PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diri pribadi adalah suatu ukuran atau kualitas yang memungkinkan seseorang untuk
dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Kualitas
yang membuat seseorang yang memiliki kekhasan tersendiri sebagai manusia, tumbuh
dan berkembangnya melalui interaksi sosial, yaitu berkomunikasi dengan orang lain.
Individu tidak dilahirkan dengan membawa kepribadian. Seperti halnya diri fisik kita,
maka diri sosial dan diri psikologis manusia akan terus berkembang dan menjadi matang
sejalan dengan usia hidup kita.
Pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap manusia, tetapi
setiap orang juga harus menyadari apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi pada
dirinya. Kesadaran terhadap diri pribadi ini pada dasarnya adalah suatu proses persepsi
yang ditujukan pada dirinya sendiri. Dalam hal ini orang akan berusaha untuk mengenali
dan memahami siapa dirinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan presepsi ?
2. Apa saja macam-macam dari presepsi ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi presepsi ?
4. Bagaimana cara memahami pengindraan bagian dari presepsi ?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami pengertian tentang presepsi
2. Mengetahui dan memahami macam-macam dari presepsi
3. Mengetahui dan memahami apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi presepsi
4. Mengetahui dan memahami pengindraan bagian dari presepsi
D. Manfaat
Dari penulisan makalah ini diharap mendatangkan manfaat berupa mnambah
pengetahuan serta wawasan kepada pembaca tentang presepsi manusia dalam konteks
pengembangan kepribadian manusia. Disamping itu dengan adanya makalah ini dapat
1
membantu kita mengetahui pengertian presepsi, macam-macam dari presepsi, faktor-
faktor yang mempengaruhi presepsi, dan pengindraan yang berkaitan dengan prsepsi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Presepsi
2
Persepsi memiliki banyak sekali pengertian. Secara sederhana persepsi mengandung
arti cara seseorang dalam memahami sesuatu atau bagaimana ia melihat suatu objek.
Persepsi juga berarti proses pemahaman atau pemberian makna atas suatu informasi
terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa,
atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Lewat persepsi
lah, proses kognisi dimulai .
Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu . Dalam arti luas : adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seeseorang
memandang atau mengartikan sesuatu.
Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang
disimpan didalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterprestasi
stimulus (rangsangan) yang diteriman oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung
(Matlin, 1989; Solso,1988). Secara singkat dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan
suatu proses menginterprestasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem
indera manusia. Misalnya pada waktu seorang melihat sebuah gambar, membaca tulisan,
atau mendengar suara tertentu, ia akan melakukan interprestasi berdasarkan pengetahuan
yang dimilikinya dan relevan dengan hal-hal itu. Presepsi mencakup dua proses yaitu
bottom-up atau data driven processing (aspek stimulus), dan top-down atau conceptually
driven processing (aspek pengetahuan seseorang). Hasil persepsi seseorang mengenai
sesuatu objek disamping dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri, juga pengetahuan
seseorang mengenai objek itu.
2. Dalil Persepsi
Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi, menjadi empat bagian :
1) Dalil persepsi yang pertama : Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Berarti
objek-objek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi biasanya objek-objek yang
memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi
2) Dalil persepsi yang kedua : Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan
diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun
stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interprestasi
yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
3) Dalil persepsi yang ketiga: Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur
ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu
dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat
kelompok akan diperngaruhi oleh keanggotaan kelompolmua dengan efek berupa
asimilasi atau kontras.
3
4) Dalil persepsi yang keempat : Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan
waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari
struktur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat structural dalam
mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis, kotak atau balok.
4
b. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih
banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan
yang sedikit.
c. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya
dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan
individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna
lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali
dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa
mempengaruhi persepsi.
e. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap
obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan
obyek yang diam.
5
pertama dengan kesan selanjutnya, kesan yang terbaru yang lebih
mendominasi
3) Knowledge of primacy effects
Ketika seseorang telah diperingati untuk tidak terpengaruh dengan
kesan pertama. Maka primacy effect dapat dikurangi. Dengan adanya Manager
atau profesi lainnya yng mampu mempersepsi seseorang secara akurat dapat
mengajarkan tentang bahayanya primacy effect, sehingga mengurangi
pentingnya primacy effect dalam proses persepsi mereka.
c. Mutual liking
Manusia akan lebih tertarik pada orang yang menyukainya daripada orang
yang tidak. Menyukai seseorang biasanya akan mengarah pada balasan perasaan yang
sama. Mengapa demikian? Alasan pertamanya adalah ketika kita menyukai seseorang,
kita akan terlihat lebih menarik secara fisik, khususnya apabila ada sedikit nafsu di
dalamnya. Banyak orang yang berkata bahwa jatuh cinta membuat kamu terlihat lebih
cantik dan itu benar. Matamu akan lebih menarik, pupil mata akan lebih terbuka
ketika kamu melihat seseorang yang kamu anggap menarik secara seksual, dan orang
lain akan melihat bahwa pupil yang terbuka sangat menarik secara seksual. Selain itu
postur dan gerakan tubuh akan lebih menarik juga. Dengan kata lain, kamu akan lebih
memikat secara fisik ketika kamu tertarik dengan seseorang. Alasan yang lain adalah
ketika kamu menyukai seseorang, kamu akan bersikap lebih baik terhadap orang
tersebut dan bersikap baik membuat kamu kelihatan lebih menarik. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kita cenderung menyukai orang yang memuji kita atau
orang yang banyak membantu kita. Akan tetapi akan ada dampak negatif dari pujian
dan perhatian yang terlalu banyak. Apabila terlalu berlebihan, khususnya ketika orang
tersebut mengira kamu tidak ikhlas dan mempunyai motif yang egois dari pemberian,
pujian, dan bantuanmu, hal itu tidak akan mengarahkan perasaannya ke rasa suka dan
malah akan membencinya.
