Anda di halaman 1dari 16

ARTIKEL PUBLIKASI

ANALISIS KELANGSUNGAN USAHA


BUDIDAYA IKAN LELE DI KECAMATAN BAKI
KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN 2014

Program Studi Geografi

Disusun oleh:

Desy Hidayatul Fajri

E 100 100 014

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
. i5i!%FQ!!€i..:TEsra r-:

PENGESAHAN HALAMAN PUBLIKASI

ANALISIS KELANGSUNGAN USAHA


BUDIDAYA IKAN LELE DI KECAMATAN BAKI
KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2OI4

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:


DESY HIDAYATUL FAJRI
NIM:8100100014
Telah dipertahankan di depan tim penguji pada:
Hari :Kamis
Tanggal : 9 Juli 2015 {
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Team Penguji:

Ketua : Dra. Umrotun, M. Si.

Sekretaris: Dra. Retno Woro Kaeksi

Anggota : Drs. Yuli priyana. M. Si.

Pembimbing I :

Dra. Umrotun, M. Si.


Pembimbing II :

Dra. Retno Woro Kaeksi


Analisis Kelangsungan Usaha
Budidaya Ikan Lele di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2014

Oleh:
Desi Hidayatul Fajri
Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui karakteristik demografi,
sosial, dan ekonomi pengusaha ikan lele di Kecamatan Baki, (2) mengidentifikasi
faktor yang berpengaruh terhadap usaha dan kelangsungan budidaya ikan lele di
Kecamatan Baki, (3) mengidentifikasi kelangsungan usaha budidaya ikan lele di
Kecamatan Baki tahun 2010-2014 dan (3) mengidentifikasi besar sumbangan
pendapatan pada usaha budidaya ikan lele terhadap pendapatan keluarga.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Analisa data menggunakan analisa tabel frekuensi dan analisa tabel silang.
Jumlah total responden ada 77 responden. Data yang digunakan meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer diantaranya adalah umur responden,
jenis kelamin, status kawin, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan responden,
jenis pekerjaan utama, luas lahan yang dimiliki, pendapatan, pendapatan
keluarga, asal tenaga kerja, jumlah modal awal yang dimiliki, produksi ikan lele,
dan pemasaran. Data sekunder meliputi data monografi desa, kondisi fisik, sosial
dan ekonomi.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah (1) karakteristik demografi,
sosial dan ekonomi responden adalah (a) semua pengusaha budidaya ikan lele di
Kecamatan Baki berumur produktif (15–64 tahun), (b) sebagian besar laki – laki,
yakni sebanyak 59 orang (76,62%), (c) status sudah kawin yakni sebesar 67
responden atau 87,01%, (d) memiliki jumlah tanggungan keluarga sedikit yakni
berkisar 3 - < 4 orang sebanyak 53,25%, (e) memiliki tingkat pendidikan rendah,
yakni sebesar 49 responden atau 63,60%, (f) memiliki lahan pertanian yang
sedang, yakni sebesar 48 responden atau 62,34%, (g) memiliki pekerjaan utama
sebagai petani yakni sebesar 29 responden atau 37,66%, (h) memiliki pendapatan
keluarga yang kecil yakni sebesar 38 responden atau 49,35%, (i) memiliki lama
usaha yang sedang yakni sebesar 44 responden atau 57,14%. (2) faktor yang
berpengaruh terhadap usaha budidaya ikan lele di daerah penelitian diantaranya
adalah modal rendah, yakni sejumlah 43 responden atau 55,84%, bahan baku
atau benih rendah yakni sebesar 45 responden atau 58,44%, tenaga kerja sedang,
yakni sebesar 45 responden atau 58,40%, , dan dari aspek perawatan rendah
yakni sebesar 43 responden atau 55,84%. (3) kelangsungan usaha budidaya ikan
lele di daerah penelitian rendah ditinjau dari parameter modal, bahan baku,
tenaga kerja, perawatan, dan pendapatan, dan (4) Sumbangan pendapatan usaha
budidaya ikan terhadap pendapatan total keluarga sedang yakni sebesar 47
responden (67,50%) dan mempunyai sumbangan antara >26,50% - 46,50% .

Kata kunci: kelangsungan usaha, budidaya, ikan lele


The Analysis of Business Continuity Catfish Aquaculture
in Baki Sub Distric of Sukoharjo 2014

Desy Hidayatul Fajri


Geography Faculty, University Muhammadiyah of Surakarta

Abstract

The aims of this research is (1) to determine the characteristics of demographic,


social, and economic entrepreneurs of catfish aquaculture in Baki, (2) to identify the factors
that affect the continuity business of catfish aquaculture in Baki, (3) to identify the continuity
of catfish aquaculture in Baki from 2010-2014 and (4) to identify the contribution of revenues
in catfish aquaculture in Baki to the family income.
The method used in this research is survey. Data were analyzed using frequency
tables and cross-table analysis. The total number of respondents there were 77 respondents.
Data used is primary data and secondary data. The primary data is age, sex, marital status,
number of dependents, education of the respondents, the main type of work, size of land
owned, income, family income, labor origin, the number of initial capital owned, catfish
production, and marketing. The secondary data is data monograph village, physical
condition, social and economic.
The results of this study are (1) demographic characteristics, social and economic
respondents are (a) all employers of catfish aquaculture in Baki is productive age (15-64
years), (b) mostly male, there are 59 respondents (76.62%), (c) the marital status is married,
there are 67 respondents (87.01%), (d) has a number of family dependents bit which ranges
from 3-<4 people (53.25%), (e) has a level low education, there are 49 respondents
(63.60%), (f) agricultural land being, which amounted to 48 respondents (62.34%), (g) has
the primary job is a farmer, there are 29 respondents (37.66%), (h) have a household income
that is small, there are 38 respondents (49.35%), (i) have a long effort being that of 44
respondents or 57.14%. (2) factors that affect the catfish aquaculture in the study area
include low capital, there are 43 respondents (55.84%), lower raw material or seed, there
are 45 respondents (58.44%), low the labour, there are 45 respondents (58.40%), and the
low maintenance aspect, there are 43 respondents (55.84%), (3) the continuity of catfish
aquaculture in the study area low in terms of the parameters of capital, raw materials, labor,
maintenance, and income, and (4) contribution of fish aquaculture business income against
total income of the family is that of 47 respondents (67.50 %) and have donated between>
26.50% - 46.50%.

Keywords: business continuity, aquaculture, catfish


PENDAHULUAN usaha budidaya ikan lele terhadap
Usaha budidaya lele di daerah pendapatan keluarga.
pedesaan dapat dijadikan solusi Budidaya ikan lele memiliki
alternatif untuk mengurangi angka prospek yang sangat baik
pengangguran di daerah pedesaan, dikembangkan dalam bentuk
memperluas lapangan kerja di daerah pembenihan maupun pembesaran.
pedesaan, sehingga dapat menekan Permintaan konsumen akan
laju urbanisasi penduduk desa ke kota keberadaan ikan lele semakin
terutama bagi mereka yang putus meningkat. Dengan teknik
sekolah dan tidak mempunyai pemeliharaan yang baik, maka akan
pengalaman kerja. Walapun manfaat diperoleh hasil budidaya yang
yang dihasilkan dari usaha budidaya memuaskan dan diminati konsumen.
ikan lele begitu besar, akan tetapi ada Dari suatu kenyataan bahwa ikan lele
berbagai masalah umum yang merupakan makanan masyarakat yang
dihadapi oleh pengusaha budidaya sifatnya dimakan habis, maka
ikan lele, sehingga menyebabkan permintaan akan ikan jenis ini tidak
usaha yang dijalaninya tidak akan pernah surut. Ada beberapa jenis
berkembang. Adapun permasalahan ikan lele yang dikembangkan di
umum tersebut seperti modal usaha Indonesia, antara lain: (a) Lele Lokal
yang dimiliki pengusaha budidaya (Charias Batrachus), (b) Lele Dumbo
ikan lele di pedesaan relatif minim, (Clarias Gariepinus), (c) Lele
jumlah tenaga kerja yang sedikit, Sangkuriang, (d) Lele Phyton, dan (e)
lahan yang sempit, dan metode Lele Super Jumbo (Lele Bapukan)
pemasaran yang kurang tepat. (Darseno, 2013).
Kecamatan Baki terbagi dalam Sementara persyaratan lokasi
14 Desa,wilayah tersebut terdiri dari yang dapat dijadikan tempat budidaya
35 Dusun atau Kebayanan terdapat ikan lele diantaranya adalah (a) tanah
111 RW dan 369 RT merupakan salah yang baik untuk kolam pemeliharaan
satu wilayah yang sebagian besar adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
penduduknya bekerja di sektor berporos, berlumpur dan subur. Lahan
pertanian. Berdasarkan data yang dapat digunakan untuk budidaya
Kecamatan Baki dalam Angka tahun lele dapat berupa: sawah, kecomberan,
2013 diketahui bahwa daerah kolam pekarangan, kolamkebun, dan
penelitian sebagian besar blumbang, (b) ikan lele hidup dengan
penduduknya budidaya ikan lele. baik di daerah dataran rendah sampai
Tujuan dari penelitian ini daerah yang tingginya maksimal 700
adalah (1) mengetahui karakteristik m dpl, (c) elevasi tanah dari
demografi, sosial, dan ekonomi permukaan sumber air dan kolam
pengusaha ikan lele di Kecamatan adalah 5-10%, (d) lokasi untuk
Baki, (2) mengetahui faktor yang pembuatan kolam harus berhubungan
berpengaruh terhadap usaha budidaya langsung atau dekat dengan sumber air
ikan lele di Kecamatan Baki dan tidak dekat dengan jalan raya, (e)
Kabupaten Sukoharjo, (3) identifikasi lokasi untuk pembuatan kolam
kelangsungan usaha budidaya ikan hendaknya di tempat yang teduh,
lele dari tahun 2010-2014 di tetapi tidak berada di bawah pohon
Kecamatan baki, dan (4) identifikasi yang daunnya mudah rontok, (f) ikan
besar sumbangan pendapatan pada lele dapat hidup pada suhu 200 C,
dengan suhu optimal antara 25-280C.
Sedangkan untuk pertumbuhan larva ekonomi responden digunakan
diperlukan kisaran suhu antara 26- pendekatan struktur keruangan
300C dan untuk pemijahan 24-280 C, (Spatial Structure Analysis), untuk
(g) ikan lele dapat hidup dalam menjawab sebaran pemasaran dan asal
perairan agak tenang dan responden digunakan pendekatan
kedalamannya cukup, sekalipun keruangan berupa pola (Spatial
kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan Pattern Analysis), dan untuk
miskin zat O2, dan (h) perairan tidak menjawab faktor yang berpengaruh
boleh tercemar oleh bahan kimia, terhadap keberlangsungan usaha
limbah industri, merkuri, atau budidaya ikan lele digunakan
mengandung kadar minyak atau bahan pendekatan keruangan berupa
lainnya yang dapat mematikan ikan. interaksi antar ruang (Spatial
Perairan yang banyak mengandung Interaction Analysis). Analisis data
zat-zat yang dibutuhkan ikan dan yang digunakan untuk menjawab
bahan makanan alami. Perairan karakter demografi, sosial, dan
tersebut bukan perairan yang rawan ekonomi responden adalah dengan
banjir (Wibowo, 2012). analisis tabel frekuensi dan tabel
silang.

METODE HASIL DAN PEMBAHASAN


Metode yang digunakan dalam Deskripsi Fisik Daerah Penelitian
penelitian ini adalah metode survei. Kecamatan Baki merupakan
Analisa data menggunakan analisa salah satu kecamatan yang terletak di
tabel frekuensi dan analisa tabel Kabupaten Sukoharjo dengan luas
silang. Jumlah total responden ada 77 wilayah sebesar 2.197 Ha atau sekitar
responden. Data yang digunakan 4,71% dari luas total Kabupaten
meliputi data primer dan data Sukoharjo (46.666 Ha). Desa
sekunder. Data primer diantaranya Mancasan merupakan salah satu desa
adalah umur responden, jenis kelamin, terluas dengan luas sebesar 276 Ha
status kawin, jumlah tanggungan dan terkecil adalah Desa Kadilangu
keluarga, pendidikan responden, jenis dengan luas sebesar 111 Ha (BPS
pekerjaan utama, luas lahan yang Sukoharjo, 2014)
dimiliki, pendapatan, pendapatan Kecamatan Baki terletak di
keluarga, asal tenaga kerja, jumlah dataran tinggi, dengan tinggi 110 di
modal awal yang dimiliki, produksi atas permukaan laut. Jarak dari
ikan lele, dan pemasaran. Data Ibukota Kabupaten Sukoharjo adalah
sekunder meliputi data monografi ±15 km. Adapun batas-batas dari
desa, kondisi fisik, sosial dan Kecamatan Baki adalah sebagai
ekonomi. berikut:
Salah satu ciri dari penelitian a. Sebelah utara: Kecamatan
geografi adalah munculnya Kartasura dan Kota Surakarta
pendekatan geografi dalam penelitian b. Sebelah timur: Kecamatan
tersebut baik secara eksplisit maupun Grogol
implisit. Pendekatan geografi yang c. Sebelah selatan: Kabupaten
digunakan untuk menjawab tujuan Klaten
penelitian adalah pendekatan d. Sebelah barat: Kecamatan
keruangan. Untuk menjawab Gatak
karakteristik demografi, sosial, dan
Kecamatan Baki terbagi Karakteristik Demografi, Sosial dan
menjadi 14 desa, yang terdiri dari 35 Ekonomi Pelaku Budidaya Ikan
Dusun, 111 RW, dan 363 RT. Lele
Menurut klasifikasinya semua desa di Umur merupakan data
Kecamatan Baki termasuk dalam demografi yang sangat penting karena
kategori desa swakarya. Dalam umur erat kaitannya dengang perilaku
pelaksanaan pemerintahannya seseorang misalnya: kesehatan,
Kecamatan Baki memiliki 7 orang kelahiran, kematian, pendidikan
aparat kecamatan dan 126 pamong maupun kegiatan ekonomi yang
desa. dilakukannya. Daya tahan seseorang
Berdasarkan pembagian tipe terhadap suatu penyakit juga
iklim Schmidt & Fergusson daerah dipengaruhi oleh umur. Selain itu,
penelitian memiliki tipe iklim sedang. golongan penduduk yang biasanya
Selain itu daerah penelitian memiliki banyak melakukan aktivitas usaha
topografi datar, dengan kemriringan adalah mereka yang masuk golongan
sekitar 0-5%. Berdasarkan peta tanah penduduk berusia produktif. Distribusi
yang diperoleh, macam atau jenis umur pelaku budidaya ikan lele
tanah di lokasi penelitian adalah dengan prosentase terbanyak adalah
regosol. Berdasarkan peta Geologi yang berusia 18 - < 27 tahun sebesar
Digital lembar Sukoharjo skala 38,96% atau sejumlah 30 responden.
1:50.000, daerah kajian mempunyai Dengan mengacu pada ketentuan usia
struktur geologi Hollocen, alluvium. produktif adalah 15 – 64 tahun, maka
Kecamatan Baki mempunyai luas 100% responden pelaku budidaya ikan
wilayah mencapai 21,97 km2 dengan lele termasuk dalam usia produktif.
jumlah penduduk pada tahun 2012 Pelaku budidaya ikan lele di
tercatat 54.207 mempunyai kepadatan daerah penelitian tidak hanya berjenis
total 2.467 km2. Jumlah penduduk kelamin laki-laki tetapi juga
Kecamatan Baki akhir tahun 2012 perempuan. Meskipun demikian
tercatat 54.207 jiwa, yang terbagi atas jumlah pelaku budidaya ikan lele
penduduk laki-laki 27.347 jiwa, dan dengan jenis kelamin laki-laki terlihat
perempuan 26.860 jiwa. Jumlah lebih banyak dari pada perempuan.
penduduk laki-laki dalam suatu daerah Hal ini bisa dipahami karena seorang
akan berpengaruh terhadap sex ratio laki laki dibebani tanggung jawab
dan beban ketergantungannya. ekonomi, yaitu sedapat mungkin
Secara keseluruhan fasilitas berusaha menghidupi keluarga.
pendidikan dasar sudah baik, karena Status kawin merupakan
sudah mencapai standar. Fasilitas pengakuan kepada seseorang dalam
pendidikan yang standar akan hal hubungan antara pria dan wanita
berdampak pada partisipasi sekolah dalam bentuk keluarga. Status kawin
masyarakat. Toko kelontong dan kedai dalam penelitian ini terbagi menjadi
makanan masih mendominasi sarana tiga meliputi: status kawin serta belum
perekonomian di daerah penelitian. kawin. Berdasarkan hasil penelitian
Adanya pusat atau sarana dapat diketahui bahwa status kawin
perekonomian ini tentu, akan pelaku budidaya ikan lele didominasi
mempermudah proses pemasaran ikan oleh kawin yaitu sebesar 87,01%.
lele. Selain itu sarana perhubungan di Keadaan tersebut cukup wajar
daerah penelitian saat ini cukup baik. mengingat dengan status tersebut para
pelaku budidaya ikan lele itu memiliki
tanggung jawab yang lebih untuk mempunyai lahan pertanian sama
mencari nafkah. Faktor status kawin sekali. Berdasarkan hasil analisa data
inipun bisa dimungkinkan merupakan luas lahan yang dimiliki responden
salah satu faktor pendorong yang kuat diketahui bahwa pelaku budidaya ikan
bagi responden untuk mencari lele, mereka yang mempunyai lahan
pekerjaan apa saja di daerah tujuan. pertanian sedang sebanyak 48 orang
Jumlah tanggungan keluarga (62,34%), sempit sebanyak 22 orang
pelaku budidaya ikan lele bervariasi, (28,57%) dan responden pemilik lahan
dari 77 orang responden, jumlah pertanian sangat sempit yaitu
tanggungan keluarga yang paling sebanyak 7 orang (9,09%).
banyak adalah 3 - < 4 orang, yaitu Sumber pendapatan utama dari
sebanyak 53,25%. Rata-rata jumlah responden adalah berasal dari
tanggungan keluarga yang dimiliki pekerjaan utama. Berdasarkan hasil
adalah berjumlah 3 orang. Jumlah ini kuosioner diketahui bahwa tidak
termasuk dalam kategori ideal dengan semua responden pekerjaan utamanya
komposisi 1 suami atau 1 istri dan 2 sebagai pembudidaya ikan lele, ada
anak. Jumlah tanggungan keluarga sebagian yang bekerja sebagai
akan mempengaruhi seseorang untuk karyawan swasta, bahkan pegawai
mendapatkan penghasilan yang cukup negeri sipil. Sebagian besar responden
untuk menafkahi keluarganya. memiliki pekerjaan utama sebagai
Semakin besar tanggungan petani yakni sebesar 29 responden
keluarganya, maka biaya hidupnya atau 37,66%. Responden yang
juga akan semakin tinggi, sehingga memang mempunyai pekerjaan utama
memerlukan penghasilan yang tinggi sebagai pengusaha budidaya ikan lele
pula. hanya sebesar 10 orang atau sebesar
Tingkat pendidikan dalam 12,99%. Hal ini dapat disimpulkan
penelitian ini dapat diartikan sebagai bahwa sebagai besar responden
derajat yang dapat dicapai dalam melakukan budidaya ikan lele hanya
pendidikan formal yang untuk menambah pendapatan total
diselenggarakan sekolah negeri atau keluarga.
swasta. Sebagaian besar tingkat Pendapatan keluarga adalah
pendidikan pelaku budidaya ikan lele seluruh pendapatan baik yang
sebagian besar pada tingkatan diperoleh melalui aktivitas pekerjaan
pendidikan dasar, yaitu sebesar utama baik yang diperoleh oleh
63,60% atau 49 orang, sedangkan Kepala Keluarga (KK), istri maupun
paling sedikit adalah pendidikan dari anggota keluarga sudah bekerja.
tinggi, yaitu sebesar 3orang (3,90%). Berdasarkan hasil nanalisa data
Luas lahan pertanian terutama diketahui pendapatan keluarga sebesar
untuk penduduk pedesaan hingga saat Rp. 850.000 - Rp. 1.750.000
ini masih mempunyai peranan penting (klasifikasi terkecil) merupakan
dalam menentukan status kehidupan pendapatan yang paling dominan
sosial ekonomi penduduk. Dalam dengan diperoleh oleh sebanyak 38
pandangan masyarakat desa, orang (49,35%). Keadaan ini secara
penduduk yang mempunyai lahan tidak langsung menunjukkan bahwa
pertanian luas mempunyai status dengan pendapatan yang relatif rendah
ekonomi yang lebih tinggi seseorang akan berusaha
dibandingkan penduduk yang lahan meningkatkan pendapatannya dengan
pertaniannya tidak luas atau tidak usaha yang lain.
Lama usaha pengusaha lama pengusaha melakukan aktivitas
budidaya ikan lele sangat maka pengusaha tersebut akan
mempengaruhi dalam kemampuan mempunyai cara mendapatkan hasil
pengelolaan usaha. Semakin lama yang lebih besar.
pengusaha melakukan usaha
diharapkan akan berkembang menjadi Faktor yang Mempengaruhi Usaha
semakin besar usaha tersebut. Hal ini Budidaya Ikan Lele
karena semakin berpeluang untuk Modal sebagai salah satu
menjalankan usahanya dibantu atau faktor kodal yang paling penting
mempekerjakan tenaga kerja orang dalam kelancaran proses produksi
lain dan pengalaman yang diperoleh dalam suatu usaha. modal dalam suatu
selama menjalankan usaha juga industri dapat dua jenis, yaitu modal
semakin banyak. Berdasarkan lama tetap dan modal uang. Dalam
usaha pada usaha budidaya ikan lele di penelitian ini modal yang dibahas
Kecamatan Baki, maka yang adalah modal yang berupa uang dan
mendominasi adalah lama usaha modal tetap yang berupa peralatan.
antara 10 -15 tahun sejumlah 44 Modal tetap yang berwujud tanah dan
pengusaha atau sebesar 57,14%. bangunan beserta peralatan pembiakan
Pengusaha yang memulai usaha lele, bangunan, tanah, dan alat-alat
kurang dari 10 tahun sebagian besar kerja tersebut dinilai dengan uang.
merupakan generasi kedua atau Modal yang berujud peralatan semua
warisan usaha dari orang tua mereka. dinilai dengan uang. Adapun modal
Pengusaha yang lama usahanya lebih yang dimaksud dalam penelitian ini
dari 15 tahun sebanyak 12 pengusaha adalah modal yang digunakan untuk
atau sebesar 15,58%, pengusaha ini membeli bibit lele, peralatan
sebagian besar merupakan generasi perkembangbiakan dan perawatan
pertama. Kesimpulan yang dapat lele. Berdasarkan hasil penghitungan
diambil mengenai lama usaha, yaitu kuosioner dapat diketahui modal
semakin lama pengusaha melakukan usaha yang paling kecil adalah Rp.
usaha belum tentu usaha mereka akan 15.000.000 dan tertinggi adalah Rp.
berkembang dan bertambah banyak 35.000.000.
tenaga kerjanya akan tetapi semakin

Tabel 1. Modal Usaha Pengusaha Budidaya Ikan Lele di Kecamatan Baki Tahun
2014

No Modal Usaha (Rp) Jumlah Prosentase


(%)
1 Rp. 15.000.000 – Rp. 21.700.000 (Kecil) 43 55,84
2 > Rp. 21.700.000 – Rp. 28.300.000 (Sedang) 23 29,87
3 > 28.300.000 – Rp. 35.000.000 (Tinggi) 11 14,29
Jumlah 77 100,00
Sumber: Hasil Analisa Data, 2014
Berdasarkan Tabel 1 dapat 15.000.000 – Rp. 21.700.000
diketahui bahwa sebagian besar (klasifikasi kecil). Hal ini mencirikan
pengusaha (43 pengusaha) budidaya bahwa kegiatan usaha di daerah
ikan lele di daerah penelitian memiliki penelitian merupakan sebuah industri
modal relatif kecil yakni sebesar Rp. rumah tangga. Implikasi dari kecilnya
modal adalah produktivitas ikan lele dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
yang menurun baik dari segi kualitas tenaga kerja keluarga (unpaid family)
ukuran lele maupun kuantitas lele. dan tenaga kerja diluar keluarga yang
Menurut Renner, 1957 dalam diupah (paid worker). Tenaga kerja
Satoto, (2000), salah satu komponen keluarga, yaitu tenaga kerja dari
dasar yang penting bagi suatu usaha keluarga pengusaha budidaya ikan lele
industri adalah bahan baku, sebagai yang membantu usaha untuk
bahan dasar yang dibutuhkan untuk memperoleh pendapatan dan
kepentingan usaha. Bahan baku yang keuntungan tanpa mendapatkan upah
diperlukan dalam proses budidaya maupun gaji. Tenaga kerja diluar
ikan lele ini adalah bahan baku pokok. keluarga yang diupah adalah tenaga
Bahan baku pokok dalam penelitian kerja yang melakukan pekerjaan
ini adalah bibit ikan lele. dengan maksud memperoleh
Tenaga kerja merupakan faktor pendapatan dan lamanya bekerja
produksi yang mendorong kelancaran paling sedikit satu jam berturut-turut
usaha budidaya ikan lele. Usaha selama satu minggu.
budidaya ikan lele yang didorong oleh Tenaga kerja yang digunakan
tenaga kerja yang berkualitas akan pada usaha budidaya ikan lele di Desa
tersingkir dari persaingan dengan Kudu dan Desa Bakipandeyan terdiri
industri sejenis yang mempunyai dari tenaga keluarga dan tenaga kerja
tenaga kerja yang terampil dan diluar keluarga yang diupah. Dari
berkualitas dan mengakibatkan hasil penelitian dari 77 responden
industri tersebut mengalami yang diteliti tenaga kerja yang terserap
kemunduran. Pada penelitian ini yang ada 246 orang yang terdiri dari 98
dimaksud dengan tenaga kerja adalah orang tenaga kerja keluarga dan 148
tenaga kerja yang berumur 12 tahun orang tenaga kerja diluar keluarga
keatas yang terlibat secara aktif dalam yang diupah. Secara detail mengenai
proses produksi pada budidaya ikan tenaga kerja keluarga dan di luar
lele di Desa Kudu dan Desa keluarga dapat dilihat pada Tabel 2
Bakipandeyan Kecamatan Baki. dan 3.
Dalam penelitian ini tenaga kerja

Tabel 2. Jumlah Karyawan Keluarga di Daerah Penelitian Tahun 2014


No Jumlah Karyawan Jumlah Prosentase (%)
1 1 63 81,8
2 2-3 11 14,3
3 >3 3 3,9
Jumlah 77 100,0
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan Tabel 2 dapat kita ketahui bahwa di daerah penelitain jumlah
tenaga kerja keluarga terbanyak adalah 1 orang tenaga kerja sebesar 63 responden
atau sebesar 81,8%. Sedangkan jumlah tenaga terkecil adalah yang lebih dari 3
tenaga kerja sebesar 3 responden atau 3,9%.
Tabel 3. Jumlah Karyawan dari Luar di Daerah Penelitian Tahun 2014
No Jumlah Karyawan Jumlah Prosentase (%)
1 1 22 28,6
2 2-3 45 58,4
3 >3 10 13,0
Jumlah 77 100,0
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan Tabel 3 dapat kita Pemasaran yang lancar akan
ketahui bahwa di daerah penelitain mempengaruhi produksi, karena arus
jumlah tenaga kerja keluarga uang modal dapat terus berputar
terbanyak adalah 2-3 orang tenaga sehingga proses produksi dapat tetap
kerja sebesar 45 responden atau berlangsung.
sebesar 58,4%. Sedangkan jumlah Pemasaran ikan lele sebagian
tenaga terkecil adalah yang lebih dari besar hanya untuk daerah lokal (dalam
3 tenaga kerja sebesar 10 responden Kabupaten) dan selebihnya di luar
atau 10%. Semakin kecil jumlah daerah (luar Kabupaten), untuk daerah
tenaga kerja biaya operasional yang luar Kabupaten meliputi Surakarta,
dikeluarkan juga akan semakin kecil Sragen, Karanganyar, Boyolali,
akan tetapi tentu akan berdampak Klaten, dan Wonogiri. Adapun harga
terhadap produktivitas. jual lele per kilogram di daerah
Pemasaran merupakan tindak penelitian adalah sama yakni berkisar
lanjut dari kegiatan produksi panen adalah Rp. 16.000,-. Sistem harga
lele. Pemasaran secara langsung dibuat sama agar tidak terjadi
merupakan pemasaran dari produsen persaingan yang tidak sehat antar
langsung ke konsumen, sedangkan pedngusaha di daerah penelitian.
pemasaran tidak langsung merupakan Secara detail mengenai daerah
pemasaran yang melewati pedagang pemasaran responden dapat dilihat
perantara. pada Tabel 4 dan secara Spasial
mengenai lokasi daerah pemasaran
lihat pada Gambar 1.

Tabel 4. Daerah Pemasaran Ikan Lele di Daerah Penelitian


No Daerah Pemasaran Jumlah Prosentase (%)
1 Dalam Kecamatan (Kecamatan Baki) 37 48,05
2 Luar Kecamatan
- Kecamatan Grogol 4 5,19
- Kecamatan Gatak 3 3,90
- Kecamatan Sukoharjo 4 5,19
3 Eks Karesidenan Surakarta
- Boyolali 8 10,39
- Solo 12 15,58
- Klaten 4 5,19
- Sragen 5 6,49
Jumlah 77 100,00
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan Tabel 4 dapat kita responden yakni 37 responden
ketahui bahwa sebagian besar memasarkan hasil budidaya ikan
lelenya ke wilayah Kecamatan Baki. yang digunakan, perubahan jumlah
Adapun pemasaran diluar kecamatan tenaga kerja yang digunakan maupun
di antaranya di jual di Kecamatan jumlah modal yang digunakan selama
Gatak, Kecamatan Grogol, dan beberapa tahun terakhir, perubahan
Kecamatan Sukoharjo. Untuk wilayah pemberian pakan dan perubahan
Eks Karesidenan Surakarta responden pendapatan. Perubahan usaha
menjual ke wilayah Kota Solo. Hal ini budidaya ikan lele di daerah penelitian
disebabkan produsen ikan lele di ini dilihat selama lima tahun terakhir
wilayah tersebut sangat minim dan yaitu dari tahun 2010 hingga 2014.
pangsa pasar yang menjanjikan Selama tahun tersebut akan dilihat
apabila dibandingkan dengan wilayah fluktuasi modal, bahan baku (benih),
lain. perawatan (pemberian pakan), tenaga
kerja dan pendapatan dari budidaya
Kelangsungan Usaha Budidaya ikan lele.
Ikan Lele Secara detail mengenai tingkat
Tingkat kelangsungan usaha kelangsungan usaha budidaya ikan
budidaya ikan lele merupakan lele di Kecamatan Baki dapat dilihat
perubahan yang terjadi dalam usaha pada Tabel 5.
budidaya ikan lele. Perubahan tersebut
dapat terjadi pada jumlah bahan baku

Tabel 5. Kelangsungan Usaha Budidaya Ikan Lele di Daerah Penelitian Antara


Kurun Waktu 2010 sampai 2014
Klasifikasi Modal Tenaga Bahan Baku Perawatan Pendapatan
Kerja
Kecil/Rendah 43 22 45 43 41
Sedang 23 45 21 26 34
Tinggi 11 10 11 8 2
Jumlah 77 77 77 77 77
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan Tabel 5 dapat kita perawatan (pemberian pakan) yang
ketahui bahwa tingkat kelangsungan rendah, serta parameter pendapatan
usaha di daerah penelitian termasuk sebanyak 41 responden memiliki
kecil atau rendah, yakni dari 5 pendapatan yang relatif rendah.
parameter yang ada dominan
mempunyai nilai klasifikasi yang Tingkat Kelangsungan Usaha
rendah. Berdasarkan parameter modal Budidaya Lele
sebanyak 52 responden memiliki Tingkat kelangsungan usaha budidaya
modal yang rendah, parameter tenaga lele di daerah penelitian diukur
kerja sebanyak 71 responden memiliki berdasarkan 5 parameter, yakni modal,
tenaga kerja yang rendah, parameter bahan baku, tenaga kerja, perawatan,
bahan baku (benih) sebanyak 32 dan pendapatan pengusaha. Secara
responden memiliki benih yang detail mengenai tingkat kelangsungan
sedikit, parameter perawatan sebanyak usaha budidaya lele di daerah
35 responden memiliki intensitas penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Tingkat Kelangsungan Usaha Budidaya Ikan Lele di Daerah Penelitian
Antara Kurun Waktu 2010 sampai 2014
Tingkat Modal Tenaga Bahan Perawatan Pendapatan
Kelangsungan Kerja Baku
Usaha Res Klas Res Klas Res Klas Res Klas Res Klas
Kecil/Rendah 43 R 71 R 45 R 43 R 41 R
Sedang 23 S 4 S 21 S 26 S 34 S
Tinggi 11 T 2 T 11 T 8 T 2 T
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 6 dapat kita ketahui bahwa dari 5 parameter yang
digunakan untuk menilai tibngkat kelangsungan usaha budidaya di daerah
penelitian, sebagian besar responden memiliki tingkat kelangsungan usaha yang
rendah.

Sumbangan Pengusaha Budidaya mereka lakukan agar dapat


Ikan Lele terhadap Pendapatan memberikan hasil kerja kerasnya ke
Total Keluarga keluarga. Oleh sebab itu jumlah
Para pengusaha menyediakan penghasilan yang diberikan ke
porsi yang cukup besar dari keluarga pun bervarisi dalam tiap
penghasilan mereka untuk keperluan bulannya, mulai dari Rp 600.000
operasional budidaya ikan sehari-hari. sampai Rp. 1.200.000. Secara detil
Para pengusaha pada umumnya mengenai besar pendapatan yang
berhemat-hemat bahkan dengan diberikan kepada keluarga dapat
segala pengorbanan dan kerja keras dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Besar Pendapatan Pengusaha yang diberikan pada Keluarga


No Besar Pendapatan (Rp) Frekuensi Prosentase (%)
1 Rp. 600.000 – Rp. 800.000 51 66,2
2 > Rp. 800.000 – Rp. 1.000.000 21 27,3
3 >Rp. 1.000.000 – Rp. 1.200.000 5 6,5
Jumlah 77 100,0
Sumber: Analisis Data, 2014
Berdasarkan Tabel 7 tersebut jika ditambahkan dengan pendapatan
dapat diketahui bahwa sebanyak 51 dari anggota keluarga yang lain.
pengusaha (66,2%) memberikan Pendapatan yang diperoleh
pendapatannya ke keluarga berupa dari usaha budidaya ikan lele ternyata
uang antara Rp. 600.000 – Rp. sangat besar sekali pengaruhnya. Hal
800.000 dan 21 pengusaha (27,3%) tersebut dapat dilihat pada berbagai
memberikan pendapatannya ke aspek kehidupan rumah tangga yang
keluarga berupa uang antara > Rp. sebagian besar mengalami
800.000 – Rp. 1.000.000, serta peningkatan, seperti peningkatan pada
pemberian pendapatan terbanyak apek pemenuhan kebutuhan makan,
yang dikirim pengusaha ke keluarga pakaian, rumah, pendidikan dan
antara >Rp. 1.000.000 – Rp. kehidupan sosialnya. Besarnya
1.200.000 yaitu sebanyak 5 responden sumbangan pendapatan usaha
(6,50%). Jumlah tersebut untuk dapat budidaya ikan lele terhadap
digunakan hidup sederhana di pendapatan keluarga dapat dihitung
pedesaan saja sudah cukup, apalagi dengan cara sebagai berikut: besarnya
keluarga dibagi dengan besarnya wawancara terhadap responden yang
pendapatan dari usaha budidaya ikan telah mengirimkan hasil
dikalikan seratus persen. pendapatannya. Secara detail
Besarnya sumbangan yang mengenai besarnya pengaruh
diberikan pelaku usaha ke keluarga di sumbangan pelaku budidaya ikan lele
daerah penelitian cukup besar. Hal ini terhadap pendapatan total keluarga
dapat diketahui berdasarkan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Besar Pengaruh Sumbangan Pelaku Usaha Budidaya Ikan Lele terhadap
Pendapatan Total Keluarga
No Besar Sumbangan (%) Frekuensi Prosentase (%)
1 6,50% - 26,50% (Rendah) 31 22,1
2 >26,50% - 46,50% (Sedang) 47 67,5
3 > 46,50% - 66,20% (Tinggi) 8 10,4
Jumlah 77 100,0
Sumber: Analisis Data, 2014
Berdasarkan tabel 8 tersebut memberikan sumbangan ke
dapat diketahui bahwa sebanyak 47 pendapatan total keluarga sebesar >
pengusaha pelaku usaha budidaya 46,50% - 66,20%. Jumlah sumbangan
ikan lele (67,5%) memberikan tersebut untuk dapat digunakan hidup
sumbangan ke keluarga antara 6,50% sederhana di pedesaan saja sudah
- 26,50%, dan 31 pengusaha (22,1%) cukup, apalagi jika ditambahkan
memberikan sumbangan ke dengan pendapatan dari anggota
pendapatan total keluarga antara keluarga yang lain.
>26,50% - 46,50%, dan 8 responden

KESIMPULAN pengusaha budidaya ikan lele di


Berdasarkan hasil dan Kecamatan Baki memiliki jumlah
pembahasan yang telah dilakukan dan tanggungan keluarga sedikit yakni
mengacu pada tujuan penelitian, berkisar 3 - < 4 orang sebanyak
maka dapat disimpulkan beberapa 53,25%, (e) sebagian besar
kesimpulan sebagai berikut: pengusaha budidaya ikan lele di
1) karakteristik demografi, sosial, dan Kecamatan Baki memiliki tingkat
ekonomi responden adalah sebagai pendidikan rendah, yakni sebesar
berikut: (a) semua pengusaha 49 responden atau 63,60%, (f)
budidaya ikan lele di Kecamatan sebagian besar pengusaha
Baki berumur produktif (15–64 budidaya ikan lele di Kecamatan
tahun) dan rentang umur terbanyak Baki hanya memiliki lahan
antara 27 - <36 tahun, yakni pertanian yang sedang, yakni
sebesar 38,96%., (b) sebagian sebesar 48 responden atau
besar pengusaha budidaya ikan lele 62,34%, (g) sebagian besar
di Kecamatan Baki berjenis pengusaha budidaya ikan lele di
kelamin laki – laki, yakni sebanyak Kecamatan Baki memiliki
59 orang (76,62%), (c) sebagian pekerjaan utama sebagai petani
besar pengusaha budidaya ikan lele yakni sebesar 29 responden atau
di Kecamatan Baki berstatus kawin 37,66%, (h) sebagian besar
yakni sebesar 67 responden atau pengusaha budidaya ikan lele di
87,01%, (d) sebagian besar Kecamatan Baki memiliki
pendapatan keluarga yang kecil yakni berkisar antara 2-3
yakni sebesar 38 responden atau karyawan, (d) sebagian besar
49,35%, (i) sebagian besar responden yakni sebanyak 43
pengusaha budidaya ikan lele di responden atau 55,84%
Kecamatan Baki memiliki lama mempunyai jumlah pakan yang
usaha yang sedang yakni sebesar sedikit yakni berkisar antara 90 kg
44 responden atau 57,14%. – 140 kg per bulan, dan (e)
2) faktor yang berpengaruh terhadap sebagian besar responden yakni
usaha budidaya ikan lele: (a) sebanyak 37 responden atau
sebagian besar responden yakni 48,05% memasarkan hasil ikannya
sebanyak 43 responden atau di dalam Kecamatan Baki;
55,84% mempunyai modal yang 3) kelansungan usaha budidaya ikan
rendah yakni berkisar antara Rp. lele ditinjau dari 5 parameter
15.000.000 – Rp. 21.700.000, (modal, bahan baku atau benih,
sehingga akan berdampak pada tenaga kerja, perawatan, dan
usahanya, (b) sebagian besar pendapatan) masih rendah, dan
responden yakni sebanyak 45 4) sumbangan pendapatan usaha
responden atau 58,44% memiliki budidaya ikan terhadap pendapatan
benih ikan yang minim yang total keluarga sedang yakni sebesar
berkisar antara 40.000 – 53.000 47 responden (67,50%) dan
ekor benih lele, (c) sebagian besar mempunyai sumbangan antara
responden yakni sebanyak 45 >26,50% - 46,50% .
responden atau 58,40%
mempunyai tenaga kerja sedang

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Sukoharjo. 2014. Kecamatan Baki dalam Angka 2013. Sukoharjo:
BPS Kabupaten Sukoharjo
Darseno. 2013. Budi Daya Lele. Jakarta: PT Agromedia Pustaka
Satoto, Himawan. 2000. Usaha ternak Sapi Perah di Kacematan Ampel
Kabupaten Bayolali. Skripsi S1 Geografi. Surakarta: Fakultas Geografi
UMS
Wibowo, Kesit Tisna. 2012. Mendongkrak Produksi Lele dengan Teknik Sistem
Padat Tebar Tinggi. Jakarta: PT Agromedia Pustaka
Gambar 1. Peta Daerah Pemasaran Ikan Lele

Anda mungkin juga menyukai