Ilham Mujahidin 1703169 (UAS Sejarah Perekonomian 2018)
Ilham Mujahidin 1703169 (UAS Sejarah Perekonomian 2018)
Australia
MAKALAH
Disusun oleh:
Pendidikan Sejarah 2B
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Swt. yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya kepada penyusun hingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Sejarah Perekonomian.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Dr. Erlina Wijanarti, M.Pd. dan
Ibu Iing Yulianti, S.Pd., M.Pd.sebagai dosen pengampu mata kuliah ini sekaligus
yang telah memberikan tugas ini sehingga saya sebagai penyusun dapat
meningkatkan dan mengembangkan potensi diri serta kemampuan dalam penulisan
suatu karya ilmiah dan potensi untuk menginterpretasi suatu fakta.
Terima kasih pula kepada semua teman-teman yang ikut mendukung dalam
pengerjaan makalah ini dalam hal berbagi literatur pembanding dan hal-hal
pendukung lainnya.
Saya menyadari jika dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kesalahan dalam segi penulisan maupun kekurangan dari segi
pengumpulan sumber. Diharapkan saran dan kritik yang membangun dari setiap
kekurangan untuk penyempurnaan makalah ini.
Semoga atas setiap bantuan dan kerjasama dari semua pihak dapat menjadi
amal ibadah kepada Allah Swt. dan mendapat pahala yang berlipat ganda dari-Nya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Simpulan....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
PEMBAHASAN
3
4
jumlah jam kerja per hari, serta perlindungan atas hak-hak mereka. Untuk
mewujudkan keinginannya itu, mereka mengadakan Intercolonial Congress yang
diadakan khusus untuk Trade Union.
Ada delapan sebab yang mendorong koloni-koloni Australia untuk bersatu
kembali, yaitu:
1. Munculnya kekuasaan Eropa lain di daerah Pasifik, seperti Jerman dan Perancis
yang dianggap sebagai ancaman bagi semua koloni, sehingga mereka perlu bersatu
menghadapinya.
2. Keinginan mereka bersama untuk menjaga agar benua itu hanya diisi oleh orang-
orang kulit putih, mendorong hasrat untuk menciptakan ketentuan yang seragam
tentang imigrasi orang-orang kulit berwarna, terutama Cina ke negeri itu.
3. Hasrat meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui kerja sama di bidang
perdagangan, yang menghendaki pengaturan bersama hal-hal yang berhubungan
dengan bea dan cukai perdagangan antar koloni.
4. Keinginan trade union akan adanya ketentuan yang seragam tentang
ketenagakerjaan di seluruh koloni.
5. Perkembangan ala-alat komunikasi dan hal-hal yang berhubungan dengan
suratpos dan telegaf.
6. Aspek militer dalam pertahanan dan keamanan yang menuntut adanya satu
komando, satu front, bila koloni-koloni itu benar-benar diserang musuh.
7. Kebanggaan untuk disebut orang Australia daripada sebagai orang Victoria,
orang Tasmania, atau sebutan daerah lainnya.
Portus (1959) mengatakan bahwa pertanda persatuan itu bukan hanya milik
para politisi, pekerja, dan para pengusaha, dan juga tidak hanya didorong oleh rasa
tidak senang (inconvenience). Dengan cerita ini. Portus juga ingin mengatakan
bahwa suatu saat orang lebih suka disebut sebagai orang Australia daripada orang
Victoria atau orang New South Wales. Ini menunjukan adanya ciri perkembangan
hasrat menuju persatuan seluruh Australia.
5
Dalam dua dekade terakhir abad ke 19 banyak politisi dari koloni yang
memperkasai pembentukan suatu bangsa. Selain terdorong oleh berbagai faktor
yang ada, pikiran untuk mempersatukan kembali Australia yang terpecah itu
terpengaruh dari berkembangnya pemikiran persatuan di Eropa yakni gagasan dan
pelaksanaan persatuan Itali dan Jerman. (J.Siboro:1989:137)
Kemudian tahun 1890 diadakan pertemuan kepala pemerintahan dari
seluruh koloni di Melbourne. Dalam pertemuan itu mereka memutuskan akan
mengadakan konvensi federal Australia yang diadakan pertamakalinya di Sydney
tahun 1891. Konvensi federal yang pertama ini ditugaskan menyusun sistem
pemerintahan atau konstitusi Australia, lalu menyampaikannya pada setiap koloni
untuk pengesahan.
bagian. Konvensi juga menetapkan nama federasi yang akan dibentuk itu, yaitu
Commonwealth of Australia.
Pada tahun 1899 referendum yang kedua. Kali ini lima koloni yang
menyelenggarakan referendum, dan hasilnya sebagai berikut: 1. Mayoritas
penduduk di lima koloni menyetujui federasi dengan konstitusi yang sudah
mendapat amandemen 2.Jumlah suara yang disetujui di New South Wales melebihi
jumlah yang ditentukan, sehingga referendum ini berhasil menggolkan gerakan
federasi. Perlu dicatat bahwa dalam referendum kedua ini, rakyat yang ikut member
suaranya kurang dari 60% dari rakyat yang sesungguhnya memenuhi syarat.
Australia, namun tugasnya sebagai Ratu berbeda dari tugasnya di Britania Raya.
Sang Ratu diwakili oleh seorang Gubernur-Jenderal Australia, yang sendiri hanya
menggunakan kekuatan eksekutifnya melalui nasehat dari Perdana Menteri.
Dalam konteks politik dan sosial, setiap koloni di Australia diberi kebebasan
memilih dan menyusun sistem pemerintahan yang dikehendakinya, terkecuali
Australia Barat. Namun dari adanya sistem demokrasi tersebut memunculkan
beberapa kelemahan dalam kehidupan perpolitikan di Australia, hal tersebut
dikarenakan timbulnya kurang terjalinnya kerjasama antar koloni. Sehingga pada
tahun 1847, menteri urusan jajahan, Earl Grey, menyampaikan beberapa idenya
meliputi pengadaan usaha kerjasama antar koloni meliputi bea ekspor impor, lalu
lintas surat-surat pos, dan organisasi transport kepada komisi parlemen Inggris,
yaitu Komisi Perdagangan dan Perkebunan.
PENUTUP
3.1 Simpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
Bryant, Nick. (2014). The Rise and Fall of Australia. Brisbane: Random House
Australia
Harris, H.L,. (1938). Australia’s National Interest and National Policy. Melbourne:
Oxford University Press.
Portus, G.V., (1957). Australia Since 1906 A History for Young Australians.
Melbourne: Oxford University Press.
Soebantardjo. (1954). Sari Sejarah Djilid I: Asia dan Australia. Jogjakarta: Bokpri
13