4. Proses Persepsi
Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa psikologi, sebagai telaah
ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang merupakan prantara rangsangan di
luar organisme dengan tanggapan fisik organisme yang dapat diamati terhadap
rangsangan. Menurut rumusan ini, yang dikenal dengan teori rangsangan-
rangasangan(stimulus-respons/SR), persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses
yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan keapada manusia. Subproses
psikologi lainnya yang mungkin adalah pengenalan,prasaan, dan penalaran. persepsi dan
kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan, diperlukan bagi orang yang
paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan suatu
cara menahan dampak dari rangsangan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang
6
perlu dari setiap situasi rangsanga-tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu
yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan
sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.
Persepsi, pengenalan, penalaran, dan perasaan kadang-kadang disebut variabel
psikologis yang muncul di antara rangsangan dan tanggapan. Sudah tentu, ada pula cara
lain untuk mengonsepsikan lapangan psikologi, namun rumus S-R dikemukakan di sini
karena telah diterima secara luas oleh para psikolog dan karena unsur-unsur dasarnya
mudah dipahami dan digunakanoleh ilmu sosial lainnya (Hennessy, 1981:117).
Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari
cara dia memandang. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponan utama berikut:
a) Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
b) Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai
arti bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan
kecerdasan. Interprestasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk
mengadakan pengkatagoriaan informasi yang kompleks menjadi sarjana.
c) Interprestasi dan persepsi kemudian ditrjemahkan dalam bentuk tingkah laku
sebagai rekasi (Depdikbud, 1985), dalam Soelaeman, 1987). Jadi, proses
persepsi adalah melakukan seleksi, interprestasi, dan pembulatan terhadap
informasi yang sampai.
Apa yang kita hayati tidak hanya bergantung pada stimulus, tetapi juga pada proses
kognitif yang merefleksikan minat, tujuan, dan harapan seseorang pada saat itu pemusatan
persepsi itu disebut “perhatian”.
Perhatian mempunyai fungsi memiliki dan mengarahkan rangsangan-rangsangan yang
saampai kepada kita, sehingga tidak kita terma secara kacau. Perhatian dipengaruhi aleh
beberapa faktor yang dapat dibagi atas dua golongan besar, yaitu faktor luar dan faktor
dalam. Faktor luar adalah faktor-faktor yang terdapat pada objek yang diamati itu sendiri,
intensitas atau ukuran, kontras atau pengulangan, dan gerakan sedangkan faktor dalam adalah
adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu si pengamat, yaitu mptif, kesediaan,
dan harapan (Dirgagunasra, 1996: 107).
Kita dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi bekerja dengan menjelaskan tiga
langka yang terlibat dalam prosesnya.tahap-tahap ini tidaklah saling terpisa bener dalam
kenyatannya, ketiganya bersifat countinu, bercampur baur, dan berumpang tindih satu sama
lain.
1. Terjadinya stimulasi alat indar (sensory stimulation)
Pada tahap pertama. Alat-alat indra distimulasi (dirangsang): kita
mendegarkan alat musik. Kita melihat seorang yang sudah lama tidak kita jumpai.
Kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita. Kiat mencicipi sepotong
kue. Kiat merasakan telapak tangan berkeringat ketika kita berjabat tangan.
2. Stimulasi terhadap alat indra diatur
Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indar diatur menurut berbagai
prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas
(proximility) atau kemiripan: orang atau pesan secara fisik mirip satu sama lain,
dipersepsikan bersama-sama, atau sebagai suatu kesatuan (unity).
3. Stimulasi alat indra ditafsirkan-dievaluasi
Langkah ketiga ini merupakan proses subjektif yang melibatkan evaluasi
dipihak penerima. Penafsiran/evaluasi tidak semata-mata didasarkan pada
rangsangan luar, melaikan juga sangat dipengaruhi pengalaman masa lalu,
7
kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyalinan tenyang yang seharusnya, keadaan
fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita.
5. Prinsip Persepsi
b. Prinsip Pengorganisasian
Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan orang akan
mempersepsikan beberapa orang yang sering terlihat bersama-sama sebagai sebuah kelompok
/ peer group. Untuk orang yang tidak mengenal dekat anggota “kelompok” itu, bahkan akan
tertukar identitas satu dengan yang lainnya, karena masing-masing orang [sebenarnya ada 4
lajur titik] terlabur identitasnya dengan keberadaan orang lain [dipersepsi sebagai 2 kelompok
titik].
Prinsip similarity; seseorang akan cenderung mempersepsikan stimulus yang sama sebagai
satu kesatuan.
Prinsip continuity; prinsip ini menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah
melakukan proses melengkapi informasi yang diterimanya walaupun sebenarnya stimulus
tidak lengkap.
c. Gestalt Theory
Menurut teori Gestalt secara alamiah manusia memiliki kecenderungan-
kecenderungan tertentu dan melakukan penyederhanaan struktur di dalam mengorganisasikan
objek-objek persepsual (Brennan, 1991;Hayes, 1978). Stimulus dari lingkungan cenderung
diklasifikasikan menjadi pola-pola tertentu dengan cara-cara yang sama oleh kebanyakan
orang. Teori Gestalt mengajukan beberapa prinsip tentang kecenderungan-kecenderungan
orang didalam pengenalan pola yang berkaitan dengan dengan objek atau informasi visual,
antara lain
8
c. Prinsip searah (direction), objek-objek visual cenderung dipersepsikan sebagai satu
kesatuan apabila berada di dalam satu arah pandangan.
d. Prinsip ketutupan (closure), elemen-elemen objek stimulus yang kurang lengkap
cenderung dilihat secara lengkap.
e. Prinsip pragnan, tata letak sejumlah objek meski kurang beraturan cenderung
dipersepsikan secara baik, sederhana dan bermakna tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari, contohnya adalah fenomena tentang bagaimana gosip
bisa begitu berbeda dari fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai informasi oleh
seseorang, kemudian diteruskan ke orang lain setelah “dilengkapi” dengan informasi lain
yang dianggap relevan walaupun belum menjadi fakta atau tidak diketahui faktanya.
