Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diri pribadi adalah suatu ukuran atau kualitas yang memungkinkan seseorang untuk
dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Kualitas
yang membuat seseorang yang memiliki kekhasan tersendiri sebagai manusia, tumbuh
dan berkembangnya melalui interaksi sosial, yaitu berkomunikasi dengan orang lain.
Individu tidak dilahirkan dengan membawa kepribadian. Seperti halnya diri fisik kita,
maka diri sosial dan diri psikologis manusia akan terus berkembang dan menjadi matang
sejalan dengan usia hidup kita.
Pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap manusia, tetapi
setiap orang juga harus menyadari apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi pada
dirinya. Kesadaran terhadap diri pribadi ini pada dasarnya adalah suatu proses persepsi
yang ditujukan pada dirinya sendiri. Dalam hal ini orang akan berusaha untuk mengenali
dan memahami siapa dirinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan presepsi ?
2. Apa saja macam-macam dari presepsi ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi presepsi ?
4. Bagaimana cara memahami pengindraan bagian dari presepsi ?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami pengertian tentang presepsi
2. Mengetahui dan memahami macam-macam dari presepsi
3. Mengetahui dan memahami apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi presepsi
4. Mengetahui dan memahami pengindraan bagian dari presepsi

D. Manfaat
Dari penulisan makalah ini diharap mendatangkan manfaat berupa mnambah
pengetahuan serta wawasan kepada pembaca tentang presepsi manusia dalam konteks
pengembangan kepribadian manusia. Disamping itu dengan adanya makalah ini dapat

1
membantu kita mengetahui pengertian presepsi, macam-macam dari presepsi, faktor-
faktor yang mempengaruhi presepsi, dan pengindraan yang berkaitan dengan prsepsi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Presepsi

2
Persepsi memiliki banyak sekali pengertian. Secara sederhana persepsi mengandung

arti cara seseorang dalam memahami sesuatu atau bagaimana ia melihat suatu objek.
Persepsi juga berarti proses pemahaman atau pemberian makna atas suatu informasi
terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa,
atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Lewat persepsi
lah, proses kognisi dimulai .

1. Pengetian pesepsi menurut para ahli :


a. Bimo Walgito menyatakan bahwa persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam
diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu
disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya
sendiri dan keadaan di sekitarnya.
b. Davidoff berpendapat bahwa persepsi merupakan proses pengorganisasian dan
penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat
sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu.
c. Bower memberikan definisi yang hampir sama dengan kedua tokoh di atas bahwa
persepsi adalah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan individu.

Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu . Dalam arti luas : adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seeseorang
memandang atau mengartikan sesuatu.
Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang
disimpan didalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterprestasi
stimulus (rangsangan) yang diteriman oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung
(Matlin, 1989; Solso,1988). Secara singkat dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan
suatu proses menginterprestasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem
indera manusia. Misalnya pada waktu seorang melihat sebuah gambar, membaca tulisan,
atau mendengar suara tertentu, ia akan melakukan interprestasi berdasarkan pengetahuan
yang dimilikinya dan relevan dengan hal-hal itu. Presepsi mencakup dua proses yaitu
bottom-up atau data driven processing (aspek stimulus), dan top-down atau conceptually
driven processing (aspek pengetahuan seseorang). Hasil persepsi seseorang mengenai
sesuatu objek disamping dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri, juga pengetahuan
seseorang mengenai objek itu.

2. Dalil Persepsi
Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi, menjadi empat bagian :
1) Dalil persepsi yang pertama : Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Berarti
objek-objek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi biasanya objek-objek yang
memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi
2) Dalil persepsi yang kedua : Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan
diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun
stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interprestasi
yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
3) Dalil persepsi yang ketiga: Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur
ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu
dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat
kelompok akan diperngaruhi oleh keanggotaan kelompolmua dengan efek berupa
asimilasi atau kontras.

3
4) Dalil persepsi yang keempat : Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan
waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari
struktur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat structural dalam
mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis, kotak atau balok.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2


yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat
dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
a. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang
diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan
arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada
tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat
berbeda.
b. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang
ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian
seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi
persepsi terhadap suatu obyek.
c. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa
banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi.
Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk
memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
d. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya
seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan
jawaban sesuai dengan dirinya.
e. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan
dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian
lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
f. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini
menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan
mengingat.

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari


linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat
mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi
bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :
a. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan
bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk
dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan
melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada
gilirannya membentuk persepsi.

4
b. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih
banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan
yang sedikit.
c. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya
dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan
individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna
lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali
dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa
mempengaruhi persepsi.
e. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap
obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan
obyek yang diam.

Faktor lain yang mempengaruhi persepsi individu

a. Primary Effect : Pentingnya Kesan Pertama


Kesan pertama merupakan faktor penting dalam proses persepsi manusia.
Setiap orang dari kita pasti memiliki hari yang baik dan hari yang buruk dalam
kehidupan kita, bahkan faktor baik dan buruk tersebut dapat mempengaruhi persepsi
oranglain terhadap kita. Apakah ketika kita membuat kesan pertama kita pada hari
yang baik atau yang buruk.
Informasi pertama yang kita dapat dari orang lain cenderung mempengaruhi
pendapat kita terhadap mereka dibandingkan informasi-informasi selanjutnya. Inilah
yang disebut primacy effect sebagai contoh : ketika Budi bertemu dengan Anto
seorang yang sangat hebat di bidang Fisika, Budi melihat bahwa Anto ini adalah
seorang siswa SMA yang jago Fisika dan menjadi juara kelas, serta ramah dengan
siapapun. Kesan pertama Budi akan positif. Setelah itu ketika ia bertemu lagi dengan
Anto di kafe, dimana ia duduk sendiri dan setengah mabuk, Budi melihat sisi lain dari
Anton. Namun, karena kesan pertama bertemu adalah positif, Budi mengabaikan hal
tersebut dan mengira bahwa dia berada di bar sendirian akrena adanya sesuatu yang
negatif yang menimpanya. Dan Sebaliknya, ketika mereka bertemu, kesan pertama
negatif. Dan ketika keesokan harinya mereka bertemu kesan yang terlihat cukup
possitif, namun karena awalnya negatif. Maka kesan yang mendominasi justru yang
negatif.
Efek Kesan pertama ( primacy effect) tidak selalu penting dan akan sangat
berkurang dalam tiga kondisi sebagi berikut :
1) Prolonged expose ( paparan yang berkepanjangan)
Prolonged expose cenderung mengurangi pentingnya kesan pertama.
Walaupun, membuat kesan pertama yang baik pada hari pertama bekerja
sangat penting, namun anda tidak perlu kuatir karena rekan kerja anda akan
mengetahui diri anda yang sebernarnya dengan mengumpulkan informasi
dalam jangka panjang, sehingga hal tersebut dapat menghilangkan kesan
pertama anda.
2) Passege of time (Berlalunya waktu)
Seperti yang lainnya, kesan pertama akan dilupakan seiring
berjalannya waktu. Jika adanya jangka waktu yang panjang antara kesan

5
pertama dengan kesan selanjutnya, kesan yang terbaru yang lebih
mendominasi
3) Knowledge of primacy effects
Ketika seseorang telah diperingati untuk tidak terpengaruh dengan
kesan pertama. Maka primacy effect dapat dikurangi. Dengan adanya Manager
atau profesi lainnya yng mampu mempersepsi seseorang secara akurat dapat
mengajarkan tentang bahayanya primacy effect, sehingga mengurangi
pentingnya primacy effect dalam proses persepsi mereka.

b. Proximity (kedekatan geografis)


