Bab Ii
Bab Ii
8 | Universitas Sriwijaya
Untuk mencapai sasaran dan menghadapi tantangan terutama di dalam negeri, PT.
Pertamina (Persero) membangun unit pengolahan minyak di berbagai wilayah di Indonesia.
Saat ini PT. Pertamina (Persero) telah mempunyai tujuh buah kilang, yaitu
Nama Kilang Kapasitas
RU I PANGKALAN BRANDAN Non-Aktif
RU II DUMAI DAN SUNGAI PAKNING 170.000 BPSD
RU III PLAJU DAN SUNGAI GERONG 133.700 BPSD
RU IV CILACAP 348.000 BPSD
RU V BALIKPAPAN 253.000 BPSD
RU VI BALONGAN 125.000 BPSD
RU VII KASIM 10.000 BPSD
9 | Universitas Sriwijaya
(image) yang lebih baik diantara global oil dan gas companies serta mendorong daya saing
perusahaan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain :
a. Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi perseroan.
b. Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan dan semakin banyak
terbentuknya entitas bisnis baru di bidang Hulu dan Hilir.
Slogan RENEWABELE SPIRIT yang diterjemahkan menjadi “SEMANGAT
TERBARUKAN”. Dengan slogan ini diharapkan perilaku seluruh jajaran pekerja akan
berubah menjadi enterpreneur dan custumer oriented, terkait dengan persaingan yang sedang
dan akan dihadapi perusahaan.
Arti Logo :
a. Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan representasi bentuk
panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang bergerak maju dan progresif
b. Warna – warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil PERTAMINA dan
aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis dimana:
1. Biru : mencerminkan handal, dapat dipercaya dan bertanggungjawab
2. Hijau : mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan
3. Merah : mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi
berbagai macam kesulitan
10 | Universitas Sriwijaya
rendah karena kualitasnya yang kurang baik sebagai bahan baku kilang. Kualitas yang rendah
dari crude duri dapat terlihat diantaranya dari kandungan residu yang sangat tinggi mencapai
78%, kandungan logam berat dan karbon serta nitrogen yang juga tinggi. Teknologi kilang
yang dimiliki di dalam negeri sebelum adanya kilang Balongan tidak mampu mengolah
secara efektif dalam jumlah besar, sementara itu produksi minyak dari lapangan Duri
meningkat cukup besar dengan diterapkannya metode Secondary Recovery. Saat ini, feed
yang digunakan pada kilang Balongan merupakan campuran crude Duri, Minas, dan Nile
Blend dengan perbandingan 41:35:24.
Dasar pemikiran didirikannya kilang RU VI Balongan untuk memenuhi kebutuhan
BBM yaitu
a. Pemecahan permasalahan minyak mentah (Crude) Duri.
b. Antisipasi kebutuhan produk BBM nasional, regional, dan internasional.
c. Peluang menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi.
Start Up kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada
bulan Oktober 1994, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995.
Peresmian ini sempat tertunda dari perencanaan sebelumnya (30 Januari 1995) dikarenakan
unit Residue Catalytic Cracking (RCC) di kilang mengalami kerusakan.
Unit RCC ini merupakan unit terpenting di kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU VI
Balongan, karena merupakan unit yang mengubah residu menjadi minyak ringan yang lebih
berharga. Kapasitas unit ini merupakan yang terbesar di dunia untuk saat ini.
2.4. Ideologi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan
2.4.1 Visi dan Misi
Visi :
a. Menjadi Kilang Terkemuka di Asia tahun 2025
Misi :
a. Mengolah crude dan naptha untuk memproduksi BBM, BBK, Residu, NBBM
dan Petkim secara tepat jumlah, mutu, waktu dan berorientasi laba serta berdaya
saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar.
b. Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara aman, handal,
efisien dan berwawasan lingkungan.
c. Mengelola aset RU VI Balongan secara profesional yang didukung oleh system
manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan, keterbukaan dan
prinsip saling menguntungkan.
2.4.2 Logo dan Slogan
11 | Universitas Sriwijaya
Slogan dari PT. Pertamina (Persero) adalah “Renewable Spirit” atau “Semangat
Terbarukan”. Slogan tersebut diharapkan mendorong seluruh jajaran pekerja untuk memiliki
sikap enterpreneurship dan costumer oriented yang terkait dengan persaingan yang sedang
dan akan dihadapi perusahaan.
13 | Universitas Sriwijaya
penambangan ke area penimbunan dilakukan dengan kapal yang selanjutnya dipompa ke arah
kilang.
