Anda di halaman 1dari 16

Perkembangan Perekonomian Australia Pasca Lahirnya Commonwealth of

Australia

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Sejarah Perekonomian dengan Dosen


Pengampu Dr. Erlina Wiyanarti, M.Pd. dan Iing Yulianti, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

1703169 Ilham Mujahidin

Pendidikan Sejarah 2B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Swt. yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya kepada penyusun hingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Sejarah Perekonomian.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Dr. Erlina Wijanarti, M.Pd. dan
Ibu Iing Yulianti, S.Pd., M.Pd.sebagai dosen pengampu mata kuliah ini sekaligus
yang telah memberikan tugas ini sehingga saya sebagai penyusun dapat
meningkatkan dan mengembangkan potensi diri serta kemampuan dalam penulisan
suatu karya ilmiah dan potensi untuk menginterpretasi suatu fakta.

Terima kasih pula kepada semua teman-teman yang ikut mendukung dalam
pengerjaan makalah ini dalam hal berbagi literatur pembanding dan hal-hal
pendukung lainnya.

Saya menyadari jika dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kesalahan dalam segi penulisan maupun kekurangan dari segi
pengumpulan sumber. Diharapkan saran dan kritik yang membangun dari setiap
kekurangan untuk penyempurnaan makalah ini.

Semoga atas setiap bantuan dan kerjasama dari semua pihak dapat menjadi
amal ibadah kepada Allah Swt. dan mendapat pahala yang berlipat ganda dari-Nya.

Bandung, Juni 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Manfaat Penelitian......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Proses Lahirnya Commonwelath of Australia..............................................3


2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mendukung Gerakan Federasi.........................3
2.1.2 Terbentuknya Federasi Australia......................................................5
2.1.3 Commonwealth of Australia.............................................................6
2.2 Perekonomian Australia Sebelum Lahirnya Commonwealth of
Australia.......................................................................................................8
2.3 Perekonomian Australia Setelah Lahirnya Commonwealth of
Australia.......................................................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Australia adalah sebuah negara berparlemen yang merupakan anggota


persemakmuran dari Inggris. Sejarah mencatat dalam masa diadakan perluasan
untuk menemukan daerah daerah baru, dan masalah timbul pada masa ini masalah
yang cukup rumit misalnya; timbulnya gerakan – gerakan buruh dan keinginan
untuk mewujudkan bentuk federasi yang tidak dapat segera dicapai dengan
kesepakatan. Setelah berakhirnya Penal Colonies maka rakyat Australia
menginginkan sebuah pemerintahan sendiri yang merdeka dan berdaulat.

Perkembangan selanjutnya, Australian Colonies Government Act (1850)


oleh Parlemen Inggris, dari satu sisi dipandang sebagai historical accident
(kecelakaan sejarah). Undang-undang itu menjadi landasan hukum perpecahan di
antara koloni yang hamper berjalan 50 tahun. Menjelang akhir abad ke -19 seluruh
unsure yang menghendaki persatuan berhasil mengkontruksi landasan yang
menghendaki persatuan Australia. Faktor-faktor pendorongnya antara lain:
munculnya kekuasaan Eropa lain di daerah Pasifik seperti Jerman dan Perancis,
keinginan mereka untuk menjaga agar benua ini hanya diisi oleh orang-orang kulit
putih, hasratnya meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui kerja sama ekonomi,
ketenagakerjaan, adanya perkembangan alat-alat komunikasi, aspek militer.
Selanjutnya pada tanggal 1 Januari 1901, lahirlah Commonwealth of Australia
sebagai wadah yang mempersatukan seluruh koloni Inggris di Australia.

Di sinilah yang dianggap menarik oleh penulis, pasca lahirnya


Commonwealth of Australia sedikit banyaknya berpengaruh terhadap
perekonomian Australia. Dalam bentuk negara federasi yang di dalamnya terdapat
negara-negara bagian ini akan merubah perekonomian suatu wilayah yang awalnya
terpisah kemudian menjadi satu wadah, satu kesatuan. Penulis pada makalah ini
akan mengkaji mengenai perkembangan perekonimian Australia sebelum dan
setelah lahirnya Commonwealth of Australia.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Proses Lahirnya Commonwealth of Australia ?


