ASMA BRONKIAL
Disusun oleh:
1102015011
Pembimbing:
DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
V. RESUME ........................................................................................................ 10
VIII. PERENCANAAN....................................................................................... 10
2
BAB I
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Puji Astuti
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 45 tahun
Alamat : Griya Pratama No. 06, Sumber Jaya
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk RS : 27 Mei 2019, 10.22 WIB
II. ANAMNESIS
Anamnesis menggunakan teknik autoanamnesis pada tanggal 27 Mei 2019 di
Ruang Poli Paru RSUD Kabupaten Bekasi.
A. Anamnesis
Keluhan utama : Sesak napas 1 minggu SMRS.
Keluhan tambahan : Suara napas ngik-ngik, batuk berdahak, demam, dan
mual.
E. Riwayat Pengobatan
Pasien memiliki alergi terhadap obat ceftriaxone.
.
4
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Umum:
1. Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
2. Kesadaran : Composmentis E4 M6 V5 (GCS: 15)
3. Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Heart Rate : 85 x/menit
Respiration Rate : 22 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Saturasi O2 : 99 %
B. Pemeriksaan Khusus:
1. Kulit
Turgor kulit elastis, tidak terdapat jaundice dan lesi pada kulit.
2. Kepala
Normocephal, rambut tidak mudah dicabut.
3. Mata
Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Refleks cahaya langsung +/+, Pupil Isokor
4. Telinga
Tidak ditemukan kelainan bentuk dan tidak ada sekret yang keluar
dari liang telinga (discharge -)
5. Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung.
Tidak ditemukan kelainan bentuk pada hidung
5
Discharge (-)
Epistaksis (-)
6. Mulut
Bibir tidak sianosis dan kering
Lidah kering (-)
Uvula ditengah
Faring tidak hiperemis
Tonsil T1-T1 tenang
7. Leher
Jugular Vein Pressure (JVP) R 0
Tidak terdapat adanya pembesaran kelenjar getah bening
8. Thorax
a. Paru
Inspeksi : Normochest, dada simetris normal kanan
kiri pada gerakan statis dan dinamis.
Retraksi intercostal (-)
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris kanan
kiri pada kedua lapang paru. Nyeri tekan (-)
Perkusi :
o Sonor diseluruh lapang paru
o Peranjakan Paru – Hepar terdapat dua jari dari batas Paru
- Hepar linea midclavicularis ICS 6
Auskultasi : Suara vesikuler (+/+), Rhonki basah kasar
(+/+), Wheezing (+/+)
6
b. Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Pulsasi iktus cordis teraba pada 1 jari
medial linea midclavikularis sinistra ICS 5
Perkusi :
o Batas jantung kanan : Linea sternalis dextra ICS 5
o Batas jantung kiri : Pada 1 jari medial dari linea
midclavicularis sinistra ICS 5
o Batas pingang jantung : Linea parasternalis sinistra
ICS 3
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular murni, tidak
ada suara tambahan
9. Abdomen
Inspeksi : Abdomen datar, asites (-), sikatrik (-),
caput medusae (-), spider nevi (-).
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) undulasi (-), hepar dan
lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen,
shifting dullnes (-)
10. Ekstremitas
Akral hangat, capillary refilll time (CRT) < 2 detik, tidak ada udem,
eritema palmaris (-).
7
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
Darah Rutin (21 Mei 2019)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematokrit 38 % 40 – 54
MCV 75 fl 80 – 96
MCH 27 Pg/ml 28 – 33
MCHC 36 g/dl 33 – 36
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0–1
Eosinofil 0 % 1–6
Neutrofil 93 % 50 – 70
Limfosit 5 % 20 – 40
Monosit 2 % 2–9
LED 45 % <15
8
Kimia Klinik
Ureum Kreatinin
Ureum 15 mg/dl 15 – 40
Paket Elektronik
Thorax PA
Cor: CTR<50%
Corakan bronkovaskuler kedua paru dalam batas normal.
Kedua hemidiafragma licin, sudut costofrenikus lancip.
Tulang dan jaringan lunak dinding dada baik.
9
V. RESUME
VIII. PERENCANAAN
1. Rencana Diagnostik
o Pemeriksaan Spirometri
o Pemeriksaan IgE spesifik
o Pemeriksaan kultur sputum BTA +
10
2. Rencana Terapi
o Methylprednisolone 3 x 4mg 1 tab
o Symbicort 2 x 160 mcg
o Omeprazole 2 x 10 mg 1 tab
o Cetirizine 2 x 10 mg 1 tab
o Acetylcysteine 3 x 200 mg 1 tab
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
11
BAB II
ANALISA KASUS
Pasien termasuk dalam kelompok terkontrol baik apabila tidak mengalami keempat
hal tersebut. Terkontrol sebagian apabila mengalami 1 hingga 2 hal dari pertanyaan
tersebut dan tidak terkontrol bila mengalami 3 hingga 4 kondisi dari pertanyaan di
atas.2
Derajat beratnya asma pada keadaan stabil dan belum mendapatkan
pengobatan asma standar adalah1:
Intermiten Persisten Persisten Persisten berat
ringan sedang
Bulanan : Setiap pekan : Harian : Terus- menerus
Gejala
- <1x sepekan - >1x sepekan - Setiap hari
12
- Gejala (-) di - <1x / hari - Butuh - Terus
luar - Serangan bronkodilator menerus
serangan mengganggu tiap hari - Sering
- Serangan aktivitas dan - Serangan kambuh
singkat tidur mengganggu - Aktivitas
aktivitas dan fisik terbatas
tidur
≤ 2x / bulan ≥ 2x/ bulan > 1x sepekan Sering
Malam
≥ 80% prediksi ≥ 80% prediksi 60-80% ≤ 60% prediksi
VEP1
prediksi
≥ 80% terbaik ≥ 80% terbaik 60-80% terbaik ≤ 60% terbaik
APE
< 20% 20 – 30% > 30% > 30 %
Variabilitas
13
APE >50% nilai <50 % nilai
prediksi prediksi
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan mengi saat ekspirasi, tetapi
seringkali hanya terdengar pada ekspirasi paksa. Terkadang mengi dapat tidak
terdengar pada kondisi asma eksaserbasi berat diakibatkan penurunan aliran
udara yang cukup bermakna.1 Penemuan tanda pada pemeriksaan fisik pasien
asma tergantung pada derajat obstruksi saluran napas. Ekspirasi memanjang,
mengi, hiperinflasi dada, pernapasan cepat sampai sianosis dapat dijumpai pada
pasien asma.2
Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan wheezing pada saat asukultasi
dinding dada dan ada ekspirasi memanjang. Menandakan adanya obstruksi pada
saluran napas sehingga timbul adanya wheezing.
14
C. Pemeriksaan Penunjang1
Dasar: foto toraks normal/ hiperinflasi
Arus Puncak Ekspirasi (APE): menurun, dengan pemberian
bronkodilator (inhalasi salbutamol 400 µg atau 2 x 2 semprot)
meningkat ≥ 20%
Spirometri: VEP / KVP <75% dengan pemberian bronkodilator
meningkat ≥12% dan 200 ml
Penunjang lain:
o Variasi diurnal dengan APE ≥ 20%
o Eosinofil total ≥ 300 (≥ 4%)
o Uji provokasi bronkus (metakolin/histamin)
o Uji kulit (skin prick test)
o FeNo
16
Pengontrol (Controller)
Kortikosteroid inhalasi
Obat glukokortikosteroid adalah medikasi jangka panjang yang
paling efektif untuk mengontrol asma. Berbagai penelitian menunjukkan
penggunaan steroid inhalasi menghasilkan perbaikan faal paru, menurunkan
hipereaktivitas bronkus, mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan berat
serangan serta memperbaiki kualitas hidup. Steroid inhalasi ditoleransi
dengan baik dan aman pada dosis yang direkomendasikan. Kortikosteroid
inhalasi (ICS) harus dipertimbangkan untuk orang dewasa, anak- anak
berusia 5-12 tahun dan anak- anak di bawah usia lima tahun jika mengalami
hal berikut : 1) menggunakan inhalasi agonis β2 tiga kali seminggu atau
lebih; 2) gejala tiga kali seminggu atau lebih; 3) terbangun pada satu malam
dalam seminggu.1
Kortikosteroid sistemik
Cara pemberiannya adalah dengan oral atau parenteral. Biasanya
digunakan pada asma persisten berat (setiap hari atau selang sehari).