Sejak tahun 1970, minyak dan gas bumi dieksploitasi di daerah ini. Sebanyak 224 buah
sumur berhasil digali. Di antara sumur-sumur tersebut, sumur yang berhasil memproduksi
adalah sumur Jatibarang, Cemara, Kandang Haur Barat, Kandang Haur Timur, Tugu Barat,
dan lepas pantai. Sedangkan produksi minyak buminya sebesar 239,65 MMSCFD disalurkan
ke PT. Krakatau Steel, PT. Pupuk Kujang, PT. Indocement, Semen Cibinong, dan Palimanan.
Depot UPPDN III sendiri baru dibangun pada tahun 1980 untuk mensuplai kebutuhan bahan
bakar di daerah Cirebon dan sekitarnya.
Adapun area kilang PT. Pertamina RU VI Balongan terdiri dari Sarana kilang dengan
250 Ha daerah konstruksi kilang dan 200 Ha daerah penyangga. Kemudian ada Sarana
perumahan seluas 200 Ha.
Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan adanya faktor
pendukung, antara lain:
a. Bahan baku
Sumber bahan baku yang diolah di PT. Pertamina RU VI adalah:
1. Minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50% feed)
2. Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed)
3. Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard Cubic
Feet per Day (MMSCFD)
b. Air
Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari, kurang lebih 65
km dari Balongan ke arah Subang.Pengangkutan dilakukan secara pipanisasi dengan pipa
berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal 1.100 m3 serta kecepatan maksimum
1.200 m3. Air tersebut berfungsi untuk steam boiler, heat exchanger (sebagai pendingin),
air minum, dan kebutuhan perumahan. Dalam pemanfaatan air, kilang Balongan ini
mengolah kembali air buangan dengan sistem wasted water treatment, dimana air
keluaran di-recycle ke sistem ini. Secara spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki
kualitas effluent parameter NH3, fenol, dan COD sesuai dengan persyaratan lingkungan.
3. Transportasi
Lokasi kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan berdekatan dengan jalan
raya dan lepas pantai utara yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar
distribusi hasil produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine facilities
adalah fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat crude oil dan
14 | Universitas Sriwijaya
produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM, rambu laut, dan jalur pipa
minyak. Fasilitas untuk pembongkaran peralatan dan produk (propylene) maupun pemuatan
propylene dan LPG dilakukan dengan fasilitas yang dinamakan jetty facilities.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipakai di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan terdiri dari
dua golongan yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada proses pendirian kilang Balongan
yang berupa tenaga kerja lokal non-skill sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat
sekitar, sedangkan golongan kedua, dipekerjakan untuk proses pengoperasian, berupa tenaga
kerja PT. PERTAMINA (Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang di
Indonesia.
15 | Universitas Sriwijaya
3. Confident. Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN dan membangun kebanggaan bangsa.
4. Customer Focused. Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan yang pelayanan terbaik kepada pelanggan.
5. Commercial. Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial dan mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
6. Capable. Dikelola oleh pemimpin dan pekerja profesional yang memiliki talenta dan
penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan
pengembangan.
16 | Universitas Sriwijaya
Tabel 2.3. Unit – unit saran di PT. Pertamina (Persero) VI Balongan
17 | Universitas Sriwijaya
Tabel 2.4 Spesifikasi Produk Pertamina RU VI
18 | Universitas Sriwijaya
2.9. Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan
19 | Universitas Sriwijaya
sistem akutansi arus minyak, dan operasional HSE serta menunjukan komitmen HSE
dalam setiap aktivitas / proses bisnis agar kegiatan operasi berjalan dengan lancar dan
aman di Refinery Unit VI.
3. Production-I Manager
Mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang,
rencana operasi dan kegiatan operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa,
pengelolaan penerimaan, penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus
minyak, pengelolaan mutu, dan operasional program HSE dalam rangka mendukung
seluruh kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah menjadi
produk BBM / NBBM secara produktif, effisien, aman dan ramah lingkungan serta
menunjukan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis sesuai dengan
perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI.
Prod. I membawahi : RCC, HSC dan DHC
4. Production-II Manager
Mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang,
rencana operasi dan kegiatan operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa,
pengelolaan penerimaan, penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus
minyak, pengelolaan mutu, dan menunjukkan Komitmen HSE dalam setiap aktivitas
/process business operasional program HSE dalam rangka mendukung seluruh kegiatan
operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah menjadi.
Prod. II membawahi : Utilities, Lab, POC dan OM
5. Refinery Planning & Optimization Manager
Mengarahkan, mengkoordinasikan dan memonitor evaluasi perencanaan,
pengembangan / pengelolaan bahan baku dan produk kilang berdasarkan kajian
keekonomian, kemampuan kilang serta kondisi pasar; evaluasi pengadaan, penerimaan dan
penyaluran bahan baku, evaluasi kegiatan operasi kilang, evaluasi pengembangan produk,
pengelolaan Linear Programming serta pengelolaan hubungan pelanggan dalam rangka
mendukung kegiatan operasional yang paling efektif, efisien dan aman serta menunjukan
komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis di Refinery Unit VI.