2. Bagaimana Perekonomian Australia Sebelum Lahirnya Commonwealth
of Australia ?
3. Bagaimana Perekonomian Australia Setelah Lahirnya Commonwealth
of Australia ?

1.3 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui Bagaimana Proses Lahirnya Commonwealth of Australia

2. Mengetahui Bagaimana Perekonomian Australia Sebelum Lahirnya


Commonwealth of Australia
3. Mengetahui Bagaimana Perekonomian Australia Setelah Lahirnya
Commonwealth of Australia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Proses Lahirnya Commonwealth of Australia

2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mendukung Gerakan Federasi

Pada tahun 1850 pemerintah Inggris mengeluarkan satu undang-udang yang


disebut Australian Colonies Government Act (undang-undang tentang
pemerintahan koloni-koloni di Australia) yang berisi : 1. Victoria dipisahkan dari
New South Wales. 2. Semua koloni di Australia kecuali Australia Barat berhak
membentuk Legislative Council seperti di New South Wales. 3.Setiap koloni
berhak menyusun pemerintahan sesuai dengan kemauan masing-masin, kemudian
menyampaikannya kepada parlemen inggris untuk diundangkan (Portus, 1957,
Bereson dan Rosenblat, 1979).
Ketika Australian Colonies Government Act dikeluarkan oleh pemerintah
Inggris, di Australia sudah berdiri empat koloni yang terpisah-pisah, yakni New
South Wales sebagai koloni yang tertua, Tasmania yang sejak tahun 1825
dipisahkan dari New South Wales, Australia Barat yang berdiri tahun 1829 namun
karna berbagai masalah tumbuh dan berkembang dengan sangat lambat, serta
Australia Selatan yang berdiri tahun 1836 berdasarkan teori kolonisasi yang
rasional. Dengan dinyatakannya secara eksplisit dalam undang-undang itu bahwa
Victoria dipisahkan dari New South Wales, maka jumlah koloni yang masing-
masing berdiri sendiri bertambah menjadi lima.
Setiap koloni diberi kebebasan memilih dan menyusun sistem pemerintahan
yang dikehendaki. Karena hal itu maka di pusat-pusat koloni timbul kegiatan untuk
mengatur pemerintahan sendiri. Dalam mengatur pemerintahan masing-masing
terlihat tidak ada satu koloni pun yang memikirkan hubungan kerjasama dengan
koloni lain (J.Siboro:1989:131).
Kemudian dorongan untuk bersatu itu datang juga dari organisasi para
pekerja Australia yang disebut Trade Union. Berbagai Trade Union di koloni yang
berbeda itu menghendaki adanya keseragaman aksi terhadap tenaga kerja Cina,

3
4

jumlah jam kerja per hari, serta perlindungan atas hak-hak mereka. Untuk
mewujudkan keinginannya itu, mereka mengadakan Intercolonial Congress yang
diadakan khusus untuk Trade Union.
Ada delapan sebab yang mendorong koloni-koloni Australia untuk bersatu
kembali, yaitu:
1. Munculnya kekuasaan Eropa lain di daerah Pasifik, seperti Jerman dan Perancis
yang dianggap sebagai ancaman bagi semua koloni, sehingga mereka perlu bersatu
menghadapinya.
2. Keinginan mereka bersama untuk menjaga agar benua itu hanya diisi oleh orang-
orang kulit putih, mendorong hasrat untuk menciptakan ketentuan yang seragam
tentang imigrasi orang-orang kulit berwarna, terutama Cina ke negeri itu.
3. Hasrat meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui kerja sama di bidang
perdagangan, yang menghendaki pengaturan bersama hal-hal yang berhubungan
dengan bea dan cukai perdagangan antar koloni.
4. Keinginan trade union akan adanya ketentuan yang seragam tentang
ketenagakerjaan di seluruh koloni.
5. Perkembangan ala-alat komunikasi dan hal-hal yang berhubungan dengan
suratpos dan telegaf.
6. Aspek militer dalam pertahanan dan keamanan yang menuntut adanya satu
komando, satu front, bila koloni-koloni itu benar-benar diserang musuh.
7. Kebanggaan untuk disebut orang Australia daripada sebagai orang Victoria,
orang Tasmania, atau sebutan daerah lainnya.
Portus (1959) mengatakan bahwa pertanda persatuan itu bukan hanya milik
para politisi, pekerja, dan para pengusaha, dan juga tidak hanya didorong oleh rasa
tidak senang (inconvenience). Dengan cerita ini. Portus juga ingin mengatakan
bahwa suatu saat orang lebih suka disebut sebagai orang Australia daripada orang
Victoria atau orang New South Wales. Ini menunjukan adanya ciri perkembangan
hasrat menuju persatuan seluruh Australia.
5

