Anda di halaman 1dari 7

Praktikum Ke-

LAPORAN PRAKTIKUM
FOTOGRAMETRI I
(Individu)

PERHITUNGAN PARALAKS PADA FOTO UDARA

TANGGAL PRAKTIKUM : 26 September 2018

Disusun Oleh

NAMA : WINDA EKA PUTRI


NIM : 17/415153/TK/46442
KELAS :B

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
I. MATERI PRAKTIKUM
Menghitung Paralaks Pada Foto Udara

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mahasiswa dapat melakukan stereofoto foto udara yang telah diberikan
dengan menggunakan stereoskop.
2. Mahasiswa dapat mengetahui perhitungan paralaks pada foto udara yang
telah diberikan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui beda tinggi suatu objek pada foto udara yang
diberikan dengan perhitungan paralaks.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Foto udara
2. Stereoskop
3. Alat tulis
4. Penggaris

IV. DASAR TEORI

Pada praktikum perhitungan paralaks foto udara ini, digunakan sebuah


alat untuk stereofoto yaitu stereoskop. Terdapat beberapa jenis stereoskop yaitu
stereoskop lensa, cermin, dan mikroskopik. Sedangkan pada praktikum kali ini,
stereoskop yang digunakan merupakan stereoskop cermin.
Stereoskop cermin adalah stereoskop yang digunakan untuk melihat
foto udara bertampalan. Bagian-bagian dari stereoskop cermin ini meliputi lensa
cembung, sepasang prisma/cermin, cermin perak, tiang penyangga, dan lensa
binokuler.
Stereoskop cermin menggunakan paduan prisma dan cermin untuk
memisahkan garis pengliatan dari tiap mata pengamat. Setereoskop cermin
mempunyai jarak antara dua sayap cermin yang jauh lebih besar dari pada jarak
pengamatan, sehingga pasangan foto udara yang berukuran 240 mm dapat diletakan
untuk di amati tanpa saling menutupi.
Metode yang digunakan dengan melihat pergeseran antara dua titik relatif
satu terhadap yang lain dari sudut pandang pengamat disebut paralaks.
Penggabungan stereo yang dilakukan pada praktikum pertemuan ini merupakan
salah satu aplikasi penggunaan prinsip paralaks yaitu menggabungkan pasangan
stereo. Paralaks adalah perubahan nyata dalam posisi relatif objek diam yang
disebabkan oleh perubahan dalam posisi melihat. Perpindahan ini membentuk dasar
dari tiga dimensi untuk melihat foto yang tumpang tindih.

Perpindahan paralaks terjadi sejajar dengan garis penerbangan. Pusat-


pusat gambar dari foto-foto sebelumnya dan yang berhasil, semuanya merupakan
titik principal point garis yang ditarik melalui pokok utama dan konjugasi
mendefinisikan sumbu penerbangan.
Pengukuran beda paralaks yang dilakukan dengan alat matematis dapat
menentukan ukuran dari objek itu sendiri, meliputi panjang, lebar, luas, dan
ketinggian.

V. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan 2 foto udara yang saling overlap satu sama lain.
2. Menentukan principal point dari kedua foto udara tersebut.
atau

3. Mengukur jarak antara PP1 dan CPP2 untuk mendapatkan nilai B1,
kemudian mengukur jarak antara PP2 dan CPP1 untuk mendapatkan nilai
B2.

4. Melakukan pertampalan atau penggabungan dari kedua foto udara tersebut


melalui stereoskop. Untuk memudahkan, tempelkan salah satu jari pada
salah satu principal point di kedua foto udara tersebut, kemudian lihat
melalui stereoskop, dan satukan atau hubungkan jari tersebut hingga
menjadi satu.
5. Selotip atau tahan kedua foto udara tersebut agar tidak bergeser.

6. Mengukur a (jarak titik tertinggi antar gedung) dan b (jarak titik terendah
antar gedung) untuk memperoleh perbedaan paralaks.

7. Mengulangi tahap diatas untuk 3 objek baru.


8. Setelah mendapatkan data-data diatas, kemudian menghitung beda tinggi
objek tersebut dengan :
𝐻 × 𝑑𝑝
∆𝐻 =
𝑑𝑝 + 𝑃𝐵

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah melakukan praktikum diatas, maka akan didapatkan berbagai data
untuk melakukan perhitungan beda tinggi objek pada foto udara yang telah
dilakukan proses stereo. Beda tinggi objek dapat dihitung dengan model
matematis :
𝐻 × 𝑑𝑝
∆𝐻 =
𝑑𝑝 + 𝑃𝐵
Dengan :
Keterangan :
1. 𝑑𝑝 = 𝑎 − 𝑏
dp = Perbedaan paralaks
𝐵1 + 𝐵2
2. 𝑃𝐵 = a = Jarak titik tertinggi antar gedung
2
𝑓
b = Jarak titik terendah antar gedung
3. 𝐻 = PB = Panjang basis rata-rata
𝑠
B1 = Jarak PP1 dengan CPP2
B2 = Jarak PP2 dengan CPP1
H = Tinggi terbang
f = Panjang fokus
s = Skala
ΔH = Tinggi objek atau gedung

Dari hasil pengamatan praktikum didapatkan :


B1 = 3.6 cm f = 100
B2 = 3.7 cm s = 1 : 1000
Sehingga :
𝐵1 + 𝐵2 3.6 + 6.7
𝑃𝐵 = = = 3.65
2 2
𝑓 100
𝐻= = = 100000
𝑠 1 ∶ 1000
Perhitungan beda tinggi (ΔH) pada gedung atau objek di foto udara yang telah
distereo :
1. Perhitungan Objek 1 :
a = 26.1 cm
b = 26 cm
¤ dp = a – b = 26.1 – 26 = 0.1 cm
𝐻 × 𝑑𝑝 100000 ×0.1
¤ ∆𝐻 = 𝑑𝑝 + 𝑃𝐵 = = 2666.666667 𝑐𝑚 = 26.67 𝑚
0.1+3.65

Jadi, tinggi gedung atau objek 1 adalah 26.67 m.


2. Perhitungan Objek 2 :
a = 26.5 cm
b = 26 cm
¤ dp = a – b = 26.5 – 26 = 0.5 cm
𝐻 × 𝑑𝑝 100000 ×0.5
¤ ∆𝐻 = = = 12048.19277 𝑐𝑚 = 120.48 𝑚
𝑑𝑝 + 𝑃𝐵 0.5+3.65

Jadi, tinggi gedung atau objek 2 adalah 120.48 m.


3. Perhitungan Objek 3 :
a = 26 cm
b = 25.8 cm
¤ dp = a – b = 26 – 25.8 = 0.2 cm
𝐻 × 𝑑𝑝 100000 × 0.2
¤ ∆𝐻 = 𝑑𝑝+𝑃𝐵 = = 5194.805195 𝑐𝑚 = 51.95 𝑚
0.2+3.65

Jadi, tinggi gedung atau objek 3 adalah 51.95 m.

VII. KESIMPULAN
1. Paralaks adalah selisih pergeseran jarak relatif antar suatu titik pada dua
foto udara yang bertampalan dilihat dari sisi pengamat.
2. Untuk melakukan penampalan foto atau stereofoto digunakan alat yang
bernama stereoskop.
3. Prinsip perhitungan beda paralaks dapat digunakan untuk untuk mengukur
beda tinggi suatu gedung atau objek.
4. Berdasarkan hasil perhitungan beda tinggi yang diperoleh dari foto yang
telah distereo yaitu:
¤ Objek atau gedung 1 : 26.67 m
¤ Objek atau gedung 2 : 120.48 m
¤ Objek atau gedung 3 : 51.95 m

VIII. DAFTAR PUSTAKA


1. https://www.guntara.com/2012/11/pengertian-dan-spesifikasi-
stereoskop.html (Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018 pukul 01:51 WIB)

Anda mungkin juga menyukai