Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEBIDANAN TUBERCULOSIS DENGAN METODE SOAP

S (SUBYEKTIF) :

Ibu mengatakan usia kehamilanya 7 bulan dengan mengeluh sering batuk, kadang batuk
keluar darah, pusing, cepat lelah, mata berkunang-kunang, sakit dada, nafsu makan
menurun, dan mengaku sering keluar keringat dingin di malam hari. Ibu mengatakan
pernah menderita TBC ketika masih SMA dan dalam keluarga satu rumah terdapat
anggota keluarga yang menderita TBC.

O (OBYEKTIF) :

 Status Generalis
Keadaan umum : kurang baik / lemas
Kesadaran : Composmentis
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 48 kg
 Tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 108 x/menit
Suhu : 40 C
Pernapasan : 32 x/menit
 Inspeksi
- WAajah pucat
- Nafas tidak teratur
- Batuk berdahak
- Dada : adanya tanda-tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang
tertinggal, suara napas melemah.
 Palpasi Abdomen :
1. Leopold I : TFU = 3 jari diatas pusat (28 cm)
Teraba tidak bulat, tidak keras, kurang melenting yaitu kesan bokong.
2. Leopold II : Kanan : teraba bagian kecil janin yaitu kesan ekstremitas
Kiri : teraba datar, keras, dan memanjang yaitu kesan
punggung
3. Leopold III : teraba keras, bulat, dan melenting yaitu kesan kepala. Bagian
terendah janin belum masuk PAP
4. Leopold IV : Tidak dilakukan.

TBJ : (28-13)x155 gr = 2.325 gr


 Auskultasi
- Detak jantung meningkat
- DJJ 136x/menit

 Perkusi
- Suara pekak pada dada
 Pemeriksaan Penunjang
- Darah : HB :11 gr%
- Urine : Albumin = Negatif
- Uji tuberculin mantooux ( tes kulit )
Tuberculin positif menunjukkan TBC aktif ( area durasi 10 mm ) terjadi 48- 72
jam setelah injeksi intra dermal. ( antigen menunjukkan infeksi masa lalu dan
adanya anti body tetapi tidak secara berarti memnunjukkan penyakit aktif. Reaksi
bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat
diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda)
- Pemeriksaan Bakteriologik ( Sputum )
Setelah dilakukan kultur jaringan ditemukan adanya koloni matur akan berwarna
krem atau kekuningan seperti kutil dan bentuknya seperti kembang kol.
Ditemukannya kuman mycobacterium TBC dari dahak penderita memastikan
diagnosis tuberculosis paru. Dilakukan 3 kali pemeriksaan dahak. Kultur sputum
positif untuk mycobacterium pada tahap akhir penyakit.

A (ANALISIS) :

 Diagnosa Kebidanan
G1P0A0M0 usia kehamilan 32 minggu, janin tunggal hidup dengan Tuberculosis
paru.
 Masalah
a. Gangguan pola nutrisi
b. Gangguan pola istirahat
c. Gangguan rasa nyaman
d. Gangguan Oksigenasi
e. Gangguan Cairan Elektrolit
f. Kecemasan / Ancietas
g. Gangguan Aktifitas
 Kebutuhan segera
KIE tentang TBC dalam kehamilan, penanganan penyakit dengan pemberian obat dan
konseling.
Diagnosa Potensial
a. Penurunan BB
b. Hemoptoe
c. Partus premature
d. BBLR
e. Pembesaran hepar dan limfe
f. Pneumo-peritonium
g. Infetil
h. IUGR
i. Gangguan Eliminasi (BAB dan BAK)
 Tindakan Segera
Berkolaborasi dengan dokter ahli Sp. OG dan dokter Sp. P dalam pemberian obat.
P (PENATALAKSANAAN) :

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu saat ini kurang baik dengan hasil
TD = 120/80 mmHg, N=85x/menit, R = 30x/menit, BB=48 kg, ada pembesaran kelenjar
thyroid, dan hasil pemeriksaan laboraturium menunjukkan ibu positif menderita penyakit
TBC. (e/Ibu telah mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan)

2. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup seperti tidur yang cukup untuk menghilangkan
atau mengurangi rasa pusing dan cepat lelah. (e/Ibu mengerti dan berjanji untuk istirahat
cukup)

3. Menganjurkan ibu untuk minum air putih untuk mengganti cairan tubuhyang hilang. (e/Ibu
mengerti dan berjanji akan lebih sering minum air putih)

4. Menganjurkan ibu untuk minum susu ibu hamil untuk menambah kebutuhan nutrisi. (e/Ibu
mengerti dan berjanji akan minum susu ibu hamil)