Ini merupakan sebuah hal penting, namun tidak romantis yang menyebabkan
ketertarikan. Sangatlah susah untuk jatuh cinta dengan seseroang yang jarang kita
temui. Kedekatan fisik dan interpersonal yang dihasilkan sangat penting untuk
perkembangan ketertarikan. Sebagai contoh : kamu akan lebih ramah dengan tetangga
yang tinggal dekatmu daripada oranglain yang tinggal ditempat yang jauh darimu. Hal
ini dikarenakan Proximity meningkatkan ketertarikan, dan pertemuan yang berulang-
ulang terhadap seseorang akan meningkatkan rasa suka kita (Zajonc,1968).

c. Mutual liking
Manusia akan lebih tertarik pada orang yang menyukainya daripada orang
yang tidak. Menyukai seseorang biasanya akan mengarah pada balasan perasaan yang
sama. Mengapa demikian? Alasan pertamanya adalah ketika kita menyukai seseorang,
kita akan terlihat lebih menarik secara fisik, khususnya apabila ada sedikit nafsu di
dalamnya. Banyak orang yang berkata bahwa jatuh cinta membuat kamu terlihat lebih
cantik dan itu benar. Matamu akan lebih menarik, pupil mata akan lebih terbuka
ketika kamu melihat seseorang yang kamu anggap menarik secara seksual, dan orang
lain akan melihat bahwa pupil yang terbuka sangat menarik secara seksual. Selain itu
postur dan gerakan tubuh akan lebih menarik juga. Dengan kata lain, kamu akan lebih
memikat secara fisik ketika kamu tertarik dengan seseorang. Alasan yang lain adalah
ketika kamu menyukai seseorang, kamu akan bersikap lebih baik terhadap orang
tersebut dan bersikap baik membuat kamu kelihatan lebih menarik. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kita cenderung menyukai orang yang memuji kita atau
orang yang banyak membantu kita. Akan tetapi akan ada dampak negatif dari pujian
dan perhatian yang terlalu banyak. Apabila terlalu berlebihan, khususnya ketika orang
tersebut mengira kamu tidak ikhlas dan mempunyai motif yang egois dari pemberian,
pujian, dan bantuanmu, hal itu tidak akan mengarahkan perasaannya ke rasa suka dan
malah akan membencinya.

4. Proses Persepsi

Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa psikologi, sebagai telaah
ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang merupakan prantara rangsangan di
luar organisme dengan tanggapan fisik organisme yang dapat diamati terhadap
rangsangan. Menurut rumusan ini, yang dikenal dengan teori rangsangan-
rangasangan(stimulus-respons/SR), persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses
yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan keapada manusia. Subproses
psikologi lainnya yang mungkin adalah pengenalan,prasaan, dan penalaran. persepsi dan
kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan, diperlukan bagi orang yang
paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan suatu
cara menahan dampak dari rangsangan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang

6
perlu dari setiap situasi rangsanga-tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu
yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan
sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.
Persepsi, pengenalan, penalaran, dan perasaan kadang-kadang disebut variabel
psikologis yang muncul di antara rangsangan dan tanggapan. Sudah tentu, ada pula cara
lain untuk mengonsepsikan lapangan psikologi, namun rumus S-R dikemukakan di sini
karena telah diterima secara luas oleh para psikolog dan karena unsur-unsur dasarnya
mudah dipahami dan digunakanoleh ilmu sosial lainnya (Hennessy, 1981:117).
Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari
cara dia memandang. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponan utama berikut:
a) Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
b) Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai
arti bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan
kecerdasan. Interprestasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk
mengadakan pengkatagoriaan informasi yang kompleks menjadi sarjana.
c) Interprestasi dan persepsi kemudian ditrjemahkan dalam bentuk tingkah laku
sebagai rekasi (Depdikbud, 1985), dalam Soelaeman, 1987). Jadi, proses
persepsi adalah melakukan seleksi, interprestasi, dan pembulatan terhadap
informasi yang sampai.
Apa yang kita hayati tidak hanya bergantung pada stimulus, tetapi juga pada proses
kognitif yang merefleksikan minat, tujuan, dan harapan seseorang pada saat itu pemusatan
persepsi itu disebut “perhatian”.
Perhatian mempunyai fungsi memiliki dan mengarahkan rangsangan-rangsangan yang
saampai kepada kita, sehingga tidak kita terma secara kacau. Perhatian dipengaruhi aleh
beberapa faktor yang dapat dibagi atas dua golongan besar, yaitu faktor luar dan faktor
dalam. Faktor luar adalah faktor-faktor yang terdapat pada objek yang diamati itu sendiri,
intensitas atau ukuran, kontras atau pengulangan, dan gerakan sedangkan faktor dalam adalah
adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu si pengamat, yaitu mptif, kesediaan,
dan harapan (Dirgagunasra, 1996: 107).
Kita dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi bekerja dengan menjelaskan tiga
langka yang terlibat dalam prosesnya.tahap-tahap ini tidaklah saling terpisa bener dalam
kenyatannya, ketiganya bersifat countinu, bercampur baur, dan berumpang tindih satu sama
lain.
1. Terjadinya stimulasi alat indar (sensory stimulation)
Pada tahap pertama. Alat-alat indra distimulasi (dirangsang): kita
mendegarkan alat musik. Kita melihat seorang yang sudah lama tidak kita jumpai.
Kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita. Kiat mencicipi sepotong
kue. Kiat merasakan telapak tangan berkeringat ketika kita berjabat tangan.
2. Stimulasi terhadap alat indra diatur
Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indar diatur menurut berbagai
prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas
(proximility) atau kemiripan: orang atau pesan secara fisik mirip satu sama lain,
dipersepsikan bersama-sama, atau sebagai suatu kesatuan (unity).
3. Stimulasi alat indra ditafsirkan-dievaluasi
Langkah ketiga ini merupakan proses subjektif yang melibatkan evaluasi
dipihak penerima. Penafsiran/evaluasi tidak semata-mata didasarkan pada
rangsangan luar, melaikan juga sangat dipengaruhi pengalaman masa lalu,

7
kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyalinan tenyang yang seharusnya, keadaan
fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita.

5. Prinsip Persepsi

a. Prinsip-Prinsip Persepsi Berdasarkan Teori Gestalt.


Sebagian besar dari prinsip-prinsip persepsi merupakan prinsip pengorganisasian
berdasarkan teori Gestalt. Teori Gestalt percaya bahwa persepsi bukanlah hasil penjumlahan
bagian-bagian diindera seseorang, tetapi lebih dari itu merupakan keseluruhan [the whole].
Teori Gestalt menjabarkan beberapa prinsip yang dapat menjelaskan bagaimana seseorang
menata sensasi menjadi suatu bentuk persepsi.
Prinsip persepsi yang utama adalah prinsip figure and ground. Prinsip ini
menggambarkan bahwa manusia, secara sengaja maupun tidak, memilih dari serangkaian
stimulus, mana yang menjadi fokus atau bentuk utama [=figure] dan mana yang menjadi latar
[=ground].
Dalam kehidupan sehari-hari, secara sengaja atau tidak, kita akan lebih
memperhatikan stimulus tertentu dibandingkan yang lainnya. Artinya, kita menjadikan suatu
informasi menjadi figure, dan informasi lainnya menjadi ground. Salah satu fenomena dalam
psikologi yang menggambarkan prinsip ini adalah, orang cenderung mendengar apa yang dia
ingin dengar, dan melihat apa yang ingin dia lihat.

b. Prinsip Pengorganisasian
Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan orang akan
mempersepsikan beberapa orang yang sering terlihat bersama-sama sebagai sebuah kelompok
/ peer group. Untuk orang yang tidak mengenal dekat anggota “kelompok” itu, bahkan akan
tertukar identitas satu dengan yang lainnya, karena masing-masing orang [sebenarnya ada 4
lajur titik] terlabur identitasnya dengan keberadaan orang lain [dipersepsi sebagai 2 kelompok
titik].
Prinsip similarity; seseorang akan cenderung mempersepsikan stimulus yang sama sebagai
satu kesatuan.
Prinsip continuity; prinsip ini menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah
melakukan proses melengkapi informasi yang diterimanya walaupun sebenarnya stimulus
tidak lengkap.

c. Gestalt Theory
Menurut teori Gestalt secara alamiah manusia memiliki kecenderungan-
kecenderungan tertentu dan melakukan penyederhanaan struktur di dalam mengorganisasikan
objek-objek persepsual (Brennan, 1991;Hayes, 1978). Stimulus dari lingkungan cenderung
diklasifikasikan menjadi pola-pola tertentu dengan cara-cara yang sama oleh kebanyakan
orang. Teori Gestalt mengajukan beberapa prinsip tentang kecenderungan-kecenderungan
orang didalam pengenalan pola yang berkaitan dengan dengan objek atau informasi visual,
antara lain

a. Prinsip kedekatan (proximity), objek-objek visual yang terletak berdekatan atau


tampil didalam waktu yang bersamaan cenderung dipersepsikan sebagai satu
kesatuan.
b. Prinsip kemiripan (similarity), objek-objek visual yang memiliki struktur sama atau
mirip cenderung di persepsi atau dilihat sebagai satu kesatuan (kelompok).

