Anda di halaman 1dari 16

Makalah Ilmu Al – Qur’an

Muhkam Dan Mutasyabihat

Disusun Oleh
Nura’dzidzah Lilfitrillah
Nurul Atifah
Nurfitriyanti
Nurhayani
Nur Inayah Yushar

ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2012/2013

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.

Adapun pembahasan yang dibahas dalam makalah ini adalah “Muhkam


dan Mutasyabihat”. Penulisan ini bertujuan agar pembaca mengetahui pengertian
muhkam dan mutasyabih, sebab-sebab terjadinya tasyabuh, pandangan ulama
mengenai ayat-ayat mutasyabih, ayat-ayat mutasyabih & keterangan tasyabuhnya

Penulisan makalah ini telah diselesaikan dengan semaksimal mungkin.


Namun, sekiranya masih terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Samata, 16 Mei 2013

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

Sampul ............................................................................................................................................. 1

Kata Pengantar ............................................................................................................................. 2

Daftar isi .......................................................................................................................................... 3

Bab I Pendahuluan ...................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 5

Bab II Pembahasan...................................................................................................................... 6

A. Pengertian Muhkam Dan Mutasyabih ................................................................................ 6


B. Sebab-Sebab Adanya Ayat Muhkam dan Mutasyabih .................................................. 9
C. Macam-macam Ayat Mutasyabihat ...................................................................................... 9
D. Pendapat Ulama Mengenai Ayat Muhkam dan Mutasyabih ..................................... 10
E. Sikap Ulama Terhadap Ayat Muhkam Dan Mutasyaih ................................................. 12
F. Faedah Ayat-Ayat Muhkam Dan Mutasyabih ................................................................... 12

Bab III Penutup ............................................................................................................................. 15

A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 15
B. Saran................................................................................................................................... 15

Daftar pustaka............................................................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an diturunkan Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah agar Al-Qur’an


menjadi pemberi peringatan bagi alam semesta. Ia menggariskan bagi makhluk-Nya
akidah yang benar dan prinsip-prinsip yang lurus dalam ayat-ayat yang tegas
keterangannya dan jelas ciri-cirinya. Itu semua merupakan karunia-Nya kepada umat
manusia, di mana Ia menetapkan bagi mereka pokok-pokok agama untuk
menyelamatkan akidah mereka dan menerangkan jalan lurus yang harus mereka
tempuh.

Salah satu persoalan ‘Ulumul Qur’an yang masih sering kita dengar tentang
perselisihannya ialah masalah ayat-ayat muhkam dan ayat-ayat mutasyabih. Telaah
dan perdebatan di seputar masalah ini telah banyak mengisi lembaran khazanah
keilmuan Islam, terutama menyangkut penafsiran Al-Qur’an.

Ulama-ulama salaf mereka tidak mau menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat.


Mereka hanya mengimani dan mengamalkan apa yang Allah maksud di dalam Al-
Quran. Sedangkan dikalangan ulama muta’akhirin mereka berani menafsirkan
maupun menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat. Entah apa alasan kongkrit kedua
golongan ulama salaf yang tidak menafsirkan ayat-ayat mutasyabih dan ulama khalaf
yang mencoba menafsirkan ayat-ayat mutasyabih ini?

Untuk itu di dalam makalah ini, saya akan mengetengahkan dan menguraikan
tentang Muhkam dan Mutasyabih.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Muhkam dan Mutasyabih?

2. Apa penyebab Muhkam dan Tasyabuh Dalam Al-qur’an?

3. Apa saja macam-macam ayat mutasyabihat?

4. Bagaimana Pendapat Ulama Salaf dan Khalaf Dalam Menafsirkan Ayat-Ayat


Mutasyabih?

5. Bagaimana sikap ulama terhadap ayat muhkam dan mutasyabih?

6. Apa saja faedah dari ayat-ayat muhkam dan mutasyabih?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Muhkan dan Tasyabuh.

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Tasyabuh Dalam Al-qur’an.