6. Maintenance Execution Manager
20 | Universitas Sriwijaya
Mengarahkan, memonitor dan mengevaluasi kegiatan turn around dan Overhaul
(plant stop), pemeliharaan peralatan kilang rutin & non rutin, pembangunan dan
pemeliharaan aset bangunan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum lainnya dan heavy
equipment, transportation, rigging, dan scaffolding, optimalisasi aset, pengelolaan mutu
tools workshop, dan correction action saat operasi kilang untuk memastikan peralatan
kilang siap beroperasi dengan tingkat kehandalan, kinerja peralatan yang paling optimal,
Menjadi Role model dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas dan
memenuhi HSE excellence di Refinery Unit VI.
Bidang jasa pemeliharaan kilang memiliki beberapa bagian yaitu:
a. Bagian Bengkel
Bagian ini dipimpin oleh seorang kepala bengkel yang membawahi satu orang
Pengawas Utama (PUT) mekanik dan PUT alat-alat dan las konstruksi.
b. Bagian Maintenance Area I (MA I)
Bagian ini bertanggung jawab terhadap pemeliharaan peralatan di unit RCC dan CDU.
Dikepalai seorang kepala bagian yang membawahi tiga Pengawas Utama yaitu PUT
CDU, PUT RCC, PUT Inst. dan Listrik.
c. Bagian Maintenance Area II (MA II)
Bagian ini bertanggung jawab terhadap pemeliharaan parelatan di unit proses
ARHDM dan GO LCO H2. Kepala Bagian Eng. Pem-JPK membawahi beberapa
Pengawas Utama, yaitu Rotating Equipment, Stationary, Listrik dan Insturment dan
Material.
d. Bagian Maintenance Area III (MA III)
21 | Universitas Sriwijaya
Bagian ini bertanggung jawab terhadap pemeliharaan peralatan di HSC, DTU, HTU
and OCU
e. Bagian Maintenance Area IV (MA IV)
Bagian ini bertanggung jawab terhadap pemeliharaan Utilities, penyediaan
pembangkit listrik untuk semua unit di Pertamina RU VI Balongan, penyediaan air
untuk distribusi kantor-kantor, serta penyediaan uap bertekanan untuk penggerak turbin.
f. Bagian General Maintenance
g. HSE Compliare Officer
7. Maintenance Planning & Support Manager
Mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan pemeliharaan serta
menunjukkan Komitmen HSE dalam setiap aktivitas /process business peralatan kilang
yang meliputi rencana strategis perusahaan, pengelolaan mutu, strategi dan rencana
kehandalan, assessment kondisi kilang, kegiatan pemeliharaan, vendor management,
anggaran, dan pemeliharaan data seluruh peralatan kilang untuk memberikan jaminan
kelayakan operasi peralatan sesuai peraturan pemerintah dan/atau standar & code serta
aspek HSE yang berlaku agar peralatan dapat dioperasikan sesuai jadwal untuk memenuhi
target produksi yang direncanakan di Refinery Unit VI.
8. REL Manager
Mengkoordinir, merencanakan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kehandalan
kilang meliputi penetapan strategi pemeliharaan kilang (anggaran, strategi dan rencana),
pengembangan teknologi, assessment/inspeksi kondisi kilang, pemeliharaan kilang
terencana (termasuk TA dan OH) serta pengadaan barang dan jasa yang berkaitan dengan
kebutuhan operasi pemeliharaan kilang serta menunjukkan Komittten HSE dalam setiap
aktivitas /process business dalam upaya mencapai tingkat kehandalan kilang dan safety
yang optimal sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku di Refinery Unit VI.
9. T/A (Turn-Around) Manager
Tugas Pokok T/A Mengkoordinir, mengarahkan, mengendalikan, memonitor, dan
mengevaluasi seluruh tahapan proses kerja turn-around (TA/PS/COC) dan over-haul (OH)
equipment, mulai dari tahap persiapan/perencanaan, pelaksanaan & proses start-up hingga
post TA-OH yang sesuai best practice/pedoman TA, pedoman pengadaan barang & jasa,
peraturan pemerintah, standard & code yang berlaku dalam upaya mendukung kehandalan
pengoperasian peralatan kilang sehingga seluruh peralatan yang telah di perbaiki dan di-
Overhaul tersebut dapat beroperasi dengan aman dan handal sampai dengan jadwal
TA/OH berikutnya, untuk mendukung pemenuhan target produksi di Refinery Unit VI.