6. Jenis-Jenis Persepsi
Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera
menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis.
a) Persepsi Visual
Untuk melihat contoh persepsi visual, silahkan lihat gambar-gambar
disini. Persepsi visual didapatkan dari penglihatan. Penglihatan adalah kemampuan
untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang
digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya
tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya,
misalnya pendengaran untuk kelelawar. Manusia yang daya penglihatannya menurun
dapat menggunakan alat bantu atau menjalani operasi lasik untuk memperbaiki
penglihatannya.
Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan
mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan
topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya
paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
b) Persepsi Auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang
bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri
dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak.
Tidak semua suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat
mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz
sampai 20.000 Hz. Bila dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu tinggi terus
menerus, sistem pendengaran dapat menjadi rusak.
c) Persepsi Perabaan
Persepsi perabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. Kulit dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu bagian epidermis, dermis, dan subkutis. Kulit berfungsi
sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba
dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan;
sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya
sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor reseptor khusus. Reseptor untuk
rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan,
9
ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang
sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis.
d) Persepsi Penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung. Penciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan bau.
Perasaan ini dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi pada rongga hidung vertebrata,
dan dengan analogi, sel sensor pada antena invertebrata. Untuk hewan penghirup
udara, sistem olfaktori mendeteksi zat kimia asiri atau, pada kasus sistem olfaktori
aksesori, fase cair. Pada organisme yang hidup di air, seperti ikan atau krustasea, zat
kimia terkandung pada medium air di sekitarnya. Penciuman, seperti halnya
pengecapan, adalah suatu bentuk kemosensor. Zat kimia yang mengaktifkan sistem
olfaktori, biasanya dalam konsentrasi yang sangat kecil, disebut dengan bau.
e) Persepsi Pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
Pengecapan atau gustasi adalah suatu bentuk kemoreseptor langsung dan merupakan
satu dari lima indra tradisional. Indra ini merujuk pada kemampuan mendeteksi rasa
suatu zat seperti makanan atau racun. Pada manusia dan banyak hewan vertebrata
lain, indra pengecapan terkait dengan indra penciuman pada persepsi otak terhadap
rasa. Sensasi pengecapan klasik mencakup manis, asin, masam, dan pahit.
Belakangan, ahli-ahli psikofisik dan neurosains mengusulkan untuk menambahkan
kategori lain, terutama rasa gurih (umami) dan asam lemak.
Pengecapan adalah fungsi sensoris sistem saraf pusat. Sel reseptor pengecapan
pada manusia ditemukan pada permukaan lidah, langit-langit lunak, serta epitelium
faring dan epiglotis.
A. Fungsi Persepsi
Penelitian tentang persepsi mencakup dua fungsi utama sistem persepsi, yaitu
lokalisasi atau menentukan letak suatu objek, dan pengnalan, ,menentukan jenus objek
tersebut (Artkinson et al., t.t). lokalisasi dan pengenalan dilakukan oleh daerah korteks
yang berbeda. penelitian persepsi juga menggurusi cara sistem perseptual
mempertahankan bentuk objek tetap konstan, walaupun citra (bayangan) objek diretina.
Menurut Artkonson dan kwan kawanya, untuk melokalisasi (menentukan lokasi), kita
terlebih dahulu harus menyegregasikan objek kemudian mengorganisasikan objek
menjadi keelompok.
Pengenalan suatu benda mengharuskan penggolongnya dalam katagori dan
pendasaranya terutama pada bentuk benda. Dalam stadium awal pengenalan, sistem
visual menggunakan informasi diretina untuk mendeskripsikan objek dalam pengertian
ciri, seperti garis dan sudut ; sel yang mendeteeksi ciri tersebut (detektor ciri) telah
ditemukan di korteks visual. Dalam stadium lanjut, pengenalan, sistem mencocokkan
deskripsi bentuk yang disimpan dimemori untuk ditemukan yang paling cocok.
10
yang saya raba. Jadi, hanya ada satu dunia persepsi, namun dunia yang satu itu saya amati
dengan cara berbeda.
Dunia persepsi mempunyai berbagai sifat (Verbeek, 1978). Beberapa sifat itu berlaku
untuk segala yang diamati atau dipersepsi. Jadi, berlaku untuk dunia persepsi pada
umumnya. Yang lain, merupakan sifat-sifat yang khas dari persepsi dengan indra tertentu.
a. Sifat-Sifat Umum Persepsi
1. Dunia persepsi mempunyai sifat-sifat ruang. Objek-objek yang dipersepsi itu
“meruang”, berdimensi ruang. Mengenal persepsi ruang ini mengandung
persoalan-persoalan psikolosis yang penting, terutama penglihatan sifat ruang
(tiga dimensi). Tiga dimensi tersebut adalah :
a. Dimensi evaluasi yaitu penilaian untuk memutuskan sifat baik buruk, disukai-
tidak disukai, positif-negatif pada orang lain.
b. Dimensi potensi yaitu kualitas dari orang sebagai stimulus yang diamati
(kuat-lemah, sering-jarang, jelas-tidak jelas).
c. Dimensi aktivitas yaitu sifat aktif atau pasifnya orang sebagai stimulus yang
diamati.
2. Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu. Dalam hal ini terdapat kestabilan yang
luas. Objek-bjek persepsi kurang lebih bersifat tetap. Namun, kita juga harus
mempersepsi adanya perubahan yang terjadi dalam waktu.
3. Dunia persepsi itu berstruktur menurut berbagai objek persepsi. Di situ berbagai
keseluruhan yang kurang lebih berdiri sendiri menampakkan diri
4. Dunia persepsi adalah suatu dunia yang penuh dengan arti.
5. Mempersepsi tidaklah sama dengan mengonstatir benda dan kejadian tanpa
makna. Yang kita persepsi selalu merupakan tanda-tanda, ekspresi-ekpsresi,
benda-benda dengan fungsi, relasi-relasi yang peenuh arti, serta kejadian-kejadian.
Persepsi bukanlah suatu fungsi yang terisolasi, melainkan erat berhubungan dengan
lain-lain fungsi manusia. Yang mempersepsi bukanlah hanya suatu indra yang terisolasi
saja, melainkan seluruh pribadi. Oleh karna itu, apa yang kita persepsi sangat bergantung
pada pengetahuan serta pengalaman, dari perasaan, keinginan dan dugaan-dugaan kita.
Dengan demikian, studi mengenai persepsi juga harus menyelidiki faktor-faktor yang
memegaruhi persepsi.
Sifat-sifat yang khusus bagi masing-masing indra tersendiri. Diantara sifat-sifat,
terdapat berbagai kelompok yang khusus bagi indra-indra.merah dan kuning termasuk
kelompok yang berlainan dengan asam dan asin. Suatu keseluruhan sifat sensoris yang
khas bagi suatu indra tertentu kita sebut modalitas. Warna adalah suatu modalitas yang
khusus bagi mata (penglihatan), bunyi bagi telinga(pendegaran). Dalam suatu maodalitas
tertentu, dapat dibedakan kualitas-kualitas indera.
Jadi sesuai dengan jumlah modalitas, dapat juga dibedakan seejumlah indra. Angapan
klasik membedakan lima macam indra; penglihatan, pendegaran, pembau, pengcap, dan
“rasa” atau pembeda. Namun, apayang disebut indra kelima ini, tidak mengcakup
keseluruhan yang homo gen dari kualitas-kualitas sensoris.
11
Persepsi terhadap suatu objek dapat terjadi tanpa disengaja atau disadari oleh
seseorang. Biasanya persepsi tersebut tertuju pada objek, gambar atau kata-kata yang
ditampilkan di dalam waktu yang relatif singkat atau sedikit dalam rangkaian suatu
peristiwa. Persepsi subliminal terjadi apabila stimulus yang tampaknya tidak
diperhatikan atau tanpa disadari keberadaanya oleh seseorang namun secara diam-
diam stimulus itu mempengaruhi perilaku orang yang bersangkutan dikemudian hari.
Persepsi Subliminal terjadi ketika stimulus disajikan di bawah ambang batas
atau Limen untuk kesadaran ditemukan untuk mempengaruhi pikiran, perasaan , atau
tindakan . Istilah persepsi subliminal awalnya digunakan untuk menggambarkan
situasi di mana rangsangan yang lemah dipandang tanpa kesadaran .
Fenomena menghindar atau menolak agar tidak terjadi suatu persepsi terhadap
stimulus yang dihadirkan pada seseorang, Seringkali kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Biasanya stimulus yang bermuatan emosi cenderung kurang siap untuk
dipersepsikan daripada stimulus yang netral (Eysenck, 1984) contoh apabila kepada
seseorang diucapkan kata tabu, cabul atau dapat membangkitkan kenangan masa lalu
yang traumatis, maka ia cenderung akan menghindari untuk mempersepsi kata-kata
itu. Biasanya dilakukan seseorang dengan menutup telinganya, memalingkan muka
atau mengalihkan perhatiannya kepada pembicaraan yang lain untuk menghindari
terjadinya persepsi terhadap ucapan-ucapan itu. Situasi ini mengakibatkan stimulus itu
tidak berada dalam kesadaran penuh yang siap dipersepsikan oleh seseorang
melainkan diambang kesadaran (threshold).
12
Istilah persepsi sering dikacaukan dengan sensasi. Sensasi hanya berupa kesan
sesaat, saat stimulus baru diterima otak dan belum diorganisasikan dengan stimulus
lainnya dan ingatan-ingatan yang berhubungan dengan stimulus tersebut. Misalnya meja
yang terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja.
Sebaliknya persepsi memiliki contoh meja yang tidak enak dipakai menulis, saat
otak mendapat stimulus rabaan meja yang kasar, penglihatan atas meja yang banyak
coretan, dan kenangan di masa lalu saat memakai meja yang mirip lalu tulisan menjadi
jelek.
Persepsi [perception] merupakan konsep yang sangat penting dalam psikologi, kalau
bukan dikatakan yang paling penting. Melalui persepsilah manusia memandang
dunianya. Apakah dunia terlihat “berwarna” cerah, pucat, atau hitam, semuanya adalah
persepsi manusia yang bersangkutan. Persepsi harus dibedakan dengan sensasi
[sensation]. Yang terakhir ini merupakan fungsi fisiologis, dan lebih banyak tergantung
pada kematangan dan berfungsinya organ-organ sensoris. Sensasi meliputi fungsi visual,
audio, penciuman dan pengecapan, serta perabaan, keseimbangan dan kendali gerak.
Kesemuanya inilah yang sering disebut indera.
Jadi dapat dikatakan bahwa sensasi adalah proses manusia dalam dalam menerima
informasi sensoris [energi fisik dari lingkungan] melalui penginderaan dan
menerjemahkan informasi tersebut menjadi sinyal-sinyal “neural” yang bermakna.
Misalnya, ketika seseorang melihat (menggunakan indera visual, yaitu mata) sebuah
benda berwarna merah, maka ada gelombang cahaya dari benda itu yang ditangkap oleh
organ mata, lalu diproses dan ditransformasikan menjadi sinyal-sinyal di otak, yang
kemudian diinterpretasikan sebagai “warna merah”.
Berbeda dengan sensasi, persepsi merupakan sebuah proses yang aktif dari manusia
dalam memilah, mengelompokkan, serta memberikan makna pada informasi yang
diterimanya. Benda berwarna merah akan memberikan sensasi warna merah, tapi orang
tertentu akan merasa bersemangat ketika melihat warna merah itu.
