari, angin, dan keterbukaan. Selain itu alas juga
mempengaruhi proses evaporasi. Apabila alas atau lantai terbuat dari bahan isolator maka
proses evaporasi akan lebih lama jika dibandingkan dengan alas yang bersifat konduktor. Di
sisi lain, vegetasi juga mempengaruhi cepat lambatnya proses evaporasi. Semakin banyak
vegetasi di tempat uji praktikum evaporasi, maka semakin lama proses evaporasinya. Hal
tersebut dikarenakan sifat vegetasi (misal: pohon) yang bersifat teduh dapat mengahambat
terjadinya evaporasi.

H. DAFTAR RUJUKAN
Indarto 2010. Hidrologi. Jakarta:PT Bumi Aksara
Utaya Sugeng 2012. Pengantar Hidrologi. Yogyakarta:Aditya Media Publishing
https://www.academia.edu/11678492/Pengukuran_Evaporasi, diakses 10 Oktober 2018.
I. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai