Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi odontogen adalah infeksi yang berasal dari gigi. Penyebabnya
adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut, yakni bakteri dalam
plak, dalam sulkus gingival, dan mukosa mulut. Yang ditemukan terutama bakteri
kokus aerob gram positif, kokus anaerob gram positif dan batang anaerob gram
penjalaran berat (yang memberikan prognosa tidak baik, terjadi penjalaran hebat
yang apabila tidak cepat ditolong akan menyebabkan kematian).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebarandan kegawatan
infeksi odontogenik yakni jenis dan virulensi kuman penyebab, daya tahan tubuh
penderita, jenis dan posisi gigi sumber infeksi, panjang akar gigi sumber infeksi
terhadap perlekatan otot-otot, adanya tissue space dan potential space.
1.2 Rumusan Masalah
4
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 1/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan tutorial yang mengambil tema “Penyakit
Infeksi Dentomaksilofasial” ini, yaitu:
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan
macam-macam infeksi odontogen (etiologi, patofisiologi, pemeriksaan
klinis, pemeriksaan penunjang).
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan
hubungan anatomi rongga mulut, lokasi gigi, kaitannya dengan
penyebarannya.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan laporan tutorial yang mengambil tema “Penyakit
Infeksi Dentomaksilofasial” ini, yaitu:
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan macam-
macam infeksi odontogen (etiologi, patofisiologi, pemeriksaan klinis,
pemeriksaan penunjang).
5
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 2/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
BAB II
STEP I
1. Trismus derajat tiga adalah gangguan motorik Nervus Trigeminus yang
menginervasi pada otot pengunyahan. Terjadi spasme otot-otot
pengunyahan yang mencapai derajat tiga, yang ditandai oleh kemampuan
membuka mulut seseorang hanya sebatas satu jari yang dapat dimasukkan.
2. Fluktuasi adalah Variasi, baik peningkatan maupun penurunan.
3. Limfonodi : Limfonodi berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan
terdapat di sepanjang pembuluh limfe. Kerjanya sebagai penyaring dan
dijumpai di tempat-tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok
utama terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan lipat paha.
4. Pus discharge adalah substansi yang dikeluarkan oleh tubuh yang berupa
pus/nanah, dapat merupakan suatu proses normal (fisiologis), dapat pula
karena penyakit (patologis).
5. Impaksi mesio angular adalah kegagalan gigi untuk erupsi secara
sempurna pada posisinya akibat terhalang oleh gigi pada anteriornya
maupun jaringan lunak atau padat di sekitarnya. Posisi mesioangular
merupakan posisi yang paling sering didapatkan pada kasus impaksi gigi.
Pada posisi ini, gigi molar ketiga berinklinasi ke arah mesial sehingga
mendorong gigi molar kedua bawah.
6. Antalgin adalah jenis obat-obatan pereda rasa nyeri (analgesik)
STEP II
1. Apa hubungan antara gigi yang mengalami impaksi dengan infeksi
odontogen yang terjadi ?
2. Apa yang menyebabkan penderita mengalami trismus derajat tiga ?
3. Bagaimana pola penyebaran pembengkakan dari intraoral ke ekstra oral ?
4. Apakah pertolongan pertama dari terjadinya trismus ?
5. Apakah diagnose dari manifestasi klinis yang telah dijelaskan pada
scenario ?
6
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 3/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
STEP III
7
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 4/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
oleh tulang rahang dan otot-otot yang berinsersi pada tulang tersebut.
8
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 5/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
Makan-makanan lunak
Pemberian analgesic
9
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 6/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
STEP IV
Etiologi
Patofisiologi
Pemeriksaan Pemeriksaan
Klinis Penunjang
Infeksi
Odontogen
10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 7/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
STEP VII
1. PERIKORONITIS
Perikoronitis adalah infeksi yang terkait dengan molar ketiga bawah yang
dapat mengharuskan pencabutan gigi tersebut. Gambaran klinis dari kondisi ini
dijelaskan dan perawatannya diuraikan, menekankan tindakan lokal. Sebuah kasus
perikoronitis pada pasien 52 tahun dibahas, yang menggambarkan risiko dan
manfaat pencabutan gigi kebijaksanaan, penghapusan dapat menyebabkan
kerusakan saraf, retensi dapat memicu serius, bahkan infeksi yang mengancam
jiwa.
Perikoronitis didefinisikan sebagai peradangan pada jaringan lunak sekitar
mahkota gigi erupsi sebagian. Ini umumnya tidak muncul dalam gigi yang
meletus normal, biasanya, hal ini terlihat pada gigi yang meletus sangat lambat
atau menjadi terpengaruh, dan paling sering mempengaruhi molar ketiga rahang
bawah.