8
c. Prinsip searah (direction), objek-objek visual cenderung dipersepsikan sebagai satu
kesatuan apabila berada di dalam satu arah pandangan.
d. Prinsip ketutupan (closure), elemen-elemen objek stimulus yang kurang lengkap
cenderung dilihat secara lengkap.
e. Prinsip pragnan, tata letak sejumlah objek meski kurang beraturan cenderung
dipersepsikan secara baik, sederhana dan bermakna tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari, contohnya adalah fenomena tentang bagaimana gosip
bisa begitu berbeda dari fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai informasi oleh
seseorang, kemudian diteruskan ke orang lain setelah “dilengkapi” dengan informasi lain
yang dianggap relevan walaupun belum menjadi fakta atau tidak diketahui faktanya.

6. Jenis-Jenis Persepsi

Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera
menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis.

a) Persepsi Visual
Untuk melihat contoh persepsi visual, silahkan lihat gambar-gambar
disini. Persepsi visual didapatkan dari penglihatan. Penglihatan adalah kemampuan
untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang
digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya
tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya,
misalnya pendengaran untuk kelelawar. Manusia yang daya penglihatannya menurun
dapat menggunakan alat bantu atau menjalani operasi lasik untuk memperbaiki
penglihatannya.
Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan
mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan
topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya
paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.

b) Persepsi Auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang
bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri
dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak.
Tidak semua suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat
mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz
sampai 20.000 Hz. Bila dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu tinggi terus
menerus, sistem pendengaran dapat menjadi rusak.

c) Persepsi Perabaan
Persepsi perabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. Kulit dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu bagian epidermis, dermis, dan subkutis. Kulit berfungsi
sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba
dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan;
sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya
sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor reseptor khusus. Reseptor untuk
rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan,

9
ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang
sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis.

d) Persepsi Penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung. Penciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan bau.
Perasaan ini dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi pada rongga hidung vertebrata,
dan dengan analogi, sel sensor pada antena invertebrata. Untuk hewan penghirup
udara, sistem olfaktori mendeteksi zat kimia asiri atau, pada kasus sistem olfaktori
aksesori, fase cair. Pada organisme yang hidup di air, seperti ikan atau krustasea, zat
kimia terkandung pada medium air di sekitarnya. Penciuman, seperti halnya
pengecapan, adalah suatu bentuk kemosensor. Zat kimia yang mengaktifkan sistem
olfaktori, biasanya dalam konsentrasi yang sangat kecil, disebut dengan bau.

e) Persepsi Pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
Pengecapan atau gustasi adalah suatu bentuk kemoreseptor langsung dan merupakan
satu dari lima indra tradisional. Indra ini merujuk pada kemampuan mendeteksi rasa
suatu zat seperti makanan atau racun. Pada manusia dan banyak hewan vertebrata
lain, indra pengecapan terkait dengan indra penciuman pada persepsi otak terhadap
rasa. Sensasi pengecapan klasik mencakup manis, asin, masam, dan pahit.
Belakangan, ahli-ahli psikofisik dan neurosains mengusulkan untuk menambahkan
kategori lain, terutama rasa gurih (umami) dan asam lemak.
Pengecapan adalah fungsi sensoris sistem saraf pusat. Sel reseptor pengecapan
pada manusia ditemukan pada permukaan lidah, langit-langit lunak, serta epitelium
faring dan epiglotis.

7. Fungsi dan Sifat-Sifat Dunia Persepsi

A. Fungsi Persepsi
Penelitian tentang persepsi mencakup dua fungsi utama sistem persepsi, yaitu
lokalisasi atau menentukan letak suatu objek, dan pengnalan, ,menentukan jenus objek
tersebut (Artkinson et al., t.t). lokalisasi dan pengenalan dilakukan oleh daerah korteks
yang berbeda. penelitian persepsi juga menggurusi cara sistem perseptual
mempertahankan bentuk objek tetap konstan, walaupun citra (bayangan) objek diretina.
Menurut Artkonson dan kwan kawanya, untuk melokalisasi (menentukan lokasi), kita
terlebih dahulu harus menyegregasikan objek kemudian mengorganisasikan objek
menjadi keelompok.
Pengenalan suatu benda mengharuskan penggolongnya dalam katagori dan
pendasaranya terutama pada bentuk benda. Dalam stadium awal pengenalan, sistem
visual menggunakan informasi diretina untuk mendeskripsikan objek dalam pengertian
ciri, seperti garis dan sudut ; sel yang mendeteeksi ciri tersebut (detektor ciri) telah
ditemukan di korteks visual. Dalam stadium lanjut, pengenalan, sistem mencocokkan
deskripsi bentuk yang disimpan dimemori untuk ditemukan yang paling cocok.

B. Sifat-sifat Dunia Persepsi


Pada hakikatnya dunia persepsi merupakan suatu keseluruhan.bunyi-bunyi yang saya
dengar berasal dari dunia yang juga saya lihat. Meja yang saya lihat adalah sama dengan

10
yang saya raba. Jadi, hanya ada satu dunia persepsi, namun dunia yang satu itu saya amati
dengan cara berbeda.
Dunia persepsi mempunyai berbagai sifat (Verbeek, 1978). Beberapa sifat itu berlaku
untuk segala yang diamati atau dipersepsi. Jadi, berlaku untuk dunia persepsi pada
umumnya. Yang lain, merupakan sifat-sifat yang khas dari persepsi dengan indra tertentu.
a. Sifat-Sifat Umum Persepsi
1. Dunia persepsi mempunyai sifat-sifat ruang. Objek-objek yang dipersepsi itu
“meruang”, berdimensi ruang. Mengenal persepsi ruang ini mengandung
persoalan-persoalan psikolosis yang penting, terutama penglihatan sifat ruang
(tiga dimensi). Tiga dimensi tersebut adalah :
a. Dimensi evaluasi yaitu penilaian untuk memutuskan sifat baik buruk, disukai-
tidak disukai, positif-negatif pada orang lain.
b. Dimensi potensi yaitu kualitas dari orang sebagai stimulus yang diamati
(kuat-lemah, sering-jarang, jelas-tidak jelas).
c. Dimensi aktivitas yaitu sifat aktif atau pasifnya orang sebagai stimulus yang
diamati.
2. Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu. Dalam hal ini terdapat kestabilan yang
luas. Objek-bjek persepsi kurang lebih bersifat tetap. Namun, kita juga harus
mempersepsi adanya perubahan yang terjadi dalam waktu.
3. Dunia persepsi itu berstruktur menurut berbagai objek persepsi. Di situ berbagai
keseluruhan yang kurang lebih berdiri sendiri menampakkan diri
4. Dunia persepsi adalah suatu dunia yang penuh dengan arti.
5. Mempersepsi tidaklah sama dengan mengonstatir benda dan kejadian tanpa
makna. Yang kita persepsi selalu merupakan tanda-tanda, ekspresi-ekpsresi,
benda-benda dengan fungsi, relasi-relasi yang peenuh arti, serta kejadian-kejadian.

Persepsi bukanlah suatu fungsi yang terisolasi, melainkan erat berhubungan dengan
lain-lain fungsi manusia. Yang mempersepsi bukanlah hanya suatu indra yang terisolasi
saja, melainkan seluruh pribadi. Oleh karna itu, apa yang kita persepsi sangat bergantung
pada pengetahuan serta pengalaman, dari perasaan, keinginan dan dugaan-dugaan kita.
Dengan demikian, studi mengenai persepsi juga harus menyelidiki faktor-faktor yang
memegaruhi persepsi.
Sifat-sifat yang khusus bagi masing-masing indra tersendiri. Diantara sifat-sifat,
terdapat berbagai kelompok yang khusus bagi indra-indra.merah dan kuning termasuk
kelompok yang berlainan dengan asam dan asin. Suatu keseluruhan sifat sensoris yang
khas bagi suatu indra tertentu kita sebut modalitas. Warna adalah suatu modalitas yang
khusus bagi mata (penglihatan), bunyi bagi telinga(pendegaran). Dalam suatu maodalitas
tertentu, dapat dibedakan kualitas-kualitas indera.

Jadi sesuai dengan jumlah modalitas, dapat juga dibedakan seejumlah indra. Angapan
klasik membedakan lima macam indra; penglihatan, pendegaran, pembau, pengcap, dan
“rasa” atau pembeda. Namun, apayang disebut indra kelima ini, tidak mengcakup
keseluruhan yang homo gen dari kualitas-kualitas sensoris.

8. Fenomena dalam Persepsi

a. Persepsi bawah sadar (sublimical perception)

11
Persepsi terhadap suatu objek dapat terjadi tanpa disengaja atau disadari oleh
seseorang. Biasanya persepsi tersebut tertuju pada objek, gambar atau kata-kata yang
ditampilkan di dalam waktu yang relatif singkat atau sedikit dalam rangkaian suatu
peristiwa. Persepsi subliminal terjadi apabila stimulus yang tampaknya tidak
diperhatikan atau tanpa disadari keberadaanya oleh seseorang namun secara diam-
diam stimulus itu mempengaruhi perilaku orang yang bersangkutan dikemudian hari.
Persepsi Subliminal terjadi ketika stimulus disajikan di bawah ambang batas
atau Limen untuk kesadaran ditemukan untuk mempengaruhi pikiran, perasaan , atau
tindakan . Istilah persepsi subliminal awalnya digunakan untuk menggambarkan
situasi di mana rangsangan yang lemah dipandang tanpa kesadaran .

b. Ilusi atau kesalahan persepsi (error of perception) .

Kesalahan persepsi biasanya disebut ilusi (illusion) terjadi ketika seseorang


mempersepsi suatu objek secara tidak tepat atau tidak sesuai dengan keadaan
semestinya (realitas objektif).
1. Ilusi disebabkan faktor-faktor eksternal.
Gambar pada cermin serta gaung suara adalah ilusi tipe ini. Gambar atau
bayangan dicermin kelihatannya terletak dibelakang kaca, ini disebabkan dari arah
itulah cahaya datang mengenai mata kita. Gaung datang dari arah yang
berlawanan dengan posisi kita berdiri, karena di situ pula suara tidak masuk
kedalam telinga kita.
2. Ilusi disebabkan kebiasaan
Rangsangan-rangsangan yang disajikan sesuai dengan kebiasaan kita dalam
mengenali, kita akan lebih mudah menimbulkan ilusi bila otak kita bisa dengan
pengindraan visual yang mengandalkan perspektif maka akan terjadi kesalahan.
3. Ilusi karena kesiapan mental atau harapan tertentu
Jika kita kehilangan sesuatu dan ingin sekali menemukannya kembali. Anda
akan sering melihat sesuatu yang mirip barang tersebut.
4. Ilusi karena kondisi rangsang terlalu kompleks
Bila rangsang yang diamati terlalu kompleks, maka rangsang tersebut dapat
menutup-nutupi atau menyamarkan fakta-fakta objektif dari objek atau gejala
tertentu.

c. Menghindar persepsi (perceptual defence)

Fenomena menghindar atau menolak agar tidak terjadi suatu persepsi terhadap
stimulus yang dihadirkan pada seseorang, Seringkali kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Biasanya stimulus yang bermuatan emosi cenderung kurang siap untuk
dipersepsikan daripada stimulus yang netral (Eysenck, 1984) contoh apabila kepada
seseorang diucapkan kata tabu, cabul atau dapat membangkitkan kenangan masa lalu
yang traumatis, maka ia cenderung akan menghindari untuk mempersepsi kata-kata
itu. Biasanya dilakukan seseorang dengan menutup telinganya, memalingkan muka
atau mengalihkan perhatiannya kepada pembicaraan yang lain untuk menghindari
terjadinya persepsi terhadap ucapan-ucapan itu. Situasi ini mengakibatkan stimulus itu
tidak berada dalam kesadaran penuh yang siap dipersepsikan oleh seseorang
melainkan diambang kesadaran (threshold).

9. Pembedaan dengan Sensasi

12
Istilah persepsi sering dikacaukan dengan sensasi. Sensasi hanya berupa kesan
sesaat, saat stimulus baru diterima otak dan belum diorganisasikan dengan stimulus
lainnya dan ingatan-ingatan yang berhubungan dengan stimulus tersebut. Misalnya meja
yang terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja.
Sebaliknya persepsi memiliki contoh meja yang tidak enak dipakai menulis, saat
otak mendapat stimulus rabaan meja yang kasar, penglihatan atas meja yang banyak
coretan, dan kenangan di masa lalu saat memakai meja yang mirip lalu tulisan menjadi
jelek.

10. Dinamika Persepsi

Persepsi [perception] merupakan konsep yang sangat penting dalam psikologi, kalau
bukan dikatakan yang paling penting. Melalui persepsilah manusia memandang
dunianya. Apakah dunia terlihat “berwarna” cerah, pucat, atau hitam, semuanya adalah
persepsi manusia yang bersangkutan. Persepsi harus dibedakan dengan sensasi
[sensation]. Yang terakhir ini merupakan fungsi fisiologis, dan lebih banyak tergantung
pada kematangan dan berfungsinya organ-organ sensoris. Sensasi meliputi fungsi visual,
audio, penciuman dan pengecapan, serta perabaan, keseimbangan dan kendali gerak.
Kesemuanya inilah yang sering disebut indera.
Jadi dapat dikatakan bahwa sensasi adalah proses manusia dalam dalam menerima
informasi sensoris [energi fisik dari lingkungan] melalui penginderaan dan
menerjemahkan informasi tersebut menjadi sinyal-sinyal “neural” yang bermakna.
Misalnya, ketika seseorang melihat (menggunakan indera visual, yaitu mata) sebuah
benda berwarna merah, maka ada gelombang cahaya dari benda itu yang ditangkap oleh
organ mata, lalu diproses dan ditransformasikan menjadi sinyal-sinyal di otak, yang
kemudian diinterpretasikan sebagai “warna merah”.
Berbeda dengan sensasi, persepsi merupakan sebuah proses yang aktif dari manusia
dalam memilah, mengelompokkan, serta memberikan makna pada informasi yang
diterimanya. Benda berwarna merah akan memberikan sensasi warna merah, tapi orang
tertentu akan merasa bersemangat ketika melihat warna merah itu.

11. Determinasi Persepsi

Di samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus [mis. suara yang jernih,
gambar yang jelas], kekayaan sumber stimulus [mis. media multi-channel seperti audio-
visual], persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Faktor psikologis ini
bahkan terkadang lebih menentukan bagaimana informasi/pesan/stimulus dipersepsikan.
Faktor yang sangat dominan adalah faktor ekspektansi dari si penerima informasi
sendiri. Ekspektansi ini memberikan kerangka berpikir atau perceptual set atau mental
set tertentu yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi dengan cara tertentu. Mental
set ini dipengaruhi oleh beberapa hal.
Ketersediaan informasi sebelumnya; ketiadaan informasi ketika seseorang
menerima stimulus yang baru bagi dirinya akan menyebabkan kekacauan dalam
mempersepsi. Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan misalnya, ada materi pelajaran
yang harus terlebih dahulu disampaikan sebelum materi tertentu. Seseorang yang datang
di tengah-tengah diskusi, mungkin akan menangkap hal yang tidak tepat, lebih karena ia

13
tidak memiliki informasi yang sama dengan peserta diskusi lainnya. Informasi juga dapat
menjadi cues untuk mempersepsikan sesuatu.
Kebutuhan; seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan
kebutuhannya saat itu. Contoh sederhana, seseorang akan lebih peka mencium bau
masakan ketika lapar daripada orang lain yang baru saja makan.
Pengalaman masa lalu; sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan
sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Pengalaman yang
menyakitkan ditipu oleh mantan pacar, akan mengarahkan seseorang untuk
mempersepsikan orang lain yang mendekatinya dengan kecurigaan tertentu. Contoh lain
yang lebih ekstrim, ada orang yang tidak bisa melihat warna merah [dia melihatnya
sebagai warna gelap, entah hitam atau abu-abu tua] karena pernah menyaksikan
pembunuhan. Di sisi lain, ketika seseorang memiliki pengalaman yang baik dengan bos,
dia akan cenderung mempersepsikan bosnya itu sebagai orang baik, walaupun semua
anak buahnya yang lain tidak senang dengan si bos.
Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah berturut-turut:
emosi, impresi dan konteks.
Emosi; akan mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah informasi
pada suatu saat, karena sebagian energi dan perhatiannya [menjadi figure] adalah
emosinya tersebut. Seseorang yang sedang tertekan karena baru bertengkar dengan pacar
dan mengalami kemacetan, mungkin akan mempersepsikan lelucon temannya sebagai
penghinaan.
Impresi; stimulus yang salient / menonjol, akan lebih dahulu mempengaruhi
persepsi seseorang. Gambar yang besar, warna kontras, atau suara yang kuat dengan
pitch tertentu, akan lebih menarik seseorang untuk memperhatikan dan menjadi fokus
dari persepsinya. Seseorang yang memperkenalkan diri dengan sopan dan berpenampilan
menarik, akan lebih mudah dipersepsikan secara positif, dan persepsi ini akan
mempengaruhi bagaimana ia dipandang selanjutnya.
Konteks; walaupun faktor ini disebutkan terakhir, tapi tidak berarti kurang
penting, malah mungkin yang paling penting. Konteks bisa secara sosial, budaya atau
lingkungan fisik. Konteks memberikan ground yang sangat menentukan bagaimana
figure dipandang. Fokus pada figure yang sama, tetapi dalam ground yang berbeda,
mungkin akan memberikan makna yang berbeda.

12. Pengaruh Kebudayaan Terhadap Persepsi

Dalam pendekatan konvensional, persepsi masih dikaitkan dengan faktor-faktor


saraf dan faalnya saja. Misalnya: persepsi tentang kedalaman (3 dimensi) di tentukan
oleh pandangan dua mata (binokular) dimana terdapat perbedaan antara stimuli yang
ditangkap antara retina kanan dan retina kiri (retinal
disparity).
Contoh Pengaruh Kebudayaan Terhadap Persepsi
Pengaruh kebudayaan tersebut bisa kita lihat pada suku-suku Afrika primitif yang
hanya terbiasa dengan lingkungan alamiah dimana karya-karya merekapun lebih banyak
berbentuk lingkaran-lingkaran dan lengkungan-lengkungan, tidak akan mengalami gejala
ilusi Muller-Lyer jika kepada meraka diperlihatkan kedua garis diatas karena persepsi
mereka tidak dipengaruhi oleh kebiasaan melihat garis-garis dan sudut-sudut. Buat
mereka, garis-garis pada gambar 1 dan 2 akan dipersepsikan sama panjang.
Pengaruh kebudayaan termasuk kebiasaan hidup, tampak juga dalam berbagai
gejala hubungan manusia dengan lingkungan dalam kehudupan sehari-hari. Penduduk

14
perkampungan kumuh di kota-kota besar biasa menggunakan air kali untuk kepentingan
mandi mencuci, dan kakus mempersepsikan air kali itu sebagai sesuatu hal yang masih
dalam batas-batas optimal sehingga mereka menggunakan ai kali itu dengan enak saja.
Sebaliknya orang biasa tinggal dipermukiman mewah, tidak mungkin akan menggunakan
air kali itu. Dengan demikian ,jelaslah bahwa persepsi ditentukan oleh pengalaman dan
pengalaman dipengaruhi oleh kebudayaan.

B. MOTIVASI

1. Pengertian motivasi

Motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive).
Ahmad Sudrajat (2008) motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang
yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan
suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Keberhasilan belajar siswa dapat di tentukan oleh motivasi belajar yang memiliki
motivasi belajar cendrung prestasinya pun akan tinggi pula.sebaliknya siswa yang
motivasinya rendah,maka rendah pula prestasi belajarnya.sebab motivasi merupakan
penggerak atau pendorong untuk melakukan tindakan tertentu.tinggi rendahnya motivasi
dapat menentukan tinggi rendahnya usaha atau semangat seseorang untuk
beraktivitas;dan tentu saja rendahnya semangat akan menentukan hasil yang di peroleh.
Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat
penting.sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan di sebabkan oleh
kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk
belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan semua kemampuannya.

2. Teori-Teori Motivasi

a. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)


Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya
berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki
kebutuhan, yaitu :
1) Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa
lapar, haus, istirahat dan sex;
2) Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik
semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
3) Kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
4) Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada
umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
5) Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya
kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi
yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.

15
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua
(keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan
menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula
dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi
kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan
manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan
individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat
materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga
spiritual. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai
kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki.
Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
a. Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu
yang akan datang;
b. Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari
pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
c. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya
suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam
pemenuhan kebutuhan itu.

Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat
teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-
teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat
aplikatif.

b. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)


Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau
Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda,
sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana
dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai
keinginan: “Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai,
memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide
melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai
kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi.
Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan
dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara
berhasil.”
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high
achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan
tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana
kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-
faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang
keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi
rendah.
c. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori
Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence
(kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan
pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting.
Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang

16
dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan
identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness”
senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan
“Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow.
Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu
diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut
akan tampak bahwa :
a. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula
keinginan untuk memuaskannya;
b. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar
apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
c. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih
tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih
mendasar.

Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia.


Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada
kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya
kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.

d. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)


Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam
pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “
Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau
“pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang
mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri
seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah
faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut
menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain
ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh,
kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene
atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan
seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan
sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan
organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan
yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg
ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam
kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.

e. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk
menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi
dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi
bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi,
yaitu :
a. Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
b. Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.

17
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya
menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
a. Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima
berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat
pekerjaan dan pengalamannya;
b. Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan
sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;
c. Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang
sama serta melakukan kegiatan sejenis;
d. Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis
imbalan yang merupakan hak para pegawai.

Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para
pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai
persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila
sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti
ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam
penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan
pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke
organisasi lain.

f. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)


Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat
macam mekanisme motivasional yakni :
a. tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;
b. tujuan-tujuan mengatur upaya;
c. tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan
d. tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

g. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )


Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation”
mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori
ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan
perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang
diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan
tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa
jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu
cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang
diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu
tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.

h. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku


Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat
digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan

18
seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat
subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak
seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan
tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan
sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang
menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai
konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang
mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat
pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat.
Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong
bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha
meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer
sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan
mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.

i. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi


Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor
internal adalah :
a. persepsi seseorang mengenai diri sendiri;
b. harga diri;
c. harapan pribadi;
d. kebutuhaan;
e. keinginan;
f. kepuasan kerja;
g. prestasi kerja yang dihasilkan.

Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :


a. jenis dan sifat pekerjaan;
b. kelompok kerja dimana seseorang bergabung;
c. organisasi tempat bekerja;
d. situasi lingkungan pada umumnya;
e. sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

3. Jenis-Jenis Motivasi

Motivasi banyak jenisnya. Pembagian motivasi dapat di lihat dari perspektif


kebutuhan dan perspektif fungsional,serta dari sifatnya.
b. Perspektif kebutuhan
Teori motivasi yang memandang dari sudut kebutuhan dim
kembangkan oleh Maslow.menurut Maslow,kebutuhan manusia itu bertingkat-
tingkat.individu akan merasa puas memenuhi kebutuhan pada taraf tertentu
manakala pada taraf sebelumnya kebutuhan telah terpenuhi.kebutuhan-
kebutuhan itu adalah sebagai berikut:

19
1. Kebutuhan fisiologis,yaitu kebutuhan dasar yang harus di terpenuhi
sebelum kebutuhan-kebutuhan yang lain terpenuhi.kebutuhan
fisiologis meliputi kebutuhan rasa lapar,haus,kebutuhan istirahat, dan
lain sebagainya.
2. Kebutuhan akan keamanan (security),yaitu kebutuhan rasa
terlindungi, bebas dari rasa takut dan kecemasan.
3. Kebutuhan sosial, kebutuhan akan cinta kasih seperti rasa diterima
oleh kelompok,perasaan dihargai dan dihormati oleh orang lain.
4. Kebutuhan untuk menjadi dirinya sendiri, yaitu kebutuhan untuk
berprestise yang erat dengan kebutuhan untuk mengembangkan
bakat dan minat yang dimilikinya baik dalam bidang
pengetahuan,sosial dan lain sebagainya.

c. Pespektif fungsional
Perspektif ini membagi jenis motiasi dilihat dari konsep motivasi
sebagai penggerak, harapan dan insentif. Motivasi sebagai penggerak
adalahmotivasi yang memberi tenaga untuk aktivitas tertentu. Artinya aktivitas
itu hanya mungkin terjadi apabila faktor pendorong yang menggerakakan
seluruh energi yang tersedia.tanpa adanya penggerak idak mungkian akan
terjadi aktivitas.penggerak iitu bisa datang dari luar diri individu yang
kemudian dinamakan sumber eksternal atau bisa muncul dari dalam yang
dinamakan sumber internal.
Motivasi yang didasarkan kepada harapan adalah motifasi yang
memandang bahwa sesuatu itu pasti terjadi sesuai dengan harapan. Dengan
demikian, motivasi itu bangkit karena adanya harapan tertentu yaitu harapan
yang dapat memuaskan kebuuhannya. Manakala indifidu merasa sesuatu tidak
akan muncul sesuai dengan harapan, maka motivasi itu akan melemah.
Motivasi yang di dasarkan kepada insentif adalah motivasi yang
muncul oleh karena adanya tujuan yang nyata. Tujuan tersebut adalah sesuatu
yang dapat mengakibatkan rasa senang, misalkan karena adanya hadiah atau
pujian. Motivasi indifidu dapat di bangkitkan melalui insentif.

d. Sifat motivasi
Di lihat dari sifatnya motivasi dapat dibedakan antara motivasi
intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic adalah motivasi yang
muncul dari dalam diri individu, misalkan siswa belajar karena di dorong oleh
keinginannyua sendiri menambah pengetahuan, atau seseorang berolahraga
tenis karena memang ia mencintai olahraga tersebut. Jadi dengan demikian,
dalam motivasi intinsik tujuan yang ingin di capai ada dalam kegiatan itu
sendiri.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri
misalkan, siswa belajar dengan penuh semangat karena ingin mendapat nilai
yang bagus seseorang berolahraga karena ingin menjadi juara dalam suatu
turnamen. Dengan demikian, dalam motivasi ekstrinsik tujuan yang ingin di
capai berada diluar kegiatan itu.
Dalam proses pembelajaran, motivasi intrinsik sulit untuk diciptakan
oleh karena itu motivasi ini datangnya dalam diri siswa. Kita tidak akan tau
seberapa besar motivasi intrinsik yang menyertai perbuatan siswa. Yang
mungkin dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan motivasi intrinsic
untuk menambah dorongan kepada siswa agar lebih giat belajar. Menurut

20
Oemar Hamalik (1995) munculnya motivasi intrinsic ataupun ekstrinsik dapat
di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Tingkat kesadaran diri siswa atas kebutuhan yang mendorong tingkah
laku/perbuatannyadan kesadaran atas tujuan belajar yang hendak di
capainya.
2. Sikap guru terhadap kelas,artinya guru yang selalu merangsang siswa
berbuat karah tujuan yang jelas dan bermakna,akan menumbuhkan
sifat intrinsic;tetapi apabila selalu menitik beratkan pada rangsangan-
rangsangan sepihak maka sifat ekstrinsik akan lebih dominant.
3. Pengaruh kelompok siswa, bila pengaruh kelompok siawa terlalu
kuat maka motivasinya cendrung kearah ekstrinsik.
4. Suasana kelas juga berpengaruh terhadap munculnya sifat tertentu
pada motivasi belajar siswa.

4. Pentingnya Sebuah Motivasi

Karena motivasi itu memiliki beberapa fungsi yang sangat bermanfaat bagi setiap
individu, yaitu untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan
dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan
tertentu. Dari uraian diatas, jelaslah bahwa setiap motivasi itu bertalian erat dengan
suatu tujuan, suatu cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin
kuat pula motivasinya. Jadi motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan
seseorang. Motivasi memiliki beberapa fungsi diantaranya :
1. Motivasi itu dapat mendorong manusia untuk bertindak atau berbuat.
2. Motivasi itu dapat berfungsi menentukan arah berbuatan. Yakni ke arah
perwujudan suatu tujuan atau cita-cita.
3. motivasi itu dapat menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan
peruatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna
mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan itu.
Adapun fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar adalah :
Bagi pendidik motivasi berfungsi yaitu, untuk membangkitkan, meningkatkan,
dan memelihara semangat siswa untuk belajar. Dan juga mengetahui serta memahami
belajar siswa dikelas.
Bagi peserta didik motivasi memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Menyadarkan kedudukan awal belajar, proses dan hasil akhir.
2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar.
3. Mengarahkan kegiatan belajar.
4. Membesarkan semangat belajar.

5. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Dalam penerapan motivasi beljar untuk memperoleh hasil pembeljaran yang optimal,
perlu diperhatikan prinsip-prinsip penerapan motivasi. Menurut Kenneth H. Hoover
(Oemar Hamalik: 1995) mengemukakan prinsip-prinsip berikut yaitu,

21
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan
suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai hasil kerja yang
telah dlakukan .
b. Para siswa memiliki kebutuhan psikologis yang bersifat dasar yang perlu
mendapat kepuasaan. Siswa berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan
tersebut., bagi siwa yang dapat memenuhi kebutuhanya secara efektif
melalui kegiatan-kegiatan belajar lebih sedikit memerlukan bantuan
dibandingkan dengan siswa yang tidak dapat memenuhi kebutuhanya itu.
c. Dorongan yang muncul dari dalam (instrink), lebih efektif dibandingkan
dengan dorongan yang muncul dari luar (ekstrink) dalam menggerakkan
motivasi belajar siswa.
d. Tindakan-tindakan atau respon siswa yang sesuai dengan tujuan, perlu
diberikan penguatan untuk memantapkan hasil belajar.
e. Motivasi mudah menular kepada orang lain.
f. Pemahaman siswa yang jelas terhadap tujuan dapat membangnkkitkan
motivasi belajar siswa.
g. Minat siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan oleh diri
sendiri, akan lebih besar dibandingkan dengan tugas yang dibebankan
oleh orang lain.
h. Berbagai macam penghargaan seperti ganjaran yang diberikan dari luar
kadang-kadang diperlukan untuk merangsang minat belajar siswa.