Penggunaan steroid inhalasi untuk jangka panjang lebih baik dibandingkan
dengan steroid oral, sehingga di Indonesia steroid oral jangka panjang
terpaksa diberikan apabila penderita asma persisten (sedang-berat) tetapi
tidak mampu membeli steroid inhalasi dianjurkan untuk
mempertimbangkan beberapa hal untuk mengurangi efek sistemik yaitu,
gunakan prednisone, prednisolon, atau metilprednisolon karena mempunyai
efek mineralkortikoid minimal, waktu paruh pendek dan efek striae pada
otot minimal, bentuk oral bukan parenteral, penggunaan selang sehari atau
sekali sehari pagi hari. Efek samping yang terbentuk adalah osteoporosis,
17
hipertensi, diabetes, supresi aksis adrenal pituatari hipotalamus, katarak,
glaukoma, obesitas, penipisan kulit, striae dan kelemahan otot.3
18
Leukotriene modifier atau antagonis leukotrien
Obat ini merupakan antiasma yang relative baru dan pemberiannya melalui
oral. Mekanisme kerja dengan menghasilkan efek bronkodilator minimal
dan menurunkan bronkokonstriksi akibat alergen, sulfurdioksida dan
latihan. Selain bersifat bronkodilator, leukotrien juga mempunyai efek
antiinflamasi.
Antimuskarinik / antikolinergik kerja lama
Anti IgE (omalizumab)
Pelega (Reliever)
19
Adrenalin
Adrenalin dapat digunakan sebagai pilihan pada asma eksaserbasi
sedang sampai berat, bila tidak tersedia agonis β2 atau tidak respons dengan
agonis β2 kerja singkat. Pada pasien usia di atas 45 tahun dan yang
mempunyai riwayat kardiovaskular sebaiknya obat ini tidak diberikan.
20
Kelompok pasien yang memerlukan pengobatan tahap 3 adalah :
Ada gejala asma yang hampir setiap hari atau terbangun oleh karena asa satu
kali seminggu atau lebih, terutama jika terdapat factor risiko, berikan
kortikosteroid inhalasi dosis sedang/ tinggi atau dosis rendah ICS / LABA.
Pilihan : satu atau lebih pengontrol ditambah dengan pelega
21
- Berikan nasihat mengenai terapi non farmakologis seperti
aktivitas fisik, penurunan BB dan pencegahan terhadap pajanan
alergen
- Pertimbangkan peningkatan dosis jika gejala tidak terkontrol
- Pertimbangkan penambahan sublingual immunotherapy (SLIT)
pada pasien dewasa yang sensitive tungau debu rumah
- Pertimbangkan penurunan dosis jika gejala terkontrol selama 3
bulan + risiko ekserbasi rendah
*tidak untuk anak <12 tahun
**untuk anak 6-11 tahun pertimbangkan pengobatan tahap 3 ICS dosis sedang
#dosis rendah dari budesonid/formoterol atau dosis rendah beklometason/formoterol
untuk terapi dan pemeliharaan
22
Tanpa gejala di APE >80 %
luar serangan nilai terbaik
Serangan Variabilitas
singkat APE <20 %
Persisten Ringan Gejala > Mingguan APE >80 %
1x/minggu >2 kali sebulan VEP1 >80 %
Terdapat < nilai prediksi
1x/hari APE >80 %
Serangan dapat nilai terbaik
mengganggu Variabilitas
aktivitas dan APE 20-30 %
tidur
Persisten Sedang Gejala setiap Harian APE 60- 80 %
hari >1x /seminggu VEP1 60- 80 %
Serangan nilai prediksi
mengganggu APE 60- 80 %
aktivitas dan nilai terbaik
tidur Variabilitas
Membutuhkan APE >30 %
bronkodilator
setiap hari
Persisten Berat Gejala terus Kontinyu APE <60 %
menerus Sering VEP1 <60 %
Sering kambuh nilai prediksi
Aktivitas fisik APE <60 %
terbatas nilai terbaik
Variabilitas
APE >30 %
23
Pilihan terapi berdasarkan derajat berat asma1
25
26