A. Patogenesis
Setelah folikel gigi berkomunikasi dengan rongga mulut, diperkirakan
bahwa masuknya bakteri ke dalam ruang folikel memulai infeksi. Beberapa studi
telah menunjukkan bahwa mikroflora perikoronitis sebagian besar adalah
anaerobik. Hal ini umumnya sepakat bahwa proses ini potensial oleh sisa-sisa
makanan terakumulasi di sekitar operkulum dan trauma oklusal jaringan
pericoronal oleh gigi lawan. Secara klinis, perikoronitis dapat akut atau kronis.
Proses inflamasi pada perikoronitis terjadi karena terkumpulnya debris dan
bakteri di saku gusi perikoronal gigi yang sedang erupsi atau impaksi. Adanya
akumulasi dari plak dan sisa-sisa makanan di saku gusi perikoronal sulit diraih
saat membersihkan gigi.
Pada saku gusi perikoronal ini akan terjadi proses inflamasi akut dengan
gejalagejala inflamasi, sedangkan bila proses inflamasi kronis bisa timbul gejala
ataupun tanpa gejala. Apabila debris dan bakteri terperangkap jauh ke dalam saku
gusi perikoronal maka akan terbentuk abses. Inflamasi bisa juga terjadi karena
11
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 8/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
Bentuk akut ditandai dengan nyeri yang parah, sering disebut daerah
sekitarnya, menyebabkan hilangnya tidur, pembengkakan jaringan pericoronal,
keluarnya nanah, trismus, limfadenopati regional, nyeri saat menelan, demam, dan
dalam beberapa kasus penyebaran infeksi ke ruang jaringan disebelahnya. Pasien
dengan perikoronitis kronis mengeluh nyeri tumpul atau ketidaknyamanan ringan
yang berlangsung satu atau dua hari, dengan remisi yang berlangsung berbulan-
bulan. Mereka mungkin juga mengeluhkan rasa tidak enak. Kehamilan dan
kelelahan berhubungan dengan peningkatan kejadian perikoronitis. Perikoronitis
bilateral langka dan sangat menunjukkan mendasari mononukleosis menular.
Dalam sebuah studi oleh Nitzan et al (1985) mengkaji aspek klinis perikoronitis,
dari sampel 245, insiden tertinggi perikoronitis ditemukan pada kelompok usia
20-29 tahun (81%) .1 Kondisi ini jarang terlihat sebelum 20 atau setelah 40.
Kesehatan umum pasien tidak ditemukan menjadi faktor predisposisi, selain
infeksi saluran pernapasan atas, yang mendahului terjadinya penyakit pada 43%
kasus. Emosional stres sebelum manifestasi dari perikoronitis dilaporkan pada
66% dari sampel.
Ada juga hubungan yang signifikan antara kebersihan mulut dan
keparahan kondisi. Bentuk akut cenderung muncul dalam kasus kebersihan mulut
sedang atau miskin, sedangkan tipe kronis dikaitkan dengan baik atau moderat
kebersihan. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua jenis kelamin.
Sebuah variasi musiman tercatat, insiden puncak terjadi pada bulan Juni dan
Desember. Dalam 67% kasus yang melibatkan gigi tergolong vertikal, di 12%
sebagai mesio-sudut, di 14% sebagai distoangular, dan berbagai posisi lainnya
mencapai 7%.
12
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 9/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
13
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 10/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
Tahap berikutnya timbul nyeri dan terbatasnya gerakan rahang. Hal ini
disebabkan oleh stimulasi reseptor syaraf nyeri, namun bisa juga karena stimulasi
otot terdekat yaitu otot temporalis. Oleh karena itu observasi menggunakan
elektromiograf diperlukan pada kondisi seperti ini.
Daerah yang terinfeksi terlihat ginggiva yang hiperemi, bengkak, dan
mengkilat daripada daerah gingiva yang lain. Kadang sudah timbul pus, disebut
perikoronal abses, pus dapat keluar melalui marginal. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan tanda-tanda keradangan yaitu:
1. Rubor : permukaan kulit atau mukosa kemerahan akibat vasodilatasi dan
proliferasi pembuluh darah.
2. Tumor : pembengkakan, terjadi karena akumulasi pus atau keluarnya plasma ke
jaringan.
3. Calor : teraba hangat saat palpasi karena terjadi peningkatan aliran darah ke
area infeksi
4. Dolor : terasa sakit karena adanya stimulasi ujung syaraf oleh mediator
inflamasi
5. Fungsiolasea : terdapat masalah dengan proses mastikasi, trismus, disfagia, dan
gangguan pernafasan.