22 | Universitas Sriwijaya
10. Engineering & Development Manager
Mengarahkan, memonitor, mengendalikan dan mengevaluasi penyusunan system tata
kerja operasi kilang apabila ada modifikasi/revamp/unit baru, kegiatan pengembangan
kilang, pengembangan teknologi, pengembangan produk, pengelolaan kegiatan operasi
kilang, pengelolaan pengadaan barang dan jasa, pengelolaan program HSE, pengelolaan
anggaran investasi guna mendukung kegiatan operasi pengolahan berdasarkan hasil
identifikasi potensi risiko sehingga dapat terkelola suatu kinerja ekselen yang memberikan
kontribusi positif bagi perusahaan.
11. HSE Manager
Mengarahkan, memonitor dan mengevaluasi penerapan aspek HSE di Refinery Unit
VI yang meliputi penyusunan, sosialisasi & rekomendasi kebijakan & STK HSE,
identifikasi risiko HSE, mitigasi risiko HSE, peningkatan budaya HSE, implementasi
operasional program HSE, investigasi HSE, penyediaan peralatan dan fasilitas HSE, HSE
regulation & standard code compliance serta HSE audit agar kegaitan pencegahan dan
penanggulangan keadaan darurat, pelestarian lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja
dapat tercapai sesuai dengan rencan dalam upaya mencapai HSE Excellence.
12. Procurement Manager
Mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem tata kerja procurement,
pengadaan barang dan jasa, vendor management, penerimaan barang dan jasa, distribusi,
warehose management, perjanjian kerjasama pengadaan jasa, dan facility support serta
menunjukan komitmen HSE dalam setiap aktifitas di fungsi Procurement Refinery Unit VI
13. General Affairs
Mengarahkan, memonitor dan mengevaluasi kegiatan terkait relasi dengan pihak
regulator, media, dan stakeholder, hubungan pelanggan, kredibilitas perusahaan,
komunikasi eksternal dan internal, Corporate CSR, dokumen dan literatur perusahaan,
corporate activity, manajemen security, operasional program security, emergency
program, pengelolaan peralatan dan fasilitas security untuk mendukung kegiatan
operasional agar berjalan efektif dan optimal di fungsi Refinery Unit VI.
23 | Universitas Sriwijaya
kerugian baik pada karyawan, harta benda perusahaan, terganggunya kegiatan operasi serta
keamanan masyarakat sekitar yang di akibatkan oleh kegiatan perusahaan.
Pelaksanaan tugas bidang HSE ini berlandaskan :
a. UU No. 1/1970
Mengenai keslamatan karyawan yang di keluarkan Depnaker.
b. UU No. 2/1951
Mengenai Ganti rugi akibat kecelakaan kerja yang di keluarkan Depnaker.
c. UU No. 11/1979
Mengenai Persyaratan teknis pada kilang pengolahan untuk keselamatan kerja yang di
keluarkan Ditjen Migas.
d. UU No. 23/1997
Mengenai ketentuan pokok pengolahan lingkungan hidup.
e. UU No. 27/1999
Mengenai ketentuan AMDAL yang di keluarkan oleh Pemerintah RI.
Kegiatan yang di lakukan oleh HSE RU-VI untuk mendukung Undang-Undang di atas
antara lain:
a. Seksi Keselamatan Kerja:
1. Mengawasi keselamatan jalannya operasi Kilang.
2. Bertanggung jawab atas alat keselamatan kerja.
3. Bertindak sebagai Instruktur Safety.
4. Membuat rencana kerja pencegahan kebakaran.
b. Seksi Pelatihan:
1. Menyiapkan pelatihan kepada karyawan dan kontraktor agar
lebih menyadari tentang Keselamatan Kerja.
2. Membuat dan menyebar Bulletin tentang LKKK pada karyawan agar wawasannya
tentang LKKK meningkat.
c. Seksi Fire:
1. Membuat prosedur Emergency agar penanggulangan kebakaran berjalan baik.
2. Mengelola regu pemadam agar selalu siap bila suatu saat terjadi kebakaran
3. Mengecek kehandalan alat pemadam kebakaran d) Mendukung Tugas dari Seksi
Pelatihan
d. Seksi Lindung Lingkungan :
1. Memprogram Rencana kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL).
24 | Universitas Sriwijaya
2. Mengusulkan tempat pembuangan limbah dan house keeping.
e. Seksi Rekayasa :
1. Me-review gambar-gambar dan dokumen proyek.
2. Melaksanakan evaluasi semua kegiatan yang berhubungan dengan HSE. Untuk
mencegah Kecelakaan, Kebakaran, dan Pencemaran Lingkungan dari segi Teknik.
25 | Universitas Sriwijaya