6. Upaya Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan
motivasi belajar siswa. Dibawah ini dikemukakan beberapa petunjuk untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa diantaranya :
a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana yang ingin
dibawah pemahaman siswa terhadap tentang tujuan pembelajaran dapat
menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan
motivasi belajar mereka.

b. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan


Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik, manakala ada dalam suasana
yang menyenangkan, merasa aman bebas dari rasa takut suasana yang menyengkan
memungkinkan siswa beraktifitas dengan penuh semangat dan penuh daerah.

c. Ciptakan persaingan dan kerja sama.


Persaingan atau kompetisi yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik
untuk proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik.

7. Kepuasan Dan Motivasi

Terdapat hubungan yang erat antara kepuasan seseorang yang di capai dengan
motivasi artinya semakin seorang meraasa puas dengan pencapaian sesuatu, maka
semakin tinggi motivasi seseorang untuk berprilaku sesuai dengan tujuan yang hendak

22
dicapai. Maka keputusan yang diperoleh siswa dari proses belajar yang telah
dilakukannya untuk memunculkan unjuk kerja yanag lebih baik bagi setiapa siswa.
Terdapat beberapa kodisi yang dapat dilakuakan untuk memberiklan kepuasan pada
siswa yang dapat mendororng untuk berprilaku lebih baik yakni:
a. Imbalan hasil belajar
Imbalan hasil belajar adalah sesuatu yanag diperoleh siswa sebagai
konsekkuensi dri upaya yang telah dilakukan sehingga terjadinya perubhan
prilaku pada ytang bersangkutan baik prilaku dalam bidan kognoitif, afektif
maupun psikomotorik.
b. Rasa aman dalam belajar
Rasa aman seseorang dalam melakukan suatu aktivitas akan
berpengruh kepada tingkat kepuasan seseorangb sehingga akan
mempengaruhi juga terhadap semangat yang bersangkutan untuk
mengeluarkan segala kemampuannya untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.
c. Situasi lingkungan belajar
Aktivitas belajar yang dilakuakan dalam kondisi lingkungan yang baik,
bersih dan sehat dapat memberikan kepuasan yang lebih baik dibandingkan
dengan belajar yang dilakukan pada lingkungan yang tidak baik dan tidak
sehat.
d. Kesempatan untuk mengembangkan diri
Siswa berkecendrungan akan merasa puas dalam belajar manakala
memiliki harapan yanga jelas untuk masa depannya, sebalikny siswa
memiliki tidak akan merasa puas manakala tidak memahami kejelasan
tentang manfaat mempelajari sesuatu untuk kehidupannya.

8. Cara Memotivasi Diri

Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila seseorang tersebut tidak


mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh
karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang
menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi.
Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar,
yaitu:
Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena
kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan
dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang
lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang
bersangkutan.
Untuk bisa melakukan motivasi terhadap diri kita, kita harus tahu apa tujuan
yang ingin kita capai. Lalu kita harus mengembangkan perencanaan jangka pendek
maupun jangka panjang. Jalan mana yang akan kita pilih, haruslah mendukung dan
sesuai logika. Kita tidak bisa memilih jalan yang kita sendiri tahu bahwa kita tidak akan
sanggup menjalaninya. Akhirnya yang akan kita temui adalah kegagalan dan
keputusasaan sebelum kita mampu mencapai tujuan kita tersebut. Dibawa ini ada
beberapa cara untuk memotivasi diri :
1. Berhentilah menunda

23
Menunda-nunda adalah hal yang bisa membunuh impian kita. Juga
mampu membunuh motivasi dalam diri kita sendiri. Tetapkan batas waktu
untuk mencapai satu tujuan, dan berpeganglah dengan batas waktu yang kita
tentukan sendiri. Dengan memiliki perasaan dikejar batas waktu, kita juga
akan lebih fokus dan berusaha untuk memenuhi tujuan tersebut. Namun
berhati-hatilah dengan menentukan batas waktu, jangan sampai waktu yang
kita tentukan sendiri membuat kita stres dan frustasi, sehingga malah merusak
mental dan pikiran kita. Pikirkanlah batas waktu yang tepat dan tetap membuat
anda nyaman dalam menjalaninya. Terburu-buru juga bukanlah hal yang baik.

2. Menghadiahi diri sendiri


Setiap orang merasa senang bila diberikan hadiah atau penghargaan
ketika menyelesaikan sesuatu atau tujuan tertentu. Jadi cobalah untuk
memberikan hadiah atau menghargai diri kita sendiri ketika kita
menyelesaikan satu bagian dalam perencanaan kita untuk mencapai tujuan
akhir kita. Hal ini membuat kita akan memiliki harapan untuk bisa
menyelesaikan bagian-bagian berikutnya untuk memperoleh hadiah yang lebih
baik. Kita bisa coba berjanji pada diri sendiri, misalnya ; kita tidak akan
membeli baju baru sampai salah satu rencana kita selesai. Jadi ketika rencana
tersebut selesai kita akan memiliki rasa bangga pada diri sendiri.
Ingat juga, setelah kita menyelesaikan satu rencana cobalah membuat
rencana baru lagi dan pastikan batas waktunya. Orang yang sukses akan selalu
mencari cara untuk mengembangkan diri mereka dan kehidupan mereka.

3. Bersenang-senanglah
Dalam melakukan pekerjaan kita sering dihadapkan dengan masalah
ataupun beban pikiran yang berat, jadi rasa humor yang cukup bisa menjadi
salah satu kunci untuk sukses. Cobalah untuk tidak terlalu berat memikirkan
masalah dan pekerjaan. Belajarlah untuk menikmati apa yang kita lakukan
setiap hari, sehingga kita bisa tetap termotivasi dan merasa antusias. Dan
dengan tetap memiliki perasaan tersebut, kita bisa membantu diri sendiri
mengontrol tingkat stres yang kita miliki.
Motivasi diri sendiri memiliki keuntungan tersendiri dan juga memacu
diri kita untuk bisa lebih berkembang, lebih baik, dan mengarah pada
kesuksesan. Dengan memotivasi diri sendiri, berarti kita juga bisa
menciptakan jalan-jalan baru untuk melangkah mencapai tujuan kita.

9. Upaya Menghadapi Krisis Motivasi

1. Hindari Rasa Malas


Rasa malas juga menggambarkan hilangnya motivasi seseorang untuk
melakukan pekerjaan atau apa yang sesungguhnya dia inginkan. Rasa malas jenis
yang satu ini relatif lebih bisa ditanggulangi. Nah, bagaimana cara mengatasinya?
Berikut kiat-kiatnya:

a. Membuat Tujuan
Orang yang malas biasanya tidak memiliki motivasi untuk berkembang ke
arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang tidak memiliki motivasi
biasanya tidak memiliki tujuan-tujuan hidup yang pantas dan layak untuk diraih.

24
Dan orang yang tidak memiliki tujuan-tujuan hidup, biasanya sangat jarang
bahkan mungkin tidak pernah menuliskan resolusi atau komitmen-komitmen
pencapaian hidup.
Di sinilah pangkal persoalannya. Tanpa tujuan, resolusi, atau komitmen-
komitmen pencapaian hidup, maka seseorang hanya bergerak secara naluriah
dan sangat rentan diombang-ambingkan situasi di sekelilingnya. Posisi seperti
ini membuatnya menjadi pasif, menunggu, tergantung pada situasi, dan
cenderung menyerah pada nasib. Dalam keadaan seperti ini, tidak akan ada
motivasi untuk meraih atau mencapai sesuatu. Tidak adanya sumber-sumber
motivasi hidup menyebabkan kemalasan.

b. Mengasah Kemampuan
Orang yang memiliki tujuan-tujuan hidup yang pasti, membuat resolusi dan
komitmen-komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi tinggi. Tetapi
tujuan yang samar-samar jelas tidak memberikan dampak motivasional yang
signifikan. Nah, akan lebih baik lagi jika tujuan- tujuan dilengkapi dengan
aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti mencari cara-cara yang efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut. Kita juga perlu sekali mengasah
kemampuan atau ketrampilan-ketrampilan supaya langkah-langkah yang diambil
itu akan membawa kita pada pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Karena dengan sendirinya semakin memperkuat rasa percaya diri kita,
menebalkan komitmen pencapaian tujuan, dan tentu saja menumbuhkan
motivasi.

c. Pergaulan Dinamis
Situasi atau lingkungan di mana kita berada sungguh ada pengaruhnya. Orang
yang mulai dihinggapi rasa malas sangat dianjurkan agar menjauhi mereka yang
juga mulai diserang kebosanan, putus asa, rasa enggan, apalagi negative
thinking. Sepintas, berkeluh kesah dengan mereka dengan orang-orang seperti
itu dapat melegakan hati. Ada semacam rasa pelepasan dari belenggu psikologis.
Walau demikian, dalam situasi malas sedang menyerang, mendekati orang-orang
yang sedang down sama sekali tidak menolong satu sama lain. Rasa malas dan
kebuntuan justru bisa tambah menjadi-jadi. Ini bisa menjerumuskan masing-
masing pihak pada pesimisme, keputusasaan, dan kemalasan total.

d. Disiplin Diri
Ada sebuah ungkapan yang sangat dalam maknanya dari Andrie Wongso,
Motivator No.1 Indonesia, yang bunyinya; “Jika kita lunak di dalam, maka dunia
luar akan keras kepada kita. Tapi jika kita keras di dalam, maka dunia luar akan
lunak kepada kita”. Kata-kata mutiara yang luar biasa ini menegaskan, bahwa
jika kita mau bersikap keras pada diri sendiri, dalam arti menempa rasa disiplin
dalam berbagai hal, maka banyak hal akan bisa kita kerjakan dengan baik. Sikap
keras pada diri sendiri atau disiplin itulah yang umumnya membawa kesuksesan
bagi karir para olahragawan dan pekerja professional yang memang menuntut
sikap disiplin dalam banyak hal.
Rasa malas jelas merugikan. Obat mujarabnya adalah menumbuhkan
kebiasaan mendisiplinkan diri dan menjaga kebiasaan positif tersebut.Sekalipun
seseorang memiliki cita-cita atau impian yang besar, jika kemalasannya mudah
muncul, maka cita-cita atau impian besar itu akan tetap tinggal di alam impian.
Jadi, kalau Anda ingin sukses, jangan mempermudah munculnya rasa malas.

25
Dengan menghindari rasa malas maka kita akan mampu menghadapi krisis
motivasi ini.

2. Bersikap Optimis
Bersikap optimis dalam menjalani kehidupan. Sekecil apa pun yang kita
lakukan, selagi disertai ketulusan, pasti akan diberi balasan oleh Allah [QS Ali
'Imran [3]: 195]. Rahmat Allah sangatlah luas, “Maka janganlah kalian berputus asa
dari rahmat Allah”, demikian QS Yusuf [12]: 87. Sikap optimis inilah yang akan
memberi dorongan kuat dalam diri untuk berkarya, berkreasi dan berprestasi, dan
mampu menhadapi krisis motivasi yang kini telah terjadi.
Seseorang yang optimis dan berfikir positif akan diliputi ketenangan dan hidup
yang stabil. Kebaikan akan diterima sebagai anugrah yang patut disyukuri, bukan
berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya. Musibah akan dihadapi
sebagai cobaan yang membuatnya tertantang untuk menggapai hikmah [kebaikan] di
balik itu.

BAB III
PENUTUP
26
a. Kesimpulan

Pada dasarnya dalam kehidupannya, manusia tidak lepas dari kegiatan


komunikasi. Komunikasi digunakan untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan dan
manusia lainnya. Dalam berkomunikasi, manusia menerima stimulus dari yang lain,
sehingga ia dapat memberikan respon dari stimulus tersebut melalui panca indera
yang dimilikinya. Namun dari stimulus-stimulus yang sama mungkin akan
ditafsirkan secara berbeda oleh orang yang berbeda. Alat-alat indera yang dimiliki
manusia menyebabkan manusia mampu berpikir, merasakan, dan memiliki persepsi
tertentu mengenai dirinya dan dunia sekitarnya. Prasyarat terjadinya persepsi adalah
penangkapan stimulus oleh alat-alat indera, sehingga peranan alat-alat indera sangat
penting.
Motivasi ialah kekuatan yang mendorong untuk bertindak atau dorongan oleh
kekuatan dari dalam ataupun dari luar (yang dilakukan dengan mendorong atau
menarik).
Motivasi sangatlah penting dalam dunia pendidikan, karena dengan motivasi
yang tinggi dapat menyelesaikan suatu tujuan yang telah diprogram, karena motivasi
berfungsi untuk membangkitkan, meniggkatkan, dan memelihara semangat siswa
untuk belajar. Dan juga mengetahui serta memahami belajar siswa dikelas. Dengan
motivasi ini maka tujuan pendidikan yang diharapkan akan tercapai sesuai dengan
apa yang diharapkan dalam dunia pendidikan tersebut.
Hal ini dapat dilakukan dengan membangun, mendorong, serta mendukung
semangat dan moral dengan gaya positif (untuk menghindari manipulasi). Seseorang
perlu memberikan dorongan agar orang-orang tersebut belajar menghargai sesuatu
dan bersyukur untuk setiap hasil yang telah dicapainya. Mereka harus disadarkan,
bahwa berprestasi dalam suatu pekerjaan justru menaikkan harga diri mereka.
Mereka juga perlu diberi dorongan untuk bekerja aktif yang dilakukan dengan
sukacita, sehingga membawa manfaat positif serta nilai lebih bagi dirinya.

b. Saran

Untuk mempelajari sesuatu tidaklah cukup hanya dengan melihat saja, penyaji
menyarankan kepada semuanya agar lebih banyak membaca guna memahami
tentang konsep dasar dari makalah ini. Semoga apa yang di sampaikan dalam
makalah memberi manfaat untuk kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

27
http://ahmadroihan8.blogspot.com/2013/10/persepsi-dalam-psikologi-lengkap.html
http://12042ma.blogspot.com/2013/06/faktor-faktor-lain-dalam-persepsi.html
http://kokontibo.blogspot.com/2009/12/persepsi-bahasa-verbal-dan-bahasa.html
http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/
http://kajianpsikologi.blogspot.com/2011/01/persepsi.html
http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/
http://www.psychologymania.com/2011/09/jenis-jenis-persepsi-dinamika-persepsi.html
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/fungsi-dasar-psikologi-mainmenu-27/28-
persepsi/121-prinsip
http://satkarulama.webs.com/apps/blog/show/3573448
http://abdrauf4060.blogspot.com/2012/12/persepsi.html
http://miyazakiannisha.blogspot.com/2012/03/sensasi-dan-persepsi-mata-kuliah.html
http://h-nurul.blogspot.com/2010/03/persepsi-remaja-terhadap-isu-isu.html
Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Renika Cipta.
Indrakusuma, Amir Dalen. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
Purwanto, Ngalim. M. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Soemanto, Wasty. 1983. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan.
Jakarta : PT Renika Cipta.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/.

28

Anda mungkin juga menyukai