Anda di halaman 1dari 20

OPTIMASI LAJU ALIR PRODUKSI

DENGAN PEMASANGAN PCTGL PADA SUMUR ‘FR’

DI LAPANGAN ‘YY’

PROPOSAL
TUGAS AKHIR
Karya ilmiah sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik dari Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas
Bumi Balikpapan

Oleh
AS ARIFURNA
1501067

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
2019
OPTIMASI LAJU ALIR PRODUKSI DENGAN PEMASANGAN

PCTGL PADA SUMUR ‘’FR’’ DI LAPANGAN ‘’YY’’

PROPOSAL
TUGAS AKHIR

Oleh :
AS ARIFURNA
1501067

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Perminyakan
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan

Disetujui oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Markus Lumbaa ST, M.T Joko Wiyono S.Si, M.T


NIDN. 1113036702 NIDN. 119018501
Mengetahui:
Ketua Prodi

Abdi Suprayitno, S.T.,M.Eng


NIDN. 1110098502

ii
DAFTAR ISI

I. JUDUL

II. TINJAUAN PUSTAKA

4.1. Kemampuan Produksi Suatu Sumur


4.2. Inflow Performance Relationship (IPR)
4.3. Aliran Fluida dalam Pipa Vertikal
4.4. Arificial Lift dengan PCTGL
4.5. Prinsip Kerja PCTGL
4.6. Aplikasi Permanent Coiled Tubing Gas Lift (PCTGL)
III. LATAR BELAKANG

IV. MAKSUD DAN TUJUAN

V. METODOLOGI

VI. DAFTAR PUSTAKA

VII. RENCANA DAFTAR ISI

iii
I. JUDUL

OPTIMASI LAJU ALIR PRODUKSI DENGAN PEMASANGAN

PCTGL PADA SUMUR FR DI LAPANGAN YY

II. TINJAUAN PUSTAKA

4.1. Kemampuan Berproduksi Suatu Sumur

Kemampuan berproduksi suatu sumur merupakan tolak ukur dalam


mengetahui kemampuan produksi suatu sumur hidrokarbon. Kemampuan
produksi ini dinyatakan sebagai indeks produktivitas yang dapat ditentukan
dengan persamaan :
q
PI 
Ps  Pwf

dimana :
PI = Indeks Produktivitas, bfpd/psi
q = Laju produksi, bbl/hari
Ps = Tekanan sumur pada keadaan statis, psi
Pwf = Tekanan aliran dasar sumur, psi

Kemampuan produksi sumur umumnya dinyatakan secara grafis yang


dikenal sebagai kurva IPR ( Inflow Performance Relationship ). Kurva IPR
ini dibuat berdasarkan hubunghan antara tekanan aliran dasar sumur ( P wf )
dengan laju produksi ( q ).

4.2. Inflow Performanced Relationship


Perencanaan teknik produksi sumur minyak atau gas antara lain
diperlukan pengetahuan tentang kelakuan aliran fluida reservoir dari
formasi produktif menuju ke lubang sumur. Inflow performance adalah
aliran air, minyak, dan gas dari formasi menuju ke lubang dasar sumur

1
yang dipengaruhi oleh productivity indeksnya atau lebih umum oleh
Inflow Performance Relationship (IPR).
4.4.1. Kurva IPR Satu Fasa

Kurva IPR (Inflow Performance Relationship) merupakan


gambaran secara grafis untuk mengetahui ukuran kemampuan
berproduksi (indeks produktivitas) suatu sumur. Indeks
produktivitas ini secara matematika dapat ditulis dalam bentuk
persamaan Gilbert, yaitu :
qo
PI 
Ps  Pwf

dimana:
PI = indeks produktivitas
qo = laju produksi, (bpd)
Pwf = tekanan alir dasar sumur, (psi)
Ps = tekanan statik reservoir, (psi)

Untuk sumur natural flow atau gas lift, Pwf dan Ps diukur
dengan alat BHP survey (wireline). Sedangkan untuk sumur
pompa (ESP dan SRP), Pwf dan Ps dihitung dari data SFL dan
DFL yang diperoleh dengan alat sonolog.

Kurva ini dibuat berdasarkan hubungan antara tekanan


aliran dasar sumur (Pwf) dengan laju produksi minyak (qo).
Bentuk kurva IPR satu fasa adalah berupa garis lurus, dimana
fluidanya dapat berupa minyak atau juga minyak dan air. Gambar
1 adalah bentuk kurva IPR untuk fluida aliran satu fasa.

