Disusun Oleh
Nura’dzidzah Lilfitrillah
Nurul Atifah
Nurfitriyanti
Nurhayani
Nur Inayah Yushar
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2012/2013
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.
Pemakalah
2
DAFTAR ISI
Sampul ............................................................................................................................................. 1
Bab II Pembahasan...................................................................................................................... 6
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 15
B. Saran................................................................................................................................... 15
Daftar pustaka............................................................................................................................... 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu persoalan ‘Ulumul Qur’an yang masih sering kita dengar tentang
perselisihannya ialah masalah ayat-ayat muhkam dan ayat-ayat mutasyabih. Telaah
dan perdebatan di seputar masalah ini telah banyak mengisi lembaran khazanah
keilmuan Islam, terutama menyangkut penafsiran Al-Qur’an.
Untuk itu di dalam makalah ini, saya akan mengetengahkan dan menguraikan
tentang Muhkam dan Mutasyabih.
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. Hanafiyah
Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang jelas
petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasakh (dihapuskan hukumnya). Sedang
lafal mutasyabih adalah lafal yang samar maksud petunjuknya, sehingga tidak
terjangkau oleh akal pikiran manusia atau pun tidak tercantum dalam dalil-dalil nash
(teks dalil-dalil). Sebab, lafal mutasyabih termasuk hal-hal yang diketahui Allah
saja artinya. Contohnya seperti hal-hal yang ghaib.
6
3. Ahlul Fiqh
Mayoritas ulama golongan ahlul fiqh yang berasal dari pendapat sahabat
Ibnu Abbas mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang tidak bisa ditakwilkan
kecuali satu arah atau segi saja. Sedangkan lafal mutasyabih adalah artinya dapat
ditakwilkan dalam beberapah arah atau segi, karena masih sama. Misalnya, seperti
masalah surga, neraka, dan sebagainya.
5. Imamul Haramain,
Imamul Haramain mengatakan bahwa lafal muhkam ialah lafal yang tepat
susunan, dan tertibnya secara biasa, sehingga mudah dipahami arti dan maksudnya
sedangkan lafal mutasyabih adalah lafal yang makna maksudnya tidak terjangkau
oleh ilmu bahasa manusia, kecuali jika disertai dengan adanya tanda-tanda atau
isyaratyang menjelaskannya. Contohnya seperti lafal yang musytarak, mutlak, khafi
(samara), dan sebagainya.
6. Imam Ath-Thibi
Imam Ath-Thibi mengatakan, lafal muhlam ialah lafal yang jelas maknanya,
sehingga tidak mengakibatkan kemusykilan atau kesulitan arti. Sebab, lafal muhkam
itu diambil dari lafal ihkam (Ma’khuudzul Ihkami) yang berarti baik atau bagus.
Contohnya seperti yang dhahir, lafal yang tegas, dan sebagainya. Sedangkan lafal
7
yang mutasyabih ialah sebaliknya, yakni yang sulit dipahami, sehingga
mengakibatkan kemusykilan atau kesukaran. Contohnya seperti lafal musytarak,
mutlak, dan sebagainya.
Ikrimah dan Qatadah mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang isi
maknanya dapat diamalkan, karena sudah jelas dan tegas, seperti umumnya lafal Al-
Quran. Sedangkan lafal mutasyabih ialah lafal yang isi maknanya tidak perlu
diamalkan, melainkan cukup diimani eksistensinya saja. Muhkam adalah ayat yang
hanya mengandung satu wajah, sedang mutasyabih mengandung banyak wajah.
8
B. Sebab-Sebab Adanya Ayat-Ayat Muhkam dan Mutasyabih.
Secara tegas dapat dikatakan, bahwa sebab adanya ayat muhkamah dan
mutasyabihat ialah karena Allah SWT menjadikannya demikian itu. Allah SWT
memisahkan atau membedakan antara ayat-ayat yang muhkam dari yang mutasyabih,
dan menjadikan ayat muhkam sebagai bandingan ayat yang mutasyabihat.
َُ من
ه
ْ َْا
ب ِتكَ الك
ْليََ
ل ع ََ
ْ َنز
ْ أ
ِي َّ َ
الذ هوُ
َْ
ُ
ر ُخ
َا ْ َ
ابِ و ِت
ْ الكُمَّ ا
ْه
ن ُ َْمت ُ ْ
محك ياتَآ
َشب
ِهت
ْ متُ
Artinya: “Dia-lah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepada kamu. Di
antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Quran, dan
yang lain ayat-ayat mutasyabihat.” (Q.S. Ali Imran: 7)
9
1. Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia,
kecuali Allah SWT. contohnya, seperti Dzat Allah SWT, hakikat sifat-sifat-Nya,
waktu datangnya hari kiamat, dan sebagainya.
2. Ayat-ayat yang mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan
jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Contohnya, seperti merinci
yang mujmal, menentukan yang musytarak, mengkayyidkan yang mutlak,
menertibkan yang kurang tertib, dan sebagainya.
3. Ayat-ayat yang mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu
dan sain, bukan oleh semua orang, apalagi orang awam. Hal-hal ini termasuk
urusan-urusan yang hanya diketahui oleh Allah SWT dan orang-orang yang
rasikh (mendalam) ilmu pengetahuannya.
1. Madzhab Salaf, yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat
mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafwidh ilallah).
Mereka menyucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi
Allah dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan Al-Qur’an. Di antara
ulama yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Imam Malik yang berasal dari
ulama mutaqaddimin.
10
sesuai dengan keluhuran Allah. Mereka umumnya berasal dari kalangan ulama
muta’akhirin.
Sebab dalam Al-Quran ada ayat-ayat yang menerangkan bahwa semua Al-Quran
itu muhkam, seperti surah Hud ayat 1, dan ada pula ayat-ayat yang menjelaskan
bahwa semuanya mutasyabih, seperti ayat 23 surah Az-Zumar. Sebagaimana ada juga
ayat-ayat yang menjelaskan ada sebagian Al-Quran yang muhkam dan sebagian lain
mutasyabih, seperti ayat 7 surah Ali Imran.
Ada tiga pendapat para ulama mengenai masalah tersebut, sebagi berikut:
ِث َد
ِْي الح َََْحس
ن ا ََّ
ْ
ل نزَ َْ
ُلل ا
ُِن
ه
ْ م ِر
ْ تقشَع
َ َْان
َِي مثَها
ًَِشَابمت ًَا
ُبا ِتك
هم
ْ ََّ
ُب َيخشَو
ن ر
ْ َ َ
ِْي
ن َّ د
الذ ْ ُُ
ُلو ج
Artinya: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-
Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang ulang. Gemetar
karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya.”
3. Pendapat ketiga mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu terdiri dari dua bagian,
yakni muhkam dan mutasyabih. Pendapat ini berdasarkan ayat 7 surah Ali
Imran.
11
Jika dilihat sepintas, seolah-olah hanya pendapat ketiga yang benar dan sesuai
dengan kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an. Tetapi jika diamati secara seksama,
sebenarnya semua pendapat itu benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam
Al-Qur’an itu. Sebab ketiga itu ada dalilnya dalam Al-Qur’an, dan semuanya juga
benar cara istidhal masing-masing. Yang berbeda hanya orientasi pendapat masing-
masing.
Sikap para ulama terhadap ayat-ayat mutasyabih terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
1. Madzhab Salaf, yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat
mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafwidh ilallah).
Mereka menyucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi
Allah dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan Al-Qur’an. Di antara
ulama yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Imam Malik yang berasal dari
ulama mutaqaddimin.
Dalam pembahasan ini perlu dijelaskan faedah atau hikmah ayat-ayat muhkam lebih
dahulu sebelum menerangkan faedah ayat-ayat mutasyabihat.
12
1. Hikmah Ayat-Ayat Muhkamat
13
sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan
ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedang mutasyabih
mengandung banyak wajah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam dan ayat-ayat
mutasyabih, mengajak manusia berpikir dan merenungkan betapa Mahabesarnya
Allah SWT. Dengan ayat-ayat Al-Qur’an, manusia diajak untuk berpikir dan
merenungkan apa yang dimaksud Allah yang tersirat dan termaktub di dalam Al-
Qur’an. Maka adanya ayat-ayat muhkamat, dapat memudahkan bagi manusia
mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati
makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya. Serta
mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi
kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang
dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan. Begitu juga dengan adanya ayat-ayat
mutasyabihat, membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun
usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut
15
menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang
Maha Mengetahui segala sesuatu.
B. Saran
Sekianlah uraian tentang muhkam dan mutasyabih yang dapat saya ketengahkan.
Selaku insan, pasti mempunyai kekurangan dan ketidaktahuan dalam penulisan
maupun dalam menyampaikan isi makalah ini. Saran beserta kritik yang produktif
lagi konstruktif adalah harapan penulis dalam merevisi subtansi makalah tentang
muhkam dan mutasyabih ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an: Untuk IAIN, STAIN, DAN PTAIS, Bandung,
Pustaka Setia, 2000.
16