Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI LAPANGAN ‘YY’
PROPOSAL
TUGAS AKHIR
Karya ilmiah sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik dari Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas
Bumi Balikpapan
Oleh
AS ARIFURNA
1501067
PROPOSAL
TUGAS AKHIR
Oleh :
AS ARIFURNA
1501067
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Perminyakan
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Disetujui oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
ii
DAFTAR ISI
I. JUDUL
V. METODOLOGI
iii
I. JUDUL
dimana :
PI = Indeks Produktivitas, bfpd/psi
q = Laju produksi, bbl/hari
Ps = Tekanan sumur pada keadaan statis, psi
Pwf = Tekanan aliran dasar sumur, psi
1
yang dipengaruhi oleh productivity indeksnya atau lebih umum oleh
Inflow Performance Relationship (IPR).
4.4.1. Kurva IPR Satu Fasa
dimana:
PI = indeks produktivitas
qo = laju produksi, (bpd)
Pwf = tekanan alir dasar sumur, (psi)
Ps = tekanan statik reservoir, (psi)
Untuk sumur natural flow atau gas lift, Pwf dan Ps diukur
dengan alat BHP survey (wireline). Sedangkan untuk sumur
pompa (ESP dan SRP), Pwf dan Ps dihitung dari data SFL dan
DFL yang diperoleh dengan alat sonolog.
2
Ps
Pwf
w
qo
Pwf
w
qo
ini :
qo 2
Pwf Pwf
1 0.2
0.8
q max Ps Ps
dimana :
q0
qmaks 2
Pwf Pwf
1.0 0.2 0.8
Ps Ps
Pwf Pwf
2
4
Di lapangan migas, untuk suatu bottom hole flowing pressure (Pwf)
tertentu, formasi akan memproduksikan fluida melalui tubing. Untuk
mengangkat fluida kepermukaan melalui tubing kita harus mengetahui
pressure loss akibat aliran fluida di dalam tubing. Dengan mengetahui
pressure loss tersebut kita dapat mengetahui tekanan dipermukaan (tubing
head pressure) karena bila tekanan dipermukaan kurang dari tekanan
atmosfer, fluida tidak akan mengalir kepermukaan dengan rate yang
diharapkan. Bila keadaan yang terjadi demikian, kita harus memberikan input
tekanan yang kita buat sendiri, baik itu berupa gas lift ataupun pumping.
Untuk mengetahui hubungan antara flow rate dan pressure loss pada
sistem aliran fluida dalam pipa vertikal pada perencanaan HPU itu sendiri
dengan menggunakan persamaan gradien tekanan oleh William Hazen, yaitu:
1.85
100 (Q / 34.3)1.85
F 2.083 4.8655
C ID
dimana:
F = Ft loss per 1000 feet
Q = laju produksi, (bpd)
C = konstanta dari bahan yang digunakan dalam pembuatan pipa
ID = diameter dalam pipa, (inch)
Di antara beberapa jenis metode Artificial Lift yang ada, salah satu yang
sangat populer untuk diterapkan di sumur minyak adalah metode gas lift.
Prinsip kerja dari teknik ini sangat sederhana, yaitu dengan
menginjeksikan gas kedalam sumur melalui annulus antara casing dengan
tubing produksi. Gas ini kemudian akan masuk melalui side pocket
mandrel (SPM) kedalam tubing produksi. Dengan masuknya gas tadi
kedalam tubing dan bescampur dengan minyak didalamnya,
5
maka gas tadi akan menurunkan densitas minyak tadi menjadi lebih ringan
sehingga akan mampu untuk diproduksikan ke permukaan.
Permasalahan akan timbul ketika semua faktor saling mendukung bagi si
sumur untuk dipasang instalasi gas lift terhadapnya termasuk ketersediaan
fasilitas kompresor dan tersedianya cadangan gas yang melimpah, namun
kondisi komplesi sumur tadi sendiri yang kurang mendukung. Misalnya
sumur-sumur yang dikomplesi dengan sistem monobore, sumur seperti ini
tidak mungkin untuk dilakukan instalasi gas lift seperti biasa yang
menggunakan SPM sebagai media masuknya gas. Sumur type ini tidak
memiliki annulus antara casing dengan tubing produksi, bahkan sumur
jenis ini ada yang tidak menggunakan casing, melainkan tubing langsung
disemen dengan dinding formasi. Alhasil diperlukan inovasi baru untuk
menjawab persoalan ini.
Coil tubing Gas Lift hadir sebagai solusi yang efektif dan terbukti dapat
meningkatkan produksi sumur minyak yang sudah tidak mampu
berproduksi secara natural flow. Tidak adanya annulus dalam sumur bukan
menjadi suatu hambatan lagi. Dalam teknik gas lift metode ini, gas tidak
diinjeksikan melalui SPM. Gas diinjeksikan kedalam sumur melalui coil
tubing yang dipasang didalam tubing produksi. Fluida campuran antara
minyak dengan gas injeksi akan mengalir keluar melalui annulus baru,
yaitu annulus antara tubing produksi dengan coil tubing didalamnya.
6
Dengan menggunaka g
gambar .3
teknik ini, gas tetap dapat diinjeksikan kedalam sumur dan tidak adalagi
hambatan dalam pelaksanaan gas lift bagi sumur tersebut, tentu saja tetap harus
dilakukan beberapa penyesuaian khusus, baik dari sisi perhitungan
engineeringnya, maupun dari sisi peralatan dipermukaan.
Konsep dasar gas lift adalah mengurangi gradien tekanan di sepanjang lubang
sumur. Dengan mengurangi gradien tekanan, tekanan aliran sumur (Pwf) akan
7
lebih rendah. Perpotongan antara aliran masuk dan keluar dalam hubungan kinerja
aliran masuk (IPR) menghasilkan laju aliran yang lebih tinggi (Begg, 1991).
dp
dp dp dp
+ + (Eq. 1)
d
L dL el dL f dL acc
dp
dp
dp ρ L HL + ρg ( 1 − HL ) Cf ρm ( q L + qg ) (Eq. 2)
2
dL + d2
GLR memiliki efek paling besar pada gradien tekanan aliran dua fase karena
menurunkan HL.
8
3.Water Cut
kehilangan gesekan.
4.Viskositas liquid
sumur pada kedalaman tertentu. Metode ini meningkatkan GLR dan menurunkan
PWF
ekstrem di bawah kondisi seimbang selama perforasi awal. Selain itu, metode
sumur monobore dapat mencapai aliran gas yang lebih tinggi, karena faktor
9
Sayangnya, sumur monobore tidak memiliki mandrel untuk menampung katup
/ 8 "atau 3-1 / 2". Dalam satu selubung, dua sistem tubing produksi dapat
dipasang, yaitu sistem atas (short string) dan bawah (short string).
produksi dari zona potensial. Selain itu, jika ternyata zona tersebut mengandung
minyak dengan tekanan alami yang tidak mencukupi, side pocket mandrel (SPM)
dapat ditempatkan di mana gas lift disuntikkan untuk membantu cairan terangkat
di dalam sumur.
Salah satu kendala dalam melakukan lift gas di monobore adalah tidak
memiliki katup lift gas atau side pocket mandrel di mana berfungsi
menginjeksikan gas lift ke dalam tabung produksi. Monobore tidak memiliki
annulus untuk mengangkut gas ke bawah dan PCTGL diterapkan untuk
mengirimkan gas lift ke lubang bawah.
PCTGL pada dasarnya adalah tubing baja dengan diameter satu inci dan
memiliki nozzle di ujung ekornya.Wellhead khusus diletakkan di mana kita bisa
menyuntikkan gas lift ke dalam swab valve dan menghasilkan string melalui valve
wing.Gambar berikut menunjukkan perakitan lubang bawah (BHA) dengan
sambungan PCTGL. Ini terdiri dari konektor nozzle, centralizer, valve,nipple dan
coiled tubing (CT).Flapper ditempatkan di dalam check valve untuk mencegah
10
aliran balik dari annulus ke tabung koil. Nipple ditempatkan di atas check valve di
mana alat khusus yang disebut 'dart' dapat dimasukkan saat PCTGL ditarik keluar
dari lubang sumur.
(Gambar 4) (Gambar 5)
11
Dalam perencanaan optimasi produksi migas dengan PCTGL ini,
prinsip dasarnya adalah Gas diinjeksikan kedalam sumur melalui coil tubing
yang dipasang didalam tubing produksi. Fluida campuran antara minyak
dengan gas injeksi akan mengalir keluar melalui annulus baru, yaitu annulus
antara tubing produksi dengan coil tubing didalamnya.
Parameter–parameter ini harus disesuaikan dengan kemampuan
berproduksi suatu sumur dan kemampuan artificial lift agar produksi yang
diharapkan dicapai secara optimal, karena apabila kemampuan peralatan
untuk mengangkat cairan jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuan
produksi sumur, maka gangguan kerusakan pada komponen – komponen
akan lebih cepat terjadi.
Adapun maksud Penulis mengangkat topik ini adalah untuk peningkatan laju alir
dengan pemasangan PCTGL pada sumur FR di lapangan YY
Dengan tujuan yang ingin dicapai antara lain:
a. Mendapatkan laju alir maksimum pada sumur FR.
b. Mendapatkan grapik ipr dan opr yang tepat pada sumur FR.
c. Mendapatkan desain PCTGL yang tepat pada sumur FR.
d. Mendapatkan laju alir optimum dengan pemasangan PCTGL yang tepat.
12
V. METODOLOGI
sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan
2. Pengambilan data
3. Pengolahan data
13
Pengolahan data yang di dapat dilakukan berdasarkan studi literatur
untuk memahami dan mempelajari teori, merumuskan, menganalisa dan
menarik suatu kesimpulan yang semuanya saling berhubungan. Data-data
yang diolah antara lain :
1. Produktivitas formasi yang ditunjukkan dengan laju produksi optimum
yang dicapai suatu sumur dengan menggunakan perhitungan rumus
Vogel dalam perhitungan kurva IPR.
2. Evaluasi hasil optimasi produksi PCTGL dimana parameter yang didapat
berupa ;
A. laju alir maksimum pada sumur FR.
B. grapik ipr dan opr
C. Desain PCTGL yang tepat pada sumur FR.
14
MULAI
Studi Literatur
PENGAMBILAN DATA
1. Ps, Pwf
2. Qoil, Qfluid, water cut
3. Data sumur
4. Spesifikasi PCTGL yang terpasang
PENGOLAHAN DATA
ANALISA
KESIMPULAN
15
VI. DAFTAR PUSTAKA
Brown, Kermit E. 1985 .“The Technology of Artificial Lift Methods”. Volume 2a.
PennWell Publishing Company. Tulsa.
16
VII. RENCANA DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB
I. PENDAHULUAN
II.TINJAUAN LAPANGAN
III.TINJAUAN PUSTAKA
IV. PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
17