3. Untuk memaparkan macam-macam ayat mutasyabihat.

4. Untuk mengetahui Pendapat Ulama Salaf dan Khalaf Dalam Menafsirkan


Ayat-Ayat Mutasyabih.

5. Untuk mengetahui sikap ulama terhadap ayat muhkam dan mutasyabih.

6. Untuk menganalisis faedah dari ayat-ayat muhkam dan mutasyabih.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih

Menurut etimologi muhkam artinya suatu ungkapan yang maksud makna


lahirnya tidak mungkin diganti atau diubah. Adapun mutasyabih adalah ungkapan
yang maksud makna lahirnya samar.

Menurut istilah, para ulama berbeda-beda dalam memberikan pengertian


muhkam dan mutasyabih, yakni sebagai berikut:

1. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

Ulama golongan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mengatakan, lafal muhkam


adalah lafal yang diketahui makna maksudnya, baik karena memang sudah jelas
artinya maupun karena dengan ditakwilkan. Sedangkan lafal mutasyabih adalah
lafal yang pengetahuan artinya hanya dimonopoli Allah SWT. Manusia tidak ada
yang bias mengetahuinya. Contohnya, terjadinya hari kiamat, keluarnya Dajjal, arti
huruf-huruf Muqaththa’ah.

2. Hanafiyah

Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang jelas
petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasakh (dihapuskan hukumnya). Sedang
lafal mutasyabih adalah lafal yang samar maksud petunjuknya, sehingga tidak
terjangkau oleh akal pikiran manusia atau pun tidak tercantum dalam dalil-dalil nash
(teks dalil-dalil). Sebab, lafal mutasyabih termasuk hal-hal yang diketahui Allah
saja artinya. Contohnya seperti hal-hal yang ghaib.

6
3. Ahlul Fiqh

Mayoritas ulama golongan ahlul fiqh yang berasal dari pendapat sahabat
Ibnu Abbas mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang tidak bisa ditakwilkan
kecuali satu arah atau segi saja. Sedangkan lafal mutasyabih adalah artinya dapat
ditakwilkan dalam beberapah arah atau segi, karena masih sama. Misalnya, seperti
masalah surga, neraka, dan sebagainya.

4. Imam Ibnu Hanbal

Imam Ibnu Hanbal dan pengikut-pengikutnya mengatakan, lafal muhkam


adalah lafal yang bisa berdiri sendiri atau telah jelas dengan sendirinya tanpa
membutuhkan keterangan yang lain. Sedang lafal yang tidak bisa berdiri sendiri
adalah lafal mutasyabih, yang membutuhkan penjelasan arti maksudnya, karena
adanya bermacam-macam takwilan terhadap lafal tersebut. Contohnya seperti lafal
yang bermakna ganda (lafal musytarak), lafal yang asing (gharib), lafal yang berarti
lain (lafal majaz), dan sebagainya.

5. Imamul Haramain,

Imamul Haramain mengatakan bahwa lafal muhkam ialah lafal yang tepat
susunan, dan tertibnya secara biasa, sehingga mudah dipahami arti dan maksudnya
sedangkan lafal mutasyabih adalah lafal yang makna maksudnya tidak terjangkau
oleh ilmu bahasa manusia, kecuali jika disertai dengan adanya tanda-tanda atau
isyaratyang menjelaskannya. Contohnya seperti lafal yang musytarak, mutlak, khafi
(samara), dan sebagainya.

6. Imam Ath-Thibi

Imam Ath-Thibi mengatakan, lafal muhlam ialah lafal yang jelas maknanya,
sehingga tidak mengakibatkan kemusykilan atau kesulitan arti. Sebab, lafal muhkam
itu diambil dari lafal ihkam (Ma’khuudzul Ihkami) yang berarti baik atau bagus.
Contohnya seperti yang dhahir, lafal yang tegas, dan sebagainya. Sedangkan lafal

7
yang mutasyabih ialah sebaliknya, yakni yang sulit dipahami, sehingga
mengakibatkan kemusykilan atau kesukaran. Contohnya seperti lafal musytarak,
mutlak, dan sebagainya.

7. Imam Fakhruddin Ar-Razi

Imam Fakhruddin Ar-Razi berpendapat lafal muhkam ialah lafal yang


petunjuknya kepada sesuatu makna itu kuat, seperti lafal yang nash, atau yang jelas,
dan sebagainya. Sedangkan lafal mutasyabih ialah lafal yang petunjuknya tidak
kuat, seperti lafal yang global, yang musykil, yang ditakwili, dan sebagainya.

8. Ikrimah dan Qatadah

Ikrimah dan Qatadah mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang isi
maknanya dapat diamalkan, karena sudah jelas dan tegas, seperti umumnya lafal Al-
Quran. Sedangkan lafal mutasyabih ialah lafal yang isi maknanya tidak perlu
diamalkan, melainkan cukup diimani eksistensinya saja. Muhkam adalah ayat yang
hanya mengandung satu wajah, sedang mutasyabih mengandung banyak wajah.

Jadi, jika semua definisi muhkam tersebut dirangkum, maka pengertian


muhkam ialah lafal yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat secara
berdiri sendiri tanpa ditakwilkan karena susunan tertibnya tepat, dan tidak musykil,
karena pengertiannya masuk akal, sehingga dapat diamalkan karena tidak dinasakh.
Sedangkan pengertian mutasyabih ialah lafal-Al-Quran yang artinya samar,
sehingga tidak dapat dijangkau oleh akal manusia karena bisa ditakwilkan macam-
macam sehingga tidak dapat berdiri sendiri karena susunan tertibnya kurang tepat
sehingga menimbulkan kesulitan cukup diyakini adanya saja dan tidak perlu
amalkan, karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli Allah SWT.

8
B. Sebab-Sebab Adanya Ayat-Ayat Muhkam dan Mutasyabih.

Secara tegas dapat dikatakan, bahwa sebab adanya ayat muhkamah dan
mutasyabihat ialah karena Allah SWT menjadikannya demikian itu. Allah SWT
memisahkan atau membedakan antara ayat-ayat yang muhkam dari yang mutasyabih,
dan menjadikan ayat muhkam sebagai bandingan ayat yang mutasyabihat.

Allah SWT telah berfirman:

ُ‫َ من‬
‫ه‬
ْ ْ‫َا‬
‫ب‬ ‫ِت‬‫كَ الك‬
ْ‫لي‬ََ
‫ل ع‬ ََ
ْ ‫َنز‬
‫ْ أ‬
‫ِي‬ َّ َ
‫الذ‬ ‫هو‬ُ
َْ
ُ
‫ر‬ ‫ُخ‬
‫َا‬ ْ َ
‫ابِ و‬ ‫ِت‬
‫ْ الك‬‫ُم‬‫َّ ا‬
ْ‫ه‬
‫ن‬ ُ ْ‫َمت‬ ُ ْ
‫محك‬ ‫يات‬َ‫آ‬
‫َشب‬
‫ِهت‬
ْ ‫مت‬ُ
Artinya: “Dia-lah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepada kamu. Di
antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Quran, dan
yang lain ayat-ayat mutasyabihat.” (Q.S. Ali Imran: 7)

Menurut kebanyakan ulama, sebab adanya ayat-ayat muhkamat itu sudah


jelas, yakni sebagaimana sudah ditegaskan dalam ayat 7 surah Ali Imran di atas.
Sedang sebab adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Al-Qur’an ialah karena ada
kesamaran maksud syarak dalam ayat-ayat-Nya sehingga sulit dipahami umat, tanpa
dikatakan dengan arti yang lain, disebabkan karena bisa ditakwilkan dengan
bermacam-macam dan petunjuk pun tidak tegas, karena sebagian besar merupakan
hal-hal yang pengetahuannya hanya dimonopoli oleh Allah SWT saja.[5]

C. Macam-Macam Ayat Mutasyabihat

Sesuai dengan sebab-sebab adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Al-Qur’an,


maka macam-macam ayat mutasyabihat itu ada tiga macam, sebagi berikut:

9
1. Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia,
kecuali Allah SWT. contohnya, seperti Dzat Allah SWT, hakikat sifat-sifat-Nya,
waktu datangnya hari kiamat, dan sebagainya.