2.1.2 Terbentuknya Federasi Australia

Dalam dua dekade terakhir abad ke 19 banyak politisi dari koloni yang
memperkasai pembentukan suatu bangsa. Selain terdorong oleh berbagai faktor
yang ada, pikiran untuk mempersatukan kembali Australia yang terpecah itu
terpengaruh dari berkembangnya pemikiran persatuan di Eropa yakni gagasan dan
pelaksanaan persatuan Itali dan Jerman. (J.Siboro:1989:137)
Kemudian tahun 1890 diadakan pertemuan kepala pemerintahan dari
seluruh koloni di Melbourne. Dalam pertemuan itu mereka memutuskan akan
mengadakan konvensi federal Australia yang diadakan pertamakalinya di Sydney
tahun 1891. Konvensi federal yang pertama ini ditugaskan menyusun sistem
pemerintahan atau konstitusi Australia, lalu menyampaikannya pada setiap koloni
untuk pengesahan.

Dalam konvensi kedua, rancangan konstitusi yang disusun dalam konvensi


pertama (1891) dilengkapi dan disempurnakan hingga mencapai bentuk dan isi
yang diharapkan pada masa itu. Masalah utama yang harus dipecahkan dalam
konvensi itu adalah seberapa besar kekuasaan yang harus diserahkan kepada
pemerintahan sentral atau pemerintahan federal. Karena bentuk yang mereka
hendaki adalah bentuk federasi, bukan negara kesatuan, maka hanya ada dua
pilihan. Pertama, tiap koloni mempunyai kekuasaan tertentu. Kekuasaan yang
dikehendaki itu disebut secara teliti dan tegas, baru sisanya diserahkan kepada
pemerintahan federal. Kedua, disebutkan secara tegas kekuasaan apa saja yang
diserahkan kepada pemerintah federal lalu semua kekuasaan lainnya yang tersisa
dipegang oleh pemerintahan koloni. Ini berarti kekuasaan pemerintah federal
dibatasi dan dengan tegas memelihara hak-hak dan kekuasaan pemerintah negara
bagian.

Konvensi memutuskan sistem pemerintahan di mana pemerintahan federal


memegang kekuasaan atas hal-hal tertentu, yaitu pertahanan, bea dan cukai,
hubungan luar negeri, perdagangan luar negeri, pos dan telegraf, imigrasi dan
pelayaran. Ketentuan apa saja yang dikeluarkan oleh Parlemen Federal tentang hal-
hal tersebut, maka dengan sendirinya lebih kuat dari ketentuan parlemen negara
6

bagian. Konvensi juga menetapkan nama federasi yang akan dibentuk itu, yaitu
Commonwealth of Australia.

Pada tahun 1899 referendum yang kedua. Kali ini lima koloni yang
menyelenggarakan referendum, dan hasilnya sebagai berikut: 1. Mayoritas
penduduk di lima koloni menyetujui federasi dengan konstitusi yang sudah
mendapat amandemen 2.Jumlah suara yang disetujui di New South Wales melebihi
jumlah yang ditentukan, sehingga referendum ini berhasil menggolkan gerakan
federasi. Perlu dicatat bahwa dalam referendum kedua ini, rakyat yang ikut member
suaranya kurang dari 60% dari rakyat yang sesungguhnya memenuhi syarat.

Tanpa menunggu Australia Barat, kelima koloni mengirimkan rancangan


konstitusi federal itu ke Inggris untuk disahkan oleh Parlemen Inggris. Akhirnya,
pemerintah Inggris dalam tahun 1900 mengeluarkan undang-undang yang
mengijinkan pembentukan federasi tanpa Australia Barat. Undang-undang itu
disebut Australian Commonwealth Act. Sementara itu Australia Barat
menyelenggarakan referendum dan hasilnya adalah 44.800 setuju dan 19.601
menolak. Dengan demikian, ketika Commonwealth of Australia menjadi
kenyataan, federasi itu meliputi enam koloni yang nantinya menjadi negara bagian.

Akhirnya gerakan persatuan di Australia berhasil, setelah 50 tahun lamanya


terpecah-pecah. The commonwealth of Australia menjadi kenyataan pada tanggal
1 Januari 1901, kurang lebih tiga minggu sebelum Ratu Victoria meninggal. Pada
tanggal 9 Mei 1901, raja Edward VII, diwakili oleh anaknya, Duke of York,
membuka secara resmi siding pertama parlemen Federal di Melbourne. Perdana
menteri pertama untuk federai yang baru lahir adalah Edmund Barton. Melbourne
sementara menjadi tempat kedudukan pemerintahan federal hingga kemudian
dipindahkan Ke Canberra tahun 1927.

2.1.3 Commonwealth of Australia

Persemakmuran Australia adalah gabungan bekas koloni Inggris di benua


Australia dan berkumpul membentuk persemakmuran bersama dengan negara-
negara bekas jajahan Inggris. Sistem pemerintahan monarki konstitusional dan
mempunyai sistem pemerintahan parlementer. Ratu Elizabeth II adalah Ratu
7

Australia, namun tugasnya sebagai Ratu berbeda dari tugasnya di Britania Raya.
Sang Ratu diwakili oleh seorang Gubernur-Jenderal Australia, yang sendiri hanya
menggunakan kekuatan eksekutifnya melalui nasehat dari Perdana Menteri.

Dalam konteks politik dan sosial, setiap koloni di Australia diberi kebebasan
memilih dan menyusun sistem pemerintahan yang dikehendakinya, terkecuali
Australia Barat. Namun dari adanya sistem demokrasi tersebut memunculkan
beberapa kelemahan dalam kehidupan perpolitikan di Australia, hal tersebut
dikarenakan timbulnya kurang terjalinnya kerjasama antar koloni. Sehingga pada
tahun 1847, menteri urusan jajahan, Earl Grey, menyampaikan beberapa idenya
meliputi pengadaan usaha kerjasama antar koloni meliputi bea ekspor impor, lalu
lintas surat-surat pos, dan organisasi transport kepada komisi parlemen Inggris,
yaitu Komisi Perdagangan dan Perkebunan.

Persemakmuran atau Negara-Negara Persemakmuran (Commonwealth of


Nations) merupakan suatu persatuan secara sukarela yang melibatkan negara-
negara berdaulat yang didirikan atau pernah dijajah oleh pihak Britania Raya (atau
sering disebut sebagai Inggris). Tidak semua anggota mengakui Ratu Britania Raya,
Elizabeth II, sebagai kepala negara. Negara-negara yang mengambilnya sebagai
kepala negara dikenal sebagai Kerajaan Persemakmuran atau "Commonwealth
Realm". Bagaimanapun juga, kebanyakan anggotanya adalah Republik, dan
sebagian yang lain mempunyai Monarki tersendiri. Namun, semua anggotanya
menganggap Ratu Elizabeth II sebagai Ketua Persemakmuran. Yang mana ini pada
akhirnya akan berdampak pada regulasi kekuasaan.

Seperti yang dikemukaan J.Siboro (1989) Karena bentuk yang mereka


hendaki adalah bentuk federasi, bukan negara kesatuan, maka hanya ada dua
pilihan. Pertama, tiap koloni mempunyai kekuasaan tertentu. Kekuasaan yang
dikehendaki itu disebut secara teliti dan tegas, baru sisanya diserahkan kepada
pemerintahan federal. Kedua, disebutkan secara tegas kekuasaan apa saja yang
diserahkan kepada pemerintah federal lalu semua kekuasaan lainnya yang tersisa
dipegang oleh pemerintahan koloni. Ini berarti kekuasaan pemerintah federal
dibatasi dan dengan tegas memelihara hak-hak dan kekuasaan pemerintah negara
bagian.
8

2.2 Perekonomian Australia Sebelum Lahirnya Commonwealth of Australia

Setiap koloni memiliki sistem pemerintahan yang relatif sama, namun


memiliki sistem perekonomian yang berbeda-beda. Persatuan menjadi hal yang
sulit diwujudkan pada saat itu. Namun hal tersebut mulai tumbuh pada tahun 1883,
dimana pada saat itu Queensland bertindak atas Irian Timur, karena takut didahului
oleh Jerman. Saat itulah seluruh koloni membantu Queensland, sehingga kesadaran
akan adanya persatuan mulai tumbuh, demi kekuatan bersama sebagai Australia.
Namun hal tersebut kemudian memunculkan berbagai masalah di
kehidupan koloni Australia. Antara lain mengenai masalah imigran Cina. Di
Victoria, New South Wales, dan Australia Selatan, imigran Cina diusir dari
daerahnya, namun di saat tertentu akhirnya Australia Selatan dan Australia Barat
membutuhkan imigran Cina sebagai tenaga kerja pembangunan bagi daerah
pedalaman. Hal tersebut tentu saja membuat perwakilan pemerintahan koloni harus
mengadakan pertemuan yang disebut dengan intercolonial meeting. Hal tersebut
kemudian semakin dipermasalahkan pada tahun 1880-an, perkembangan industri di
beberapa daerah seperti Sydney dan Melbourne membuat mereka mulai merambah
pasaran luar wilayahnya. Masalah muncul ketika proses ekonomi mereka terhalang
oleh ketentuan perekonomian wilayah lain.
Pada tahun 1880-an industri di Sidney dan Melbourne mulai mencari pasar
di luar batas-batas wilayahnya. Industri makanan di Sydney memerlukan perluasan
pemasaran di Melbourne, namun terhalang oleh ketentuan tentang tarif di Victoria.
Begitu juga sebaliknya industri makanan dan tekstil di Melbourne juga memerlukan
pasar di Sidney dan Adelaide, akan tetapi terpaksa dijual mahal di Sydney karena
mahalnya harga ongkos angkut barang-barang Victoria yang menggunakan kereta
api New South Wales. Selain itu dorongan untuk bersatu juga datang dari organisasi
para pekerja yang disebut Trade Union. Mereka menghendaki adanya keseragaman
terhadap tenaga kerja Cina, jumlah jam kerja per hari, serta perlindungan atas hak-
hak mereka.
Adanya hal tersebut kemudian membuat munculnya suatu organisasi yang
disebut sebagai trade union yang menghendaki keseragaman aksi terhadap tenaga
9

kerja Cina. Akhirnya diadakanlah intercolonial congress untuk membahas undang-


undang atau ketentuan yang seragam mengenai kehidupan tenaga kerja tanpa
adanya persatuan antar koloni di Australia. Perkembangan perekonomian tersebut
kemudian mendorong adanya perkembangan alat-alat yang bersifat umum seperti
rel kereta api, jaringan alat komuntikasi, dsb. Dapat dilihat ketika peristiwa
penyambungan antar wilayah koloni, malam sebelum penyambungan rel tersebut
dihiasi oleh pesta jamuan makan yang dihadiri oleh kepala pemerintahan kedua
koloni. Serta ketika semakin pesatnya kebutuhan alat komunikasi, yang
menyebabkan penyambungan jaringan tersebut telah sampai pada antar kota, antar
wilayah dan antar ibu kota sehingga Parlemen Inggris menempatkan pemilikan dan
pengawasan jasa komunikasi seperti telepon dibawah colonial post office. Kedua
hal tersebut ternyata semakin menumbuhkan kesadaran akan adanya rasa saling
membutuhkan. Rasa persatuan sebagai Australia pun kemudian terlihat dalam
bidang olah raga yang disebut dengan cricket. Pada bidang tersebut Tim Cricket
atas nama Australia berhasil memperoleh kemenangan di beberapa pertandingan
sehingga seluruh rakyat koloni menyambut kemenangan tersebut secara nasional.
Status Coomonwealth of Australia ini adalah Dominion. Dan pada tanggal 1 Januari
1901 mulailah berlaku Coomonwealth of Australia. (Soebantardjo, 1954: 214)