Di samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus [mis. suara yang jernih,
gambar yang jelas], kekayaan sumber stimulus [mis. media multi-channel seperti audio-
visual], persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Faktor psikologis ini
bahkan terkadang lebih menentukan bagaimana informasi/pesan/stimulus dipersepsikan.
Faktor yang sangat dominan adalah faktor ekspektansi dari si penerima informasi
sendiri. Ekspektansi ini memberikan kerangka berpikir atau perceptual set atau mental
set tertentu yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi dengan cara tertentu. Mental
set ini dipengaruhi oleh beberapa hal.
Ketersediaan informasi sebelumnya; ketiadaan informasi ketika seseorang
menerima stimulus yang baru bagi dirinya akan menyebabkan kekacauan dalam
mempersepsi. Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan misalnya, ada materi pelajaran
yang harus terlebih dahulu disampaikan sebelum materi tertentu. Seseorang yang datang
di tengah-tengah diskusi, mungkin akan menangkap hal yang tidak tepat, lebih karena ia
13
tidak memiliki informasi yang sama dengan peserta diskusi lainnya. Informasi juga dapat
menjadi cues untuk mempersepsikan sesuatu.
Kebutuhan; seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan
kebutuhannya saat itu. Contoh sederhana, seseorang akan lebih peka mencium bau
masakan ketika lapar daripada orang lain yang baru saja makan.
Pengalaman masa lalu; sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan
sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Pengalaman yang
menyakitkan ditipu oleh mantan pacar, akan mengarahkan seseorang untuk
mempersepsikan orang lain yang mendekatinya dengan kecurigaan tertentu. Contoh lain
yang lebih ekstrim, ada orang yang tidak bisa melihat warna merah [dia melihatnya
sebagai warna gelap, entah hitam atau abu-abu tua] karena pernah menyaksikan
pembunuhan. Di sisi lain, ketika seseorang memiliki pengalaman yang baik dengan bos,
dia akan cenderung mempersepsikan bosnya itu sebagai orang baik, walaupun semua
anak buahnya yang lain tidak senang dengan si bos.
Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah berturut-turut:
emosi, impresi dan konteks.
Emosi; akan mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah informasi
pada suatu saat, karena sebagian energi dan perhatiannya [menjadi figure] adalah
emosinya tersebut. Seseorang yang sedang tertekan karena baru bertengkar dengan pacar
dan mengalami kemacetan, mungkin akan mempersepsikan lelucon temannya sebagai
penghinaan.
Impresi; stimulus yang salient / menonjol, akan lebih dahulu mempengaruhi
persepsi seseorang. Gambar yang besar, warna kontras, atau suara yang kuat dengan
pitch tertentu, akan lebih menarik seseorang untuk memperhatikan dan menjadi fokus
dari persepsinya. Seseorang yang memperkenalkan diri dengan sopan dan berpenampilan
menarik, akan lebih mudah dipersepsikan secara positif, dan persepsi ini akan
mempengaruhi bagaimana ia dipandang selanjutnya.
Konteks; walaupun faktor ini disebutkan terakhir, tapi tidak berarti kurang
penting, malah mungkin yang paling penting. Konteks bisa secara sosial, budaya atau
lingkungan fisik. Konteks memberikan ground yang sangat menentukan bagaimana
figure dipandang. Fokus pada figure yang sama, tetapi dalam ground yang berbeda,
mungkin akan memberikan makna yang berbeda.
14
perkampungan kumuh di kota-kota besar biasa menggunakan air kali untuk kepentingan
mandi mencuci, dan kakus mempersepsikan air kali itu sebagai sesuatu hal yang masih
dalam batas-batas optimal sehingga mereka menggunakan ai kali itu dengan enak saja.
Sebaliknya orang biasa tinggal dipermukiman mewah, tidak mungkin akan menggunakan
air kali itu. Dengan demikian ,jelaslah bahwa persepsi ditentukan oleh pengalaman dan
pengalaman dipengaruhi oleh kebudayaan.
B. MOTIVASI
1. Pengertian motivasi
Motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive).
Ahmad Sudrajat (2008) motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang
yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan
suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Keberhasilan belajar siswa dapat di tentukan oleh motivasi belajar yang memiliki
motivasi belajar cendrung prestasinya pun akan tinggi pula.sebaliknya siswa yang
motivasinya rendah,maka rendah pula prestasi belajarnya.sebab motivasi merupakan
penggerak atau pendorong untuk melakukan tindakan tertentu.tinggi rendahnya motivasi
dapat menentukan tinggi rendahnya usaha atau semangat seseorang untuk
beraktivitas;dan tentu saja rendahnya semangat akan menentukan hasil yang di peroleh.
Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat
penting.sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan di sebabkan oleh
kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk
belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan semua kemampuannya.
2. Teori-Teori Motivasi
15
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua
(keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan
menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula
dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi
kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan
manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan
individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat
materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga
spiritual. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai
kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki.
Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
a. Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu
yang akan datang;
b. Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari
pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
c. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya
suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam
pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat
teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-
teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat
aplikatif.
16
dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan
identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness”
senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan
“Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow.
Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu
diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut
akan tampak bahwa :
a. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula
keinginan untuk memuaskannya;
b. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar
apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
c. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih
tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih
mendasar.
e. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk
menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi
dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi
bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi,
yaitu :
a. Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
b. Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.
17
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya
menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
a. Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima
berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat
pekerjaan dan pengalamannya;
b. Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan
sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;
c. Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang
sama serta melakukan kegiatan sejenis;
d. Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis
imbalan yang merupakan hak para pegawai.
Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para
pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai
persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila
sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti
ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam
penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan
pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke
organisasi lain.
18
seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat
subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak
seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan
tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan
sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang
menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai
konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang
mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat
pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat.
Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong
bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha
meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer
sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan
mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
3. Jenis-Jenis Motivasi
19
1. Kebutuhan fisiologis,yaitu kebutuhan dasar yang harus di terpenuhi
sebelum kebutuhan-kebutuhan yang lain terpenuhi.kebutuhan
fisiologis meliputi kebutuhan rasa lapar,haus,kebutuhan istirahat, dan
lain sebagainya.
2. Kebutuhan akan keamanan (security),yaitu kebutuhan rasa
terlindungi, bebas dari rasa takut dan kecemasan.
3. Kebutuhan sosial, kebutuhan akan cinta kasih seperti rasa diterima
oleh kelompok,perasaan dihargai dan dihormati oleh orang lain.
4. Kebutuhan untuk menjadi dirinya sendiri, yaitu kebutuhan untuk
berprestise yang erat dengan kebutuhan untuk mengembangkan
bakat dan minat yang dimilikinya baik dalam bidang
pengetahuan,sosial dan lain sebagainya.
c. Pespektif fungsional
Perspektif ini membagi jenis motiasi dilihat dari konsep motivasi
sebagai penggerak, harapan dan insentif. Motivasi sebagai penggerak
adalahmotivasi yang memberi tenaga untuk aktivitas tertentu. Artinya aktivitas
itu hanya mungkin terjadi apabila faktor pendorong yang menggerakakan
seluruh energi yang tersedia.tanpa adanya penggerak idak mungkian akan
terjadi aktivitas.penggerak iitu bisa datang dari luar diri individu yang
kemudian dinamakan sumber eksternal atau bisa muncul dari dalam yang
dinamakan sumber internal.
Motivasi yang didasarkan kepada harapan adalah motifasi yang
memandang bahwa sesuatu itu pasti terjadi sesuai dengan harapan. Dengan
demikian, motivasi itu bangkit karena adanya harapan tertentu yaitu harapan
yang dapat memuaskan kebuuhannya. Manakala indifidu merasa sesuatu tidak
akan muncul sesuai dengan harapan, maka motivasi itu akan melemah.
Motivasi yang di dasarkan kepada insentif adalah motivasi yang
muncul oleh karena adanya tujuan yang nyata. Tujuan tersebut adalah sesuatu
yang dapat mengakibatkan rasa senang, misalkan karena adanya hadiah atau
pujian. Motivasi indifidu dapat di bangkitkan melalui insentif.
d. Sifat motivasi
Di lihat dari sifatnya motivasi dapat dibedakan antara motivasi
intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic adalah motivasi yang
muncul dari dalam diri individu, misalkan siswa belajar karena di dorong oleh
keinginannyua sendiri menambah pengetahuan, atau seseorang berolahraga
tenis karena memang ia mencintai olahraga tersebut. Jadi dengan demikian,
dalam motivasi intinsik tujuan yang ingin di capai ada dalam kegiatan itu
sendiri.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri
misalkan, siswa belajar dengan penuh semangat karena ingin mendapat nilai
yang bagus seseorang berolahraga karena ingin menjadi juara dalam suatu
turnamen. Dengan demikian, dalam motivasi ekstrinsik tujuan yang ingin di
capai berada diluar kegiatan itu.
Dalam proses pembelajaran, motivasi intrinsik sulit untuk diciptakan
oleh karena itu motivasi ini datangnya dalam diri siswa. Kita tidak akan tau
seberapa besar motivasi intrinsik yang menyertai perbuatan siswa. Yang
mungkin dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan motivasi intrinsic
untuk menambah dorongan kepada siswa agar lebih giat belajar. Menurut
20
Oemar Hamalik (1995) munculnya motivasi intrinsic ataupun ekstrinsik dapat
di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Tingkat kesadaran diri siswa atas kebutuhan yang mendorong tingkah
laku/perbuatannyadan kesadaran atas tujuan belajar yang hendak di
capainya.
2. Sikap guru terhadap kelas,artinya guru yang selalu merangsang siswa
berbuat karah tujuan yang jelas dan bermakna,akan menumbuhkan
sifat intrinsic;tetapi apabila selalu menitik beratkan pada rangsangan-
rangsangan sepihak maka sifat ekstrinsik akan lebih dominant.
3. Pengaruh kelompok siswa, bila pengaruh kelompok siawa terlalu
kuat maka motivasinya cendrung kearah ekstrinsik.
4. Suasana kelas juga berpengaruh terhadap munculnya sifat tertentu
pada motivasi belajar siswa.
Karena motivasi itu memiliki beberapa fungsi yang sangat bermanfaat bagi setiap
individu, yaitu untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan
dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan
tertentu. Dari uraian diatas, jelaslah bahwa setiap motivasi itu bertalian erat dengan
suatu tujuan, suatu cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin
kuat pula motivasinya. Jadi motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan
seseorang. Motivasi memiliki beberapa fungsi diantaranya :
1. Motivasi itu dapat mendorong manusia untuk bertindak atau berbuat.
2. Motivasi itu dapat berfungsi menentukan arah berbuatan. Yakni ke arah
perwujudan suatu tujuan atau cita-cita.
3. motivasi itu dapat menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan
peruatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna
mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan itu.
Adapun fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar adalah :
Bagi pendidik motivasi berfungsi yaitu, untuk membangkitkan, meningkatkan,
dan memelihara semangat siswa untuk belajar. Dan juga mengetahui serta memahami
belajar siswa dikelas.
Bagi peserta didik motivasi memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Menyadarkan kedudukan awal belajar, proses dan hasil akhir.
2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar.
3. Mengarahkan kegiatan belajar.
4. Membesarkan semangat belajar.
Dalam penerapan motivasi beljar untuk memperoleh hasil pembeljaran yang optimal,
perlu diperhatikan prinsip-prinsip penerapan motivasi. Menurut Kenneth H. Hoover
(Oemar Hamalik: 1995) mengemukakan prinsip-prinsip berikut yaitu,
21
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan
suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai hasil kerja yang
telah dlakukan .
b. Para siswa memiliki kebutuhan psikologis yang bersifat dasar yang perlu
mendapat kepuasaan. Siswa berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan
tersebut., bagi siwa yang dapat memenuhi kebutuhanya secara efektif
melalui kegiatan-kegiatan belajar lebih sedikit memerlukan bantuan
dibandingkan dengan siswa yang tidak dapat memenuhi kebutuhanya itu.
c. Dorongan yang muncul dari dalam (instrink), lebih efektif dibandingkan
dengan dorongan yang muncul dari luar (ekstrink) dalam menggerakkan
motivasi belajar siswa.
d. Tindakan-tindakan atau respon siswa yang sesuai dengan tujuan, perlu
diberikan penguatan untuk memantapkan hasil belajar.
e. Motivasi mudah menular kepada orang lain.
f. Pemahaman siswa yang jelas terhadap tujuan dapat membangnkkitkan
motivasi belajar siswa.
g. Minat siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan oleh diri
sendiri, akan lebih besar dibandingkan dengan tugas yang dibebankan
oleh orang lain.
h. Berbagai macam penghargaan seperti ganjaran yang diberikan dari luar
kadang-kadang diperlukan untuk merangsang minat belajar siswa.
Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan
motivasi belajar siswa. Dibawah ini dikemukakan beberapa petunjuk untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa diantaranya :
a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana yang ingin
dibawah pemahaman siswa terhadap tentang tujuan pembelajaran dapat
menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan
motivasi belajar mereka.
Terdapat hubungan yang erat antara kepuasan seseorang yang di capai dengan
motivasi artinya semakin seorang meraasa puas dengan pencapaian sesuatu, maka
semakin tinggi motivasi seseorang untuk berprilaku sesuai dengan tujuan yang hendak
22
dicapai. Maka keputusan yang diperoleh siswa dari proses belajar yang telah
dilakukannya untuk memunculkan unjuk kerja yanag lebih baik bagi setiapa siswa.
Terdapat beberapa kodisi yang dapat dilakuakan untuk memberiklan kepuasan pada
siswa yang dapat mendororng untuk berprilaku lebih baik yakni:
a. Imbalan hasil belajar
Imbalan hasil belajar adalah sesuatu yanag diperoleh siswa sebagai
konsekkuensi dri upaya yang telah dilakukan sehingga terjadinya perubhan
prilaku pada ytang bersangkutan baik prilaku dalam bidan kognoitif, afektif
maupun psikomotorik.
b. Rasa aman dalam belajar
Rasa aman seseorang dalam melakukan suatu aktivitas akan
berpengruh kepada tingkat kepuasan seseorangb sehingga akan
mempengaruhi juga terhadap semangat yang bersangkutan untuk
mengeluarkan segala kemampuannya untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.
c. Situasi lingkungan belajar
Aktivitas belajar yang dilakuakan dalam kondisi lingkungan yang baik,
bersih dan sehat dapat memberikan kepuasan yang lebih baik dibandingkan
dengan belajar yang dilakukan pada lingkungan yang tidak baik dan tidak
sehat.
d. Kesempatan untuk mengembangkan diri
Siswa berkecendrungan akan merasa puas dalam belajar manakala
memiliki harapan yanga jelas untuk masa depannya, sebalikny siswa
memiliki tidak akan merasa puas manakala tidak memahami kejelasan
tentang manfaat mempelajari sesuatu untuk kehidupannya.
23
Menunda-nunda adalah hal yang bisa membunuh impian kita. Juga
mampu membunuh motivasi dalam diri kita sendiri. Tetapkan batas waktu
untuk mencapai satu tujuan, dan berpeganglah dengan batas waktu yang kita
tentukan sendiri. Dengan memiliki perasaan dikejar batas waktu, kita juga
akan lebih fokus dan berusaha untuk memenuhi tujuan tersebut. Namun
berhati-hatilah dengan menentukan batas waktu, jangan sampai waktu yang
kita tentukan sendiri membuat kita stres dan frustasi, sehingga malah merusak
mental dan pikiran kita. Pikirkanlah batas waktu yang tepat dan tetap membuat
anda nyaman dalam menjalaninya. Terburu-buru juga bukanlah hal yang baik.
3. Bersenang-senanglah
Dalam melakukan pekerjaan kita sering dihadapkan dengan masalah
ataupun beban pikiran yang berat, jadi rasa humor yang cukup bisa menjadi
salah satu kunci untuk sukses. Cobalah untuk tidak terlalu berat memikirkan
masalah dan pekerjaan. Belajarlah untuk menikmati apa yang kita lakukan
setiap hari, sehingga kita bisa tetap termotivasi dan merasa antusias. Dan
dengan tetap memiliki perasaan tersebut, kita bisa membantu diri sendiri
mengontrol tingkat stres yang kita miliki.
Motivasi diri sendiri memiliki keuntungan tersendiri dan juga memacu
diri kita untuk bisa lebih berkembang, lebih baik, dan mengarah pada
kesuksesan. Dengan memotivasi diri sendiri, berarti kita juga bisa
menciptakan jalan-jalan baru untuk melangkah mencapai tujuan kita.
a. Membuat Tujuan
Orang yang malas biasanya tidak memiliki motivasi untuk berkembang ke
arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang tidak memiliki motivasi
biasanya tidak memiliki tujuan-tujuan hidup yang pantas dan layak untuk diraih.
24
Dan orang yang tidak memiliki tujuan-tujuan hidup, biasanya sangat jarang
bahkan mungkin tidak pernah menuliskan resolusi atau komitmen-komitmen
pencapaian hidup.