2
Ps

Pwf
w

qo

Gambar 1. Kurva IPR Satu Fasa (Rubiandini,2000)

4.4.2. Kurva IPR Dua Fasa

Salah satu metode untuk menentukan IPR sumur dengan


fluida 2 fasa adalah Metode Vogel. Metode Vogel ini merupakan
rumus empiris. Bentuk kurva IPRnya adalah berbentuk
lengkungan (Gambar 2).

Pwf
w

qo

Gambar 2. Kurva IPR Dua Fasa (Rubiandini,2000)

Metode Vogel ini ditulis dalam bentuk fraksi Pwf/Ps

terhadap qo/qmax, yang persamaannya seperti terlihat dibawah

ini :

qo 2
 Pwf   Pwf 
 1  0.2 
 
  0.8 
 

q max  Ps   Ps 

dimana :

qmax = laju produksi maksimum, (bpd)


3
q0 = laju produksi test, (bpd)
Pwf = tekanan alir dasar sumur, (psi)
Ps = tekanan statis dasar sumur, (psi)

Perhitungan awal untuk menentukan kurva IPR

berdasarkan Metoda Vogel adalah :

a. Mempersiapkan data-data penunjang yang meliputi, tekanan

reservoir/tekanan statis (Ps), tekanan alir dasar sumur (Pwf),

serta laju produksi (q0).

b. Kemudian melakukan perhitungan harga tekanan alir dasar

sumur terhadap tekanan reservoir/tekanan statis (Pwf/Ps).

c. Substitusikan harga dari langkah kedua (Pwf/Ps) dan harga

laju produksi (q0) kedalam persamaan Vogel dan menghitung

harga laju produksi maksimum (qmaks), yaitu :

q0
qmaks  2
 Pwf   Pwf 
1.0  0.2   0.8 
 Ps   Ps 

d. Untuk membuat kurva IPR, anggap beberapa harga Pwf dan

menghitung harga qo, yaitu :

  Pwf   Pwf  
2

q0  qmaks 1.0  0.2   0.8  


  Ps   Ps  

Plot qo terhadap Pwf pada kertas grafik linier. Kurva yang


diperoleh adalah kurva kinerja aliran fluida dari formasi ke
lubang sumur.

4.3. Aliran Fluida dalam Pipa Vertikal

4
Di lapangan migas, untuk suatu bottom hole flowing pressure (Pwf)
tertentu, formasi akan memproduksikan fluida melalui tubing. Untuk
mengangkat fluida kepermukaan melalui tubing kita harus mengetahui
pressure loss akibat aliran fluida di dalam tubing. Dengan mengetahui
pressure loss tersebut kita dapat mengetahui tekanan dipermukaan (tubing
head pressure) karena bila tekanan dipermukaan kurang dari tekanan
atmosfer, fluida tidak akan mengalir kepermukaan dengan rate yang
diharapkan. Bila keadaan yang terjadi demikian, kita harus memberikan input
tekanan yang kita buat sendiri, baik itu berupa gas lift ataupun pumping.

Untuk mengetahui hubungan antara flow rate dan pressure loss pada
sistem aliran fluida dalam pipa vertikal pada perencanaan HPU itu sendiri
dengan menggunakan persamaan gradien tekanan oleh William Hazen, yaitu:

1.85
 100   (Q / 34.3)1.85 
F  2.083   4.8655

 C   ID 

dimana:
F = Ft loss per 1000 feet
Q = laju produksi, (bpd)
C = konstanta dari bahan yang digunakan dalam pembuatan pipa
ID = diameter dalam pipa, (inch)

4.4. Artificial Lift dengan PCTGL

Di antara beberapa jenis metode Artificial Lift yang ada, salah satu yang
sangat populer untuk diterapkan di sumur minyak adalah metode gas lift.
Prinsip kerja dari teknik ini sangat sederhana, yaitu dengan
menginjeksikan gas kedalam sumur melalui annulus antara casing dengan
tubing produksi. Gas ini kemudian akan masuk melalui side pocket
mandrel (SPM) kedalam tubing produksi. Dengan masuknya gas tadi
kedalam tubing dan bescampur dengan minyak didalamnya,
5
maka gas tadi akan menurunkan densitas minyak tadi menjadi lebih ringan
sehingga akan mampu untuk diproduksikan ke permukaan.
Permasalahan akan timbul ketika semua faktor saling mendukung bagi si
sumur untuk dipasang instalasi gas lift terhadapnya termasuk ketersediaan
fasilitas kompresor dan tersedianya cadangan gas yang melimpah, namun
kondisi komplesi sumur tadi sendiri yang kurang mendukung. Misalnya
sumur-sumur yang dikomplesi dengan sistem monobore, sumur seperti ini
tidak mungkin untuk dilakukan instalasi gas lift seperti biasa yang
menggunakan SPM sebagai media masuknya gas. Sumur type ini tidak
memiliki annulus antara casing dengan tubing produksi, bahkan sumur
jenis ini ada yang tidak menggunakan casing, melainkan tubing langsung
disemen dengan dinding formasi. Alhasil diperlukan inovasi baru untuk
menjawab persoalan ini.

Coil tubing Gas Lift hadir sebagai solusi yang efektif dan terbukti dapat
meningkatkan produksi sumur minyak yang sudah tidak mampu
berproduksi secara natural flow. Tidak adanya annulus dalam sumur bukan
menjadi suatu hambatan lagi. Dalam teknik gas lift metode ini, gas tidak
diinjeksikan melalui SPM. Gas diinjeksikan kedalam sumur melalui coil
tubing yang dipasang didalam tubing produksi. Fluida campuran antara
minyak dengan gas injeksi akan mengalir keluar melalui annulus baru,
yaitu annulus antara tubing produksi dengan coil tubing didalamnya.

Berikut contoh gambar sumur yang dikomplesi secara monobore dan


dipasang instalasi coil tubing gas lift terhadapnya.

6
Dengan menggunaka g
gambar .3

teknik ini, gas tetap dapat diinjeksikan kedalam sumur dan tidak adalagi
hambatan dalam pelaksanaan gas lift bagi sumur tersebut, tentu saja tetap harus
dilakukan beberapa penyesuaian khusus, baik dari sisi perhitungan
engineeringnya, maupun dari sisi peralatan dipermukaan.

4.4.1. Konsep Pengangkatan Buatan Sumur Minyak

Konsep dasar gas lift adalah mengurangi gradien tekanan di sepanjang lubang

sumur. Dengan mengurangi gradien tekanan, tekanan aliran sumur (Pwf) akan

7
lebih rendah. Perpotongan antara aliran masuk dan keluar dalam hubungan kinerja

aliran masuk (IPR) menghasilkan laju aliran yang lebih tinggi (Begg, 1991).

Persamaan tekanan gradient dalam tubing dapat ditulis (Begg, 1991):

dp 
dp dp dp
+ + (Eq. 1)
d
L dL el dL f dL acc

dp

Where dL elis the pressure gradient due to ele-

dp

vation change, dL f is due to viscous shear and


friction loss and dp is due to kinetic energy
dL acc

change. Assuming there is kinetic energy change, Equation 1 can be rewritten:

dp  ρ L HL + ρg ( 1 − HL ) Cf ρm ( q L + qg ) (Eq. 2)
2

dL + d2

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi gradien tekanan di dalam tubing;

1.Tingkat Aliran Fluida

Meningkatkan laju aliran berarti meningkatkan kecepatan fluida. Hal ini

mengakibatkan meningkatnya faktor gesekan dan faktor Tahan.

2.Rasio Gas / Cairan (GLR)

GLR memiliki efek paling besar pada gradien tekanan aliran dua fase karena

menurunkan HL.

8
3.Water Cut

Water cut dapat memengaruhi kepadatan cairan sehingga meningkatkan

kehilangan gesekan.

4.Viskositas liquid

Viskositas cair dapat meningkatkan HL dan tegangan geser.

5.Diameter tubing dan selip

Meningkatkan ukuran tubing berarti mengurangi penurunan tekanan.Gas lift

bertujuan untuk mengubah GLR dengan menyuntikkan gas ke dalam lubang

sumur pada kedalaman tertentu. Metode ini meningkatkan GLR dan menurunkan

PWF

4.5. Jenis jenis PCTGL (Permanent Coiled Tubing Gas Lift)

4.5.1. Monobore Wells

Sumur monobor adalah sumur yang menggunakan casing produksi besar.

Sebagian besar aplikasi menggunakan casing produksi dengan diameter 3-1/2

"dan 4-1 / 2 ".