2. Ayat-ayat yang mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan
jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Contohnya, seperti merinci
yang mujmal, menentukan yang musytarak, mengkayyidkan yang mutlak,
menertibkan yang kurang tertib, dan sebagainya.

3. Ayat-ayat yang mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu
dan sain, bukan oleh semua orang, apalagi orang awam. Hal-hal ini termasuk
urusan-urusan yang hanya diketahui oleh Allah SWT dan orang-orang yang
rasikh (mendalam) ilmu pengetahuannya.

D. Pendapat Para Ulama Mengenai Ayat Muhkam dan Mutasyabih

Para ulama juga berlainan paham mengenai kemuhkaman Al-Qur’an dan


kemutasyabihatannya. Sikap para ulama terhadap ayat-ayat mutasyabih terbagi dalam
dua kelompok, yaitu:

1. Madzhab Salaf, yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat
mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafwidh ilallah).
Mereka menyucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi
Allah dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan Al-Qur’an. Di antara
ulama yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Imam Malik yang berasal dari
ulama mutaqaddimin.

2. Madzhab Khalaf, yaitu para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan


ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang

10
sesuai dengan keluhuran Allah. Mereka umumnya berasal dari kalangan ulama
muta’akhirin.

Sebab dalam Al-Quran ada ayat-ayat yang menerangkan bahwa semua Al-Quran
itu muhkam, seperti surah Hud ayat 1, dan ada pula ayat-ayat yang menjelaskan
bahwa semuanya mutasyabih, seperti ayat 23 surah Az-Zumar. Sebagaimana ada juga
ayat-ayat yang menjelaskan ada sebagian Al-Quran yang muhkam dan sebagian lain
mutasyabih, seperti ayat 7 surah Ali Imran.

Ada tiga pendapat para ulama mengenai masalah tersebut, sebagi berikut:

1. Pendapat pertama berpendirian, bahwa semua Al-Qur’an itu muhkam,


ٌْ ‫( ”آيت ُ ٌهُ أُحْ ِك َم‬suatu Kitab yang ayat-ayatnya
berdasarkan ayat 1 surah Hud:”ٌ‫ت ِكتب‬
tersusun rapih).

2. Pendapat kedua mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu seluruhnya mutasyabihat,


dalam arti yang saling bersesuaian yang sebagian dengan bagian yang lain.
Hal ini berdasarkan ayat 23 surah Az-Zumar:

ِ‫ث‬ ‫َد‬
ْ‫ِي‬ ‫الح‬ ََْ‫َحس‬
‫ن‬ ‫ا‬ ََّ
ْ
‫ل‬ ‫نز‬َ َْ
ُ‫لل‬ ‫ا‬
ُ‫ِن‬
‫ه‬
ْ ‫م‬ ‫ِر‬
ْ ‫تقشَع‬
َ ْ‫َان‬
َ‫ِي‬ ‫مث‬َ‫ها‬
ًِ‫َشَاب‬‫مت‬ ً‫َا‬
ُ‫با‬ ‫ِت‬‫ك‬
‫هم‬
ْ ََّ
ُ‫ب‬ َ‫يخشَو‬
‫ن ر‬
ْ َ َ
ْ‫ِي‬
‫ن‬ َّ ‫د‬
‫الذ‬ ْ ُُ
ُ‫لو‬ ‫ج‬
Artinya: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-
Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang ulang. Gemetar
karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya.”

3. Pendapat ketiga mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu terdiri dari dua bagian,
yakni muhkam dan mutasyabih. Pendapat ini berdasarkan ayat 7 surah Ali
Imran.