Di sinilah pangkal persoalannya. Tanpa tujuan, resolusi, atau komitmen-
komitmen pencapaian hidup, maka seseorang hanya bergerak secara naluriah
dan sangat rentan diombang-ambingkan situasi di sekelilingnya. Posisi seperti
ini membuatnya menjadi pasif, menunggu, tergantung pada situasi, dan
cenderung menyerah pada nasib. Dalam keadaan seperti ini, tidak akan ada
motivasi untuk meraih atau mencapai sesuatu. Tidak adanya sumber-sumber
motivasi hidup menyebabkan kemalasan.
b. Mengasah Kemampuan
Orang yang memiliki tujuan-tujuan hidup yang pasti, membuat resolusi dan
komitmen-komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi tinggi. Tetapi
tujuan yang samar-samar jelas tidak memberikan dampak motivasional yang
signifikan. Nah, akan lebih baik lagi jika tujuan- tujuan dilengkapi dengan
aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti mencari cara-cara yang efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut. Kita juga perlu sekali mengasah
kemampuan atau ketrampilan-ketrampilan supaya langkah-langkah yang diambil
itu akan membawa kita pada pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Karena dengan sendirinya semakin memperkuat rasa percaya diri kita,
menebalkan komitmen pencapaian tujuan, dan tentu saja menumbuhkan
motivasi.
c. Pergaulan Dinamis
Situasi atau lingkungan di mana kita berada sungguh ada pengaruhnya. Orang
yang mulai dihinggapi rasa malas sangat dianjurkan agar menjauhi mereka yang
juga mulai diserang kebosanan, putus asa, rasa enggan, apalagi negative
thinking. Sepintas, berkeluh kesah dengan mereka dengan orang-orang seperti
itu dapat melegakan hati. Ada semacam rasa pelepasan dari belenggu psikologis.
Walau demikian, dalam situasi malas sedang menyerang, mendekati orang-orang
yang sedang down sama sekali tidak menolong satu sama lain. Rasa malas dan
kebuntuan justru bisa tambah menjadi-jadi. Ini bisa menjerumuskan masing-
masing pihak pada pesimisme, keputusasaan, dan kemalasan total.
d. Disiplin Diri
Ada sebuah ungkapan yang sangat dalam maknanya dari Andrie Wongso,
Motivator No.1 Indonesia, yang bunyinya; “Jika kita lunak di dalam, maka dunia
luar akan keras kepada kita. Tapi jika kita keras di dalam, maka dunia luar akan
lunak kepada kita”. Kata-kata mutiara yang luar biasa ini menegaskan, bahwa
jika kita mau bersikap keras pada diri sendiri, dalam arti menempa rasa disiplin
dalam berbagai hal, maka banyak hal akan bisa kita kerjakan dengan baik. Sikap
keras pada diri sendiri atau disiplin itulah yang umumnya membawa kesuksesan
bagi karir para olahragawan dan pekerja professional yang memang menuntut
sikap disiplin dalam banyak hal.
Rasa malas jelas merugikan. Obat mujarabnya adalah menumbuhkan
kebiasaan mendisiplinkan diri dan menjaga kebiasaan positif tersebut.Sekalipun
seseorang memiliki cita-cita atau impian yang besar, jika kemalasannya mudah
muncul, maka cita-cita atau impian besar itu akan tetap tinggal di alam impian.
Jadi, kalau Anda ingin sukses, jangan mempermudah munculnya rasa malas.
25
Dengan menghindari rasa malas maka kita akan mampu menghadapi krisis
motivasi ini.
2. Bersikap Optimis
Bersikap optimis dalam menjalani kehidupan. Sekecil apa pun yang kita
lakukan, selagi disertai ketulusan, pasti akan diberi balasan oleh Allah [QS Ali
'Imran [3]: 195]. Rahmat Allah sangatlah luas, “Maka janganlah kalian berputus asa
dari rahmat Allah”, demikian QS Yusuf [12]: 87. Sikap optimis inilah yang akan
memberi dorongan kuat dalam diri untuk berkarya, berkreasi dan berprestasi, dan
mampu menhadapi krisis motivasi yang kini telah terjadi.
Seseorang yang optimis dan berfikir positif akan diliputi ketenangan dan hidup
yang stabil. Kebaikan akan diterima sebagai anugrah yang patut disyukuri, bukan
berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya. Musibah akan dihadapi
sebagai cobaan yang membuatnya tertantang untuk menggapai hikmah [kebaikan] di
balik itu.
BAB III
PENUTUP
26
a. Kesimpulan
b. Saran
Untuk mempelajari sesuatu tidaklah cukup hanya dengan melihat saja, penyaji
menyarankan kepada semuanya agar lebih banyak membaca guna memahami
tentang konsep dasar dari makalah ini. Semoga apa yang di sampaikan dalam
makalah memberi manfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
27
http://ahmadroihan8.blogspot.com/2013/10/persepsi-dalam-psikologi-lengkap.html
http://12042ma.blogspot.com/2013/06/faktor-faktor-lain-dalam-persepsi.html
http://kokontibo.blogspot.com/2009/12/persepsi-bahasa-verbal-dan-bahasa.html
http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/
http://kajianpsikologi.blogspot.com/2011/01/persepsi.html
http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/
http://www.psychologymania.com/2011/09/jenis-jenis-persepsi-dinamika-persepsi.html
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/fungsi-dasar-psikologi-mainmenu-27/28-
persepsi/121-prinsip
http://satkarulama.webs.com/apps/blog/show/3573448
http://abdrauf4060.blogspot.com/2012/12/persepsi.html
http://miyazakiannisha.blogspot.com/2012/03/sensasi-dan-persepsi-mata-kuliah.html
http://h-nurul.blogspot.com/2010/03/persepsi-remaja-terhadap-isu-isu.html
Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Renika Cipta.
Indrakusuma, Amir Dalen. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
Purwanto, Ngalim. M. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Soemanto, Wasty. 1983. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan.
Jakarta : PT Renika Cipta.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/.
28