Filosofi yang digunakan dalam sumur monobore adalah untuk mendapatkan

ekstrem di bawah kondisi seimbang selama perforasi awal. Selain itu, metode

sumur monobore dapat mencapai aliran gas yang lebih tinggi, karena faktor

pembatasan yang disebabkan oleh diameter tubing produksi yang kecil.

9
Sayangnya, sumur monobore tidak memiliki mandrel untuk menampung katup

pengangkat gas. Jadi, tidak mungkin untuk menyuntikkan gas lift .

4.5.2 Sumur Konvensional

Sumur konvensional biasanya menggunakan tubing produksi dengan diameter 2-7

/ 8 "atau 3-1 / 2". Dalam satu selubung, dua sistem tubing produksi dapat

dipasang, yaitu sistem atas (short string) dan bawah (short string).

Keuntungan menggunakan sistem ini adalah fleksibilitas untuk mendapatkan

produksi dari zona potensial. Selain itu, jika ternyata zona tersebut mengandung

minyak dengan tekanan alami yang tidak mencukupi, side pocket mandrel (SPM)

dapat ditempatkan di mana gas lift disuntikkan untuk membantu cairan terangkat

di dalam sumur.

4.6. Aplikasi Permanent Coiled Tubing Gas Lift (PCTGL)

Salah satu kendala dalam melakukan lift gas di monobore adalah tidak
memiliki katup lift gas atau side pocket mandrel di mana berfungsi
menginjeksikan gas lift ke dalam tabung produksi. Monobore tidak memiliki
annulus untuk mengangkut gas ke bawah dan PCTGL diterapkan untuk
mengirimkan gas lift ke lubang bawah.
PCTGL pada dasarnya adalah tubing baja dengan diameter satu inci dan
memiliki nozzle di ujung ekornya.Wellhead khusus diletakkan di mana kita bisa
menyuntikkan gas lift ke dalam swab valve dan menghasilkan string melalui valve
wing.Gambar berikut menunjukkan perakitan lubang bawah (BHA) dengan
sambungan PCTGL. Ini terdiri dari konektor nozzle, centralizer, valve,nipple dan
coiled tubing (CT).Flapper ditempatkan di dalam check valve untuk mencegah

10
aliran balik dari annulus ke tabung koil. Nipple ditempatkan di atas check valve di
mana alat khusus yang disebut 'dart' dapat dimasukkan saat PCTGL ditarik keluar
dari lubang sumur.

(Gambar 4) (Gambar 5)

III. LATAR BELAKANG

Suatu sumur minyak awalnya memiliki tekanan reservoir tinggi yang


dapat mendorong fluida naik ke permukaan. Sejalan dengan diproduksinya
sumur tersebut, maka tekanan reservoir menurun sehingga fluida tidak dapat
naik ke permukaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka
digunakanlah metode pengangkatan buatan (artificial lift) yang bertujuan
membantu mengangkat fluida naik ke permukaan, Metoda pengangkatan
buatan (artificial lift) yang diterapkan pada sumur produksi pada sumur FR
di lapangan Y dengan menggunakan Permanent Coiled Tubing Gas Lift
(PCTGL).

11
Dalam perencanaan optimasi produksi migas dengan PCTGL ini,
prinsip dasarnya adalah Gas diinjeksikan kedalam sumur melalui coil tubing
yang dipasang didalam tubing produksi. Fluida campuran antara minyak
dengan gas injeksi akan mengalir keluar melalui annulus baru, yaitu annulus
antara tubing produksi dengan coil tubing didalamnya.
Parameter–parameter ini harus disesuaikan dengan kemampuan
berproduksi suatu sumur dan kemampuan artificial lift agar produksi yang
diharapkan dicapai secara optimal, karena apabila kemampuan peralatan
untuk mengangkat cairan jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuan
produksi sumur, maka gangguan kerusakan pada komponen – komponen
akan lebih cepat terjadi.

IV. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud Penulis mengangkat topik ini adalah untuk peningkatan laju alir
dengan pemasangan PCTGL pada sumur FR di lapangan YY
Dengan tujuan yang ingin dicapai antara lain:
a. Mendapatkan laju alir maksimum pada sumur FR.
b. Mendapatkan grapik ipr dan opr yang tepat pada sumur FR.
c. Mendapatkan desain PCTGL yang tepat pada sumur FR.
d. Mendapatkan laju alir optimum dengan pemasangan PCTGL yang tepat.