2.3. Perekonomian Australia Setelah Lahirnya Commonwealth of Australia

Lahirnya Commonwealth of Australia sebagai wadah yang mempersatukan


seluruh koloni Inggris di Australia itu, merupakan buah usaha para politisi, para
pengusaha, para pekerja, rakyat yang ingin bersatu, sehingga tidak ada satu pun
golongan yang dapat mengakupaling berjasa untuk itu. Dorongan untuk
mewujudkannya antara lain dimotori oleh berbagai liga federasi yang tumbuh dan
berkembang di berbagai koloni, landasan konstitusional dan wujudnya dihasilkan
lewat konvensi-konvensi federal, dan pengesahannya dikukuhkan lewat
referendum. Setelah lahirnya Commonwealth of Australia maka munculah regulasi
kekuasaaan antara pemerintah pusat dengan negara bagian sebagai berikut:
10

Bereson dan Rosenblat (1979:106) dan Rival (1994:9-10) menyebutkan kekuasaan


yang menjadi wewenang pemerintah pemerintah pusat antara lain meliputi hal-hal
berikut. Kekuasaan yang menjadi wewenang pemerintah pusat seperti berikut:
1. Urusan-urusan luar negeri yang mencakup pernyataan perang,
penandatanganan perjanjian dan pengangkatan duta serta perwakilan
diplomatik lainnya.
2. Pertahanan, termasuk pengadaan dan pemeliharaan angkatan perang.
3. Perdagangan luar negeri yang meliputi ekspor dan impor, bea dan cukai.
4. Komunikasi yang meliputi pos dan telegraf.
5. Imigrasi yang meliputi kebijakan dan bantuan imigrasi.
6. Transportasi yang meliputi penerbangan, pelayaran, jala-jalan dan rel kereta
api nasional.
7. Pembangunan, khususnya proyek-proyek nasional.
8. Kesejahteraan kaum aborigin (penduduk asli)
9. Perpajakan, yang meliputi pajak penghasilan, pajak perusahaan, bea dan
cukai penjualan.
10. Jaminan sosial, yang meliputi jaminan hari tua serta jaminan pensiun
lainnya serta tunjanagan kesejahteraan bagi para penganggur.

Bereson dan Rosenblat (1979:106) dan Rival (1994:9-10) menyebutkan kekuasaan


yang menjadi wewenang pemerintah negara bagian antara lain meliputi hal-hal
berikut:
1. Pemeliharaan keamanan dan ketertiban, yang meliputi pembentukan dan
pembinaan polisi, pengawasan kriminalitas serta pencegahan terjadinya
kecelakaan.
2. Pembangunan yang meliputi penjualan tanah, proyek-proyek pembangunan
gedung-gedung,
3. Pemeliharaan kesejahteraan kaum aborigin.
4. Jasa, yang meliputi penyediaan dan penyaluran listrik, gas, air minum dan
kebersihan (sanitasi).
5. Pembangunan/pengadaan perumahan rakyat.
6. Pengaturan pemerintahan lokal.
11

7. Transportasi yang meliputi pembangunan daaan pemeliharaan jalan negara


bagian, kereta api dan trem.
8. Peraturan negara bagian dan perihal pendaftaran.
9. Industri dan komersial.
10. Aturan ketenagakerjaan.
11. Penentuan standardisasai.