14
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 11/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
E. Gambaran radiologi
15
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 12/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
F. Komplikasi
Perikoronitis dapat menyebabkan terjadinya abses perikoronal. Penjalaran
infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses sublingual, abses submental,
abses submandibular, abses submaseter, dan angina Ludwig. Ujung akar molar
kedua dan ketiga terletak di belakang bawah linea mylohyoidea yang terletak di
aspek dalam mandibula, sehingga jika molar kedua dan ketiga terinfeksi dan
membentuk abses, pusnya dapat menyebar ke ruang submandibula dan dapat
meluas ke ruang parafaringal. Selain itu, juga ditemukan sebuah selulitis dari pipi
atau jaringan submandibular, dengan trismus kuat merupakan suatu gambaran
penyakit yang banyak ditemui.
2. SELULITIS
cepat dan tidak teratur, malaise, lymphadenistis, peningkatan jumlah leukosit, dll.
16
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 13/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
17
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 14/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
Hyaluronidase dan
Streptodornase
18
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 15/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
c. Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi
sistem immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi.Diabetes mengurangi
sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan
menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
d. Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk
bakteri penginfeksi.
e. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk
bagi bakteri penginfeksi.
f. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah
resiko bakteri penginfeksi masuk
g. Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
h. Penyalahgunaan obat dan alcohol
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi
berkembang.
i. Malnutrisi
Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran,
mempermudah timbulnya penyakit ini.
C. Patofisiologi
Pada 88,4 % kasus selulitis fasialis disebabkan infeksi odontogenik yang
berasal dari pulpa dan periodontal. Periodontitis apikalis akut atau kelanjutan dari
infeksi/abses periapikal, menyebar ke segala arah waktu mencari jalan
keluar.Ketika itu biasanya periosteum ruptur dan infeksi menyebar ke sekitar
jaringan lunak intra dan/atau extra oral, menyebabkan selulitis. Penyebab utama
selulitis adalah proses penyebaran infeksi melalui ruangan subkutaneus sellular /
19
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 16/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
Penyebaran ini dipengaruhi oleh struktur anatomi lokal yang bertindak sebagai
barrier pencegah penyebaran, hal tersebut dapat dijadikan acuan penyebaran
infeksi pada proses septik. Barrier tersebut dibentuk oleh tulang rahang dan otot-
otot yang berinsersi pada tulang tersebut (Berini, et al,1999).
20
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 17/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 18/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
adalah peradangan pada pembuluh limfatik dan saluran limfatik dimana akan
terlihat berupa goresan berwarna merah yang hangat, serta nyeri jika tersentuh.
Selain itu selulitis yang disebabkan oleh Haemophilus Influenza menyebabkan
terbentuknya lesi yang berwarna merah keabuan, merah kebiruan, dan merah
keunguang.Dimana lesi merah kebiruan dan keunguan ini ditemukan pula pada
penderita selulitis akibat Streptokokus pneumonia.
Gambaran klinis
Peradangan pada jaringan ikat, apabila pertahanan baik, infeksi yang
masuk ke jaringan dapat terlokalisir.
Cellulitis akut pada daerah gigi biasanya luas. Jaringan menjadi membesar,
odematus pada palpasi terasa keras. Pada periode ini infeksi tidak
terlokalisir dan selama masa ini tidak supurasi
Temperatur tubuh meningkat
Sel darah putih meningkat
Denyut nadi cepat
Keseimbangan elektrolit berubah
Ludwig’s angina
Gambaran klinis
Merupakan perluasan infeksi dari gigi molar mandibula ke dasar mulut
22
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 19/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kultur
Foto rontgen panoramic untuk membantu identifikasi gigi yang terlibat
infeksi
CT scan diperlukan jika infeksi telah menyebar ruang fascia mata atau
leher
3. ABSES
ABSES ODONTOGENIK
A. Etiologi
Penyebab dari abses odontogenik antara lain adanya infeksi mikrobial, reaksi
hipersensitivitas, dan trauma fisik seperti kontak antara gigi molar belakang rahang atas
dengan operkulum yang terdapat pada gigi molar tiga rahang bawah. Selain itu, adanya
paparan dari bahan kimia yang iritan dan korosif juga dapat menyebabkan abses
odontogenik.