11
Jika dilihat sepintas, seolah-olah hanya pendapat ketiga yang benar dan sesuai
dengan kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an. Tetapi jika diamati secara seksama,
sebenarnya semua pendapat itu benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam
Al-Qur’an itu. Sebab ketiga itu ada dalilnya dalam Al-Qur’an, dan semuanya juga
benar cara istidhal masing-masing. Yang berbeda hanya orientasi pendapat masing-
masing.

E. Sikap Para Ulama Terhadap Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih

Sikap para ulama terhadap ayat-ayat mutasyabih terbagi dalam dua kelompok, yaitu:

1. Madzhab Salaf, yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat
mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafwidh ilallah).
Mereka menyucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi
Allah dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan Al-Qur’an. Di antara
ulama yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Imam Malik yang berasal dari
ulama mutaqaddimin.

2. Madzhab Khalaf, yaitu para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan


ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang
sesuai dengan keluhuran Allah. Mereka umumnya berasal dari kalangan ulama
muta’akhirin.

F. Faedah Ayat-Ayat Muhkam dan Ayat-Ayat Mutasyabih

Dalam pembahasan ini perlu dijelaskan faedah atau hikmah ayat-ayat muhkam lebih
dahulu sebelum menerangkan faedah ayat-ayat mutasyabihat.

12
1. Hikmah Ayat-Ayat Muhkamat

Adanya ayat-ayat Muhkamat dalam Al-Quran, jelas akan memberikan


hikmah bagi manusia, hikmah tersebut diantaranya ialah:

 Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa


Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti
maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka.

 Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga


memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah
mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.

 Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi


kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui,
gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.

 Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi


ajarannya, karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan
arti maksudnya, tidak harus menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal
ayat atau surah yang lain.

2. Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat

Di antara hikmah keberadaan ayat-ayat mutasyabihat di dalam Al-Quran dan


ketidakmampuan akal untuk mengetahuinya adalah sebagai berikut:

 Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk


meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi
cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan
anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang
berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehingga enggan
tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan

13
sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan
ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.

 Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih.


Sebagaimana Allah menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab
sebagai cercaan terhadap orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat
mutasyabih. Sebaliknya Allah memberikan pujian bagi orang-orang yang
mendalami ilmunya, yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya
untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka berkata rabbana
la tuzighqulubana. Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan
mengharapkan ilmu ladunni.

 Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan


persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut
menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya
yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

 Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan


balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah
buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah SWT.

 Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-


macam.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedang mutasyabih
mengandung banyak wajah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam dan ayat-ayat
mutasyabih, mengajak manusia berpikir dan merenungkan betapa Mahabesarnya
Allah SWT. Dengan ayat-ayat Al-Qur’an, manusia diajak untuk berpikir dan
merenungkan apa yang dimaksud Allah yang tersirat dan termaktub di dalam Al-
Qur’an. Maka adanya ayat-ayat muhkamat, dapat memudahkan bagi manusia
mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati
makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya. Serta
mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi
kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang
dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan. Begitu juga dengan adanya ayat-ayat
mutasyabihat, membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun
usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut

15
menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang
Maha Mengetahui segala sesuatu.

B. Saran

Sekianlah uraian tentang muhkam dan mutasyabih yang dapat saya ketengahkan.
Selaku insan, pasti mempunyai kekurangan dan ketidaktahuan dalam penulisan
maupun dalam menyampaikan isi makalah ini. Saran beserta kritik yang produktif
lagi konstruktif adalah harapan penulis dalam merevisi subtansi makalah tentang
muhkam dan mutasyabih ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an: Untuk IAIN, STAIN, DAN PTAIS, Bandung,
Pustaka Setia, 2000.

Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya, Dunia Ilmu, 2000.

Al-Khattan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Penerjemah: Mudzakir AS,


Bogor, Litera AntarNusa, 2004.

16

Anda mungkin juga menyukai