Menurut H.L. Haris (1938) dalam bukunya mengungkapkan pembangunan


ekonomi australia sering dibahas dalam istilah yang menunjukkan bahwa
pembentukan persemakmuran berarti jeda dalam tradisi ekonomi dan awal yang
baru. ini tentu tidak benar. Justru dengan lahirnya Commonwealth of Australia ini
menjembatani perekonomian Australia ke arah yang lebih maju dan lebih luas.
Sekalipun koloni itu sudah diberi kebebasan mengatur dirinya ke dalam,
namun urusan luar negeri masih tetap berada di bawah Inggris. Selama Perang
Dunia I, angkatan bersenjata Australia diperbantukan pada pasukan Inggris,
bergabung dengan ANZAC, ikut bertempur di Gallipoli, Timur Tengah, dan daratan
Eroopa. Pada PD II, menyadarkan Australia untuk bergabung dengan Amerika
Serikat dalam ANZUS dan SEATO. Mereka ikut dalam Piagam Pendirian PBB dan
aktif kerja sama dengan Negara-negara berkembang antara lain melalui Colombo
Plan.
Nick Bryant (2014) mengemunkakan bahwa saat ini Australia menganut
sistem ekonomi pasar dengan PDB per kapita yang tinggi, dan angka kemiskinan
yang rendah. Dolar Australia adalah satuan mata uang negara ini, termasuk pula
Pulau Natal, Kepulauan Cocos (Keeling), dan Pulau Norfolk, juga negara-negara
kepulauan Pasifik yang merdeka, yakni Kiribati, Nauru, dan Tuvalu. Setelah
penggabungan Australian Stock Exchange, dan Sydney Futures Exchange pada
tahun 2006, kini Bursa Efek Australia menjadi bursa saham terbesar ke-9 di dunia
Menempati peringkat ketiga dalam Indeks Kebebasan Ekonomi (2010) Australia
adalah ekonomi terbesar ke-13 di dunia, dan memiliki PDB per kapita terbesar ke-
9 di dunia; lebih tinggi daripada Britania Raya, Jerman, Perancis, Kanada, Jepang,
dan Amerika Serikat. dan hingga saat ini lahirnya Commonwealth of Ausrtralia
menjadi dongkrak majunya perekonomian Australia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Lahirnya Commonwealth of Australia sebagai wadah yang mempersatukan


seluruh koloni Inggris di Australia itu, merupakan buah usaha para politisi,
pengusaha, pekerja, rakyat yang ingin bersatu. Adanya undang-undang Australian
Colonies Government Act memberikan pengaruh positif dan negatif. Pengaruh
positifnya yaitu tiap tiap koloni bebas memilih dan menyusun sistem pemerintahan
sendiri. Sedangkan disisi lain muncul dampak negatif, antara lain perpecahan tiap
koloni, yang menyebabkan terhambatnya kerjasama dalam berbagai bidang. Pasca
lahirnya Commonwealth of Australia mendongkrak perekonomian Australia pun
meningkatkan kesejahteraan ekonomi negara-negara bagian di Australia melalui
kerja sama ekonomi dan ketenagakerjaan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bereson, I. and Rosenbalt, S., (1979). Inquiry Australia Reviewing Australia


History Trough Maps, Charts, and Commentary. Richmond, Victoria:
Heinemann Educational Australia Pty. Ltd.

Bryant, Nick. (2014). The Rise and Fall of Australia. Brisbane: Random House
Australia

Darmawan, W. (2015). Perkembangan Awal Kehidupan Masyarakat Di Australia.


Jurnal Pendidikan Sejarah. Volume 1, No. 1, Mei 2015. Hlm. 19 – 42.

Harris, H.L,. (1938). Australia’s National Interest and National Policy. Melbourne:
Oxford University Press.

Portus, G.V., (1957). Australia Since 1906 A History for Young Australians.
Melbourne: Oxford University Press.

Siboro, J. (1989). Sejarah Australia. Bandung: Tarsito

Soebantardjo. (1954). Sari Sejarah Djilid I: Asia dan Australia. Jogjakarta: Bokpri

13

Anda mungkin juga menyukai