Perikoronitis juga dapat menyebabkan timbulnya abses odontogenik. Perikoronitis
disebabkan karena adanya gigi molar ketiga yang impaksi. Biasanya, gigi molar ketiga ini
23
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 20/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
mengalami partial errupted sehingga terdapat celah antara mahkota gigi molar ketiga
dengan gingiva di sekitarnya. Celah ini memberi celah bagi debris untuk berakumulasi di
dalamnya. Karena lokasi yang sulit dijangkau oleh sikat gigi, maka oral hygiene pada
daerah tersebut seringkali rendah. Oral hygiene yang buruk dan adanya tumpukan debris
pada celah tersebut menyebabkan adanya akumulasi bakteri pada daerah itu. Bakteri ini
akan menginfeksi gingiva di sekitarnya sehingga menimbulkan respon imun tubuh berupa
peradangan atau inflamasi. Adanya peradangan ini menyebabkan terbentuknya abses.
B. Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari abses odontogenik antara lain gejala sakit yang kompleks.
Selain itu, adanya pembengkakan atau oedema dimana pembengkakan ini mengandung
pus didalamnya, sehingga nantinya akan terjadi supurasi. Di samping itu, abses
odontogenik tampak kemerahan, terasa sakit dan nyeri saat ditekan dimana rasa sakit dan
nyeri ini terlokalisir hanya pada daerah abses tersebut. Biasanya, penderita mengalami
gangguan pengecapan dan halitosis atau bau mulut.
ABSES PERIODONTAL
A. Etiologi
Abses periodontal merupakan suatu supurasi di sekitar jaringan periodonsium,
biasanya merupakan lanjutan daripada periodontitis kronis yang lama. Tipe infeksi ini
biasanya dimulai pada gingival cervice pada permukaan akar, sering dijumpai ke
permukaan apeks. Keadaan ini biasanya merupakan serangan yang tiba-tiba dengan sakit
yang amat sangat. Suatu abses periodontal dapat dihubungkan dengan gigi non vital atau
adanya trauma.
24
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 21/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
ABSES PERIAPIKAL
A. Etiologi
Abses periapikal merupakan infeksi akut yang terlokalisir, manifestasinya berupa
keradangan, pembengkakan yang nyeri jika ditekan, atau kerusakan jaringan setempat.
Biasanya dimulai di region periapikal dari akar gigi dan sebagai akibat dari pulpa yang
non vital atau pulpa yang mengalami degenerasi. Dapat juga terjadi setelah adanya
trauma pada jaringan pulpa.
Pengambilan gambar radiografi pada abses ini akan tampak gambaran radiolusen
berbatas diffuse di periapikal
ABSES SUBMANDIBULA
Abses submandibula adalah abses yang terjadi di ruang submandibula atau di
salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher. Ruang
submandibula terdiri dari : ruang sublingual dan ruang sub maksila. Ruang sublingual
dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot mylohyoid. Ruang submaksila selanjutnya
dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot digastrikus
25
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 22/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
anterior. Namun ada pembagian lain yang tidak menyertakan ruang sublingual ke dalam
ruang submandibula, dan membagi ruang submandibula atas ruang submental dan ruang
submaksila saja.
Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur atau kelenjar
limfa submandibula. Kuman penyebab biasanya campuran kuman aerob dan aerob. Abses
submandibula merupakan salah satu bagian dari abses leher dalam. Sebagian besar abses
leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai kuman, baik kuman aerob, anaerob,
maupun fakultatif anaerob. Kuman aerob yang sering ditemukan adalah Stafilokokus,
Streptococcus sp, Haemofilus influenza, Streptococcus Pneumonia, Moraxtella
catarrhalis, Klebsiell sp, Neisseria sp. Kuman anaerob yang sering ditemukan pada abses
leher dalam adalah kelompok batang gram negatif, seperti Bacteroides, Prevotella,
maupun Fusobacterium Infeksi pada ruang ini berasal dari gigi molar kedua dan ketiga
dari mandibula, jika apeksnya ditemukan di bawah perlekatan dari musculus mylohyoid.
infeksi dari gigi dapat menyebar ke ruang submandibula melalui beberapa jalan yaitu
secara langsung melalui pinggir myolohioid, posterior dari ruang sublingual, periostitis
dan melalui ruang mastikor.
Pada pasien pendertita abses submandibula terdapat demam dan nyeri leher
26
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 23/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
BAB III
KESIMPULAN
27
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 24/25
7/15/2019 Laporan Tutorial Penyakit Infeksi Dentomaksilofasial
DAFTAR PUSTAKA
Leo F.A. Stassen.2009. Journal of the Irish Dental Association 2009; 55 (4): 190
– 192 Pericoronitis: treatment and a clinical dilemma. Lincoln Place:Dublin
2.
Pedersen, Gordon W.2002. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut.Jakarta :EGC.
Peterson, et al, 2002, Oral and Maxillofacial Surgery. Mosby, St. Louis.
Philadelphia.
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-penyakit-infeksi-dentomaksilofasial 25/25