12
V. METODOLOGI

Penelitian tugas akhir ini disusun dengan melakukan metode penelitian

sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan

Mempelajari literatur yang berhubungan.

2. Pengambilan data

Data-data yang diambil didapatkan melalui pengamatan di lapangan,


laporan produksi sumur X, arsip perusahaan serta melalui buku dan
literatur yang berhubungan dengan masalah evaluasi penggunaan PCTGL
terpasang pada suatu sumur produksi, yang antara lain meliputi :
a. Data pressure build up test (PBU), yang meliputi tekanan
statis dasar sumur (Ps), tekanan alir dasar sumur (Pwf), t
ekanan casing (Pc) dan tekanan tekanan tubing (Pt).
b. Data uji produksi yang terdiri atas laju produksi fluida
(BFPD), produksi minyak (BOPD), dan besarnya water cut
(%).
c. Data karakteristik sumur yang meliputi kedalaman total
(TVD), kedalaman perforasi, diameter sumur, dynamic fluid
level (WFL), static fluid level (SFL) dan kedalaman letak
tubing ijeksi.

3. Pengolahan data

13
Pengolahan data yang di dapat dilakukan berdasarkan studi literatur
untuk memahami dan mempelajari teori, merumuskan, menganalisa dan
menarik suatu kesimpulan yang semuanya saling berhubungan. Data-data
yang diolah antara lain :
1. Produktivitas formasi yang ditunjukkan dengan laju produksi optimum
yang dicapai suatu sumur dengan menggunakan perhitungan rumus
Vogel dalam perhitungan kurva IPR.
2. Evaluasi hasil optimasi produksi PCTGL dimana parameter yang didapat
berupa ;
A. laju alir maksimum pada sumur FR.
B. grapik ipr dan opr
C. Desain PCTGL yang tepat pada sumur FR.

4. Analisa hasil perhitungan


Hasil perhitungan yang diperoleh dianalisa dan ditarik kesimpulan.

Berikut bagan alur metodologi penulisan skripsi ini ;

14
MULAI

Studi Literatur

PENGAMBILAN DATA

1. Ps, Pwf
2. Qoil, Qfluid, water cut
3. Data sumur
4. Spesifikasi PCTGL yang terpasang

PENGOLAHAN DATA

Hasil evaluasi penggunaanPCTGL


terpasang pada sumur produksi

ANALISA

KESIMPULAN

Gambar 4. Bagan Alir Proses Evaluasi PCTGL

15
VI. DAFTAR PUSTAKA

Baker Hughes (2010). ‘’Coil Tubing Solutions,Baker Hughes Manual Handbook,


Houston, Texas.’’

Beggs, D. (1991). ‘’Optimization using NodalAnalysis, OGCI and Petroskills


Publi-cations,’’ Tulsa, Oklahoma.
Brown, Kermit E. 1985 . “The Technology of Artificial Lift Methods”. Volume 1.
PennWell Publishing Company. Tulsa.

Brown, Kermit E. 1985 .“The Technology of Artificial Lift Methods”. Volume 2a.
PennWell Publishing Company. Tulsa.

Brown, Kermit E. 1985. “The Technology of Artificial Lift Methods”. Volume 4.


PennWell Publishing Company. Tulsa.

Prosper (software) (2010), ‘’Petroleum Experts,Edinburgh, United Kingdom.’’’

Vico Indonesia (2010a). ‘’Nilam Field Database.Unpublished meterial.’’

Vico Indonesia (2010b). ‘’Production Rate Data-base 2010. Unpublished


material’’.

16
VII. RENCANA DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB

I. PENDAHULUAN

II.TINJAUAN LAPANGAN

III.TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Produktivitas Formasi


3.1.1. Indeks Produktivitas
3.1.2. Inflow Performance Relationship (IPR)
3.2. Aliran Fluida dalam Pipa Vertikal
3.3. Arificial Lift dengan PCTGL
3.4. Prinsip Kerja PCTGL
3.5. Kerusakan pada komponen PCTGL
3.6. Komponen Peralatan PCTGL

IV. PEMBAHASAN

4.1. Perhitungan Produktivitas Formasi Sumur X


4.2. Penentuan Q yang Diharapkan (Q desire)
4.3. Penentuan Kedalaman Injeksi
4.4. Evaluasi PCTGL

V. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai