Anda di halaman 1dari 6

1.

Pengertian dan penyebab penyakit TBC


Tubercolosis (TBC) adalah penyakit paru-paru yang bersifat menular,
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk
batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan
Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada
tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut
diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang
disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
2. Cara Penularan Penyakit TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC
batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC
dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar
getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar
getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering
terkena yaitu paru-paru.
3. Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis
tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
a. Gejala sitemik / umum
 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
 Penurunan nafsu makan dan berat badan.
 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala Khusus
 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
 Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
 Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
 Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat
terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa.
Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru
dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3
bulan � 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru
dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan
pemeriksaan serologi/darah.
4. Penegakan Diagnosis
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal
yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:

 Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.


 Pemeriksaan fisik.
 Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
 Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
 Rontgen dada (thorax photo).
 Uji tuberkulin.

5. Apa itu Pengawas Minum Obat?


Pengobatan TB akan menyembuhkan sebagian besar pasien tanpa
memicu munculnya kuman resistan (kebal) obat. Untuk tercapainya hal tersebut,
sangat penting dipastikan bahwa pasien menelan seluruh obat yang diberikan
sesuai anjuran dengan cara pengawasan langsung oleh seorang PMO (Pengawas
Minum Obat, atau sering juga disebut Pengawas Menelan Obat) agar mencegah
terjadinya resistensi (kebal) obat. Pilihan tempat pemberian pengobatan
sebaiknya disepakati bersama pasien agar dapat memberikan kenyamanan.
Pasien bisa memilih datang ke fasilitas kesehatan (puskesmas, RSUD, RS
swasta) terdekat dengan kediaman pasien atau PMO datang berkunjung ke
rumah pasien. Apabila tidak ada faktor penyulit, pengobatan dapat diberikan
secara rawat jalan.
6. Apa saja syarat menjadi PMO?

a. Seorang PMO harus seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik
oleh petugas kesehatan maupun pasien,

b. PMO harus disegani dan dihormati oleh pasien, sehingga pasien dapat patuh
menjalankan instruksi yang diberikan.

c. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.

d. Bersedia membantu pasien dengan sukarela.

e. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan


pasien

7. Siapa saja yang bisa jadi PMO?

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa,


perawat, pekarya, sanitarian, juru imunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada
petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader
kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau
anggota keluarga. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa PMO yang berasal
dari anggota keluarga meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat.
Namun, anggota keluarga itu harus terlebih dahulu diberi edukasi oleh petugas
kesehatan mengenai seluk beluk penyakit TB.

8.Apa saja tugas seorang PMO?

Tugas seorang PMO bukanlah untuk menggantikan pasien mengambil


obat dari tempat berobat. Tugas PMO sangat penting untuk meningkatkan angka
kesembuhan pasien, antara lain adalah:
a. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan. Tanpa PMO, pasien rentan drop out, sehingga kuman
terlanjur kebal obat dan waktu pengobatan bisa diulang dan lebih
panjang.

b. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.

c. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan.

d. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai


gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit
Pelayanan Kesehatan.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang PMO pun harus aktif memberikan


informasi penting yang perlu dipahami oleh pasien TB dan anggota keluarga lain.
Hal-hal itu antara lain:

a. Bahwa TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan.

b. Bagaimana cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan


cara pencegahannya.

c. Bahwa TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur, bila tidak patuh


pengobatan menjadi lebih panjang karena kuman terlanjur lebih liar dan
kebal obat.

d. Bagaimana cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan


lanjutan).
e. Apa pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur.

f. Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera


meminta pertolongan ke fasilitas kesehatan terdekat.

Anda mungkin juga menyukai