5. Menganjurkan ibu untuk sering makan meskipun sedikit-sedikit. (e/Ibu mengerti dan mau
mencoba untuk lebih makan)

6. Memberitahu ibu untuk mengurangi pekerjaan yang berat untuk mengurangi rasa lelah.
(e/Ibu mengerti dan mau melaksanakannya untuk mengurangi pekerjaan yang berat)

7. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG dan dokter Sp.P dalam pemberian obat
kepada ibu yaitu Rifampisin 450-600 mg/hari, INH 400 mg/hari, dan Ethambutol 1000
mg/hari. (e/Ibu mengerti dan berjanji akan tetap mengonsumsi obat yang diberikan)

8. Memberikan ibu KIE tentang pencegahan penularan penyakitnya seperti menutup mulut
pada saat batuk, minum dan makan di tempat yang terpisah, untuk mencegah penularan
pada anggota keluarga lainnya. (e/Ibu mengerti dan melakukan pencegahan penularan
penyakitnya)

9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian atau jika
mendapatkan keluhan. (e/Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu
kemudian atau jika mendapatkan keluhan)

10.Mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan kedalam SOAP. (e/Semua hasil


pemeriksaan telah didokumentasikan kedalam SOAP)
ASUHAN KEBIDANAN BRONKHITIS DENGAN METODE SOAP

S (SUBYEKTIF) :

Ibu mengatakan bahwa anaknya sejak 2 minggu yang lalu sesak nafas, batuk, lalu muntah.

O (OBYEKTIF) :

Kesadaran umum : baik


Kesadaran : composmetis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
N : 89 x/menit
S : 37,9 ˚C
R : 24 x/menit
Sesak nafas, ada lendir, ada bunyi Ronchi.
BB waktu sesek : 20 kg, BB sebelum sesek : 24 kg. Penurunan BB 4 kg.

A (ANALISIS) : Seorang anak umur 7 tahun dengan Bronkhitis.

P (PENATALAKSANAAN) :

1. Monitor KU. (e/Sudah dilakukan)


2. Atur posisi Semi fowler. (e/Sudah dilakukan)
3. Beri O2 nasal 2L/jam. (e/Sudah dilakukan)
4. Anjurkan untuk minum hangat. (e/Pasien bersedia)
5. Ajarkan batuk efektif. (e/Pasien bersedia)
6. Kolaborasi dengan dokter anak untuk pemberian terapi. (e/Sudah dilakukan)
ASUHAN KEBIDANAN FARINGITIS DENGAN METODE SOAP

INTERPRETASI DATA
Tanggal 24 Mei 2018 Pukul : 16.20 WIB

S (SUBYEKTIF) : Pasien mengatakan nyeri pada kerongkongan dengan skala nyeri 5,


keadaan umum pasien lemah suara sangau. Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan,
pasien mengatakan sakit tenggorokan pada saat bicara, pasien sangat kahwatir dengan
penyakitnya.

O (OBYEKTIF) : Keadaan Umum: Lemah


Tingkat kesadaran: composmentis
BB : 50 Kg
TD : 110/90 mmHG
R : 22x/ menit
N : 84x/menit
T : 36,5oC

Kepala:

Bentuk kepala : oval


Rambut : berwarna hitam bersih
Mata : simetris
Telinga : bersih, pendengaran normal

Mulut:
Gigi : mukosa mulut kering
Lidah : tidak ada perubahan

Dada:
Dada: simetris
Eksrtemitas bawah: pergerakan normal

A (ANALISIS) : Ibu dengan faringitis kronis

P (PENATALAKSANAAN) : Berdasarkan diagnosa diatas maka perencanaan dan

implementasi yang dapat diberikan pada Ny. Y berdasarkan perioritas masalah yaitu :

Diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan terjadinya peradangan pada mukosa faring,

sehingga menimbulkan nyeri pada daerah tenggorokan dengan tujuan yang diharapkan nyeri

dapat teratasi dengan kriteria hasil nyeri tenggorokan hilang, rasa sakit pada tenggorokan

tidak ada lagi.


Maka perencanaan yang dapat diberikan adalah kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala

nyeri menurut Hayward dengan konsekuensi 0 – 10, atur posisi tidur sesuai dengan keinginan

pasien pasien, bantu pasien untuk menumbuhkan secara teratur, anjurkan pasien tetap

keadaan rilex.

Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan

pasien dengan menggunakan skala nyeri, mengatur posisi pasien, membersihkan tempat tidur,

menganjurkan untuk tidak banyak bergerak.

Diagnosa kedua gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan pemenuhan nutrisi kurang dipengaruhi oleh terganggunya proses menelan akibat

pembengkakan faring dan dapat menimbulkan rasa nyeri bila makanan yang masuk

menekannya sehingga kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi dengan tujuan yang diharapkan

kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi secara adekuat, porsi yang disediakan bisa

dihabiskan.

Maka perencanaan yang dapat diberikan makanan yang lunak, sajikan makanan yang

bervariasi dalam porsi kecil tapi sering, ciptakan lingkungan yang tenang saat makan.

Implementasi yang dilakuan untuk mengatasi gangguan pola nutrisi adalah memberikan

makanan yang lunak, menjelaskan manfaat makanan yang lunak, memberikan makanan

dalam porsi sedikit tapi sering.

Diagnosa ketiga gangguan komunikasi verbal, tujuan yang diharapkan, komunikasi tidak

terganggu lagi, suara kembali normal, pasien tidak mengeluh lagi sakit pada saat berbicara,

nafas tidak bau.

Maka perencanaan yang diberikan lakukan pendektan dengan pasien, ajak pasien untuk

berkomunikasi, perkiraan tingkat implasi pada daerah faring /pita suara.

Implementasi yang dilakukan untuk ganggu komunikasi verbal adalah bina hubungan saling

percaya, melakukan pendekatan dengan pasien dan menjelaskan maksud dan tujuan,
mendiskusikan masalah kesehatan yang dialami perawatan yang diberikan serta kebutuhan –

kebutuhan yang diberikan selama pengobatan.

Diagnosa keempat cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai kondisi dan

tindakan, tujuan yang diharapkan kecemasan yang dirasakan pasien dapat teratasi, kecemasan

pasien berkurang, pasien tidak mengerti mengenai penyakitnya.

Maka perencanaan yang dapat diberikan memberikan penjelasan pada pasien mengenai

penyakitnya, bantu keluarga dalam melaksanakan perawatan selama di rumah sakit.

Implementasi yang diberikan untuk mengatasi cemas adalah menjelaskan pengertian dan

penyebab penyakit faringitis, menjelaskan komplikasi dari akibat penyakit faringitis,

mendiskusikan masalah kesehatan yang dialami perawatannya yang akan diberikan serta

kebutuhan sehari-hari yang diperlukan pasien selama pengobatan dan perawatan.

Ansietas adalah suatu perasaan yang tidak jelas tentang keperihatinan dan

kekhawatiran karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang. (Carpenito,

2006).

D. Evaluasi

Pengukuran keberhasilan suatu tindakan keperawatan dapat dinilai melalui evaluasi

sebagai tahap terakhir dari pelaksanaan asuhan keperawatan. Penilaian dilakukan terus

menerus dan berkesinambungan dengan cara mengamati perubahan-perubahan yang terjadi

pada pasien dalam hal ini akan menuraikan dari setiap diagnosa yang muncul pada pasien.

Diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan peradangan pada mukosa faring

menimbulkan nyeri pada daerah tenggorokan. Masalah ini dapat diatasi sebagian pada hari

terakhir perawatan, hal ini disebabkan nyeri pada saat menelan dengan skala nyeri 2.
Masalah gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

pemenuhan nutrisi kurang dipengaruhi oleh gangguan proses menelan, masalah teratasi

sebagian, walaupun makan sedikit tapi sering.

Masalah gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan secara sistematis

menyebabkan gangguan pita suara sehingga suara serak/sengau. Masalah ini teratasi sebagian

disebabkan gangguan pita suara sehingga suara pasien masih serak.

Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan,

masalah ini teratasi pada hari pertama, hal ini disebabkan pasien sudah tampak tenang, pasien

sudah tidak lagi cemas walaupun keadaannya belum membaik.


ASUHAN KEBIDANAN TONSILITIS DENGAN METODE SOAP

S (SUBYEKTIF) : An. Y usia 9 tahun mengatakan nyeri menelan. Nyeri yang di rasakan
klien hanya di daerah tenggorokan.

O (OBYEKTIF) :- K/U : An. terlihat lemas , Kesadaran : Composmentis

- Tonsil tampak bengkak


- Wajah klien nampak meringis
- Kelenjar limfa pada leher membesar
- T =36,40 C, N = 80x/menit, R = 20x/menit, S = 100/80 mmHg

A (ANALISIS) : An. Y usia 9 tahun dengan tonsillitis

P (PENATALAKSANAAN) : - Menganjurkan untuk kompres air hangat agar dapat


mengurangi rasa nyeri dan mengurangi pembesaran kelenjar limfa. (e/ibu dan keluarga
bersedia)

- Menganjurkan berkumur, untuk dapat memberikan rasa nyaman,


membunuh mikroorganisme sekaligus menghilangkan bau mulut jikalau ada. (e/ pasien
bersedia)
- Memberian obat golongan antibiotik seperti Eritromicin bertujuan
melawan mikroorganisme, sedangkan pemberian analgetik bertujuan untuk mengurangi
rasa nyeri.
(e/ sudah dilakukan)

Anda mungkin juga menyukai