PEMBELAJARAN
DI ERA 4.0 SERTA SOCIETY 5.0
5.0
Editor :
Dr. H. Hendi Suhendraya M., M.Pd.
Disusun oleh :
Mahasiswa Prodi Manajemen Pendidikan
Kelas A Angkatan 45
TIM PENYUSUN
Agus Mochamad Sopyan, Ai Tuti Alawiyah, Ali Irsan Shafar,
Ana Laila Fauziah, Ayi Hidayat, Azhar muhamad, Dahlan,
Deden Ginanjar, Dewi Komalasari, Diah Sabariah,Faizal Abdi,
Firly Ratna Fauzia, Gregorius Genius Waruwu, Ida Rosidah,
Iim Imron Rosyadi, Iin Fitriyani, KurniaFirdaus, Muhammad Baidawi,
Mukhamad Yusuf Sukandar, Nandang Gumilar, Popon Suwili,
Rida Rostina, Riva Rizkin Faliq Muhtar, Siti Marliah, Siti Sutini,
Tedy Sukamto, Tuti Irawati, Wiwin Supriatin, Yani Mulyani,
Sisca Septiani, Yayah Rokayah, Arina Ulfah Abdullah, Maryati,
Asep Jaya Sukmana.
Pengantar :
Dr. H. Hendi Suhendraya Muchtar, M.Pd.
Editor :
Dr. H. Hendi Suhendraya Muchtar, M.Pd.
Desain Sampul
Ayi Hidayat
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga
buku “Manajemen Pembelajaran Di Era 4.0 Serta Society 5.0” dapat
terselesaikan dengan baik. Shalawat serta Salam semoga tetap
dilimpahcurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, para sahabat
serta seluruh umatnya.
Pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia,
dalam rangka mencapai tujuan ini para pakar pendidikan telah berusaha
merumuskan, mempelajari, memperbaiki sistem pembelajaran, salah
satu diantaranya menyusun langkah-langkah untuk menciptakan
pembelajaran yang efektif.
Tantangan utama Indonesia dalam meningkatkan kulitas
pendidikan adalah kemampuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
tidak terlepas dari peran dan tugas guru. Umumnya, para peserta didik di
sekolah adalah teachercentered, sehingga pengembangan inovasi dalam
proses pembelajaran kurang diperhatian sehingga pembelajaran terkesan
monoton dan membosankan. Selayaknya guru yang profesional
senantiasa melakukan inovasi untuk mendukung strategi pengajaran agar
menjadi menarik.
Keberadaan guru yang kompeten dan profesional merupakan salah
satu persyaratan yang wajib dipenuhi guna meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia agar dapat bersaing dengan negara-negara maju
lainnya. Hampir semua bangsa di dunia ini selalu mengembangkan
kebijakan yang mendorong terciptanya guru yang kompeten dan
berkualitas.
Hadirnya buku ini mudah-mudahan menjadi tambahan referensi
tentang manajemen pembelajaran serta dapat menginspirasi semua orang
untuk memulai kajian-kajian baru tentang manajemen pendidika..
Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi penulis serta
pembaca pada umumnya.
i
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
1. Pengembangan model teaching factory di Sekolah Kejuruan (Agus
Mochamad Sopyan) …………………………………………………. 1
2. Pembelajaran Smart di Kober Bintang-Bintang (Ai Tuti Alawiyah) .. 17
3. Manajemen Kelas dan Manajemen Pembelajaran (Ali Irsan Shafar) .. 39
4. Peranan Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
(Ana Laila Fauziah) ………………………………………………….. 55
5. Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non
Formal (Ayi Hidayat) ………………………………………………… 79
6. Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital (Azhar
Muhamad) ……………………………………………………………. 105
7. Komputer, Infokus, & Speaker Aktif Merupakan Media Efektif Untuk
Mencapai Tujuan Pembelajaran Di Sekolah Dasar (Dahlan) ………… 123
8. Upaya Guru dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif (Deden 135
Ginanjar) ……………………………………………………………...
9. Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini Di KB “Mata
Cerpil” Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan (Dewi
Komalasari) ………………………………………………………….. 159
10. Model Pembelajaran Kelompok di Taman Kanak-Kanak Plus Al-
Muhajirin Kabupaten Bandung (Diah Sabariah) …………………….. 181
11. Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik
Otomotif Di Sekolah Menengah Kejuruan (Faizal Abdi) ……………. 195
12. Pengembangan Model Pembelajaran CTL untuk Siswa Tunarungu
(Firly Ratna Fauzia) ………………………………………………….. 213
13. Strategis Mengajar Berbasis Mind Mapping untuk Meningkatkan
Imajinasi Peserta Didik (Gregorius Genius Waruwu) ………………... 235
14. Penerapan Metode Tahfidz (Ida Rosidah) ……………………………. 241
15. Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta
Didik (Iim Imron Rosyadi) …………………………………………… 257
16. Alternatif Metode Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Spiritual
Anak (Iin Fitriyani) …………………………………………………... 275
17. Penerapan Konseling Kelompok Dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa (Kurnia Firdaus) ………………………………………. 287
18. Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren (Muhamad Baidhawi) …… 305
19. Pemanfaatan IT untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses 325
Pembelajaran di Kelas (Mukhamad Yusuf Sukandar) ………………..
20. Pengembangan Metode Pembelajaran Calistung Melalui Model 339
Bermain Berburu Ayam Pada Anak Usia Dini (Nandang Gumilar) ….
21. Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (Popon Suwili) ……… 371
22. Mengembangkan Sikap Sosial Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif (Rida Rostina) ……………………………………………. 391
23. Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini (Riva Rizkin Faliq Muhtar).. 401
24. Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Tk Islam Al Ikhlas Bandung
(Siti Marliah) …………………………………………………………. 425
25. Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (Siti Sutini) 437
26. Implementasi Pendekatan Paikem untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa (Tedy Sukamto) ………………………………………. 455
27. Pendidikan Keluarga Untuk Menanamkan Karakter Religius Pada
Anak-Anak Usia Dini (Tuti Irawati) …………………………………. 473
28. Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini (Wiwin
Supriatin) …………………………………………………………….. 483
29. Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Peserta Didik (Yani Mulyani) ………………………………. 503
30. Penanaman Budi Pekerti dan Disiplin pada Anak Usia Dini Melalui
Metode Bercerita (Yayah Rokayah) …………………………………. 525
31. Pembelajaran Pupujian Sunda Terhadap Peningkatan Kecerdasan
Spiritual (Sisca Septiani) ……………………………………………... 541
32. Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini (Maryati) ………………………. 553
33. Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap
Prestasi Anak (Arina Ulfah Abdullah) ………………………………. 571
34. Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi (Asep Jaya
Sukmana) …………………………………………………………….. 589
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstrak
Pendidikan kejuruan memiliki peranan penting dalam upaya mencetak
tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan karakteristik
kebutuhan dunia industri. Proses pembelajaran yang menekankan pada
penguasaan kompetensi spesifik membutuhkan model pembelajaran
yang tepat dan sesuai. Model teaching factory merupakan salah satu
solusi untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi yang
sesuai dengan kebutuhan kompetensi dunia industri. Pembelajaran
teaching factory yang dikembangkan dapat di integrasikan pada unit
produksi yang diselenggarakan oleh sekolah. Dapat disimpulkan bahwa
manajemen teaching factory meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan evaluasi. Teaching factory yang dikembangkan
terintegrasi dengan unit produksi untuk penyelenggaraan praktik peserta
didik.
PENDAHULUAN
Proses pelaksanaan pembelajaran di pendidikan kejuruan secara
umumnya dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran berupa teori
dan praktik. Dimana proses pembelajaran teori dan praktik tersebut
merupakan suatu bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam proses belajar
mengajar (PBM). Pembelajaran praktek merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan dalam rangka menerapkan secara langsung kompetensi yang
telah diperoleh dalam pembelajaran teori. Pendidikan kejuruan
1
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
2
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
Oleh karena itu diperlukan manajemen bengkel yang baik dari segi
perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaanya. Dengan demikian
tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran lebih efektif dan optimal dalam
pengelolaan dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Permasalahan yang terjadi di beberapa sekolah kejuruan yaitu
lemahnya pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana bengkel.
Minimnya sarana dan prasarana serta optimalisasi dari sumber daya yang
ada menjadi permasalahan di setiap sekolah. Selain itu, hal tersebut
berpengaruh pada kualitas pelaksanaan proses pembelajaran yang
dilakukan.
Peranan seorang guru sangat penting dalam proses pembelajaran
dimana segala hal yang menyangkut kegiatan pembelajaran baik teori
maupun praktik menjadi tanggung jawab guru. Berkaitan dengan proses
pembelajaran praktik, guru diharapkan mampu memanfaatkan sarana
dan prasarana yang tersedia di bengkel dalam upaya pencapaian tujuan
pembelajaran yang ditentukan oleh jurusan. Tingkat keterampilan dan
kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru sangatlah berpengaruh
dalam upaya pemanfaatan sarana praktik di bengkel yang dimiliki
sekolah, oleh sebab itu seorang guru dituntut untuk selalu meningkatkan
kompetensi yang dimilikinya. Permasalahan yang sering terjadi dalam
proses pelaksanaan pembelajaran yaitu guru terkadang tidak mampu
menentukan model apa yang sesuai untuk digunakan dalam proses
pembelajaran teori maupun praktik. Di samping itu guru terkadang tidak
mampu memaksimalkan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Mata pelajaran praktik pada dasarnya adalah mata pelajaran yang
sangat menyenangkan, dimana siswa dapat secara langsung
3
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
4
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
LANDASAN TEORI
Teaching Factory
Menurut Hadlock et.al (2008: 14), Tujuan teaching factory adalah:
‘The goal of learning factory is to change that and teach students more
than what is in the book. Not only do students practice the “soft skill,”
in the Learning Factory, such as teamwork and interpersonal
mommunication skills, but also get the crucial hands on experience an
future job training. “Learning Factory participants learn how to define
a problem, build a prototype, write a business proposal, and make a
presentation about their solution. In the process, the students learn
critical skill, such as how to meet deadlines and expectations, build and
work on multidisciplinary teams, and use people’s varied talent…”.
Tujuan dari pembelajaran teaching factory menyadarkan bahwa
mengajar siswa seharusnya lebih dari sekedar apa yang terdapat dalam
buku. Peserta didik tidak hanya mempraktikan soft skill dalam
pembelajaran, belajar untuk data bekerja secara tim, melatih kemampuan
komunikasi secara interpersonal, tetapi juga mendapatkan pengalaman
secara langsung dan latihan bekerja untuk memasuki dunia kerja.
Pembelajaran teaching factory mengajarkan kepada siswa bagaimana
menemukan masalah, membangun prototype, belajar membuat proposal
bisnis, dan belajar untuk mempresentasikan solusi yang mereka miliki.
Proses pembelajaran teaching factory peserta didik belajar tentang
keterampilan yang penting untuk dikuasai, seperti bagaimana cara untuk
memenuhi tingkat waktu dan dugaan-dugaan yang mungkin muncul,
membangun dan bekerja dalam tim dan bekerja sama dengan beragam
orang yang memiliki kemampuan dan bakat yang beragam.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpukan bahwa teaching
5
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan adalah jenjang pendidikan menengah berupa
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK) yang bertujuan untuk mencetak tenaga kerja terampil pada
bidang tertentu. Pendidikan Tilak (2002: 673) menyatakan bahwa,
“Vocational education has an advantage, imbibing spesific job-relevant
skills, that can make the worker more readily suitable for a given job ad
would make him/her thus more productive”. Pendidikan kejuruan
bertujuan untuk mencetak peserta didik yang memiliki kompetensi
relevan sehingga siap untuk bekerja secara produktif.
Clarke & Winch (2007: 9) menyatakan bahwa, “Vocational
education is confined to preparing young people and adults for
workinglife, a process often regarded as of a rather technical and
practical nature”. Pendidikan kejuruan diarahkan untuk menyiapkan
peserta didik dan orang dewasa untuk siap bekerja. Desain pendidikan
kejuruan menekankan pada penguasaan kompetensi yang sesuai dengan
karakteristik kebutuhan dunia industri. Kerjasama antara Pendidikan
kejuruan dan stakeholder relevan untuk menciptakan Pendidikan yang
berkualitas melalui teaching factory menjadi suatu hal yang penting.
Anane (2013: 1) berpendapat bahwa “Vocational and Technical
Education (VTE) systems play a vital role in the social and economic
6
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
PEMBAHASAN
Tujuan Teaching Factory
Dalam upaya mewujudkan pelaksanaan teaching factory di SMK
diperlukan beberapa komponen pendukung agar tujuan dapat tercapai.
Menurut Direktorat PSMK (2008), komponen-komponen teching
factory terdiri atas: Operational management, Human Resource,
Financial dan Invesment, Entrepreneur, Partnership, Curriculum,
Learning Process of product realization, Infrastructure dan Facilities,
serta product/service.
Manajemen operasional yang dimaksud yaitu pengelolaan
teaching factory. Manajemen tersebut meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.
Perencanaan ialah proses sistematis dalam sebuah organisasi untuk
menyepakati dan membangun sebuah komitmen dengan pengambil
kebijakan untuk memprioritaskan suatu hal yang penting sesuai dengan
tujuan organisasi dan tanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya.
Perencanaan dan tujuan yang dibuat dengan target dan strategi
pencapaian yang jelas.
Proses Teaching factory harus melibatkan siswa secara penuh hal
tersebut dilakukan dengan tujuan menyiapkan siswa agar memiliki
7
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
8
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
9
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
10
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
produksi, (b) pemasaran, (c) persepsi orang tua, (d) harga dari produsen
terlalu tinggi, (e) kesibukan guru dan siswa, (f) kualitas hasil karya
siswa, (g) motivasi pengurus, (h) komunikasi sesame guru, dan (i) waktu
pengiriman produk yang lama.
Berdasarkan beberapa factor-faktor pendukung dan penghambat
yang telah ditemukan melalui penelitian yang dilakukan Ibnu Siswanto
(2011) dapat dijadikan sebagai gambaran dalam upaya pengembangan
model teaching factory lebih lanjut di SMK yang lain dengan
karakteristik yang setara.
11
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
12
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
13
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
14
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
15
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Agus Mochamad Sopyan NIM. 4103810318006
SIMPULAN
Teaching factory merupakan suatu sistem pembelajaran berbasis
industri yang memanfaatkan unit produksi sebagai wadah untuk
menjalankan usaha atau proses produksi. Manajemen teaching factory
menjadi poin utama meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan evaluasi. Teaching factory yang dikembangkan
terintegrasi dengan unit produksi untuk penyelenggaraan praktik peserta
didik
DAFTAR PUSTAKA
16
Pengembangan Model Teaching Factory Di Sekolah Kejuruan
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
Ai Tuti Alawiyah
NIM : 4103810318001
atra.bdg@gmail.com
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Pendahuluan
Usia 0 sampai 6 tahun merupakan usia emas (the golden age)
bagi setiap manusia, karenanya banyak orang tua yang berusaha keras
memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Selain
pendidikan informal yang diberikan di lingkungan keluarga, saat ini
sudah banyak orang tua yang menitipkan anak-anaknya di lembaga non
formal seperti Kelompok Bermain (KB), Tempat Penitipan Anak (TPA),
dan Satuan PAUD Sejenis (SPS). Harapan mereka menitipkan anak-
anaknya di lembaga PAUD agar anak-anak bisa bersosialisasi dan bisa
mandiri.
Permasalahan strategi pembelajaran di PAUD merupakan
permasalahan yang belum terpecahkan sejalan dengan kompleksitas
perubahan lingkungan, baik dalam sisi perencanaan, pelaksanaan
maupun penilaian.
Berbagai strategi pembelajaran di PAUD banyak diberikan untuk
meningkatkan perkembangan karakter pada anak, diantaranya :
pendekatan keislaman, kedisiplinan, dan mengeksplor alam. Akan tetapi
belum memberikan dampak yang berarti bagi peningkatan
perkembangan karakter anak.
17
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
18
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
Bahasa
Sosial
No Nama
Fisik
Seni
.
1 Afiqa Azzahra BB MB BB BB MB MB
19
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
9 Rahmat Hidayat BB BB BB BB MB BB
A. Landasan Teori
Pembelajaran di Kober Bintang-bintang dilakukan dengan
SMART (Senang, berMAkna, dan berkaRakTer).
1. Senang
Menurut para ahli perkembangan otak manusia mengalami
lompatan dan berkembang sangat pesat pada saat usia dini, yakni 80%.
Ketika lahir otak anak mencapai perkembangan 25%, sampai usia 4
tahun perkembangan otaknya mencapai 50%, sampai usia 8 tahun
perkembangan otaknya 80%, dan selebihnya berkembang sampai usia 18
tahun (Yudrik Jahja, 2011:30).
Saat lahir otak bayi mengandung 100 milyar neuron dan satu
triliun sel glia yang berfungsi sebagai perekat serta synap (cabang-
cabang neuron) yang akan membentuk sambungan antar neuron.
Sambungan neuron inilah yang menjadi pengalaman anak dan akan
20
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
21
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
22
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
23
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
24
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
25
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
B. Metode Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 2 tahapan
siklus yaitu Siklus I dan II, namun sebelumnya didahului dengan tahapan
pra siklus untuk mengidentifikasi kekurangan dalam proses pembelajaran
akuntansi materi jurnal penyesuaian. Sementara siklus II direncanakan
jika kekurangan dalam siklus I belum teratasi. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam Penelitian tindakan kelas ini adalah: 1) Observasi
atau pengamatanterhadap keaktifan dan pelaksanaan pembelajaran
SMART, 2) Tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah
mempelajari materi jurnal penyesuaian dengan menggunakan
pembelajaran SMART, 3) Dokumentasi yang diperoleh dari hasil
pengerjaan lembar kerja siswa, lembar observasi, catatan lapangan, hasil
analisis tes jurnal penyesuaian, video dan foto selama proses
pembelajaran. Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian yaitu:1)
peneliti sendiri yang melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan,
mengumpulkan data, menganalisis data, menafsirkan data, dan pada
akhirnya melaporkan hasil penelitian; 2) lembar observasi yaitu observasi
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran SMART
dan lembar observasi keaktifan siswa; 3) Penilaian yang digunakan untuk
mengukur perkembangan pada aspek kognitif, agama, bahasa, sosial
emosional, kognitif, fisik, dan seni; 4) Dokumentasi berupa rencana
pelaksanaan pembelajaran, skenario pembelajaran, lembar penilaian
perkembangan siswa, video, dan foto-foto selama proses pembelajaran;
5) catatan lapangan untuk mencatat hal-hal yang terjadi diluar cakupan
yang ada dalam lembar observasi, tapi berkaitan dengan yang diteliti.
Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data yaitu
pemilihan data, penyederhanaan data, serta transformasi data kasar dari
26
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
hasil catatan lapangan. Data yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri
data kualitatif dan data kuantitaif. Kedua data tersebut dianalisis secara
berbeda. Data kualitatif didasarkan pada lembar pengamatan selama
proses penelitian berlangsung berupa keaktifan siswa dalam aktivitas
belajar. Sementara itu data kuantitatif diperoleh darI hasil tes yang
dianalisis dengan menggunakan analisis statistik sederhana. Indikator
keberhasilan penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran
dan peningkatan perkembangan siswa baik kognitif, bahasa, agama,
sosial emosional, fisik, dan seni.
27
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
28
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
29
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
30
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
31
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
32
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
Emosional
Kognitif
Bahasa
Agama
Sosial
No Nama
Fisik
Seni
1 Afiqa Azzahra MB BSH MB BSH BSH BSH
33
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
100
80
BB
60
MB
40
BSH
20
0
Pra Siklus Siklus II
34
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
35
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
H. Simpulan
Berbagai strategi pembelajaran untuk meningkatkan pendidikan
karakter pada anak di PAUD Bintang-bintang telah dilakukan, seperti :
pendekatan keislaman, pendekatan disiplin, pendekatan dan pendekatan
mengeksplor alam. Tetapi belum memberikan dampak yang berarti bagi
perkembangan karakter anak. Maka kami menerapkan pembelajaran
SMART di PAUD Bintang-bintang untuuk meningkatkan pendidikan
karakter pada anak. Penerapan pembelajaran SMART dilakukan
melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran SMART yaitu :
fasilitas yang kurang memadai, guru yang kurang kreatif, dan anak yang
kesulitan dalam pembelajaran karakter. Semua kendala ini dapat diatasi
dengan musyawarah.
Pembelajaran SMART di PAUD Bintang-bintang telah
menjadikan anak-anak mandiri, religius, peduli lingkungan, gemar
membaca, dan berbagai karkter lainya. Hal ini dibuktikan dengan
diterimanya lulusan PAUD Bintang-bintang di Sekolah Dasar yang
bagus dan anak-anak mampu mengikuti pembelajaran di SD tersebut,
bahkan ada beberapa anak yang berprestasi.
36
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
Daftar Pustaka
Jahja Yudrik, 2011. Psikologi Perkembangan, Kencana Prenada Media
Grup : Jakarta.
Mulyasa H E, 2012. Konsep Dasar PAUD, Rosda Karya : Bandung.
Permadi Dadi & Arifin Daeng, 2016.Pendidikan Karakter, Pustaka Al-
Arif : Bandung.
Depdiknas, 2008.“ Pedoman Standar Pelayanan Minimal
Penyelenggaraan PAUD”
37
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ai Tuti Alawiyah NIM : 4103810318001
38
Pembelajaran Smart Di KOBER Bintang-Bintang
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Manajemen kelas berbeda dengan manajemen pembelajaran.
Manajemen / Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar
tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar
sebagaimana yang diharapkan. Atau pengelolaan kelas adalah suatu
keterampilan untuk bertindak dari seorang guru berdasarkan atas
sifat-sifat kelas dengan tujuan menciptakan situasi pembelajaran ke
arah yang lebih baik. Sedangkan manajemen pembelajaran
berhubungan dengan kurikulum atau dapat diartikan sebagai usaha ke
arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain
atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain berupa
peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa
(orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak
terlalu dibatasi), serta mengarah kepada pengembangan gaya hidup di
masa mendatang.
39
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
III. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian manajemen kelas
2. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam
manajemen kelas
3. Mengetahui pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan dalam
manajemen kelas
4. Mengetahui pengertian manajemen pembelajaran
40
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
I. MANAJEMEN KELAS
1. Pengertian Manajemen Kelas
Pengertian manajemen / pengelolaan kelas adalah suatu usaha
yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran
dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat
terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan. Atau
pengelolaan kelas adalah suatu keterampilan untuk bertindak dari
seorang guru berdasarkan atas sifat-sifat kelas dengan tujuan
menciptakan situasi pembelajaran ke arah yang lebih baik.
Arti pengelolaan kelas dapat ditinjau dari beberapa pendangan:
Pandangan otoriter, bahwa pengelolaan kelas sebagai proses
mengontrol tingkah laku siswa atau seperangkat kegiatan guru untuk
mempertahankan ketertiban kelas.
Pandangan permisif, bahwa pengelolaan kelas adalah
seperangkat, kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa.
Pandangan behaviour modification, adalah seperangkat
kegiatan guru untuk mengubah tingkah laku siswa (proses
pengubahan tingkah laku) kearah positif.
Pandangan penciptaan iklim sosioemosional, bahwa
pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk
mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim
sosioemosional yang positif.
41
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
42
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
43
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
tertanam pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik dan keteraturan
tingkah laku.
44
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
45
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
46
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
47
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
48
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
49
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
50
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada
sandaran dan lengan-lengannya).
Materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema,
atau hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika..maka….”,
misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus menghitung
luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.
Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan
langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan
suatu tugas. Misalnya langkah-langkah mengoperasikan peralatan
mikroskup, cara menyetel televisi. Materi jenis sikap (afektif) adalah
materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran,
kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat
bekerja, dsb.
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan indikator. Materi dikutip dari materi
pokok yang ada dalam silabus. Materi pokok tersebut kemudian
dikembangkan menjadi beberapa uraian materi. Untuk memudahkan
penetapan uraian materi dapat diacu dari indikator.
51
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Manajemen kelas berbeda dengan manajemen pembelajaran.
Manajemen / Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar tercapai
kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana
yang diharapkan.
Atau pengelolaan kelas adalah suatu keterampilan untuk bertindak
dari seorang guru berdasarkan atas sifat-sifat kelas dengan tujuan
menciptakan situasi pembelajaran ke arah yang lebih baik. Sedangkan
manajemen pembelajaran berhubungan dengan kurikulum atau dapat
diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui
aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh
orang-orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan
latar belakang siswa (orang yang belajar), dengan memperluas cakupan
aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada pengembangan
gaya hidup di masa mendatang.
Manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha ke arah
pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau
membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain berupa peningkatan
minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang yang
belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi),
serta mengarah kepada pengembangan gaya hidup di masa mendatang.
52
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
53
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ali Irsan Shafar, S.H. NIM : 4103810318026
DAFTAR PUSTAKA
54
Manajemen Kelas Dan Manajemen Pembelajaran
Ana Laila Fauziah, S.T. NIM : 4103810318011
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstraksi
Kecerdasan emosional merujuk kepada kemampuan-kemampuan
memahami diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi secara
produktif,empati dan membina hubungan. Kemampuan ini dapat
membekali siswa dalam menyesuiakan diri dengan teman-teman di
sekolah, sehingga dapat terjalin hubungan yang harmonis.
Siswa dengan kecerdasan emosional yang rendah tentu akan mengalami
kesulitan dalam membangun hubungan dengan teman-teman dan
gurunya. Hal ini berdampak pada ketidakmampuan siswa dalam
menyesuiakan diri dengan lingkungan sekolahnya, apakah dengan guru
atau temannya. Tentu saja hal ini mengakibatkan siswa mengalami
kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya.
Guru sangat berperan penting dalam meningkatkan kecerdasan siswa.
Dengan melakukan bimbingan kepada siswa maka guru akan membantu
siswa meningkatkan kecerdasan emosioanlnya sehingga siswa dapat
meyesuiakan diri dengan lingkngannya. Dengan demikian siswa akan
dengan mudah menyelesaikan tugas belajarnya.
PENDAHULUAN
Setiap manusia yang lahir di dunia tentunya memerlukan
pendidikan yang baik agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi
manusia seutuhnya. Pendidikan bagi manusia pada dasarnya adalah
upaya memuliakan manusia yang telah lahir. Upaya ini merupakan tugas
55
Peranan Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
Ana Laila Fauziah, S.T. NIM : 4103810318011
KAJIAN PUSTAKA
I. GURU
a. Pengertian
Dalam KBBI (1991) guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya
mengajar. Guru disebut dalam Undang-Undang SISDIKNAS no 20
tahun 2003 sebagai seorang pendidik yaitu tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara,tutor,instruktur,fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.
57
Peranan Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
Ana Laila Fauziah, S.T. NIM : 4103810318011
a. Konsep diri dan harga diri guru yaitu totalitas sikap dan
persepsi seorang guru terhadap dirinya. Keseluruhan sikap
dan pendangan tersebut dapat dianggap deskripsi
kepribadian guru yang bersangkutan. Sementara itu harga
diri guru dapat diartikan sebagai tingkat pandangan dan
penilaian seorang guru mengenai dirinya sendiri
berdasarkan prestasinya.
Guru yang memiliki konsep diri yang tinggi
umunya mempunyai harga diri yang tinggi pula. Ia
mempunyai keberanian mengajak dan mendorong serta
membantu dengan sekuat tenaga kepada siswanya agar
lebih maju.
b. Efikasi –diri dan efikasi kontekstual guru.
Efikasi guru lazim juga disebut personal teacher
efficacy,adalah keyakinan guru terhadap keefektifan
kemampuannya sendiri dalam membangkitkan gairah dan
kegiatan siswanya.kompetensi ranah rasa ini berhubungan
dengan kompetensi ranah rasa lainnya yang disebut
teaching efficacy yang berarti kemampuan guru dalam
berurusan dengan keterbatasan faktor diluar dirinya ketika
ia mengajar. Artinya, keyakinan guru terhadap
kemampuannya sebagai pengajar profesional bukan hanya
dalam hal menyajikan materi pelajaran di depan kelas saja,
melainkan juga dalam hal mendayagunakan keterbatasan
ruang, waktu dan peralatan yang berhubungan dengan
proses belajr mengajar.
c. Sikap penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
61
Peranan Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
Ana Laila Fauziah, S.T. NIM : 4103810318011
63
Peranan Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
Ana Laila Fauziah, S.T. NIM : 4103810318011
64
Peranan Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
Ana Laila Fauziah, S.T. NIM : 4103810318011
65
Peranan Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
Ana Laila Fauziah, S.T. NIM : 4103810318011
68
Peranan Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
Ana Laila Fauziah, S.T. NIM : 4103810318011
maka akan mempengaruhi belajar siswa. Siswa akan malas dan tidak
mempunyai motivasi yang kuat dalam mengerjakan setiap tugas
belajarnya. Hal ini berdampak pada kurangnya hasil belajar siswa.
Mempunyai sikap disiplin, taat dan patuh merupakan salah satu
keterampilan emosional.
5. Tidak mudah putus asa.
Salah satu unsur kecerdasan emosional adalah memiliki daya
tahan. Siswa dengan kecerdasan emosional yang baik akan memiliki
daya tahan menghadapi kegagalan dalam belajar. Ary Ginanjar
(2005:270), menyebutkan bahwa “kegagalan akan menghancurkan
kesombongan,sehingga akan menghadirkan sikap rendah hati dan
akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya”. Dengan daya tahan
yang baik, siswa tidak akan menyerah menghadapi setiap kegagalan
dalam belajarnya. Siswa akan terus berusaha untuk mengatasi setiap
kesulitan yang dia alami. Siswa akan memiliki kemampuan untuk
mengatasi setiap masalah yang dihadapinya dan siswa tidak menjadi
orang yang mudah berputus asa.
Dari pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
manfaat kecerdasan emosional bagi belajar siswa adalah siswa
mempunyai motivasi instrinsik yang kuat dalam belajar, mempunyai
minat yang tinggi, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekolah, baik dengan guru ataupun dengan teman-teman, dapat
mengahdapi kegagalan, dan dapat memenuhi peraturan sekolah dan
mempunyai sikap disiplin yang kuat. Hal tersebut dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.
70
Peranan Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
Ana Laila Fauziah, S.T. NIM : 4103810318011
b. Persusif
Usaha-usaha yang dilakukan guru untuk menjaga keadaan yang
telah baik agar tetap baik.
c. Korektif
Guru mengadakan bimbingan kepada anak—anak yang mengalami
kesulitan dalam emosional dengan bantuan guru BK.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode kulaitatif dengan pendekatan
deskriptif yaitu merupakan cara mengumpulkan data nyata apa adanya
pada saat penelitian dilakukan pada saat penelitian dilakukan. Hal ini
sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Suharismi Arikunto
(1993:309), bahwa “ penelitian deskriftip merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala
yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya saat penelitian
dilakukan”
Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa
kelas XI di SMK Al Husna Subang yang berjumlah 50 siswa , yaitu 10
siswa dari setiap kelas.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket, wawancara dan observasi.
1. Angket
Angket adalah pengumpul data yang berupa sejumlah pertanyaan
tertulis yang ditujukan kepada responden. Angket menurut Sugiyono
(2009:142), adalah” seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya”. Angket yang disebarkn kepada
siswa kelas XI merupakan angket tertutup dengan pilihan jawaban
73
Peranan Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
Ana Laila Fauziah, S.T. NIM : 4103810318011
HASIL PENELITIAN
Data yang terkumpul malalui instrumen penelitian, khususnya data
yang diperoleh melalui angket dianalisis. Data dikelompokkan,
ditabulasi dan dipresentasikan dengan hasil sebagai berikut:
Indikator Persentase Frekuensi Penafsiran
Pengenalan kecerdasan 59,3% Sangat Tinggi
emosional
Pemberian materi 58,7% Sangat Tinggi
Pengaturan Diri
Pemberian Motivasi 59,5% Sangat Tinggi
Penekanan Empati 66,4% Sangat Tinggi
Pengenalan 64,3% Sangat Tinggi
Keterampilan Sosial
74
Peranan Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
Ana Laila Fauziah, S.T. NIM : 4103810318011
HASIL WAWANCARA
Hasil wawancara dengan guru adalah sebagai berikut :
1. Guru SMK Al-Husna selalu melakukan pemberian materi dan
kegiatan yang akan meningkatkan kecerdasan emosional siswa.
2. Guru SMK Al-Husna bekerja sama dengan Guru Bk, Wali Kelas
dalam melaksanakan kegiatannya.
3. Kepala sekolah memberikan dukungan yang sangat besar dalam
pelaksanaan kegiatan dengan memberikan alokasi dana dan
pengadaaan sarana dan prasaran yang menunjang kegiatan.
4. Guru memberikan stimulus melalui kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler.
5. Siswa mengikuti setiap kegiatan dengan antusias.
75
Peranan Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
Ana Laila Fauziah, S.T. NIM : 4103810318011
HASIL OBSERVASI
Berdasarkan hasil observasi diperoleh data:
1. Bangunan gedung sekolah permanen letaknya strategis dan kondusif
untuk melangsungkan kegiatan belajar mengajar.
2. Sarana dan prasarana memadai, tedapat perpustakaan, ruangan kelas
yang baik sehingga siswa nyaman untuk belajar, ruang UKS dan
kantin sekolah bersih, toilet bersih, kantor guru baik.
3. Lingkungan sekolah tenang untuk proses belajar mengajar, jauh dari
kebisingan dna lingkungan sekolah yang cukup nyaman dan asri.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, terdapat indikator
dengan skor jawaban terendah dari masing-masing variabel. Indikator
terendah dari variabel kemandirian belajar yaitu indikator belajar tanpa
bantuan orang lain. Saran dan implikasi terhadap indikator belajar tanpa
bantuan orang lain mengacu kepada hal-hal yang dapat meningkatkan
kemampuan belajar tanpa bantuan orang lain. Indikator terendah dari
variabel kecerdasan emosional yaitu indikator pengaturan diri. Saran dan
implikasi terhadap indikator pengaturan diri mengacu kepada hal-hal
yang dapat meningkatkan pengaturan diri seseorang. Hal tersebut dapat
menjadi acuan bagi guru untuk lebih meningakatkan kegiatan yang
menitik bertakan hal-hal yang dapat meningkatkan pengaturan siswa.
76
Peranan Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
Ana Laila Fauziah, S.T. NIM : 4103810318011
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi , Abu. (2009), Psikologi Umum,Jakarta : Rineka Cipta
Agustian, Ary Ginanjar. (2005). Kecerdasan Emosi dan Spiritual.
Jakarta : Arga
Arikunto, Suharismi. (1993). Manajemen penelitian. Jakarta : Rineka
Cipta
Goleman, Daniel. (2016). Kecerdasan Emosional. Jakarta : Gramedia
Hamalik , Oemar. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara
Kamus Filsafat .(1995). Bandung: Rosda Karya
Mubayidh, Makmun. (2006). Kecerdasan dan Kesehatan Emosional
Anak. Jakarta: Al-Kautsar
Muhibbin Syah.(2006). Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosda karya
Slameto ,(2010). Belajar dan Fkator-Faktor yang mempengaruhinya.
Jakarta :Rineka Cipta
Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatip dan kualitaif dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Republik Indonesia (2003). Undang-Undang Sistem pendidikan
Nasional . Jakarta : Sekertariat Negara
--------------------------(2005). Undang-Undang Guru dan Dosen. Jakarta:
Seketariat Negara
77
Peranan Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
Ana Laila Fauziah, S.T. NIM : 4103810318011
78
Peranan Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstrak
Pendidikan menjadi salah satu aspek yang cukup memegang
peranan penting di masyarakat, dengan di satu sisi pendidikan
mengalami problem yang semakin meningkat, membangun suatu
komunitas dalam menciptakan perubahan yang diharapkan menjadi satu
langkah yang harus terus dilakukan (keberlanjutan), peran stakeholder
dibutuhkan dalam setiap proses pendidikan. Salah satunya dapat
melalui program pendampingan Pendidikan usia sekolah program ini
mempunyai tujuan menciptakan kesempatan bagi masyarakat untuk
dapat mengenyam pendidikan tanpa harus mengelurkan biaya yang
lebih tinggi.
Pendidikan penting dalam upaya memajukan negara bangsa dan
sumberdaya manusia, tetapi setelah negara bangsa maju, maka
pendidikan nonformal yang lebih diutamakan dan memliki peran di
masyarakat. Struktur dan otonomi keilmuan pendidikan luar sekolah
mampu mengkaji dan menghasilkan generalisasi-generalisasi, serta
konsep, teori tentang belajar dalam rangka mewujudkan kemandirian,
baik melalui magang (learning by doing) atau pemberdayaan
(empowering process) atau pelatihan (training) dalam mendorong
terjadinya investasi sumber daya manusia.
79
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
A. PENDAHULUAN
Carut-marut dunia pendidikan Indonesia, sesungguhnya
merupakan sebuah realitas yang sangat memprihatinkan. Mahalnya
biaya pendidikan yang tidak serta merta dibarengi dengan
peningkatan kualitas secara signifikan, tentu menimbulkan tanda
tanya besar mengenai orientasi pendidikan yang sebenarnya sedang
ngin dicapai. Ironisnya, disaat beberapa negara tetangga terus
berupaya keras melakukan peningkatan kualitas pada sektor
pendidikan, banyak pihak di negara ini justru menempatkan
pendidikan sebagai suatu komoditas yang memiliki nilai jual yang
tinggi. Tak mengherankan bahwa ketika banyak pihak mengejar
pendidikan dari sisi kuantitas, tentu menimbulkan berbagai macam
konsekuensi logis seperti terabaikannya faktor kualitas pendidikan.
Indonesia mengalami krisis SDM sebenarnya berpangkal
pada buruknya kua-litas pendidikan yang dilaksanakan. Untuk
menghadapi krisis, sistem pendidikan memerlukan bantuan dari
semua sektor kehi-dupan domestik dan pada beberapa kasus, juga
memerlukan sumber-sumber di luar batas nasional. Pendidikan
memerlukan dana, namun anggaran pendidikan sulit bertambah.
Pendidikan memerlukan sum-ber daya, khususnya sumber daya
insani nasional yang terbaik untuk meningkatkan kualitas, efisiensi,
dan produktivitas. Pendidikan memerlukan prasarana dan sarana,
materi pengajaran yang baik dan lebih baik. Di atas semua itu
pendidikan memerlukan hal-hal yang tidak dapat dibeli dengan
uang, yakni gagasan dan kebe-ranian, keputusan, keinginan baru
untuk mengetahui kemam- puan diri yang diperkuat oleh suatu
keinginan untuk berubah dan bereksperimen.
Berkaitan dengan frasa “sistem pendidikan”, lebih lanjut
diungkapkan bahwa sistem pendidikan tidak hanya mengacu pada
80
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
81
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
82
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
B. LANDASAN TEORI
1. Pendidikan Nonformal
Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk
mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang
mencakup pengetauannya, nilai serta sikapnya dan ketrampilannya.
(Achmad Munib, 2010)
Pendidikan nonformal dengan berbagai atribut dan nama atau
istilah lainnya, baik disebut dengan, mass education, adult
education, lifelong education, learning society,out-of-school
education, sosial education dll, merupakan kegiatan yang
terorganisir dan sistematis yang diselenggarakan di luar subsistem
pendidikan formal. (Sudjana, 1994. R.A. Santoso, 1955). Meskipun
kesemua istilah tersebut memiliki perbedaan dan kesamaan dengan
pendidikan nonformal, akan tetapi sangat sulit untuk merumuskan
pengertian yang konprehensif dan berlaku umum, mengingat titik
pandang yang berbeda. Berikut ini diuraikan berbagai definisi
tentang pendidikan nonformal yang dikemukakan oleh para ahli:
83
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
84
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
85
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
86
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
87
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
88
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
2. Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Robinson pemberdayaan adalah suatu proses
pribadi dan sosial suatu pembebasan kemampuan pribadi,
kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. Dari definisi
tersebut terlihat ada 3 tujuan utama dalam pemberdayaan
masyarakat yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat,
mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri
masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan
tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha,
kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk
89
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
90
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
91
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
92
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
93
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
94
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
95
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
II. MISI
1. Membangun pusat dakwah, sosial dan pendidikan yang
berbasis pada pemberdayaan masyarakat.
2. Membangun citra/kepribadian yang mencintai/bangga
menjadi bangsa Indonesia dan menjadikan Islam sebagai
pedoman hidupnya.
3. mengantarkan anak yatim piatu, fakir miskin dan orang
jompo yang beragama Islam sebagai bagian muslim yang
berpendidikan dan bermartabat.
4. Menyelenggarakan berbagai layanan sosial dalam
membantu pemberdayaan umat Islam.
5. Memberikan layanan kesehatan yang berkualitas.
III. Tujuan
1. Meningkatkan SDM dan fasilitas pendidikan, pendidikan
yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yang
diandalkan masyarakat.
2. Mengembangkan dakwah di masyarakat demi terciptanya
manusia unggul, taqwa, berbudi luhur, berpengetahuan
96
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
97
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
98
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
e) Membangun Dinamika
Bersama MD Al-Ulfah, Masyarakat Kampung Cukang
Lemah mampu menyusun program ke depan serta dapat
memutuskan dan melaksanakan program-programnya sesuai
dengan rencana yang sudah digariskan dan diputuskan sendiri.
99
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
100
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
101
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
D. SIMPULAN
Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pendidikan nonformal yang dilaksanakan oleh Madrasah
DiniyyahAl-Ulfah cicalengka adalah usaha yang terorganisir
secara sistematis dan kontinyu di luar sistem persekolahan,
melalui hubungan sosial untuk membimbing individu, kelompok
dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita sosial (yang
efektif) guna meningkatkan taraf hidup dibidang materil, sosial
dan mental dalam rangka usaha mewujudkan kesejahteraan
sosial.
2. Madrasah Diniyyah (MD) Al-Ulfah adalah salah satu lembaga
pendidikan nonformal yang seutuhnya dibentuk, dikembangkan,
serta dikelola oleh masyarakat. Lembaga ini mempunyai perana
penting dalam pembentukan karakter masyarakat, terutama di
Kampung Cukang Lemah Desa Tenjolaya Kecamatan
Cicalengka. Pembaharuan karakter yang dibentuk ole MD Al-
Ulfah adalah meliputi pemberdayaan dalam penyadaran berpikir,
perubahan pola belajar serta dapat membangun dinamika baru
dalam kehidupan masyarakat..
3. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini
mencerminkan paradigma baru pembangunan, yang bersifat
people centred, participatory, empowering, and sustainable.
102
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
DAFTAR PUSTAKA
103
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Ayi Hidayat NIM : 4103810318023
104
Pembinaan Karakter Masyarakat Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
105
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
PENDAHULUAN
106
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
107
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
108
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
yang baik dan biasa melakukannya. Pada periode anak sekolah dasar,
metode yang dilakukan guru untuk mengembangkan karakter adalah
pengarahan, pembiasaan, keteladanan, penguatan, hukuman. Nilai-
nilai karakter yang bisa digali dalam pembelajaran seperti Religius,
jujur, kerja keras, disiplin, rasa tanggung jawab, cinta tanah air, peduli
terhadap lingkungan sekitar, jiwa sosial yang kuat.
Teknologi membantu memudahkan segala aktifitas manusia,
pencarian informasi, penyampaian informasi. Teknologi secara umum
adalah sebuah proses yang meningkatkan nilai tambah, teknologi
merupakan produk yang digunakan dan dihasilkan untuk
memudahkan dan meningkatkan kinerja, struktur atau sistam di mana
proses dan produk itu dikembangkan dan digunakan.
Teknologi bermanfaat sangat besar dalam dunia pendidikan.
Pencarian tentang literasi-literasi untuk penambahan ilmu
pengetahuan dalam pembelajaran, bisa dimanfaatkan teknologi.
Peserta didik bisa menulusuri google atau yahoo dan situs lainnya
dalam mencari jurnal, makalah, dan buku elektronik. Meskipun
demikian, bukan berarti pembelajaran tidak menggunakan buku paket
yang tersedia, penggunaan literasi dari Google atau situs lainnya
hanya bertujuan untuk menambah pengetahuan dan bahan dalam
proses pembelajaran.
Teknologi tidak lepas dari dampak negatif, untuk itu sebagai
pendidik harus mengawasi peserta didik dalam memanfaatkan
teknologi. Keluarga sebagai orang terdekat peserta didik, juga
berpartisipasi dalam mengawasi dan membimbing peserta didik dalam
memanfaatkan teknologi. Keluarga juga berhak mengawasi si anak
dalam bergaul dengan siapa di lingkungan sekitar.
109
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
110
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
111
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
112
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
diri yang kokoh dan ambisi-ambisi yang bermanfaat bagi manusia lain
selain diri sendiri. Pendidik harus menghasilkan peserta didik yang
mandiri, artinya mampu memilih berdasarkan nilai-nilai, gambar diri yang
kokoh dan ambisi yang tepat. Penanaman karakter dalam perannya
dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Pembinaan watak, (jujur, cerdas, peduli, tangguh) merupakan tugas
utama pendidika.
2. Mengubah kebiasaan buruk tahap demi tahap yang pada akhirnya
menjadi bak. Dapat mengubah kebiasaan senang tetapi jelek yang
pada akhirnya menjadi benci tetapi menjadi baik.
3. Karakter merupakan sifat yang teranam di dalam jiwa dan dengan
sifat itu seseorang secara spontan dapat dengan mudah
memancarkan sikap, tindakan dan perbuatan.
4. Karakter adalah sifat yang terwujud dalam kemampuan daya dorong
dari dalam kelar untuk menampilkan perilaku terpuji dan
mengandung kebajikan.
Penanaman-penanaman nilai karakter tersebut dapat
diimplementasikan dan dijadikan budaya sekolah. Proses yang efektif
untuk membangun budaya sekolah adalah dengan melibatkan dan
mengajak semua pihak atau pemangku kepentingan untuk bersama-sama
memberikan komitmennya. Keyakinan utama dari pihak sekolah harus
difokuskan pada usaha menyemaikan dan menanamkan keyakinan
moral, nilai dan norma.
Banyak nilai yang dapat dan harus dibangun di sekolah, seperti
nilai peduli dan kreatif, jujur, tanggung jawab, disiplin, sehat dan bersih,
saling peduli antar sesama. Sekolah adalah laksana taman atau lahan
yang subur tempat menyemaikan dan menanam benih-benih nilai
tersebut. Untuk itu, kepala sekolah, para guru dan karyawan harus fokus
113
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
114
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
115
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
akurat
1. mempermudah akses terhadap informasi baru, memperoleh
informasi kapanpun dan dimanapun.
2. Media sosial, mempertemukan individu dengan orang yang baru,
mempertemukan individu dengan teman lama yang jarang sekali
bertemu, saran berbisnis.
3. Membantu dalam mencari informasi bahan pelajaran bagi peserta
didik.
4. Media hiburan, seperti games online
5. Mempermudah komunikasi
Adapun dampak negatif dari teknologi digital, sebagai berikut:
a. Anak bersifat Individual, berkurangnya tingkat pertemuan langsung
atau interksi antar sesama manusia.
b. Temperamen, kebiasaan bersosialisasi dengan media sosial, maka
anak akan beranggapan bahwa dunia luar adalah ancaman.
c. Berita tanpa tanggung jawab, berita Hoax, Bulying.
d. Rentannya kesehatan mata, terutama mengalami rabun jauh atau
rabun dekat.
e. Tak bisa menikmati hidup. Ketika menghadiri sebuah acara pesta,
kita malah asik berfoto, tanpa menimati acara pesta dan musik.
f. Radiasi alat hasil teknologi membahayakan kesehatan otak anak.
g. Maraknya kasus penipuan lewat sms, telepon dan internet.
h. Mudahnya mengakses video porno.
i. Anak lupa akan pekerjaan rumah yang ditugaskan oleh guru dan lupa
melaksanakan ibadah, seperti sholat dan mengaji.
j. Anak menjadi sasaran kejahatan, seperti penculikan anak dan
pemerkosaan anak.
Baru-baru ini banyak diberitakan tentang kasus bullying pada
anak sekolah dasar. Dampak dari bullying, pelaku anak sekolah dasar
116
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
117
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
buku kegiatan siswa yang sudah disiapkan pihak sekolah. Orang tua
secara aktif mengikuti kegiatan rutin atau bergilir yang dilaksanakan
pihak sekolah dalam pertemuan-pertemuan antara orang tua dengan
wali kelas dan guru-guru kelas.
Era Digital saat ini anak-anak usia sekolah dasar tidak bisa
lepas dari gadget bahkan menjadi sebuah kebutuhan. Kondisi seperti
itu, orang tua perlu memperkenalkan kepada anak-anak, situs
pendidikan bila menggunakan gadget, seperti lagu-lagu islami dan
pendidikan, games pendidikan yang mengasah kemampuan kognitif,
video tata cara sholat, membersihkan kamar sendiri, dan lainnya,
yang penting untuk diingat. Orang tua juga berperan mengawasi dan
membatasi anak-anak dalam menggunakan ponsel, atur waktu kapan
ia harus mengerjakan tugas sekolahnya, bersosialisasi dengan teman,
bersosialisasi tengan keluarga, dan menggunakan ponsel atau gadget.
118
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
a. Guru secara sadar datang pada jam 06.30 dan pulang jam 1.30,
kehadiran guru yang demikian sebagai bentuk komitmen mereka
terhadap budaya yang telah berlaku di sekolah yang
bersangkutan.
b. Sekolah memberikan penghargaan terhadap setiap keberhasilan,
usaha, dan memberikan komitmennya, semua karyawan dan
siswanya akan termotivasi untuk bekerja keras, inovatif, dan
mendukung perubahan.
c. Sekolah memberikan apresiasi pada saat upacara bendera pada
hari senin, untuk guru, karyawan dan siswa yang berprestasi. Cara
yang dilakukan ini memotivasi setiap guru, karyawan dan siswa
untuk meraih prestasi-prestasi tertentu.
d. Sekolah menerapkan Kegiatan Gotong Royong setiap satu
semester.
119
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
SIMPULAN
120
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
DAFTAR PUSTAKA
121
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Azhar Muhamad, S.Pd NIM : 4103810318065
Kebudayaan.
122
Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064
Dahlan, S.Pd.
NIM: 4103810318064
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstrak
Hakekat dari tercapainya tujuan pendidikan nasional adalah
tercapainya tujuan pembelajaran, yang merupakan produk interaksi
proses pembelajaran antara guru dan siswa. Hambatan-hambatan
tercapainya tujuan pembelajaran harus diminimalisir, tujuan
pembelajaran harus dicapai secara efektif dan efisien. Di antara upaya
tersebut dengan pengadaan media pembelajaran, namun pengadaan
media pembelajaran tidak mudah karena berkaitan dengan biaya,
pemeliharaan, ruang, dan pengelolaan. Diperlukan media pembelajaran
yang praktis, efektif, dan efisien. Komputer, infokus, & speaker aktif
merupakan media efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran di
Sekolah Dasar.
A. Latar Belakang
Permasalahan pendidikan di negeri kita adalah kualitas,
relevansi, dan pemerataan. Kualitas, dan relevansi pendidikan
berkaitan langsung dengan keberhasilan proses pembelajaran yang
diukur dengan tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran merupakan target yang akan dicapai setelah proses
interaksi pembelajaran antara siswa, dan guru dilakukan.
Hal-hal yang berpengaruh terhadap tercapainya tujuan
pembelajaran adalah intake siswa, sarana prasarana, dan daya
dukung.
123
Komputer, Infokus, & Speaker Aktif Merupakan Media Efektif Untuk Mencapai Tujuan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064
B. Landasan Teori
Belajar menurut Gagne dalam buku “The Condition Of
Learning” (1977) yaitu apabila terjadi suatu situasi stimulus
bersama-sama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian
rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
“Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, artinya di
dalamnya terjadi proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber
pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima
pesan).”(Rudi & Cepi, 2009:2)
Tujuan Pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku
hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh
peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal
ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna tujuan
pembelajaran atau tujuan instruksional.
124
Komputer, Infokus, & Speaker Aktif Merupakan Media Efektif Untuk Mencapai Tujuan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064
C. Pembahasan
1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tercapainya
tujuan pembelajaran di Sekolah Dasar:
a. Intake siswa
Kecerdasan Intelektual IQ (Intelligence Quotient)
Sumber:
https://immrestorasi.wordpress.com/2018/08/14/alfred-
binet/
125
Komputer, Infokus, & Speaker Aktif Merupakan Media Efektif Untuk Mencapai Tujuan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064
126
Komputer, Infokus, & Speaker Aktif Merupakan Media Efektif Untuk Mencapai Tujuan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064
3) Kesehatan Siswa
Siswa yang fisiknya sehat, akan lebih siap dalam
belajar, tingkat penerimaan materi pelajaran siswa
yang sehat akan lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang sedang terganggu kesehatannya. Pentingnya
orang tua siswa memperhatikan kesehatan putra-
putrinya, karena berepengaruh terhadap keberhasilan
belajar. Sarapan pagi, makan makanan yang bergiji,
istirahat yang cukup, dan jajan makanan yang sehat
merupakan faktor-faktor yang akan mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
4) Tingkat Kehadiran Siswa
Bagi siswa yang jarang hadir sekolah, maka tingkat
ketercapaian tujuan pembelajaran pun akan rendah.
Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai rapot yang
didapatkan. Perspektif tujuan pembelajaran sangat
luas, dalam proses pembelajaran akan banyak hal yang
terkait dengan tujuan pembelajaran. Bagi siswa yang
mengikuti proses pembelajaran, maka tercapainya
tujuan pembelajaran lebih lengkap, karena banyak
faktor-faktor lainnya yang terkait dengan tujuan
pembelajaran.
b. Sarana Prasarana, & Media Pembelajaran.
1) Sarana Prasarana
Kekurangan ruangan kelas, kurangnya meja kursi,
rusaknya meja kursi, tidak adanya perpustakaan,
127
Komputer, Infokus, & Speaker Aktif Merupakan Media Efektif Untuk Mencapai Tujuan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064
128
Komputer, Infokus, & Speaker Aktif Merupakan Media Efektif Untuk Mencapai Tujuan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064
c. Guru
Guru merupakan bagian terpenting dalam tercapainya
tujuan pembelajaran.
“Secara Pedagogis, kompetensi
guru-guru dalam mengelola pembelajaran
perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Hal ini penting karena pendidikan di
Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh
sebagian masyarakat, dinilai kering dari
asfek pedagogis, dan sekolah nampak
lebih mekanis sehingga peserta didik
cenderung kerdil karena tidak mempunyai
dunianya sendiri” (Mulyasa, 2007:76)
Kompetensi guru penting dalam mencapai tujuan
pembelajaran, namun kondisi riil di lapangan masih
jauh dari ideal. Persoalan yang menyangkut guru
Sekolah Dasar diantaranya;
1) Kekurangan guru, menyebabkan guru mengajar
rangkap.
2) Guru tidak menguasai seluruh materi pelajaran
yang diampunya.
3) Kompetensi guru tidak linier dengan tugas yang
diampunya
“Pada dasarnya pengelolaan kelas terkait
dengan berbagai hal yang komplek. Oleh
sebab itu guru perlu menyadari bahwa
pengelolaan kelas itu terkait dengan
berbagai masalah” (Daeng Arifin,
2010:77)
Kurangnya guru berpengaruh terhadap efektifitas
tercapainya tujuan pembelajaran. Guru yang tidak memiliki
kompetensi. kompetensi guru tidak linier dengan tugas
129
Komputer, Infokus, & Speaker Aktif Merupakan Media Efektif Untuk Mencapai Tujuan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064
130
Komputer, Infokus, & Speaker Aktif Merupakan Media Efektif Untuk Mencapai Tujuan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064
131
Komputer, Infokus, & Speaker Aktif Merupakan Media Efektif Untuk Mencapai Tujuan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064
132
Komputer, Infokus, & Speaker Aktif Merupakan Media Efektif Untuk Mencapai Tujuan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064
133
Komputer, Infokus, & Speaker Aktif Merupakan Media Efektif Untuk Mencapai Tujuan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar
Dahlan, S.Pd. NIM: 4103810318064
E. Daftar Pustaka
Susilana, Rudi. Media Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung.
2009.
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Setifikasi Guru. PT Remaja
Rosda Karya. Bandung. 2007.
Arifin, Daeng. Manajemen Pembelajaran Efektif. Pustaka Al
kasyaf. Bandung. 2010.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta. 2011.
134
Komputer, Infokus, & Speaker Aktif Merupakan Media Efektif Untuk Mencapai Tujuan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
Oleh:
Deden Ginanjar, S.Pd
NIM: 4103810318032
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstrak
Pembelajaran yang efektif ini merupakan salah satu faktor yang
dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Hal ini harus
menjadi perhatian guru dalam rangka meningkatkan mutu
pembelajaran, maka dalam tulisan ini akan menguraikan indikator-
indikator yang harus dilaksanakan dalam menciptakan pembelajaran
yang efektif.
Efektif mempunyai beberapa indikator seperti, pengorganisasian
belajar yang baik, komunikasi efektif, dan antuasiasme dalam belajar,
serta sikap positif terhadap hasil belajar siswa yang tepat.
A. Pendahuluan
Pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, dalam rangka mencapai tujuan ini para pakar pendidikan
telah berusaha merumuskan, mempelajari, memperbaiki sistem
135
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
136
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
137
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
138
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
2. Komponen-komponen Pembelajaran
Secara rinci komponen-komponen pembelajaran sebagai
berikut:
a. Tujuan, merupakan komponen yang sangat penting dalam
sistem pembelajaran. Mau dibawa kemana siswa? Apa yang
harus dimiliki oleh siswa? Itu semua tergantung pada proses
pembelajaran.
Secara umum tujuan belajar itu ada tiga jenis.
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
2. Penanaman konsep dalam keterampilan
3. Pembentukan sikap
139
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
140
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
141
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
142
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
143
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
144
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
145
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
146
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
147
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
pemakaian media dan alat audiovisual atau teknik lain untuk menarik
perhatian siswa merupakan suatu karakteristik pembelajaran baik.
Kemampuan komunikasi mencakup:
a. Penyajian yang jelas
b. Kelancaran berbicara
c. Interprestasi gagasan abstrak dengan contoh-contoh
D. Kemampuan wicara yang baik (nada, intonasi, ekspresi dan lain-
lain)
d. Kemampuan untuk mendengar.
Kemampuan berkomunikasi tidak hanya di wujudkan dengan
melalui penjelasan verbal, tetapi dapat juga berupa makalah yang ditulis
secara silabus dan Rencana belajar yang jelas dan mudah dimengerti.
Komunikasi yang efektif itu penting di dalam kelas yang besar, seminar,
diskusi kelompok, bahkan dalam percakapan perorangan. Tentu saja
dalam berbagai situasi itu diperhatikan keterampilan yang berbeda.
Sebagai mana halnya dengan pengorganisasian belajar, penilain atas
kemampuan berkomunikasi ini juga dapat dilakukan dengan baik oleh
para siswa, (1). apakah suara guru cukup jelas di dengar; (2) apakah guru
berkomunikasi dengan penuh percaya diri atau ragu-ragu dan gugup; (3)
apakah guru mampu menjelaskan sesuatu yang abstrak dengan baik dan
menggunakan contoh konkret, dan (4) apakah isi belajar dipahami
dengan baik.
Keahlian komunikasi sangat dibutuhkan dalam menciptakan
pembelajaran yang efektif, yaitu keahlian berbicara, mendengar,
mengatasi hambatan komunikasi verbal , memahami komunikasi non
verbal dari murid dan mampu memecahkan konflik, saat berbicara
dengan murid bahkan dengan orang tua administrator dan yang lainnya.
148
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
149
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
150
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
151
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
152
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
153
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
154
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
adalah bahwa hasil belajar siswa itu harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Belajar adalah suatu proses yang kompleks dan terjadi
pada semua orang serta berlangsung seumur hidup. Karena kompleksnya
masalah belajar, banyak sekali teori yang berusaha menjelaskan
bagaimana proses belajar itu terjadi. Para penganut aliran behavioristik
(keprilakuan) berpendapat bahwa belajar itu terjadi sebagai akibat
adanya pengondisian lingkungan yang diikuti dengan adanya penguatan
(reinforcement). Sedang penganut aliran Gastalt berpendapat bahwa
belajar terjadi karena adanya usaha yang bertujuan, eksploratif,
imajinatif, dan kreatif. Teori belajar keprilakuan berpendapat bahwa
belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, sedang teori
belajar Gastalt menganggap belajar adalah perubahan insigh yaitu
wawasan atau pengertian tentang adanya hubungan atau pemecahan
situasi problematic. Menurut teori Gastalt adanya perubahan itu tidak
harus terlibat dari luar.
Meskipun banyak teori belajar, namun tidak ada kesamaan umum
dalam mendefenisikan belajar. Empat rujukan yang terkandung dalam
defenisi belajar ialah:
1. Adanya perbuhan atau kemampuan baru
2. Perubahan atau kemampuan baru itu tidak berlangsung sesaat,
melainkan menetap dan dapat disimpan.
3. Perubahan atau kemampuan baru itu terjadi karena adanya usaha
4. Perubahan atau kemampuan baru itu tidak hanya timbul karena faktor
pertumbuhan.
Gagne (1985) mengkaji hal belajar yang kompleks dan
menyimpulkan bahwa informasi dasar atau keterampilan sederhana yang
155
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
156
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
D. Penutup
Uraian diatas tentang pembelajaran yang efektif sebagai suatu
usaha guru dalam melaksanakan tugasnya, yang diharapkan
menghasilkan belajar yang bermanfaat dan bertujuan, maka harus
melalui pemakaian prosedur yang tepat.
157
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
Deden Ginanjar, S.Pd. NIM: 4103810318032
DAFTAR PUSTAKA
158
Upaya Guru Dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK
USIA DINI (PAUD) DI KB “MATA CERPIL” KECAMATAN
JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
ABSTRAK
159
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
bermain peran atau praktik langsung lapangan. Kegiatan dilakukan
dalam suasana bermain yang nyaman, aman, bersih, dan sehat. (3)
Penilaian pembelajaran di KB Mata Cerpil dilakukan dengan observasi
setiap saat tidak selama KBM berlangsung sampai selesai
pembelajaran. Melalui pengamatan, pencatatan anekdot, dan
portofolio.
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
menunjang sebuah proses penanaman ilmu pengetahuan apalagi yang
ingin di berikan kepada anak usia dini. Sebuah proses pendidikan
membutuhkan sebuah pemikiran dan sebuah cara yakni berfilsafat dalam
hal memberikan yang terbaik bagi pendidikan demi kemajuan
pendidikan bangsa dan demi tercapainya tujuan pendidikan bagsa yang
jelas tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi
“Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”
Pada hakikatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk
menciptakan generasi yang berkualitas, masyarakat sangat
mengharapkan adanya pendidikan yang memadai untuk putra-putrinya,
terlebih pada saat mereka masih berada dalam tataran usia dini.
PAUD akan menjadi cikal bakal pembentukan karakter bangsa
(nation character building), sebagai titik awal dari pembentukan SDM
berkualitas, yang memiliki wawasan, intelektual, kepribadian, tanggung
jawab, inovatif, kreatif, proaktif, dan partisipatif serta semangat mandiri.
Untuk mencapai SDM berkualitas, pendidikan dimulai dari PAUD. Oleh
karena itu, manajemen PAUD diperlukan, terutama dalam rangka
160
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
meningkatkan layanan pendidikan anak usia dini sehingga bisa
mengembangkan potensinya secara optimal.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengamanatkan dengan tegas perlunya penanganan
pendidikan anak usia dini. Pada pasal 1 butir 14 dikatakan bahwa:
“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enan tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Selanjutnya, pada
pasal 28 dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan
informal. PAUD pada jalur pendidikan nonformal dapat berupa
Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk
satuan PAUD lain yang sederajat. (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat, 2012:1). Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada pengembangan
pembentukan prilaku/pembiasaan meliputi: (1) perkembangan nilai-nilai
agama dan moral, (2) perkembangan sosial emosional dan kemandirian
dan pengembangan kemampuan dasar. Perkembangan kedua meliputi:
(a) perkembangan bahasa, (b) perkembangan kognitif, dan (c)
perkembangan fisik motorik. Kegiatan pengembangan suatu aspek
dilakukan secara terpadu dengan aspek yang lain dengan menggunakan
pendekatan tematik. Kelompok Bermain merupakan salah satu bentuk
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal yang memberikan
layanan pendidikan bagi anak usia 2-6 tahun, untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak agar kelak siap memasuki
161
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
pendidikan lebih lanjut. Pendidikannya mengutamakan kegiatan bermain
sambil belajar. Kelompok bermain menjadi wadah untuk
mengembangkan kreativitas anak dalam suatu kegiatan yang
mengasyikkan. Hadi (2008:1) mengatakan mengenai konsep bermain
sambil belajar seperti berikut. ”Konsep bermain sambil belajar serta
belajar sambil bermain pada PAUD merupakan pondasi yang
mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih
beragam. Kebijakan pemerintah kabupaten akan ikut menentukan nasib
anak serta kualitas anak di masa depan. Masa depan yang berkualitas
tidak datang dengan tiba-tiba. Oleh karena itu, lewat PAUD kita bina
pondasi yang kuat agar di kemudian hari anak bisa berdiri kokoh dan
menjadi sosok manusia yang berkualitas”.
Manajemen PAUD menjadi sangat penting diperhatikan ketika
melihat kenyataan bahwa daya imajinasi, kreativitas, inovatif. dan
proaktif lulusannya, berbeda secara signifikan dengan yang tidak melalui
pendidikan PAUD. Hal ini penting karena era global yang penuh dengan
persaingan dan kesemrawutan (chaos) ini, diperlukan SDM berkualitas
dengan daya saing tinggi agar kita tidak terus menerus tertinggal dengan
negara lain. Untuk itu, perlu dipersiapkan SDM berkualitas melalui
pendidikan berkualitas sejak anak usia dini, serta membenahi dan
meningkatkan manajemen PAUD.
Pengelolaan merupakan pengaturan atau manajemen, dan
pengajaran adalah sebuah proses belajar-mengajar. Jadi, pengelolaan
pengajaran dapat diartikan suatu usaha mengatur atau memanage proses
belajar mengajar agar sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip
pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien.
Membahas menajemen pembelajaran dimulai dengan membahas
162
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
manajemen dulu, baru membahas pembelajaran. Manajemen adalah
usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan sejumlah
kelompok aktivitas. Dalam kegiatan itu manajer atau pimpinan harus
melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, penempatan,
penggerakan (pengarahan) dan pengendalian (TIM, 2011:86). Adapun
pembelajaran adalah proses interaksi anak didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas, 2003:4).
Munurut Mulyasa (2012:256) dalam pengembangan rencana
pembelajaran dinyatakan bahwa perencanaan pembelajaran PAUD
meliputi perencanaan semester, rencana pelaksanaan pembelajaran
mingguan (RPPM), dan rencana pelaksanaan pembelajaran harian
(RPPH).
Berdasarkan pengertian manajemen dan pembelajaran tersebut,
pengelolaan pembelajaran dapat dimaknai sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran
yang dilakukan. Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan
pengelolaan pembelajaran PAUD. Penelitian yang dilakukan oleh Logue
(2007), Early childhood learning standart : tools for promoting social
and academic succes in kinderganten oleh alqozzine, menyatakan bahwa
keberadaan seorang guru yang berkualitas di dalam kelas sangat
membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya, dengan
adanya guru yang berkualitas dapat membimbing siswa dalam
memaksimalkan kualitas pembelajaran siswa tersebut. Audra dan
Neuharth Pritchett (2006) meneliti dengan judul Developmentally
Appropriate Practices in Kindergarten: factors shaping teacher beliefs
and practice. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kegiatan
pembelajaran berpusat pada anak (childreen centered). Pendidik
163
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
bertindak sebagai fasilitator dan evaluator. Dengan demikian, anak dapat
bermain secara aktif dan berinteraksi antarsesama anak dengan penuh
kegembiraan dan suasana yang menyenangkan. Hasil penelitian Dunn,
dkk (2008) yang berjudul “impact of learning-style instructional
strategieson student” menyatakan bahwa gaya pembelajaran, silabi,
dapat mempengaruhi outcomes. Michael S. Duggan, dkk (2009) dalam
penelitiannya menyatakan “ A monitoring and evaluation framework for
transformative change from sustainability programs in secondary
schools”. Dinyatakan bahwa suatu monitoring dan evaluasi atau
penilaian ke arah yang memberi tahu perubahan transformative
program, mengembangkan pendidikan efektif untuk ketahanan prakarsa,
dan meramalkan potensi mereka untuk kesuksesan atau kekurangan.
Jadi, dengan adanya evaluasi atau penilaian dapat mengetahui apakah
kemampuan/perkembangan siswa sudah maksimal atau belum.
Membahas kualitas pembelajaran PAUD tentu tidak terlepas dari
kegiatan utamanya yaitu proses pengelolaan pembelajaran (perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian) yang berlangsung atau dilaksanakan di
lembaga PAUD yang bersangkutan. Proses pengelolaan pembelajaran
yang tepat dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, dapat
sirumuskan masalah dalam penelitian ini, yakni “Bagaimana
pengelolaan pembelajaran pendidikan anak usia dini (PAUD) di KB
Mata Cerpil Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan”. Dengan
permasalahan itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1)
perencanaan pembelajaran PAUD di “Kelompok Bermain Mata Cerpil”
Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan, (2) pelaksanaan
pembelajaran, dan (3) Penilaian pembelajarannya.
164
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Menurut Moleong (2012:4) metodelogi kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan
ini diarahkan pada latar dan individu secara utuh (holistik). Jadi, dalam
penelitian kualitatif tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke
dalam variabel atau hipotesis, tetapi individu dipandang sebagai bagian
dari suatu keutuhan.
Dengan metode ini peneliti melakukan penelitian untuk mencari
data yang bersifat deskriptif kualitatif mengenai bentuk pengelolaan
pembelajaran PAUD di KB Mata Cerpil. Sifat deskriptif kualitatif ini
mengarah pada mutu uraian dan pemahaman data yang dikumpulkan
tentang pengelolaan pembelajaran PAUD di KB Mata Cerpil selama
beberapa bulan.
Desain penelitian ini adalah etnografi. Peneliti melakukan
hubungan langsung dengan subjek penelitian. Etnografi yang dimaksud
adalah etnografi pendidikan. Etnografi pendidikan lebih mengacu pada
sebagian atau keseluruhan proses pendidikan. Sumber data dalam
penelitian ini adalah informan yang terdiri dari pengelola, pendidik dan
siswa di KB Mata Cerpil.
Sumber data juga diperoleh dari data-data prota, promes, RPPM
dan RPPH yang diperoleh dari lembaga KB ketika peneliti melakukan
wawancara dan observasi di lapangan. Kehadiran dan keterlibatan
peneliti di lapangan harus diutamakan dalam penelitian kualitatif, karena
peneliti merupakan instrumen penelitian utama yang harus hadir di
165
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam situasi yang
sesungguhnya (Moleong, 2012:121).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara,
obsevasi, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan model analisis interaktif model Milles dan Huberman
(Rohidi, 1999:20) yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
dan penarikan simpulan.
166
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
Bermain merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan nonformal yang memberikan layanan pendidikan bagi anak
usia 2-6 tahun, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak,
agar kelak siap memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikannya
mengutamakan kegiatan bermain sambil belajar, kelompok bermain
menjadi wadah untuk mengembangkan kreatifitas anak dalam suatu
kegiatan yang mengasikkan. Pola belajar yang diterapakan pada anak
usia dini tidaklah sama dengan pola belajar pada anak usia SD ke atas.
Untuk itu, hal yang perlu diperhatikan oleh penyelenggara program
PAUD adalah pengelolaan pembelajarannya. Pendidikan yang
berkualitas memer-lukan proses pembelajaran yang tepat, karena
pengelolaan pembelajaran merupakan komponen integral dan tidak
dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Tanpa
adanya manajemen atau pengelolaan yang baik, tidak mungkin tujuan
pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efesien.
Membahas kualitas pembelajaran PAUD tentu tak lepas dari kegiatan
utamanya yaitu proses pengelolaan pembelajaran (perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian) yang berlangsung atau dilaksanakan di
lembaga PAUD yang bersangkutan. Proses pengelolaan pembelajaran
yang tepat dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pengelola KB Mata Cerpil menyusun program-program kegiatan yang
akan dilakukan setahun ke depan untuk memenuhi target pencapaian
perkembangan anak kelompok usia 3-4 tahun. Program-program itu
tertuang dalam silabus. Silabus pembelajaran dalam PAUD dituangkan
dalam bentuk perencanaan semester, perencanaan mingguan dan
perencanaan harian/ pertemuan. Perencanaan semester merupakan
program pembelajaran yang dipetakan berisi jaringan tema, lingkup
167
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
pembelajaran, tingkat pencapaian perkembangan, dan indikator yang
ditata secara urut dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk
setiap jaringan tema, dan sebarannya kedalam semester 1 dan 2. Rencana
pelaksanaan pembelajaran mingguan (RPPM) merupakan penjabaran
dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka
mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai
dengan keluasan pembahasan tema dan subtema. Rencana pelaksanaan
pembelajaran harian (RPPH) merupakan penjabaran dari rencana
kegiatan mingguan. RPPH memuat kegiatan-kegiatan pembelajaran,
baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok, maupun klasikal
dalam satu hari. RPPH terdiri atas kegiatan pembukaan, inti dan penutup.
Pembuatan RPPM dan RPPH bertujuan agar para pendidik memiliki
panduan tentang kegiatan apa yang akan dilakukan untuk kegiatan
pembelajaran selama satu pekan. Dalam mengembangkan rencana
pembelajaran, pendidik memperhatian tingkat perkembangan, minat,
kebutuhan dan karakteristik anak didik. Pihak pengelola memahami
tingkat perkembangan anak yang akan dibina. Hal ini dikarenakan anak
usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis,
sosial, maupun moral. Masa kanak-kanak adalah masa pembentukan
pondasi dan masa kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak
selanjutnya, untuk mendapatkan generasi yang mampu mengembangkan
diri secara optimal.
Sekolah berfungsi untuk memberi mereka sarana yang diperlukan
untuk kesuksesan sosial, emosional, fisik dan intelegensi dan untuk
mempersiapkan mental siswa sebelum memasuki tingkat pendidikan
yang lebih tinggi. Adapun perbedaannya adalah bahwa perencanaan
pembelajaran di KB Mata Cerpil dengan mengembangkan program-
168
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
program kegiatan selama setahun untuk memenuhi target pencapaian
perkembangan anak kelompok usia 3-4 tahun yang tertuang dalam
silabus, Silabus pembelajaran dalam PAUD dituangkan dalam bentuk
perencanaan semester, perencanaan mingguan dan perencanaan
harian/pertemuan. Perencanaan itu dilakukan dengan memperhatikan
tingkat perkembangan, kebutuhan, minat dan karakteristik anak didik,
dan aspek-aspek perkembangan meliputi nilai-nilai agama dan moral,
motorik, kognitif, bahasa dan sosial-emosional. Hal ini tidak terdapat
pada penelitian Logue (2007).
169
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
Sementara metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang digunakan
untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya (a)
ceramah, (b) demonstrasi, (c) diskusi, (d) simulasi, (e) laboratorium, (f)
pengalaman lapangan, dan lain sebagainya. Ruang lingkup program
kegiatan kelompok bermain mencakup bidang pengembangan
pembentukan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar
melalui kegiatan bermain dan pembiasaan, dengan aspek-aspek yang
dikembangkan antara lain mencakup: (a) nilai-nilai agama dan moral, (b)
fisik motorik, (c) kogntif, (d) bahasa, dan (e) sosial emosional (Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat, 2012:14).
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini menurut
Permendiknas No 58 Tahun 2009 (DepDiknas, 2009:21) dilakukan
dengan (1) penataan lingkungan bermain, dan (2) pengorganisasian
kegiatan meliputi: (a) pembukaan (b) kegiatan Inti, dan (c) penutup.
Sepanjang anak berada dalam lingkungan lembaga PAUD dari anak
datang sampai pulang merupakan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran mencakup bidang pengembangan kemampuan perilaku
dan pengembangan kemampuan dasar. Pengembangan dua bidang
tersebut dilakukan melalui kegiatan bermain baik di dalam maupun di
luar ruangan serta kegiatan pembiasaan. Kegiatan pembiasaan untuk
mengembangkan karakter dilakukan melalui pembiasaan yang
mencakup nilai-nilai agama dan moral, sopan santun, disiplin, dan lain-
lain. Perkembangan pembiasaan dilakukan sejak anak datang, saat
bermain, saat transisi, hingga anak pulang. KB Mata Cerpil dalam
170
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
pelaksanaan pembelajaran diaplikasikan dengan model pembelajaran
Sentra Aktif yang berisi berbagai variasi kegiatan bermain seraya belajar
yang merupakan ciri dari kelas berpusat pada anak (child oriented).
Pelaksanaan pembelajaran di KB Mata Cerpil di mulai dengan: (a)
happy morning, (b) kegiatan pembiasaan, (c) transisi, (d) pijakan
lingkungan, (e) pijakan sebelum main, (f) pijakan selama main, (g)
pijakan setelah main, (h) pengenalan sholat, (i) hapalan surat-surat
pendek, do’a-do’a pendek serta hadist dan (i) penutup. Happy morning
adalah kegiatan penyambutan anak didik. Anak anak diantar ke tempat
penyimpanan tas, kemudian diantar ke tempat pengenalan Iqra’/huruf
hijaiyah, secara face to face atau anak per anak dibimbing baca Iqra oleh
guru. Kegiatan pembiasaan berupa ucapan salam, selamat pagi, berdoa,
hapalan surat-surat pendek dan pengenalan serta praktek shalat biasa
dilaksnakan di akhir. Transisi dilakukan untuk memberikan jeda bagi
anak yang ingin minum, toilet training, dan istirahat sejenak.
Pijakan lingkungan merupakan kegiatan menyiapkan papan tulis,
penghapus, spidol, buku cerita, kartu gambar, kartu kata dan media yang
lainnya yang dibutuhkan untuk pembelajaran hari itu. Pijakan sebelum
main dilakukan dengan mengajak anak duduk melingkar, menyapa, dan
mengabsen anak didik, menulis hari, tanggal, bulan, tahun, bercerita
tentang kegiatan yang akan dilaksankan, membuat aturan main dan
mengetahui minat anak. Pijakan selama main dilakukan dengan
memberikan kesempatan pada anak untuk bermain, mengamati
temannya bermain setiap anak, memperkuat dan memperluas bahasa
anak melalui pertanyaan dan diskusi. Selain itu, pijakan selama main
juga dilakukan dengan mendukung anak untuk menggunakan bahan
bermain, memotivasi anak dalam melaksanakan kegiatan, mencatat
171
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
kegiatan bermain anak dalam pengamatan, dan observasi yang merujuk
pada indikator.
Pijakan setelah main dilakuakan dengan memberitahukan sisa
waktu untuk bermain pada anak, sebelum mengajak anak untuk
membereskan merapikan alat main, kembali duduk melingkar. Recalling
menanyakan perasaan anak selama bermain hari ini dan memberi waktu
kepada anak menceritakan pangalaman mainnya. Selain itu, anak diajak
anak untuk melakukan peregangan dengan bernyanyi dan gerakan-
gerakan sederhana dan mengajak anak untuk membereskan dan
merapikan alat bermain. Pengenalan Sholat dilakukan setelah selesai
pembelajaran sentra. Anak-anak diajak untuk berwudu dan berlatih
sholat berjama’ah dengan imam ibu guru pendidik. Setelah sholat,
dilanjutkan doa bersama untuk kedua orang tua dan doa kebaikan dunia
dan akherat. Selanjutnya, anak-anak belajar untuk merapikan alat-alat
sholat bersama dengan guru pendidik. Penutup Setelah selesai seluruh
rangkaian kegiatan anak-anak diajak doa penutup belajar sebagai tanda
pembelajaran telah selesai. Selanjutnya, doa mau makan. Doa itu dibaca
pada saat anak-anak akan makan. Sebelum pulang mereka mendapatkan
makan siang dari lembaga KB Mata Cerpil. Setelah selesai makan siang,
baru anak-anak diperbolehkan pulang. Sebelum pulang mereka berjabat
tangan dengan guru pendidik satu per satu.
Dalam pelaksanaan pembelajaran KB Mata Cerpil mengacu pada
prinsip belajar sambil bermain. Pengelola KB Mata Cerpil menyadari
bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi
anak dan mengandung makna edukatif. Kegiatan dilakukan dalam
suasana bermain yang nyaman, aman, bersih, dan sehat. Setiap kelompok
belajar terdiri atas 10-15 anak dengan satu orang guru pendidik. Sekolah
172
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
masuk selama 5 hari dalam seminggu dari hari senin-jum’at. Pelaksanaan
pembelajarannya menggunakan beberapa sentra kegiatan bermain antara
lain sentra persiapan, sentra balok, sentra alam, sentra seni dan sentra
olah tubuh. Kegiatan bermain di sentra-sentra tersebut mempunyai
tujuan masing-masing, yang secara umum agar setelah melakukan
kegiatan tersebut anak dapat memperoleh pengalaman yang dapat
mereka terapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Setiap kegiatan sentra di KB Mata Cerpil bertujuan agar anak
memperoleh kecerdasan jamak (multiple intelligences) yang diharapkan
dapat berguna bagi kehidupan anak. KB Mata Cerpil telah menggunakan
metode pembelajaran yang sinergis, dengan strategi belajar sambil
bermain atau bermain sambil belajar, yang di kenal dengan nama
Pembelajaran Sentra atau Beyond Center and Circle Time (BBCT).
Konsep belajar yang diterapkan dalam metode Sentra menghadirkan
dunia nyata di dalam kelompok dan mendorong anak didik untuk
membuat hubungan antara pengetahuan, pengalaman dan penerapan
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian, otak anak
dirangsang untuk terus berfikir secara aktif dalam menggali
pengalamannya sendiri, sehingga materi pelajaran yang diterima anak
dapat berguna dalam jangka panjang. Dalam pelaksanaan pembelajaran
di sentra-sentra tersebut, ketika anak belajar sambil bermain, pendidik
selain menggunakan metode BCCT, juga menggunakan metode lain
seperti tanya jawab, cerita, bermain peran atau praktik langsung seperti
rekreasi atau berenang. Rekreasi dilakukan pada saat-saat tertentu untuk
menumbuhkan kecintaan anak pada lingkungan sambil belajar biasanya
dilaksanakan pada waktu jeda tengah semester. Waktu rekreasi
disesuaikan dengan tema pembelajaran sehingga lokasi kunjungan
173
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
mendukung tema. Misalnya, ketika tema pembelajaran tentang binatang,
anak-anak diajak mengunjungi kebun binatang.
Penelitian ini ada hubungannya dengan Penelitian Dunn, dkk.
(2008) mengenai pentingnya penggunaan metode pembelajaran dalam
kegiatan belajar mengajar dan penelitian tentang peranan guru dalam
pembelajaran yang dilakukan oleh Alqozzine dan Quen (2007). Dari
penelitian Dunn, dkk. dan Alqozzine dan Quen di atas terdapat
persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Persamaannya adalah dalam pelaksanaan pembelajaran,
pendidik yang berkualitas, gaya pembelajaran atau metode, dan silabi
dapat mempengaruhi outcomes. Perbedaannya adalah adanya spesifikasi
dalam pelaksanaan pembelajaran di KB Mata Cerpil, yakni dengan
metode bermain sambil belajar melalui pembelajaran kelas sentra dengan
pendekatan Beyond Center and Circle Time (BCCT) dengan jumlah
siswa antara 10-15 anak dan setiap kelompok sentra dengan seorang guru
pendidik. Metode yang digunakan Pendidik adalah bermain sambil
belajar dengan pendekatan BCCT, dan metode tanya-jawab, cerita,
bermain peran atau praktek langsung lapangan. Konsep belajar seperti
itu difokuskan agar guru sebagai pendidik dapat menghadirkan dunia
nyata di dalam kelompok sentra dan mendorong anak didik membuat
hubungan antara pengetahuan, pengalaman, dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
174
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
proses pembelajaran dan instrumen proses hasil belajar dengan model
bermain di PAUD disesuaikan dengan indikator pencapaian
perkembangan anak dan mengacu pada standar penilaian.
Teknik penilaian dilakukan melalui pengamatan, penugasan, unjuk
kerja, pencatatan anekdot, percakapan/dialog, laporan orang tua,
dokumentasi hasil karya anak (portofolio), serta deskripsi profil anak.
Lingkup penilaian mencakup seluruh tingkat pencapaian perkembangan
dan pertumbuhan anak. Waktu pelaksanaan penilaian sebenarnya dapat
dilakukan sejak anak masuk, selama proses pembelajaran berlangsung,
dan hasilnya diberikan kepada orang tua siswa saat akhir semester dalam
satu tahun berjalan.
Pendidik tidak harus secara khusus membuat kegiatan seperti tes
dan ujian untuk menilai anak didik. Laporan perkembangan anak
disampaikan kepada orang tua dalam bentuk laporan lisan dan tertulis
secara bijak, disertai saran-saran yang dapat dilakukan orang tua di
rumah (Depdiknas 58 tahun 2009 : 28 ). Pelaporan yang diberikan
kepada orang tua meliputi semua aspek perkembangan anak. Pelaporan
ini dimaksudkan agar orangtua dapat mengetahui perkembangan
anaknya selama belajar di lembaga kelompok bermain. Pelaporan yang
diberikan kepada orang tua dalam bentuk buku laporan perkembangan
anak. Penilaian pembelajaran di KB Mata Cerpil dilakukan untuk
mengetahui tingkat pencapaian perkembangan anak didik di lembaga.
Teknik penilaian pembelajaran yang dilakukan KB Mata Cerpil dengan
3 jenis yaitu melalui pengamatan/observasi, portofolio dan Pencatatan
anekdot. KB Mata Cerpil melakukan pengamatan terhadap aktivitas anak
sehari-hari mulai masuk sampai pulang.
175
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
Hasil pengamatan tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat
perkembangan anak didik. Dalam pencatanan anekdot hal-hal yang
dicatat meliputi seluruh aktivitas anak yang positif dan negatif. Para
pendidik mencatat setiap perkembangan kemampuan anak dalam hal
agama dan moral, motorik kasar, motorik halus, berbahasa, sosial, dan
sosial-emosional, kognitif dan seni anak. Pencatatan kegiatan tersebut
dilakukan oleh tenaga pendidik dengan melihat hasil karya anak dan
catatan harian mereka. Portofolio merupakan penilaian yang didasarkan
pada kumpulan hasil unjuk kerja anak yang dapat menggambarkan
sejauh mana keterampilan anak berkembang.
Pelaksanaan penilaian dengan menggunakan poprtofolio
dilakukan dengan hasil belajar anak yang berupa penugasan dan unjuk
kerja. Penilaian yang dilakukan oleh guru pendidik bertujuan untuk
mengetahui perkembangan kemampuan anak dalam menangkap materi
pembelajaran sehingga dapat di ketahui perkembangan anak. Adanya
penilaian yang dilakukan oleh pendidik dapat mengetahui peningkatan
kualitas anak dalam pembelajaran. Perbedaannya adalah adanya
kekhususan penilaian pembelajaran yang dilakukan di KB Mata Cerpil
yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian perkembangan
anak didik melalui pengamatan, pencatatan anekdot dan portofolio.
Penilaian pembelajaran dilaksanakan setiap waktu tidak hanya saat anak-
anak bermain di sentra, tetapi mulai dari penyambutan anak sampai
pembelajaran selesai yang tercatat dalam lembar penilaian.
D. Simpulan
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan yang
berupaya memberikan pembinaan kepada anak usia dini dengan
176
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
menggunakan cara bermain sambil belajar dengan tujuan dapat
merangsang perkembangan anak sehingga anak usia dini siap untuk
malnjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. PAUD sangatlah
berperan penting dalam kesuksesan anak di masa mendatang karena
merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan
pembelajaran di KB Mata Cerpil diawali dengan mengembangkan
program-program kegiatan selama setahun untuk memenuhi target
pencapaian perkembangan anak kelompok usia 3 - 4 tahun yang tertuang
dalam silabus. Silabus pembelajaran PAUD dituangkan dalam bentuk
perencanaan semester, perencanaan mingguan dan perencanaan
harian/pertemuan.
Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang
dipetakan berisi jaringan tema, lingkup pembelajaran, tingkat
pencapaian perkembangan, dan indikator yang ditata secara urut dan
sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema,
dan sebarannya ke dalam semester 1 dan 2. Pelaksanaan Pembelajaran di
KB Mata Cerpil dimulai dengan (a) happy morning, (b) kegiatan
pembiasaan, (c) transisi, (d) pijakan lingkungan, (e) pijakan sebelum
main, (f) pijakan selama main, (g) pijakan setelah main, (h) pengenalan
salat, dan (i) penutup.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode bermain sambil
belajar melalui pembelajaran kelas sentra dengan pendekatan Beyond
Center and Circle Time (BCCT). Jumlah siswa antara 10-15 anak setiap
kelompok sentra dengan seorang guru pendidik dan didampingi satu
orang pengasuh. Strategi yang digunakan pendidik adalah bermain
177
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
sambil belajar dengan pendekatan BCCT, dan metode tanya jawab,
cerita, bermain peran atau praktik langsung lapangan.
Penilaian pembelajaran di KB Mata Cerpil dilakukan dengan
observasi setiap saat tidak hanya pada saat anak-anak bermain di sentra,
tetapi mulai dari happy morning, selama KBM berlangsung sampai
selesai pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui tingkat pencapaian
perkembangan anak didik melalui pengamatan, pencatatan anekdot, dan
portofolio. Penilaian pembelajaran dilaksanakan setiap waktu tidak
hanya saat anak-anak bermain di sentra, tetapi mulai dari penyambutan
anak sampai pembelajaran selesai yang tercatat dalam lembar penilaian.
178
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
DAFTAR PUSTAKA
179
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
DewiKomalasari,S.Pd NIM : 4103810318013
Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi
Anak Usia Dini TK/RA & Anak Kelas Awal SD/MI. Jakarta:
Kencana.
Yuliani, N.S. (2011). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta
: PT. Indeks.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. (2009). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
180
Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kb “Mata Cerpil” Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan
Diah Sabariah NIM : 4103810318015
Diah Sabariah
NIM : 4103810318015
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan
model pembelajaran kelompok di TK Plus Al-Muhajirin Kabupaten
Bandung yang berhubungan dengan settingan kelas, pelaksanaan model
pembelajaran kelompok, dan proses pelaksanaan. Jenis penelitian ini
bersifat deskriptif melalui pendekatan Kualitatif. Hasil penelitian dari
angket menunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran kelompok
di TK Plus Al-Muhajirin Kabupaten Bandung sudah menerapkan
pelaksanaan model pembelajaran kelompok dengan baik. settingan
kelas terlihat bahwa sebagian besar sudah memadai untuk
pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. persiapan mengajar
sebagian besar guru melaksanakan pembelajaran kelompok sudah
menggunakan kurikulum terbaru (K13), menggunakan standar
kurikulum, Program tahunan dan semester, RPPM dan RPPH. proses
pelaksanaan terlihat guru juga sudah melaksanakan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran yang utama, yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan penutup. Dari hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi yang dapat
dipergunakan sebagai bahan acuan bagi sekolah yang menggunakan
model pembelajaran kelompok.
PENDAHULUAN
Pendidikan ditingkat taman kanak-kanak merupakan salah satu
bentuk pendidikan anak usia dini, yaitu anak yang berumur 0 – 6 tahun.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyebutkan bahwa pendidikan
181
Model Pembelajaran Kelompok Di Taman Kanak-Kanak Plus Al-Muhajirin Kabupaten Bandung
Diah Sabariah NIM : 4103810318015
182
Model Pembelajaran Kelompok Di Taman Kanak-Kanak Plus Al-Muhajirin Kabupaten Bandung
Diah Sabariah NIM : 4103810318015
183
Model Pembelajaran Kelompok Di Taman Kanak-Kanak Plus Al-Muhajirin Kabupaten Bandung
Diah Sabariah NIM : 4103810318015
KAJIAN TEORI
Menurut Mulyasa dalam Suyadi dan Dahlia (2014 : 44) model
pembelajaran kelompok (cooperative learning) merupakan model
pembelajaran di mana anak didik dibagi dalam beberapa kelompok
dengan kegiatan yang berbeda-beda. Strategi pelaksanaan model
pembelajaran kelompok ini dibagi dalam 3 tahapan, yaitu pengelolaan
kelas, langkah-langkah kegiatan, dan penilaian.
Menurut Isjoni dalam Asmani (2016 : 37) Kata cooperative
berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama, yaitu dengan saling
membantu satu sama lain sebagi sebuah tim. Jadi, pembelajaran
kooperatif dapat diartikan sebagai belajar bersama-sama, saling
membantu antara satu dengan yang lain, dan memastikan bahwa setiap
orang dalam kelompok mampu mencapai tujuan atau menyelesaikan
tugas yang telah ditentukan.
Menurut Suyadi dan Dahlia (2014 : 45) Model Pembelajaran
dengan Pendekatan Kelompok, Pembelajaran berdasarkan kelompok
dengan kegiatan pengaman, adalah pola pembelajaran dimana anak-anak
dibagi menjadi beberapa kelompok, biasanya anak dibagi menjadi (tiga)
kelompok dan masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang
berbeda-beda. Dalam satu kali pertemuan, anak harus menyelesaikan 2-
3 kegiatan dalam kelompok secara bergantian dengan tuntas.
Apabila dalam pergantian kelompok, terdapat anak-anak yang
sudah menyelesaikan tugasnya lebih cepat dari pada temannya, maka
anak tersebut dapat menentukan kegiatan lain sejauh kelompok lain
tersedia tempat. Namun apabila tidak tersedia tempat, maka anak
tersebut dapat bermain pada tempat tertentu di dalam kelas yang telah
disediakan guru yang disebut dengan kegiatan pengaman. Pada kegiatan
184
Model Pembelajaran Kelompok Di Taman Kanak-Kanak Plus Al-Muhajirin Kabupaten Bandung
Diah Sabariah NIM : 4103810318015
185
Model Pembelajaran Kelompok Di Taman Kanak-Kanak Plus Al-Muhajirin Kabupaten Bandung
Diah Sabariah NIM : 4103810318015
186
Model Pembelajaran Kelompok Di Taman Kanak-Kanak Plus Al-Muhajirin Kabupaten Bandung
Diah Sabariah NIM : 4103810318015
187
Model Pembelajaran Kelompok Di Taman Kanak-Kanak Plus Al-Muhajirin Kabupaten Bandung
Diah Sabariah NIM : 4103810318015
kelompok secara klasikal. Pada kegiatan inti dalam satu kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok.
Pendidik bersama anak dapat memberi nama masing-masing
kelompok. Anak diberi kebebasan untuk memilih kegiatan yang ada
pada kelompok yang diminatinya dan tempat yang disediakan. Semua
anak hendaknya secara bergantian mengikuti kegiatan-kegiatan yang
direncanakan oleh pendidik. Setelah anak dapat mengikuti secara teratur,
maka anak boleh memilih kegiatan sendiri dengan tertib.
Anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya lebih cepat dari pada
temannya dapat meneruskan kegiatan di kelompok lain. Jika tidak
tersedia tempat, anak tersebut dapat melakukan kegiatan di kegiatan
pengaman. Fungsi kegiatan pengaman adalah:
a. Sebagai tempat kegiatan anak yang telah menyelesaikan tugasnya
lebih cepat sehingga tidak mengganggu teman lain.
b. Untuk memotivasi anak agar cepat menyelesaikan tugasnya.
c. Untuk mengembangkan aspek emosional, sosial, kemandirian,
kerjasama dan kreativitas anak.
d. Sebagai alat peraga
Kemudian dilanjutkan dengan istirahat/makan Kegiatan ini kadang-
kadang dapat digunakan untuk mengisi indikator/kemampuan yang
hendak dicapai yang berkaitan dengan kegiatan makan, misalnya tata
tertib makan, jenis makanan bergizi, rasa sosial dan kerjasama. Setelah
kegiatan makan selesai, waktu yang tersedia dapat digunakan untuk
bermain dengan alat permainan di luar kelas yang bertujuan
mengembangkan fisik/motorik.
Kegiatan terakhir adalah penutup. Kegiatan yang dilaksanakan pada
kegiatan penutup bersifat menenangkan anak dan diberikan secara
188
Model Pembelajaran Kelompok Di Taman Kanak-Kanak Plus Al-Muhajirin Kabupaten Bandung
Diah Sabariah NIM : 4103810318015
C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Menurut
Arikunto (2013:3) menyatakan bahwa istilah deskriptif berasal dari
bahasa inggris to describe yang berarti memaparkan atau
menggambarkan suatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa,
kegiatan dan lain-lain.Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.
Sumber data menurut Riduwan (2013:69) di bagi menjadi 2 yaitu
Sumber data primer yang dihimpun langsung oleh peneliti (langsung ke
subjek), dan sumber data sekunder yang diambil melalui tangan kedua
(melalui laporan, ataupun berkas-berkas serta pendokumentasian).
D. PEMBAHASAN
Kemampuan belajar anak dilembaga pendidikan khususnya di
lembaga RA atau PAUD perlu di siapkan dengan lebih seksama melalui
layanan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak dan
penilaian yang efektif. Pembelajaran dan penilaian yang efektif adalah
pembelajaran dan penilaian yang terus menerus dilakukan secara
optimal. Hal ini sesuai dengan perkembangan anak yang bersifat
dinamis. Untuk selanjutnya hasil pembelajaran dan penilaian akan
menjadi rujukan bagi pengembangan perencanaan pembelajaran
selanjutnya, dengan demikian pembelajaran menjadi suatu sikius utuh
189
Model Pembelajaran Kelompok Di Taman Kanak-Kanak Plus Al-Muhajirin Kabupaten Bandung
Diah Sabariah NIM : 4103810318015
190
Model Pembelajaran Kelompok Di Taman Kanak-Kanak Plus Al-Muhajirin Kabupaten Bandung
Diah Sabariah NIM : 4103810318015
191
Model Pembelajaran Kelompok Di Taman Kanak-Kanak Plus Al-Muhajirin Kabupaten Bandung
Diah Sabariah NIM : 4103810318015
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh
maka saran penelitian pada akhir penulisan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Sekolah diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi
yang dapat dipergunakan sebagai bahan acuan bagi sekolah yang
menggunakan model pembelajaran kelompok.
b. Pendidik atau guru diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan dan informasi yang dapat dijadikan sebagai pedoman
192
Model Pembelajaran Kelompok Di Taman Kanak-Kanak Plus Al-Muhajirin Kabupaten Bandung
Diah Sabariah NIM : 4103810318015
193
Model Pembelajaran Kelompok Di Taman Kanak-Kanak Plus Al-Muhajirin Kabupaten Bandung
Diah Sabariah NIM : 4103810318015
DAFTAR PUSTAKA
194
Model Pembelajaran Kelompok Di Taman Kanak-Kanak Plus Al-Muhajirin Kabupaten Bandung
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
Faizal Abdi
NIM : 4103810318002
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
ABSTRAK
Komponen pendidikan yang selama ini sangat mempengaruhi
proses pendidikan adalah pendidik atau guru, sebab guru merupakan
ujung tombak yang berhubungan dengan siswa sebagai subjek dan objek
belajar. Oleh sebab itu, proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah
menuntut guru untuk dapat membina, membimbing dan mengarahkan
siswa kearah yang dicitacitakan. Selama ini pembelajaran di Sekolah
Menengah Kejuruan cenderung berpusat pada guru (teacher centered),
pembelajaran ini kurang mengena atau siswa kurang paham tentang
pembelajarannya..
Mengajar merupakan aktivitas intensional yakni suatu aktivitas
yang menimbulkan belajar. Guru mendeskripsikan, menerangkan,
memberi pertanyaan dan mengevaluasi. Salah satu tugas pokok guru
adalah menjadikan siswa mengetahui atau melakukan hal-hal dalam
suatu cara yang formal. Untuk itu berbagai metode perlu dikembangkan
oleh guru agar mampu mengakomodasi siswa dalam belajar dan
mengembangkan potensi pada diri siswa. Penggunaan metode yang
tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Di Sekolah Menegah Kejuruan pembelajaran berbasis proyek
adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membuat kerja proyek sesuai dengan kompetensi belajarnya,
dalam meningkatkan praktik otomotif pembelajaran berbasis proyek
siswa membuat desain dan hasil kerjanya.
195
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
A. PENDAHULUAN
Permasalahan pembelajaran merupakan permasalahan yang
belum terpecahkan sejalan dengan kompleksitas perubahan
lingkungan, baik dalam sisi perencanaan, pelaksanaan maupun
penilaian. Hal ini menjadi cermin konkret akan kualitas dan kuantitas
guru di Indonesia. Maka harus ada langkah serius untuk membenahi
kualitas guru. Karena nyatanya, tidak sedikit guru yang hari ini tetap
saja menjalankan proses belajar-mengajar dengan pola "top-down".
Guru seolah berada "di atas" dan siswa berada "di bawah", guru
bertindak sebagai subjek dan siswa sebagai objek belajar. Guru
merasa berkuasa untuk "membentuk" siswanya. Ibaratnya, guru
menjadi "teko" dan siswa sebagai "gelas" sehingga siswa berstatus
hanya menerima apapun yang dituangkan guru. Siswa tidak
diajarkan untuk mengeksplorasi kemampuan dirinya. Siswa hanya
bisa disuruh tanpa diajarkan untuk mengenal dirinya lalu mampu
bertahan hidup.
Berbagai pendekatan pembelajaran terus dilakukan baik
melalui penedekatan pembelajaran PjBL, CTL dan TEMATIK. akan
tetapi belum memberikan dampak yang berarti bagi peningkatan
praktik otomotif. Dalam pembelajaran model PjBL menurut Anisa
(2014) memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah,
membutuhkan biaya yang cukup banyak, banyak instruktur yang
merasa nyaman dengan kelas tradisional,dimana instruktur
memegang peran utama di kelas. Banyak peralatan yang harus
disediakan,siswa yang mengalami kelemahan dala percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan, ada keungkinan
siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok. Ketika topik yang
196
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
197
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
B. PEMBAHASAN
Sekolah Menengah Kejuruan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah satuan
pendididkan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan
jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau
bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui
sama/setara SMP/MTs. (UU Nomor 20 Tahun 2013, Pasal 18 ayat
[3]). Pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan menengah
kejuruan dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar
dapat mengisi lapangan kerja dalam bidang tertentu. Sebagaimana
dinyatakan oleh Pavlova (2009) bahwa tradisi dari pendidikan
kejuruan adalah menyiapkan siswa untuk bekerja. Pendidikan dan
pelatihan kejuruan/vokasi adalah pendidikan yang menyiapkan
terbentuknya keterampilan, kecakapan, pemahaman, perilaku, sikap,
kebiasaan kerja, dan apresiasi terhadap pekerjaan-pekerjaan yang
dibutuhkan oleh masyarakat/ dunia usaha/ industri. Apresiasi
terhadap pekerjaan sebagai akibat dari adanya kesadaran bahwa
orang hidup butuh bekerja merupakan bagian pokok dari pendidikan
kejuruan. Pendidikan kejuruan tidak bermakna ketika masyarakat
dan peserta didik tidak mengapresiasi dan memberikan perhatian
terhadap pekerjaan-pekerjaan dan prosedur atau cara kerja yang
benar dan produktif sebagai bagian yang harus dijiwai.
198
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
Project-Based Learning
Suatu pendekatan dinamis bagi pengajaran Sekolah
Menengah Kejuruan di mana para siswa menyelidiki permasalahan
dan tantangan dunia nyata, secara serempak mengembangkan
ketrampilan-keterampilan abad 21 yang di kerjakan secara
kolaborasi dalam kelompok kecil.
199
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
200
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
201
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
202
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
203
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
204
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
205
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
206
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
Praktek Otomotif
Untuk membahas Praktek Otomotif diawali dahulu dengan
membahas pengertian Praktek Otomotif itu sendiri. Praktek
adalah merupakan bagian dari mata pelajaran yang ada pada
Sekolah Menengah Kejuruan yang bersifat psikomotorik setelah
siswa mendapat teori. Praktek merupakan pengaplikasian teori
yang telah diterima. Melalui praktek inilah teori tersebut
diterapkan pada keadaan yang sebenarnya. Secara etimologi
praktek otomotif menurut W.J.S Poerwadarminto (2003) ” Praktek
diartikan menjalankan sesuatu yang bersifat ope rasional ”,sedang
Otomotif diartikan sebagai kendaraan atau mesin yang mempunyai
207
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
maksud alat atau gerak ”. arti yang lain Praktek Otomotif adalah
latihan kerja pada bidang otomotif.
Melalui mata pelajaran Praktek Otomotif ini siswa
menerapkan teori yang telah diterima pada keadaan yang
sebenarnya Sehingga dengan adanya praktek ini, siswa dapat
melatih diri jauh sebelumnya dengan melakukan praktek
disekolahan. Dengan ini dapat membantu siswa menyiapkan diri
dalam melaksana kan Praktek Kerja Industri.
Praktek Otomotif ini merupakan salah satu cara untuk
menerapkan teori yang didapat oleh siswa. Karena Praktek Otomotif
ini adalah merupakan wahana untuk menerapkan Teori Otomotif
yang diterima siswa, maka secara langsung atau otomatis praktek
yang dilaksanakan adalah sesuai dengan teori yang telah diterima
sebelumnya, yaitu melaksanakan operasi penanganan secara
manual, pengetahuan otomotif, Tune-up, memelihara perbaikan
kompresor udara dan komponen-komponennya, melakukan
overhoul pendingin dan komponen-komponennya, memelihara
sistem bahan bakar bensin, memperbaiki unit kopling dan
komponen-komponen unit pengoperasian, memelihara transmisi,
memperbaiki sistem rem, memperbaiki sistem kemudi,
memperbaiki system pengapian, dan memperbaiki sistem starter dan
pengisian.
C. SIMPULAN
Penerapan Model Project Based Learning dapat terlaksana
dengan tahapan: (a) pendahuluan yang meliputi diskusi kolaboratif
penentuan topik pembelajaran dan proyek; (b) mengajukan
208
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
209
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
DAFTAR PUSTAKA
210
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
211
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Faizal Abdi NIM : 4103810318002
212
Pendekatan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Praktik Otomotif Di Sekolah
Menengah Kejuruan
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
Oleh :
Firly Ratna Fauzia, S. Pd
NIM. 4103810318007
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
ABSTRAK
Children with deaf condition are children who have hearing impairments
so the result is in the lack of acquisition of their language so they are
often referred to as 'the language poor'. Deaf children get information
80% visually. Classical teaching lectures are certainly not the right
learning model. The CTL (Contextual Teaching Learning) model is one
of the good learning models for deaf children because this learning
provides the learning experience that needed for deaf children according
to the conditions of their special needs.
Key Word : Hearing impairment student, learning, CTL
ABSTRAK
Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu adalah anak-anak yang memiliki
hambatan dalam pendengaran dan mengakibatkan minimnya perolehan
bahasa mereka sehingga mereka sering disebut sebagai ‘si miskin
bahasa’. Anak tunarungu mendapatkan informasi 80% secara visual.
Pengajaran klasikal ceramah tentu bukan model pembelajaran yang
tepat. Model pembelajaran CTL adalah salah satu model pembelajaran
yang baik untuk anak-anak tunarungu karena pembelajaran ini
memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk anak-anak
tunarungu sesuai kondisi kebutuhan khusus mereka.
213
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
PENDAHULUAN
214
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
215
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
216
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
217
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
218
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
219
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
220
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
221
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
222
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
223
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan wawancara bertanya
langsung kepada responden dan observasi untuk mendapatkan informasi
dengan. Subyek penelitian ini adalah siswa tunarungu SLBN 2 Centra
PK – PLK Kota Cimahi yang mengalami hambatan pendengaran
Analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif . Teknik
analisis kualitatif dipakai untuk menganalisis hasil pengamatan
terhadap program Contextual Teaching Learning (CTL) kepada anak-
anak tunarungu.
224
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
PEMBAHASAN
Contextual Teaching Learning (CTL)
Menurut Blanchard yang mengutip dari US Departement of
Education the National School – to – Work Office yang kemudian
dikutip oleh al – Tabany (2015), “Pengajaran dan pembelajaran
kontekstual atau contextual teaching ang learning (CTL) merupakan
suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata, dan memotivasi siswa membuat hubungan
antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja”.
Sedangkan pengertian sistem Pengajaran dan Pembelajaran
Kontekstual menurut Syuaiffurahman (2013), ”Sistem CTL adalah
sebuah proses Pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat
makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam
keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan
budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi
delapan komponen berikut : membuat keterkaitan-keterkaitan yang
bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran
yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, berpikir kritis dan kreatif,
membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar
yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.”
Pembelajaran Kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai
dengan sajian atau tanya jawah lisan yang terkait dengan dunia nyata
kehidupan siswa sehingga manfaat dari materi yang disajikan akan
terasa, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi
kondusif – nyaman dan menyenangkan.
225
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
226
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
4. Inkuiri (Inquiry)
Berkaitan dengan Identifikasi, investigasi, hipotesis,
generalisasi, menemukan. Hal ini merupakan bagian inti dari
kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual bahwa pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat konsep materi, melainkan hasil dari
menemukan sendiri.
5. Konstruktivisme (Contructivism)
Berkaitan dengan membangun pemahaman sendiri,
mengkonstruksi konsep – aturan, analisis – sintesis)
6. Refleksi (Reflection)
Berkaitan dengan review, rangkuman dan tindak lanjut.
7. Penilaian Otentik (Authentic Assesmen)
Berkaitan dengan penilaian selama proses dan sesudah
pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktivitas – usaha siswa,
penilaian portofolio, penilaian objektif dari berbagai aspek dengan
berbagai cara.
Dinyatakan dalam Depdiknas (2002), Pendekatan CTL dapat
diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas
yang bagaimanapun keadaannya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima
bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami
(experiencing), menerapkan (applying), bekerja sama (cooperating) dan
menstransfer (transferring).
227
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
228
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
229
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
230
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
belajar menulis di kartu pos, kartu hari raya dan surat kemudian
dikirim dengan terlebih dahulu membubuhkan perangko dan
dikirim ke alamat anak itu sendiri. Hal ini memberikan
pengalaman menulis yang sangat menyenangkan dan menantang
untuk anak, dibandingkan hanya latihan menulis dengan
menyalin dari papan tulis.
ii. Kantor Polisi, Rumah Sakit dan Sanggar Seni
Tempat-tempat seperti kantor polisi, rumah sakit dan
sanggar seni dapat dijadikan pilihan dalam pembelajaran
mengenalkan profesi pada anak. Anak dapat mengobservasi
berbagai profesi dan aktivitas yang dilaksanakan berdasarkan
profesi tertentu.
iii. Berbelanja ke Pasar Tradisional dan Pasar Modern
Tempat-tempat berbelanja adalah tempat yang baik untuk
mengenalkan secara langsung kepada anak-anak tunarungu
berbagai benda yang selama ini hanya dapat dilihat di buku atau
media video. Contohnya, jika selama ini peserta didik tunarungu
mengenal buah jeruk hanya terbatas pada buah kecil berbentuk
bulat berwarna kuning. Dengan mengunjungi pasar, peserta didik
akan memperoleh wawasan dan pengalaman baru bahwa jeruk
tidak selamanya berwarna kuning, ada yang hijau dan besarnya
bermacam- macam.
iv. Mengunjungi Event tertentu
Mengunjungi event tertentu seperti event olahraga dan
seni dapat memberikan pengalaman baru dan penguatan terhadap
informasi yang telah dimiliki anak sebelumnya.
v. Terminal Bis, Stasiun Kereta Api dan Pelabuhan Udara.
231
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
232
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
SIMPULAN
Peserta didik tunarungu memiliki hambatan terutama dalam
perolehan bahasa sehingga program Contextual Teaching Learning
(CTL) dapat menjadi model pembelajaran yang baik kepada peserta
didik tunarungu karena memberikan banyak pengalaman untuk
menambah dan menguatkan informasi yang mereka butuhkan.
SLBN 2 Centra PKPLK telah mengembangkan model
pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan pelaksanaan
di luar dan di dalam kelas. Pelaksanaannya telah semakin beragam baik
melalui program di luar kelas, mengundang sumber ajar dan program
magang.
SARAN
Model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) yang
telah dikembangkan di SLBN 2 Centra PKPLK Kota Cimahi dapat
menjadi contoh bagi sekolah – sekolah lain yang menyelenggarakan
pendidikan khusus.
Namun tetap harus diperhatikan agar pelaksanaan pembelajaran
Contextual Teaching Learning (CTL) tidak menjadi model pembelajan
mutlak yang dilaksanakan di kelas dan tidak selalu harus dilaksanakan
di luar kelas karena hal ini akan mengakibatkan peserta didik dan orantua
peserta didik tunarungu beranggapan bahwa Contextual Teaching
Learning (CTL) sama dengan study tour atau jalan – jalan.
233
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Firly Ratna Fauzia, S. Pd NIM. 4103810318007
DAFTAR PUSTAKA
234
Pengembangan Model Pembelajaran Ctl Untuk Siswa Tunarungu
Gregorius Genius Waruw, S.S. NIM : 4103810318003
Oleh :
Gregorius Genius Waruwu, S.S
NIM : 4103810318003
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstrak
Esensi sekolah adalah tempat mengstimulus, mengembangkan, dan
mengarahkan berbagai intelegensi peserta didik sehingga tumbuh
secara optimal. Mengoptimalkan pertumbuhan intelegensi peserta didik
tidak terbatas pada kualitas isi bahan ajar dan banyaknya bentuk
kegiatan yang telah rencanakan. Akan tetapi, strategis proses belajar
dan mengajar menjadi salah satu bagian terpenting untuk menentukan
keberhasilan peserta didik memahami isi bahan ajar, baik secara teoritis
dan tahap kemampuan memaknai teori. Oleh sebab itu, strategis
mengajar berbasis mind mapping merupakan salah satu alternatif yang
baik di zaman sekarang sebagai model pembelajaran, sebab
mengakomodasi berbagai dimensi, seperti kerja otak, realitas sosial
atau kehidupan, sistematika bahan ajar yang bersifat ilmiah,
mempermudah peserta didik mengikuti proses belajar, dan terutama
mengoptimalkan merangsa fungsi imajinasi.
Pendahuluan
Pada suatu hari, saya membaca sebuah unggahan seseorang di
media instragram yang mengeluhkan tentang masalah biaya dan kualitas
pendidikan di Indonesia, yang berbunyi; “biaya pendidikan anak di
zaman sekarang sangat mahal hingga bisa mencapai puluhan juta. Akan
235
Strategis Mengajar Berbasis Mind Mapping Untuk Meningkatkan Imajinasi Peserta Didik
Gregorius Genius Waruw, S.S. NIM : 4103810318003
236
Strategis Mengajar Berbasis Mind Mapping Untuk Meningkatkan Imajinasi Peserta Didik
Gregorius Genius Waruw, S.S. NIM : 4103810318003
237
Strategis Mengajar Berbasis Mind Mapping Untuk Meningkatkan Imajinasi Peserta Didik
Gregorius Genius Waruw, S.S. NIM : 4103810318003
akses luar biasa untuk perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam
otak anda yang menakjubkan. Einstein mengatakan bahwa mungkin
anda berpikir bahwa semakin banyak informasi yang anda masukkan ke
dalam kepala, akan semakin sesak kepala anda, dan akan semakin sulit
menarik kembali suatu informasi. Mind map menjungkirbalikkan
pemikiran seperti itu!
1
Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map. Jakarta; PT. Gramedia. 2008., hlm. 04.
2
Ibid., hlm. 04.
238
Strategis Mengajar Berbasis Mind Mapping Untuk Meningkatkan Imajinasi Peserta Didik
Gregorius Genius Waruw, S.S. NIM : 4103810318003
rasional dan sistematis lebih jauh ke depan dengan bantuan imajinasi dan
intuisi. Maka, dibawah ini beberapa fungsi dari kekuatan mind mapping,
yaitu merencanakan, berkomunikasi, menjadi, kreaktif, menghemat
waktu, menyelesaikan masalah, memuaskan perhatian, menyusun dan,
menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan lebih baik, melajar lebih
cepat dan efesien, melihat “gambar keseluruhan”
Kesimpulan
Mind Mapping atau Pemetaan Pikiran adalah suatu metode untuk
memaksimalkan potensi pikiran manusia dengan menggunakan otak
kanan dan otak kiri secara simultan. Metode ini pertama kali dikenalkan
pada tahun 1974 oleh Tony Buzan yaitu seorang ahli pengembangan
potensi manusia dari Inggris.
Mind Mapping dapat pula diartikan sebagai proses memetakan
pikiran untuk menghubungkan konsep permasalahan tertentu dari
cabang sel saraf membentuk kolerasi konsep menuju suatu pemahaman
dan hasilnya dituangkan langsung di atas kertas dengan animasi yang
disukai dan mudah dimengerti oleh pembuatnya. Sehingga, tulisan yang
dihasilkan merupakan gambaran langsung cara kerja koneksi di dalam
otak.
239
Strategis Mengajar Berbasis Mind Mapping Untuk Meningkatkan Imajinasi Peserta Didik
Gregorius Genius Waruw, S.S. NIM : 4103810318003
Daftar Pustaka
Buzan, Tony (2008). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT. Gramedia.
Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo:
Masmedia Buana Pustaka.
240
Strategis Mengajar Berbasis Mind Mapping Untuk Meningkatkan Imajinasi Peserta Didik
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
1. PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah kalam Allah swt yang diturunkan ke hati
Nabi Muhammad SAW dengan perantara wahyu Jibril A.S secara
berangsur angsur dalam bentuk ayat-ayat dan surat-surat selama fase
kerasulan (23tahun), dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri
dengan surah An-Nas,disampaikan secara mutawatir mutlak, sebagai
bukti kemukjizatan ataskebenaran risalah Islam.1
Al-Qur’an adalah kitab terbesar diantara Zabur, Taurat, dan
Injil. Iaturun sebagai mukjizat untuk mempertahankan eksistensi
Islam dan untukmenantang keangkuhan dan kesombongan orang-
orang kafir. Kemunculannya dalam kehidupan manusia adalah
sebagai sumber inspirasi tertinggi dalam menjalani kehidupan dunia.
Al-Qur’an bukanlah kalam manusia, malaikat, jinmaupun iblis,
melainkan kalam Allah. Ia muncul dalam posisi yang sangat
strategis, sebagai penyempurna dan mengungguli wahyu yang lebih
duluditurunkan kepada umat yahudi dan kristen. Ia diturunkan
kepada Nabi Muhammad sebagai salah satu mukjizat, akan diberi
1
Abdul Shabur Syahin, Saat Al-Qur’an Butuh Pembelaan, (Jakarta: Erlangga, 2006),
hal.
2
241
Penerapan Metode Tahfidz
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
2
A. Malik Madaniy & Muhammad Chirzin, Rahasia Al-Qur’an, (Jogjakarta: Darul
hikmah, 2012), hal. 27
3
Muhaimin Zen, Tata Cara/Problematika Menghafal Al-Qur’an dan
PetunjukPetunjuknya, (Jakarta: PT Maha Grafindo, 1985), hal. 5-6
4
Nurul Qomariah dan Mohammad Irsyad, Metode Cepat & Mudah agar Anak Hafal
AlQur’an, (Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2016), hal. 13
242
Penerapan Metode Tahfidz
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
5
Al-Qur’an Al-Karim Watarjamutu Ma’aaniihi Ila Lughoti Al-Indunisiyah: Al-Qur’an
dan terjemahannya, (Medinah Munawwarah: Mujamma’ Al Malik Fadh Li Thiba’ At
Al MushHaf Asy-Syarif, 1418 H), hal. 1
6
Nurul Qomariah dan Mohammad Irsyad, Metode Cepat ..., hal. 14
243
Penerapan Metode Tahfidz
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
mengubah atau mengganti satu kalimat atau satu kata saja, pasti akan
diketahui sebelum semua itu beredar secara luas di tengah
masyarakat Islam.7
Rasulullah saw sangat menganjurkan kepada seluruh
umatnya untuk menghafal Al-Qur’an karena disamping menjaga
kelestariannya, menghafal Al-Qur’an merupakan perbuatan yang
terpuji dan amal yang mulia baik dihadapan manusia, maupun
dihadapan Allah swt. Banyak keutamaan yang diperoleh para
penghafal Al-Qur’an, baik keutamaan di dunia maupun di akhirat
nanti.Hal ini diperjelas dalam hadis Nabi yang mengungkapkan
keutamaan dan keagungan orang yang belajar membaca dan
menghafal AlQur’an.Orang-orang yang mempelajari, membaca atau
menghafal Al-Qur’an merupakan orang-orang pilihan yang memang
ditunjuk oleh Allah untuk menerima warisan kitab suci Al-Qur’an.8
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah
kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang
Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada
yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang
pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu
berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah
karunia yang amat besar. (Q.S. fathir: 32)
Adapun diantara keutamaan-keutamaan para penghafal Al-
Qur’an yaitu mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah,
berpeluang besar untuk menjadi pemimpin, masuk ke dalam
7
Nur Faizin Muhith, Semua Bisa Hafal Al-Qur’an, (Banyuanyar Surakarta: Al-
Qudwah,
2013), hal. 13-14
8
Nurul Qomariah dan Mohammad Irsyad, Metode Cepat ..., hal. 1-2
244
Penerapan Metode Tahfidz
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
9
Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006), hal. 769
10
Zawawie, P-M3 Al-Qur’an Pedoman Membaca..., hal. 71-72
245
Penerapan Metode Tahfidz
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
11
Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,
(Yogyakarta:
TH-Press, 2007), hal. 23
246
Penerapan Metode Tahfidz
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
12
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal. 3
247
Penerapan Metode Tahfidz
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
2. PEMBAHASAN
Metode metenghafal adalah suatu aktivitas menanamkan materi di
dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksi (diingat) kembali
secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal merupakan
proses mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan yang
nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam
sadar. Menghafal juga dikatakan suatu proses mengingat, dimana
seluruh ayat - ayat Al-Qur’an yang sudah dihafal harus diingat kembali
secara sempurna tanpa melihat musḥaf Al-Qur’an. Memori ingatan
merupakan suatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena
hanya dengan ingatan itulah manusia mampu merefleksikan dirinya,
berkomunikasi dan menyatakan pikiran dan perasaan yang berkaitan
dengan pengalaman-pengalamannya.Ingatan juga berfungsi memproses
informasi yang kita terima pada setiap saat, meskipun sebagian besar
informasi yang masuk itu diabaikan saja, karena dianggap tidak begitu
penting atau tidak diperlukan dikemudian hari. Setelah melihat definisi
menghafal Al-Qur’an diatas dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-
Qur’an adalah proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan
kemurnian Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah diluar kepala
agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari
kelupaan baik secara keseluruhan maupun sebagian.13
Menghafal Al-Qur’an adalah suatu proses mengingat di mana
seluruh materi ayat (rincian bagian-bagiannya seperti fonetik, waqaf, dan
lain-lain) harus diingat secara sempurna. Karena itu, seluruh proses
pengingatan terhadap ayat dan bagianbagiannya itu mulai dari proses
13
Sa’dullah, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Quran,(Jakata: Gema Insani 2008), hal.45
248
Penerapan Metode Tahfidz
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
14
Sa’dullah, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Quran,(Jakata: Gema Insani 2008), hal.19
249
Penerapan Metode Tahfidz
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
250
Penerapan Metode Tahfidz
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
251
Penerapan Metode Tahfidz
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
252
Penerapan Metode Tahfidz
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
3. SIMPULAN
Dalam pelaksanaan metode tahfidz ini siswa diketati dalam
menghafalkan dan mereka dilatih untuk disiplin tepat waktu. Agar
mereka tidak malas dan kedisiplinan dapat selalu terpacu dalam diri
masing-masing siswa.
Dalam hukum menghafal Al-Qur’an Para ulama sepakat bahwa
hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah. Apabila diantara
anggota masyarakat ada yang sudah melaksanakannya maka bebaslah
beban anggota masyarakat yang lainnya. Tetapi jika tidak ada sama
sekali, maka berdosalah semuannya
253
Penerapan Metode Tahfidz
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
254
Penerapan Metode Tahfidz
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
DAFTAR PUSTAKA
255
Penerapan Metode Tahfidz
Ida Rosidah, S.Sos. NIM : 4103810318019
3 Syaikh Abdur Rahman bin Abdul Kholik, Kaidah Emas Menghafal Al-
Qur’an, (Jakarta: Asy Syaamil Press & Grafika, 2000), hal. 23-
24116
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an,
(Jogjakarta: Diva Press, 2012), hal. 79-80117
256
Penerapan Metode Tahfidz
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstrak
Jika diamati, seni budaya yang salahsatu unsurnya adalah seni rupa
pada dasarnya merupakan sebuah konsep atau nama untuk salah satu
cabang seni yang bentuknya terdiri atas unsur-unsur rupa yaitu berupa
garis, bidang, bentuk, tekstur, ruang dan warna. Kemudian unsur-unsur
rupa tersebut tersusun menjadi satu dalam sebuah pola tertentu. Bentuk
karya seni rupa merupakan keseluruhan unsur-unsur rupa yang tersusun
dalam sebuah struktur atau komposisi yang bermakna. Lebih jauh dapat
dikatakan bahwa unsur-unsur rupa tersebut bukan sekedar kumpulan
atau akumulasi bagian-bagian yang tidak bermakna. Namun, dibuat
sesuai dengan prinsip tertentu. Makna bentuk karya seni rupa tidak
ditentukan oleh banyak atau sedikitnya unsur-unsur yang
membentuknya, tetapi dari sifat struktur itu sendiri. Dengan kata lain,
kualitas keseluruhan sebuah karya seni lebih penting dari jumlah
bagian-bagiannya. Fakta inilah yang membuat mengapa seni budaya
sebagai karya seni terasa begitu penting dibanding bagian-bagiannya.
Kata kunci : Seni budaya, menanamkan, dan peserta didik.
A. Pendahuluan
Dilihat dari unsur kata yang dimilikinya, seni merupakan suatu
karya yang dibuat atau diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa
sehingga merupakan sesuatu yang elok atau indah. Saking tinggi dan
pentingnya kedudukan seni budaya, maka kebutuhan akan seni
257
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
258
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
259
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
260
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
B. Kajian Pustaka
Berdasarkan hasil kajian dari sejumlah referensi, pada
hakikatnya seni pada mulanya merupakan proses dari manusia, dan
oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Sekarang ini, seni bisa
dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni juga
dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang
mengandung unsur keindahan. Dengan kata lain, seni adalah suatu
cara dari diri kita sendiri untuk mengekspresikan sesuatu, yang
mungkin tidak dapat diungkapkan melalui kata-kata, tapi
diekspresikan dengan musik, lukisan, tarian, dan lain sebagainya
sesuai dengan ciri khasnya. Semua itu sangat tergantung dari mana
261
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
262
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
263
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
264
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
265
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
C. Metodelogi Penelitian
Untuk menggambarkan betapa pentingnya menanamkan seni
budaya sejak dini kepada para peserta didik, penulis menggunakan
metodelogi dengan menerapkan metode deskriptif melalui
pendekatan kualitatif. Terus terang dalam hal ini, penulis bermaksud
mengungkapkan kenyataan yang ada di lapangan.
Terkait hal ini, Surachmad (2005:131) mengatakan, “Metode
deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa
sekarang”. Dalam konteks ini penulis bermaksud memecahkan
masalah yang kini tengah berlangsung, yaitu seperti apakah
pentingnya menanamkan seni budaya sejak dini kepada para peserta
didik di sekolah.
Penelitian ini mengambil lokasi di beberapa sekolah yang ada
di Kota Bandung utamanya di sekolah tempat penulis mengabdi.
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti dalam menentukan sampel
penelitian dilakukan pada saat aktivitas penelitian sedang
berlangsung. Caranya yaitu dengan melihat seperti apakah
pentingnya menanamkan seni budaya sejak dini kepada di sekolah.
Sasaran dari penelitian ini sebenarnya adalah sekolah, siswa, dan
guru, yang termasuk dalam bagian penelitian dan menurut hemat
266
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
267
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
D. Analisis Penelitian
Harus dipahami, sesungguhnya, seni budaya merupakan suatu
kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide dan pemikiran estetika,
termasuk di dalamnya guna mewujudkan kemampuan serta imajinasi
pandangan akan benda, suasana, atau karya sehingga mampu
menimbulkan rasa indah. Itu artinya seni budaya mampu menciptakan
peradaban yang lebih maju. Hal ini sesuai pendapat yang
diungkapkan Harry Sulastianto yang menyebutkan, bahwa seni
budaya merupakan suatu keahlian mengekspresikan ide-ide dan
pemikiran estetika, termasuk mewujudkan kemampuan serta
imajinasi pandangan akan benda, suasana, atau karya yang mampu
menimbulkan rasa indah sehingga menciptakan peradaban yang lebih
maju.
Dilihat dari asal usul katanya, budaya berasal dari dua kata budi
yang berarti akal, pikira atau nalar, serta daya yang mengandung arti
usaha, upaya, atau ikhtiar. Dengan demikian kebudayaan bermakna
segala akal pikiran dalam berupaya atau berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
Sedangkan seni pada awalnya merupakan proses dari manusia,
dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Sekarang ini, seni
bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni
sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-
masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang
menuntunnya atau kerjanya.
268
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
Seni dapat pula disebut sebagai proses dan produk dari memilih
medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan
suatu set niali-nilai yag menentukan apa yang pantas dikirimkan
dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik
kepercayaan, gagasab, sensai, atau perasaan dengan cara seefektif
mungkin untuk medium itu.
Perlu diketauhi dalam pelaksanaannya, seni memiliki beberapa
cabang meliputi :
1. Seni rupa
2. Seni tari/gerak
3. Seni suara/vocal/music
4. Seni sastra
5. Seni teater/drama
Adapun macam-macam seni rupa menurut fungsinya meliputi :
1. Seni rupa murni (fine art) yaitu seni rupa yang diciptakan
tanpa mempertimbangkan kegunannya atau seni bebas (free art),
misalnya seni lukis, seni patung, seni grafika, dll.
2. Seni rupa terapan /pakai (applied art).
Sedangkan untuk seni suara atau music meliputi :
1. Musik klasik
2. Musik jazz
3. Musik pop
4. Musik bosa
5. Musik rock
6. Musik tradisional, dll
Untuk seni tari atau gerak meliputi :
1. Tari klasik
269
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
270
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
271
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
E. Kesimpulan
Pendidikan seni budaya memiliki sifat multilingual,
multidimensional, dan multicultural. Multilingual bermakna
pengembangan kemampuan mengkspresikan diri secara kreatif dngan
berbagai cara dan media seperti rupa, bunyi, gerak, peran, dan
berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan
beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman,
analisis, evaluasi, apresiasi, dan kreasi) dengan cara memadukan
secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika.
Sedangkan sifat multicultural mengandung makna pendidikan
seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi
terhadap beragam budaya Nusantara dan mancanegara. Hal ini
merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang
272
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
273
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
Iim Imron Rosyadi, S.Pd. NIM : 4103810318016
DAFTAR PUSTAKA
274
Pentingnya Menanamkan Seni Budaya Sejak Dini Kepada Peserta Didik
ALTERNATIF METODE PENGEMBANGAN KECERDASAN
EMOSI DAN SPIRITUAL ANAK
Iin Fitriyani,S.Pd
NIM : 4103810318014
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstract
275
Alternatif Metode Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Spiritual Anak
dan memutuskan segala sesuatu dengan tepat dan berdasarkan nilai-nilai
Ikhsan, Iman, dan Islam. Kecerdasan emosi dan kecerdasaran spritual
pada anak perlu dikembangkan sejak usia dini. Hal tersebut disebabkan
oleh munculnya berbagai permasalahan pada saat anak telah menginjak
remaja atau aqil baliqh ketika kecerdasan emosi dan spiritual anak tidak
dikembangkan dengan tepat. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan
dalam mengelola segala dorongan perasaan yang ada pada dirinya,
sedangkan kecerdasan spiritual adalah kemampua seorang individu
untuk mengembangkan diri secara utuh dengan menerapkan nilai-nilai
positif dalam memaknai dan menyelesaikan permasalahan kehidupan.
Permasalahan yang sering muncul ketika anak memasuki remaja antara
lain nongkrong dan bagadang tanpa tujuan yang jelas dan manfaat,
mengonsumsi narkoba, bunuh diri, bolos sekolah, seks bebas,
berperilaku impulsif, dan sebagainya. Permasalahan-permasalahan
tersebut tidak terlepas dari pengalaman emosi dan pengasuhan sejak usia
dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
content analysis. Buku Ari Ginanjar yang berjudul “Rahasia Suskes
Membangkitkan ESQ Power” karya Ary Ginajar Agustian menjadi
sumber data utama penelitian ini. Melalui hasil analisis data ditemukan
bahwa tahapan pembangunan ESQ melalui metode ESQ Way 165 antara
lain: penjernihan emosi, pembangunan mental, ketangguhan pribadi,
ketangguhan sosial. Metode ESQ Way 165 direkomendasikan bagi para
orangtua dan guru sebagai alternatif dalam mengembangkan kecerdasan
emosi dan spiritual anak. Harapannya, dengan dikembangkannya
kecerdasan-kecerdasan tersebut sejak dini dapat membantu anak-anak
tumbuh menjadi manusia sempurna, yaitu sebagai pribadi yang mampu
memaknai permasalahan dan menyelesaikannya secara positif melalui
pengelolaan dorongan perasaan yang baik sesuai ajaran Islam. Dengan
demikian, mereka akan memilik
276
Alternatif Metode Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Spiritual Anak
PENDAHULUAN
Saat ini banyak fenomena yang muncul dari potret kenakalan
remaja. Dimulai dari permasalahan penyimpangan perilaku biasa hingga
mengarah pada perilaku kriminal.
Sebagaimana perilaku pembacokan yang telah dilakukan oleh 3
pelajar SMPN 4 Cikarang Barat akhir tahun 2017 yang lalu (Sindonews,
2017), sehingga tindakan mereka dapat dikategorikan pada perilaku
kriminal.
Perilaku kriminal lainnya oleh remaja di Jawa Tengah dan DI.
Yogyakarta yang belum tuntas adalah klithih (Liputan6.com, 2017).
Permasalahan berikutnya antara lain nongkrong dan bagadang
tanpa tujuan yang jelas dan manfaat, mengonsumsi narkoba, bunuh diri,
bolos sekolah, seks bebas, berperilaku impulsif, dan sebagainya.
Perilaku-perilaku kenakalan remaja tidak terlepas dari pengalaman
emosi serta pola pengasuhan mereka sejak usia kanak-kanak (Nindya &
Margaretha, 2012; Setyowati, 2013; Suryani, 2014).
Permasalahan-permasalahan tersebut, di samping harus
mendapatkan solusi bagi mereka yang telah berada pada usia remaja
tetapi juga perlu ada upaya pencegahan terjadinya kembali kenakalan-
kenalakan remaja di masa mendatang dimulai sejak usia dini. Upaya
pencegahan tersebut dapat dilakukan dimulai dengan mengembangkan
kecerdasan emosi dan kecerdasasan spiritual anak usia dini.
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan yang dimiliki seeorang
untuk mengendalikan dan mengelola segala dorongan perasaan dari
dalam dirinya. Emosi yang stabil menjadikan perilaku seseorang menjadi
baik, sehingga tujuannya dapat tercapai. Dalam memunculkan emosi
277
Alternatif Metode Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Spiritual Anak
yang stabil tersebut, melalui beberapa proses dan tahapan. Tidak semata-
mata lahir dari dalam dirinya (Goleman, 2000).
Adapun macam-macam kecerdasan emosional meliputi,
mengidentifikasi perasaan, mengungkapkan perasaan, menilai intensitas
perasaan, mengelola perasaan, menunda pemuasan, mengendalikan
dorongan hati, mengurangi stres, dan mengontrol tindakan. Kecerdasan-
kecerdasan emosi tersebut dapat dipengaruhi oleh proses komunikasi
dan proses pengasuhan yang dialami oleh anak (Arfiani, 2014; Suryani,
2014).
Dengan demikian, kecerdasan emosi dapat dibangun dari sejak
usia kanak-anak. Kecerdasan spiritual adalah sesuatu yang memberikan
makna dan nilai dari apa yang telah dilakukan. Makna dan nilai diperoleh
berdasarkan keyakinan yang diimaninya. Biasanya untuk memiliki
keimanan tersebut bersumber dari doktrin keyakinan seseorang kepada
sesuatu yang dianggap benar dan menjadi pedoman hidupnya.
Kemampuan spiritual biasanya ditandai dengan kemampuan seseorang
dalam mengendalikan hawa nafsunya karena tidak sesuai dengan nilai-
nilai yang ada dalam keyakinannya.
Pendapat lain menyebutkan bahwa kecerdasan spiritual adalah
landasan dari setiap perbuatan dan tingkah laku seseorang berdasarkan
keimanan yang dimiliki. Dalam hal ini dikatakan bahwa seseorang harus
beriman kepada Allah, karena segala macam perbuatannya berdasarkan
karena Allah (Ginanjar, 2007). Pada prinsipnya, dengan dimilikinya
kecerdasan spiritual maka seorang individu akan senantiasa melakukan
tindakan dan pengambilan keputusan dalam hidupnya didasarkan pada
nilai-nilai yang diimaninya. Di lain pihak, kecerdasan spiritual seorang
278
Alternatif Metode Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Spiritual Anak
siswa dan mahasiswa juga terbukti dapat mempengaruhi prestasi
belajarnya (Tikollah, Triyuwono, & Ludigdo, 2006; Trihandini, 2005).
Berbagai upaya dalam mengembangkan kecerdasan emosi telah
banyak dilakukan, misalnya seperti penerapan metode hypnoteaching di
Satuan PAUD yang diberikan untuk anak usia dini (Luthfiyani,
Herawati, & Rohayati, 2016; Rohmadheny, 2013). Mengembangkan
emosi juga dapat dilakukan melalui permainan dan keteladanan
(Hariastuti & Saman, 2007). Salah satu konsep lain yang dapat
diterapkan sebagai alternatif metode dalam mengembangkan
kecerdasaran emosi dan spiritual anak adalah melalui metode ESQ Way
165 suatu metode yang berdasar
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
content analysis. Buku Ari Ginanjar yang berjudul “Rahasia Suskes
Membangkitkan ESQ Power” karya Ary Ginajar Agustian menjadi
sumber data primer penelitian ini, sedangkan sumber data sekundernya
adalah teori dan hasil penelitian lain sebagai data penunjang. Data yang
diperoleh melalui sumber primer diklasifikaskan sesuai tema yang
menjadi fokus penelitian untuk dilakukan analisis dan dikomparasi
dengan sumber data sekunder, kemudian diinterpretasikan dan diambil
kesimpulan.
279
Alternatif Metode Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Spiritual Anak
Spiritual Quotient (ESQ) adalah nilai-nilai ikhsan, rukun iman dan
rukun Islam. Di samping sebagai petunjuk ibadah bagi umat Islam,
pokok pikiran dalam ketiga nilai tersebut juga memberikan
bimbingan untuk mengenali dan memahami perasaan kita sendiri dan
perasaan orang lain, memotivasi diri, dan mengelola emosi dalam
berhubungan dengan orang lain. Suatu metode membangun emotional
quotient (EQ) yang didasari dengan hubungan antara manusia dengan
Tuhannya (spiritual quotient).
Meskipun kecerdasan emosi dan spiritual berbeda, tetapi
keduanya memiliki muatan yang sama-sama penting untuk dapat
bersinergi antara satu dengan yang lain. Penggabungan dari
kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual dinamakan emotional
spiritual quotient (ESQ). Sebuah penggabungan gagasan kedua energi
yang berguna untuk menyusun metode yang lebih dapat diandalkan
dalam menemukan pengetahuan yang benar dan hakiki. Ary Ginanjar
Agustian mendefinisikan Emotional Spiritual Quotient (ESQ) sebagai
sebuah kecerdasan yang meliputi emosi dan spiritual dengan konsep
universal yang mampu menghantarkan pada predikat memuaskan
bagi dirinya dan orang lain, serta dapat menghambat segala hal yang
kontradiktif terhadap kemajuan umat manusia.
280
Alternatif Metode Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Spiritual Anak
165 menimbulkan kekuatan keimanan dari dalam diri dan hati
seseorang. Gambaran pemetaan dari nilai-nilai ihsan, rukun iman dan
rukun Islam.
Penjernihan Emosi (Zero Mind Proccess) adalah tahapan
pertama dalam pembangunan emotional spiritual quotient (ESQ).
Zero Mind Proccess yang sering dikenal dengan kejernihan hati,
mencoba mendefinisikan beberapa hal yang menjadi sumber
kehancuran manusia dengan tujuh belenggu yang terdapat dalam diri
manusia atau upaya untuk mengenali dan menghapus apa yang
menutupi potensi dalam hati, sehingga spiritual power akan muncul.
Dari sinilah awal kecerdasan spiritual mulai terbangun. Manusia di
sini memiliki nilai yang satu bersifat universal dan ihsan (indah).
Pembangunan mental (Mental Building) adalah tahapan kedua.
Pada tahapan ini, kecerdasan emosi dibangun melalui enam prinsip
yang didasarkan atas rukun iman, yaitu membangun prinsip bintang
sebagai pegangan hidup, memiliki prinsip malaikat sehingga dapat
dipercaya oleh orang lain, memiliki prinsip kepemimpinan,
menyadari pentingnya prinsip pembelajaran, mempunyai prinsip
masa depan, dan mempunyai prinsip keteraturan.
Ketangguhan Pribadi (Personal Strength) merupakan tahap
ketiga. Ketangguhan pribadi adalah ketika seseorang berada pada
posisi telah memiliki pegangan/prinsip hidup yang kokoh dan jelas.
Sehingga seseorang yang memiliki ketangguhan pribadi tidak akan
mudah terpengaruh oleh lingkungan yang terus berubah dengan cepat.
Ketangguhan Sosial (Social Strength) merupakan tahap
keempat. Ketangguhan sosial adalah penyikapan diri terhadap
281
Alternatif Metode Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Spiritual Anak
lingkungan dan masyarakat sekitar. Sikap peduli terhadap sesama dan
peduli terhadap lingkungan alam sekitar.
C. Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Spiritual Anak melalui
metode ESQ Way 165
Berdasarkan karakteristik anak usia dini dan sifat-sifat agama pada
anak diantaranya adalah Unreflectife, Egosentris, Anthropomorphis,
ritualis, imitatif, dan rasa heran (Komarudin, 2003). Maka penanaman
ESQ terhadap anak bisa diterapkan secara bertahap. Semua perilaku
yang dilakukan oleh anak berdasarkan sikap pembiasaan kesehariaanya.
Kemudian seiring dengan perilakunya, maka harus berlandaskan
keyakinan yang harus diimani, dalam hal ini adalah beriman kepada
Allah S.W.T. Ketangguhan pribadi atau Personal Strength dalam buku
Ary Ginanjar disebutkan langkah-langkah yang harus dilakukan, antara
lain: Mission Statement, Character Building, dan Self Controling.
Pada tahap mission statement, syahadat merupakan suatu
pembangunan kesadaran akan satu keyakinan. Syahadat akan
membangun sebuah keyakinan dalam berusaha dan menciptakan suatu
daya pendorong dalam upaya mencapai tujuan, serta akan
membangkitkan keberanian dan optimisme, sekaligus menciptakan
ketenangan batin dalam menjalankan misi hidup. Maka penerapan yang
dilakukan terhadap anak adalah mengajarkan kalimat syahadat kepada
anak dan melakukan sikap pembiasaan islami terhadap anak, sebagai
bentuk penanaman aqidah keyakinan anak kepada Allah. Banayak hal
yang mendorong sikap dan pembiasaan tersebut, diantaranya selalu
bersyahadat, mengucap sholawat, menyebutkan asmaul husna, dan
membaca alqur’an sebelum pembelajaran dimulai.
282
Alternatif Metode Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Spiritual Anak
Berikutnya pada tahap Character Building, shalat menjadi suatu
metode relaksasi untuk menjaga kesadaran diri agar tetap memiliki cara
berpikir yang jernih. Sholat adalah sebuah metode yang dapat
meningkatkan kecerdasan emosi dan spiritual secara terus menerus.
Sholat adalah teknik pembentukan pengalaman yang membangun suatu
paradigma positif.
Nilai-nilai dalam shalat inilah yang akan menjadi jawaban dari
setiap masalah yang timbul dalam kehidupan. Shalat dapat ditanamkan
pada diri anak, namun dalam hal ini shalat dilakukan dengan pembiasaan
sehari-hari terhadap anak. Dengan melakukan pembiasaan shalat, maka
anak akan tau dan terbiasa tentang pelaksanaan shalat dan fungsi shalat.
Kemudian pada tahap Self Controling, senjata yang ampuh dalam
memelihara diri adalah puasa. Puasa adalah suatu metode pelatihan
untuk pengendalian diri. Puasa bertujuan untuk meraih suatu
kemerdekaan sejati, dan pembebasan dari belenggu yang tak terkendali.
Penanaman terhadap anak dapat dilakukan dengan cara peduli terhadap
sesama. Didalam pembelajaran berbasis lingkungan, anak dapat
mengamati perilaku sosial yang diamatinya. Dengan berpuasa, anak
dapat memahami arti kepedulian terhadap sesamanya, merasakan
penderitaan yang dialami oleh masyarakat yang tidak bisa makan secara
teratur, dan melatih diri untuk selalu berhemat.
Berpuasa dimaknai sebagai suatu upaya menahan diri, berlatih
untuk menahan diri terhadap sesuatu yang disukai atau diinginkan.
Menunda kesenangan sesaat untuk dapat menikmatinya di saat yang
lebih tepat. Langkah berpuasa ini bisa dilakukan dengan waktu yang
bertahap durasinya sesuai dengan kemampuan anak.
283
Alternatif Metode Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Spiritual Anak
Berdasarkan langkah-langkah diatas dan melalui pembiasaan yang
telah dilakukan, maka secara bertahap dapat menanamkan nilai-nilai
keimanan terhadap Allah.
Semua kegiatan yang bersumber dari emosional anak, dapat
dilakukan secara tindakan yang positif seiring dengan kecerdasan
spiritual yang dimiliki.
Kegiatan tersebut harus dilakukan sebagai bentuk rutinitas
keseharian dan menjadikan implikasi terhadap kecerdasan emosional
yang lainya. Sehingga kontrol dari kecerdasan emosional tersebut
berdasarkan kecerdasan spiritual yang telah dimilikinya. Perilaku yang
dilakukan bukan semata-mata atas dasar pengetahuan dan pengalaman
saja. Akan tetapi semua perilaku berdasarkan nilai-nilai ketentuan dari
apa yang diyakini dan diimani. Oleh sebab itu ESQ harus ditanamkan
sejak dini sebagai bentuk penyeimbang didalam kehidupan.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil temuan dalam penelitian ini,
diperoleh kesimpulan bahwa Ary Ginanjar Agustian memiliki perspektif
bahwa metode ESQ Way 165: (a) berdasarkan pada nilai-nilai Ikhsan,
Iman, dan Islam; (b) memiliki tahap penerapan berupa penjernihan
emosi, pembangunan mental, ketangguhan pribadi, dan ketangguhan
sosial, dan (c) memiliki tahap untuk pengembangan kecerdasan emosi
dan spiritual pada anak berupa: Mission Statement, Character Building,
dan Self Controling. Dengan demikian, metode ESQ Way 165 ini dapat
direkomendasikan bagi para orangtua dan guru sebagai alternatif dalam
mengembangkan kecerdasan emosi dan spiritual anak. Harapannya,
mereka akan memiliki keterampilan dalam berpikir, memilih, dan
284
Alternatif Metode Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Spiritual Anak
memutuskan segala sesuatu dengan tepat dan berdasarkan nilai-nilai
Ikhsan, Iman, dan Islam.
285
Alternatif Metode Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Spiritual Anak
DAFTAR PUSTAKA
286
Alternatif Metode Pengembangan Kecerdasan Emosi dan Spiritual Anak
KurniaFirdaus NIM : 4103810318012
Oleh :
Kurnia Firdaus
NIM : 4103810318012
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
ABSTRAK
287
Penerapan Konseling Kelompok Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
KurniaFirdaus NIM : 4103810318012
A. Pendahuluan
Tujuan pendidikan berdasarkan Undang-undang RI No. 20
Tahun 2003 yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Tujuan
pendidikan akan tercapai jika siswa berusaha mengoptimalkan dan
mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Pada proses pendidikan
terjadi sebuah pembelajaran yang akan memberikan ilmu pengetahuan
bahkan sampai dengan merubah perilaku. Surya (2007:32) menjelaskan
bahwa pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya, dengan demikian sudah jelas bahwa
dengan mengikuti proses pembelajaran, anak akan mengalami
perubahan perilaku lebih baik dan terarah.
Siswa kelas X Smk Al-Mamun Tanjungkerta Sumedang pada
dasarnya setiap hari melakukan kegiatan yang mendukung terhadap
pencapaian prestasi yang diharapkan yakni mengikuti seluruh rangkaian
kegiatan pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di dalam kelas
dengan metode ceramah sehingga membuat mereka menjadi jenuh.
Siswa dalam kondisi lingkungan seperti apapun harus memiliki motivasi
yang baik dalam belajar agar prestasi belajarnya baik. Pada kenyataanya
di kelas X Smk Al-Mamun Tanjungkerta Sumedang, siswa belum
memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hal itu dibuktikan siswa akan
belajar jika ada PR atau saat ujian.
288
Penerapan Konseling Kelompok Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
KurniaFirdaus NIM : 4103810318012
B. Kajian Pustaka
1. Konseling Kelompok
Konseling merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris
yaitu counseling yang dikaitkan dengan kata counsel, yang artinya
sebagai nasihat, anjuran, pembicaraan (Hastuti, 2006: 25). Akan tetapi
dalam pemahaman lebih mendasar konseling adalah hubungan tatap
muka yang bersifat rahasia penuh dengan sikap penerimaan dan
pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor
mempergunakan kemampuan dan keterampilannya untuk membantu
kliennya mengatasi masalah-masalahnya (Yusuf dan Nurikhsan, 2007:
15).
Konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan
dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika
kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang
berdenyut, yang bergerak, yang berkembang yang ditandai adanya
interaksi antar sesama anggota kelompok. Layanan konseling kelompok
merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana
kelompok.
Satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus, ialah sifat isi
pembicaraan dalam konseling kelompok. Konseling kelompok
menghendaki agar para klien (para peserta) dapat mengungkapkan dan
mengemukakan keadaan diri masing-masing sepenuh-penuhnya dan
KurniaFirdaus NIM : 4103810318012
b. Tahap Permulaan
Tahap ini ditandai dengan dibentuknya struktur kelompok.
Adapun manfaat dari dibentuknya struktur kelompok ini adalah agar
anggota kelompok dapat memahami aturan yang ada dalam kelompok.
KurniaFirdaus NIM : 4103810318012
c. Tahap Transisi
Hal umum yang sering kali muncul pada tahap ini adalah
terjadinya suasana keseimbangan dalam diri masing-masing anggota
kelompok. Konselor diharapkan dapat membuka permasalahan masing-
masing anggota sehingga masalah tersebut dapat bersama-sama
dirumuskan dan diketahui penyebabnya. Walaupun anggota kelompok
mulai terbuka satu sama lain, tetapi dapat pula terjadi kecemasan,
resistensi, konflik dan keengganan anggota kelompok membuka diri.
Oleh karena itu, konselor selaku pimpinan kelompok harus dapat
mengontrol dan menggarahkan anggotanya untuk merasa nyaman dan
menjadikan anggota kelompok sebagai keluarganya sendiri.
d. Tahap Kerja
Prayitno menyebut tahap ini sebagai tahap kegiatan. Tahap ini
dilakukan setelah permasalahan anggota kelompok diketahui
penyebabnya sehingga konselor dapat melakukan langkah selanjutnya
yaitu menyusun rencana tindakan. Pada tahap ini anggota kelompok
diharapkan telah dapat membuka dirinya lebih jauh dan menghilangkan
defesifnya, adanya perilaku modeling yang diperoleh dari mempelajari
tingkah laku baru serta belajar untuk bertanggung jawab pada tindakan
dan tingkah lakunya. Akan tetapi, pada tahap ini juga dapat saja terjadi
KurniaFirdaus NIM : 4103810318012
e. Tahap Akhir
Tahapan ini adalah tahapan dimana anggota kelompok
mulai mencoba perilaku baru yang telah mereka pelajari dan
dapatkan dari kelompok. Umpan balik adalah hal penting yang
sebaiknya dilakukan oleh masing-masing anggota kelompok. Hal
ini dilakukan untuk menilai dan memperbaiki perilaku kelompok
apabila belum sesuai. Oleh karena itu, tahap akhir ini dianggap
sebagai tahap melatih diri klien untuk melakukan perubahan.
Sehubungan dengan pengakhiran kegiatan, Prayitno mengatakan
bahwa kegiatan kelompok harus ditujukan pada pencapaian tujuan yang
ingin dicapai dalam kelompok. Kegiatan kelompok ini biasanya
diperoleh dari pengalaman sesama anggota. Apabila pada tahap ini
terdapat anggota yang memiliki masalah belum dapat terselesaikan pada
tahap ini masalah tersebut harus diselesaikan.
f. Pascakonseling
Jika proses konseling telah berakhir, sebaiknya konselor
menetapkan adanya evaluasi sebagai bentuk tindak lanjut dari konseling
kelompok. Evaluasi bahkan sangat diperlukan apabila terdapat hambatan
dan kendala yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan dan perubahan
perilaku anggota kelompok setelah proses konseling terakhir.
Konselor dapat menyusun rencana baru atau melakukan
perbaikan pada rencana yang telah dibuat sebelumnya. Atau dapat
KurniaFirdaus NIM : 4103810318012
C. Metode Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di kelas X Smk Al-Mamun
Tanjungkerta merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling
(PTBK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Smk Al-Mamun
Tanjungkerta berjumlah 36 orang, terdiri atas 15 laki-laki dan 21
perempuan. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
nontes dengan instrument berupa observasi. Observasi dilakukan
terhadap kegiatan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan
tujuan mengetahui motivasi belajar siswa. Aspek yang diamati meliputi
(1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan,
(4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang menarik
KurniaFirdaus NIM : 4103810318012
3. Menentukan ketuntasan
a. Siswa dinyatakan tuntas jika mencapai atau malampaui Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sebesar 70.
b. Penelitian dihentikan jika semua siswa mencapai KKM yang
ditentukan.
4. Mempersentasekan ketuntasan belajar dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
∑
Persentase Ketuntasan = ∑
100
Keterangan :
c : panjang interval kelas
Xn : nilai tertinggi
X1 : nilai terendah
k : banyak kelas, dalam penelitian ini sebanyak 3 kelas
(tinggi, sedang, dan rendah).
E. Simpulan
KurniaFirdaus NIM : 4103810318012
kondisi yang formal, boleh sambil duduk dengan santai dan dilakukan
di luar ruangan.
c. Bagi Peneliti selanjutnya
1) Penyusunan skala motivasi belajar yang digunakan pada tiap
tindakan dibuat berbeda namun tetap mengacu pada indikator-
indikator yang telah dibuat.
2) Diharapkan dapat menggunakan layanan bimbingan kelompok
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga indikasi
rendahnya motivasi belajar siswa dapat terpecahkan
KurniaFirdaus NIM : 4103810318012
Daftar Pustaka
Dewa Ketut Sukardi. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
304
Penerapan Konseling Kelompok Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
ADMINISTRASI PENDIIDKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
ABSTRAK
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai
karakter peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan,
kesadaran individu, tekad serta kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Allah SWT, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan
kamil. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang khas.
Kegiatannya terangkum dalam “Tri Dharma Pesantren” yaitu: 1)
Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt; 2) Pengembangan keilmuan
yang bermanfaat; dan 3) Pengabdian kepada agama, masyarakat, dan
negara. Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang genuin
dan tertua di Indonesia. Eksistensinya sudah teruji oleh zaman, sehingga
sampai saat ini masih survive dengan berbagai macam dinamikanya.
PEMBAHASAN
Saat ini kita berada pada era global. Arus globalisasi –tentunya-
membawa dampak terhadap pembangunan karakter bangsa dan
masyarakatnya. Globalisasi memunculkan pergeseran nilai. Nilai lama
semakin meredup, yang digeser dengan nilai-nilai baru yang belum tentu
pas dengan nilai-nilai kehidupan di masyarakat.
Sudah tidak diragukan lagi bahwa pesantren memiliki kontribusi nyata
dalam pembangunan pendidikan. Apalagi dilihat secara historis,
305
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
306
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
307
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
308
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
309
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
310
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
hanya Kyai atau Pimpinan Pondok saja akan tetapi Guru dan santri senior
merupan salah satu faktor terbesar dalam membentuk karekter seorang
anak atau santri, karena peran dan fungsi guru dan santri senior yang
didapatkan dari hasil pengarahan, pelatihan, penugasan, pembiasaan,
pengawalan, Uswah hasanah dan Pendekatan yang diberikan Kyai, itu
semua akan menimbukalan loyalitas dan dedikasi untuk memberikan
peran terhadap pembentukan karakter pada Santri.
Untuk membangun loyalitas, kreatifitas dan dedikasi santri /guru
maka perlu diambil langkah-langklah sebagi berikut:pertama, dengan
memberikan penugasan-penugasan. Kedua,selalu mengadakan cek dan
ricek terhadap tugas yang telah diberikan. Ketiga, berusaha terjun
langsung bersama mereka dalam rangka tut wuri handayani dan qudwah
hasanah. Keempat.dengan banyak memberikan pengarahan pengarahan
kepada mereka. Kelima, memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk
berkembang.
Guru dan santri adalah patner yang baik dalam merealisasikan
progran program pondok dan mereka ikut mewarnai milliu pondok. Maka
diperlukan dari mereka loyalitas dan dedikasi yang tinggi.Untuk itu perlu
diambil langkah langkah untuk membangun loyalitas guru dan santri.
Menanamkan kepada mereka bahwa tugas-tugas yang diberikan
kepada mereka bukan sekedar kewajiban. Tetapi harus dihayati dan
dimengerti bahwa itu merupakan sarana pendidikan bagi mereka,
semakin mereka aktif bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya,
akan semakin mendapat banyak manfaat, wawasan, pengalaman dan
ilmu, kematangan serta kedewasaan. Mereka adalah kader-kader ummat
yang kelak akan terjun ke masyarakat dan bukan pesuruh ataupun
311
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
1. Pengarahan
Dalam penanaman pendidikan karakter, pemberian pengarahan
terhadap santri sebelum melaksankan berbagai kegiatan adalah mutlak
dan sangat penting. Dengan pengarahan santri akan diberikan
312
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
2. Pelatihan
Seperti disebutan diatas, bahwa pengarahan saja tidak cukup, santri
harus mendapatkan pelatihan pelatihan hidup sehingga mereka bisa
trampil dalam bersikap dan mensikapi kehidupan ini, memiliki wawasan
yang luas, baik wawasan keilmuan, pemikiran dan pengalaman. Dengan
demikian, santri akan memiliki kepercayaan diri yang lebih sehingga
ruang untuk berprestasi bisa lebih luas dan terus berkembang.
Berbagai macam pelatihan yang diselanggarakan oleh pondok, baik
pelatihan keguruan, organisasi ditingkat asrama sampai tingkat pelajar,
kursus atau club-club seni dan olah raga, sampai tingkatan pelatihan
kepemimpinan, pelatihan pengorbanan, kesabaran, kesederhanan dan
pelatihan hidup bersama.
313
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
3. Penugasan
Seperti diungkapkan sebelumnya penugasan merupakan sarana
pendidikan yang sangat efektif.dengannya, santri akan terlatih, terkendali
314
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
315
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
4. Pembiasaan
Dalam proses pendidikan karakter, belumlah cukup dengan
pengarahan, pelatihan dan penugasan. Maka pembiasaan merupakan
unsur penting dalam pengembangan mental dan karakter santri.
Pendidikan adalah pembiasaaan maka seluruh tata kehidupan di Pondok
Pesantren seringkali diawali denga proses pemaksaan. Sebagaian besar
santri sulit untuk bisa mengikuti disiplin pondok, seperti disiplin pergi
kemasjid, mengapa harus diberikan absen sebelum berangkat kemasjid,
apakah in tidak mengurangi jiwa keikhlasan? Ya pada awalnya akan
tetapi santri lama kelamaan akan terbiasa.
Maka yang diperlukan adalah santri harus terus diarahkan,
difahamkan bahwa disiplin ke masjid adalah disiplin agama yang
dikuatkan oleh disiplin pondok.Bahwa pergi kemasjid adalah kewajiban
yang harus dipertanggung jawabkan kepada Allah, dan pondok juga
memeiliki tanggung jawab untuk mengajak, mengarahkan bahkan
memaksa santri untuk kemasjid. Bukankan Rosulullahpun mengajarkan,
bila seorang anak telah mencapai umur sepuluh tahun, dan dia belum juga
mau sholat, maka pukulah dia. Maka inilah proses yang akan
mengangtarkan santri menjadi terbiasa. Demikian juga seluruh disiplin
yang diberlakukan di pondok.Dalam kaitan ini, tentunya pembiasaan
sebagai hasil dari penugasan masih kurang, perlu ada proses yang lebih
intensif lagi yaitu berupa pengawalan.
5. Pengawalan
Yang dimaksud dengan pengawalan adalah seluruh tugas dan
kegiatan santri selalu mendapatkan bimbingan dan pendampingan,
sehingga seluruh apa yang telah diprogramkan mendapat kontrol,
evaluasi dan langsung bisa diketahui. Pengawalan ini sangat penting
316
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
untuk mendidik dan memotivasi, tidak saja bagi santri, tetapi bagi
pengurus, instruktur bahkan kyai juga ikut terdidik, seperti ungkapan,
bahwa guru sebenarnya tidak saja mengajari muridnya, tetapi dia juga
mengajari dirinya sendiri.
Dengan pengawalan yang ketat, rapi dan rapat, menjadikan seluruh
menjadikan seluruh program dan tugas tugas akan berjalan dengan baik.
Hal ini dimaksud juga untuk proses pengendalian santri dan guru dalam
berdisiplin dan mutu pendidikan. Dari sinilah, seluruh guru akan terlibat
langsung untuk memberi perhatian kepada seluruh santri, karena
perhatian yang baik akan menjadikan santri lebih betah, asyik, dan
menikmati kehidupannya di pondok. Pengawalan dan perhatian
menjadikan proses belajar dan kehidupan santri lebih berhasil.
Dalam kaitan proses pembentukan akhlak, pengawalan tidak
terbatas pada mutu kegiatan akademis aatau aspek kognitif saja, tetapi
lebih dari itu, pengawalan yang dimaksud adalah mengawal mental dan
moral santri. Bila terjadi pelanggaran, maka sedini mungkin akan bisa
dideteksi atau diketahui sebab musabab pelanggaran dan secepat itu akan
diantisipasi.
Maka bisa ditarik kesimpulan, bahwa pengawalan sangat
menetukan keberhasilan tugas dan proses pendidikan. Namun demikian,
pengarahan, pelatihan, penugasan, pembiasaan dan pengawalan yang
baik, belum bisa menjamin keberhasilan dalam membentuk pola
pendidikan karakter.Ia masih sangat ditentukan oleh sejauh mana
tauladan atau uswah hasanah yang selalu diberikan oleh para kyai dan
guru seluruhnya.
6. Uswah Hasanah
317
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
318
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
Demikian juga dalam hal ibadah maupun berpakaian, Kyai dan guru tidak
hanya menyuruh tapi dia harus tampil sebagai contoh yang baik sehingga
dapat memberikan kesan yang positif dihati santri sepanjang hidup
mereka.
Enam metode penanaman akhlak tersebut belum mencukupi bila
tidak disertai dengan pendekatan-pendekatan. Ada tiga macam
pendekatan, yaitu pertama, Pendekatan Manusiawi, Yaitu mendekatan
secara fisik dengan cara memanusiakan santri, bahwa santri adalah calon
pemimpin yang harus disikapi dan dipersiapkan untuk menjadi
pemimpin. Mengapa harus dekat secara fisik? Hal ini menjadi sangat
penting, karena proses pengkaderan bisa dilakukan apabila secara fisik
dekat. Bagaimana akan bisa diketahui pola fikir, sikap dan prilaku kader,
bila tidak bersentuhan langsung.
Dengan sentuhan langsung, sesorang bisa dinilai, diarahkan dan
dievaluasi.Sebagai misal, penampilan seorang santri hendaknya prima,
sehat dan bersih. Cara bicaranyapun harus tertata baik, maupun
mentransformasikan ide dan fikiran, serta meyakakinkan kepada orang
lain. Sifat, karakter dan kebiasaan yang dimiliki hendaknya diketahui dan
dimengerti langsung oleh pimpinan.Maka hal-hal tersebut bisa diarahkan
bila secara fisik dekat dan mudah dijangkau.
Lebih dari itu, kedekatan seara fisik adalah sebagai bukti adanya
kesiapan kedua belah pihak melakukan proses pengkaderan. santri
percaya dan siap diisi, sedang pemimpinpun terpanggil dan siap mengisi.
Kesiapan ini bisa tercapai bila adanya kepercayaan dan kecocokan
batin.Kecocokan batin. Kecocokan inilah yang akan mengalirkan energi
ilmu, keyakinan, moral bahkan wawasan dan pengalaman. Maka tidaklah
salah bila orang akan memberikan kepercayaan, tugas dan wewenang
319
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
kepada orang yang paling dekat dengannya. Walaupun harus juga berhati
hati, bahwa orang yang paling dekat pulalah, orang yang paling
berbahaya bagi dirinya.
Kedua Pendekatan Program, Pendekatan fisik saja tidaklah
mencukupi, harus dengan pendekatan program atau tugas. Bagaimanapun
hebatnya pendekatan manusiawi dengan segala kebaikan hati belumlah
cukup. Maka pendekatan tugas atau program justru akan memberikan
contoh pemimpin menjadi lebih terampil, bertambah pengalaman dan
wawasan. Dia akan berhati-hati dan menumbuhkan jiwa kesungguhan
dan militansi. Karena penugasan berarti mendidik untuk bertanggung
jawab dan bisa dipertanggung jawabkan.Pendidikan adalah penugasan
dan penugasan sebenarnya melatih sesorang bisa meneyelesaikan sekian
banyak problema hidup.
Dengan banyak tugas, seseorang akan semakin kuat dan memiliki
daya tahan, daya dorong dan juang yang tinggi. Penugasan sebenarnya
bukti dari kepercayaan dan kesejahteraan. Orang yang diberi tugas berati
ia telah dipercaya, bahkan dia akan mampu menyelesaikan, atau bukti
bahwa bahwa dia akan berusaha untuk meningkatkan kualitas dirinya,
karena dengan tugas, berarti dia akn berusaha untuk meningkatkan
dirinya dengan semaksimal mungkin. Di satu sisi, bahwa penugasan
merupakan kesehteraan baik lahir maupun batin. Di sisi lain, penugasan
akan melahirkan pengaruh dan kewibawaan. Dan kesemuanya itu
merupakan rizqi yang besat dari Allah.
Ketiga, Pendekatan Idealisme. Dua pendekatan di atas dalam
proses pembentukan pendidikan karakter, belumlah cukup, karena kedua
pendekatan seringkali hanya bersifat pragmatis, belum menyentuh tataran
isi dan nilai, filsafat dan ruh kegiatan yang diberikan. Maka haruslah ada
320
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
PENUTUP
321
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
322
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
DAFTAR PUSTAKA
323
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
MUHAMAD BAIDHAWI NIM 4103810318029
324
Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstrak
Saat ini profesi guru merupakan salah satu profesi yang banyak
diminati oleh generasi muda. Hal ini salah satunya adalah karena
pemerintah memberikan perhatian lebih kepada profesi guru ini yaitu
dengan pemberian tunjangan sertifikasi bagi guru-guru yang sudah
disertifikasi. Namun di balik pemberian tunjangan tersebut, pemerintah
menuntut para guru untuk lebih meningkatkan profesionalismenya
dengan penguasaan kompetensi yang dimilikinya. Salah satu indikator
guru profesional dan kompeten adalah guru yang mampu beradaptasi
dengan perkembangan keilmuan yang hari demi hari semakin canggih
dengan cara penguasaan Information and Technology (IT).
A. PENDAHULUAN
Eksistensi guru yang kompeten dan profesional merupakan syarat
mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Hampir
semua bangsa di dunia ini selalu mengembangkan kebijakan yang
mendorong keberadaan guru yang berkualitas. Salah satu kebijakan yang
dikembangkan oleh pemerintah di banyak negara adalah dengan
menempatkan bidang pendidikan sebagai bidang yang perlu mendapat
perhatian khusus dengan menyediakan hardware dan software yang
325
Pemanfaatan IT untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025
326
Pemanfaatan IT untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025
327
Pemanfaatan IT untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025
328
Pemanfaatan IT untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025
329
Pemanfaatan IT untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025
330
Pemanfaatan IT untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025
331
Pemanfaatan IT untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025
menggunakan media TIK, pada era saat ini penggunaan media TIK
merupakan suatu keharusan.
332
Pemanfaatan IT untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025
333
Pemanfaatan IT untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025
334
Pemanfaatan IT untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025
335
Pemanfaatan IT untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025
saing global. Oleh karena itu guru di era digital sekarang ini sangat
dituntut untuk menguasai TIK.
TIK selain memiliki banyak hal yang positif tentunya juga
memiliki dampak yang negatif, tetapi dampak negatif dari TIK ini dapat
kita cegah dengan meningkatkan pemahaman nilai-nilai keagamaan dan
juga peran guru, orang tua dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk
menghilangkan atau meminimalkan hal-hal yang tidak kita harapkan
tentunya.
Penggunaan sistem information and communication technology
(TIK) baik itu berupa internet, software sistem administrasi pendidikan,
notebook dan LCD projector dalam dunia pendidikan untuk saat ini
sudah mrupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam dunia
pendidikan untuk mencetak generasi yang handal dan memiliki daya
saing global. Oleh karena itu guru di era digital sekarang ini sangat
dituntut untuk menguasai TIK.
Sayangnya kemampuan guru dalam memanfaatkan TIK dalam
pembelajaran masih sangat rendah. Rendahnya kemampuan guru dalam
menggunakan TIK ini terlihat dari sangat seditkitnya guru yang bisa
mengoperasikan komputer, sedikitnya guru yang bisa internet termasuk
yang memiliki e-mail, facebook, blog, dan lain-lain. Padahal di era
globalisasi sekarang ini penggunaan atau pemanfaatan teknologi
sangatlah penting, mengingat tingginya penggunaan teknologi dalam
suatu masyarakat juga mencerminkan tingkat pendidikan masyarakat itu
sendiri.
336
Pemanfaatan IT untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025
F. PENUTUP
1. Simpulan
Dari beberapa pengertian tentang kompetensi pada guru maka
dapat disimpulkan pengertian peningkatan kompetensi TIK pada guru
adalah kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh guru untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengajaran dalam bidang
TIK.
Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi kini menjadi
bagian dari tuntutan kompetensi guru, baik guna mendukung
pelaksanaan tugasnya (penyusunan perencanaan, penyajian
pembelajaran, evaluasi dan analisis hasil evaluasi) maupun sebagai
sarana untuk mencari dan mengunduh sumber-sumber belajar. Sehingga
setiap guru pada semua jenjang harus siap untuk terus belajar TIK guna
pemenuhan tuntutan kompetensi tersebut.
2. Saran
Peningkatan kompetensi TIK guru harus sejalan dengan
pengadaan sarana yang memadai, walau pun demikian peningkatan
kemampuan kualitas guru melalui TIK harus menjadi visi sinergis dan
terintegrasi sehingga perkembangan TIK, Perkembangan siswa, dan
perkembangan kompetensi guru berjalan lurus mengikuti arah
perkembangan pendidikan dan pembelajaran.
337
Pemanfaatan IT untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Mukhamad Yusuf Sukandar NIM : 4103810318025
DAFTAR PUSTAKA
338
Pemanfaatan IT untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran di Kelas
Nandang Gumilar NIM : 4103810318005
NANDANG GUMILAR
NIM : 4103810318005
Email: nandanggumilar80@gmail.com
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
339
Pengembangan Metode Pembelajaran Calistung Melalui Model Bermain Berburu Ayam Pada
Anak Usia Dini
kemampuan pra-calistung antara waktu sebelum dan sesudah
diterapkan model permainan dengan signifikansi 0,00. Kesimpulannya
bahwa model bermain Berburu Ayam terbukti efektif untuk
mengembangkan kemampuan calistung anak usia dini.
pengajaran calistung pada anak usia dini dipengaruhi oleh tuntutan yang
cukup besar. Pasalnya, beberapa SD menerapkan syarat masuk dengan
tes calistung. Sistem ini yang harus segera dibenahi oleh pemerintah,
baik dari tingkat pusat hingga daerah.
Kondisi tersebut mempengaruhi psikologis orangtua, yang
akhirnya membuat orangtua mengambil keputusan memaksakan
anaknya untuk dapat membaca, menulis dan berhitung dengan berbagai
cara tanpa memikirkan dampak psikologis anak. Komnas PA bahkan
merilis data pada Maret 2012 lalu bahwa terjadi 2.386 kasus
pelanggaran dan pengabaian terhadap anak sepanjang tahun 2011.
Angka ini naik 98% dibanding tahun lalu. Mayoritas anak-anak ini stres
karena kehilangan masa bermainnya. Anak-anak sudah disibukkan
dengan les, sekolah, dan kursus bahkan sejak usia balita.
Namun dalam kenyataannya, Les atau privat menjadi salah satu
pilihan yang dilakukan orangtua. Bahkan beberapa komunitas orangtua
mengusulkan secara khusus kepada guru dimana anaknya belajar untuk
mengusahakan agar anaknya dapat membaca, menulis dan berhitung
sebagai persiapan anaknya masuk ke jenjang sekolah dasar. Di tambah
lagi persaingan antar penyelenggara PAUD dalam mendapatkan siswa
baru demi keberlangsungan lembaga tersebut. Lembaga PAUD yang
mampu mencetak lulusannya dapat baca, tulis, dan berhitung menjadi
pilihan pertama orangtua menyekolahkan anak-anaknya. Kondisi ini
hampir berjalan setiap tahun, menjadi sebuah tuntutan bahkan sudah
membudaya dikalangan orangtua. Secara psikologis ada sebuah
kebahagiaan yang terpancar dari orangtua ketika anaknya sebelum
masuk sekolah dasar sudah mampu membaca, menulis dan berhitung.
Akan ada satu dampak ketika anak usia dini dipaksa untuk
menguasai calistung. Pemaksaan ini, akan membuat otak anak tidak
bekerja secara runut atau by order. Ketika seorang anak usia dini
341
Pengembangan Metode Pembelajaran Calistung Melalui Model Bermain Berburu Ayam Pada
Anak Usia Dini
diajarkan 9+5=14, ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Salah
satunya, anak mungkin sudah siap dan memang mengerti bagaimana
proses menambahkan angka 9 dan 5. Akan tetapi, bisa jadi anak tersebut
hanya mengetahui jawaban karena menghafal. Sehingga keti-ka
diberikan soal yang berbeda, anak tersebut tidak bisa mengetahui
jawabannya. Hal ini, yang menunjukkan bahwa otak anak tidak bekerja
by order. Karena itu, baca,tulis, hitung, boleh dikenalkan tapi tidak
boleh dipakai sebagai syarat untuk evaluasi prestasi di usia itu.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana
metode implementasi pembelajaran calistung pada anak usia dini di TK
Melati Kecamatan Cicendo Kota Bandung dan di TK Negeri Pembina
Kabupaten Bandung ?
Penelitian ini dibatasi hanya pada satuan pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal dan yang menjadi subjek penelitian adalah anak
kelompok B Taman Kanak-kanak.
Anak-anak memerlukan waktu yang cukup banyak untuk
mengembangkan dirinya melalui bermain. Dengan bermain, anak-anak
mendapatkan manfaat yang besar, yaitu: (1) bermain memicu krea-
tivitas, (2) bermain mencerdaskan otak, (3) bermain bermanfaat untuk
mengatasi konflik, (4) bermain bermanfaat untuk melatih empati, (5)
bermain bermanfaat untuk melatih panca indra, (6) bermain sebagai
media terapi, (7) bermain bermanfaat untuk melakukan penemuan
(Montolalu, 2007, 1.15 –1.17).
Bermain, terutama yang dilakukan secara bersama memberikan
kontribusi pada berbagai fungsi perkembangan, termasuk perkem-
bangan kesehatan psikologis. Gray (2011: 458) menyatakan bahwa jika
anak-anak tidak berkesempatan bermain bersama anak-anak lainnya
342
Pengembangan Metode Pembelajaran Calistung Melalui Model Bermain Berburu Ayam Pada
Anak Usia Dini
Nandang Gumilar NIM : 4103810318005
berhitung.
4) Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok
kalimat-predikat-keterangan).
5) Membaca nama sendiri.
6) Senang dan menghargai bacaaan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa
tahapan membaca pada anak berlangsung dalam beberapa tahap
yang setiap tahapannya anak membutuhkan rangsangan dan
bimbingan dari orang tua atau guru untuk membantu
berkembangnya kelancaran kemampuan membaca pada anak.
2. Menulis
a. Pengertian Menulis
Menurut Sabarti (1996: 3) menulis merupakan salah satu
kemampuan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain dan
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1993:968), menulis
adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil,
kapur, dan sebagainya). H.G Tarigan (dalam Muchlison,dkk.
(1992:233) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafis yang meng-gambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafis tersebut.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan meng-
gunakan lambang grafis yang menggambarkan bahasa yang dipahami
seseorang.
b. Tujuan Menulis
347
Pengembangan Metode Pembelajaran Calistung Melalui Model Bermain Berburu Ayam Pada
Anak Usia Dini
H.G Tarigan (dalam Muchlison,dkk. (1992:233) menyatakan
bahwa tujuan menulis adalah:
1. Bahasa umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki
proses belajar mengajar menulis.
2. Untuk menentukan angka kemajuan belajar masing-masing anak
dalam pengajaran menulis.
3. Untuk menempatkan anak sesuai dengan kemampuan menyerap
pengajaran menulis.
4. Mengenal latar belakang kesulitan belajar bagi anak tertentu.
c. Tahapan Menulis
Keterampilan menulis permulaan pada dasarnya tidak hanya
sebatas coretan pensil saja, melainkan adanya beberapa tahapan yang
perlu dilakukan dalam kegiatan tersebut. Adapun tahapan
perkembangan pre-writting skill menurut Tri Gunadi (2003:282-283),
yaitu: “a) tahap inisial (anak memasukkan krayon ke mulut/meremas
kertas, anak menusukkan krayon ke kertas, scribble secara acak,
scribble secara spontan dengan arah horizontal, scribble secara
spontan dengan arah vertikal, scribble secara spontan dengan arah
memutar), b) Tahap imitasi dan mengkopi”. Akan tetapi menurut
Morrow (dalam Sumiati, dkk. 2009: 2-3) mengemukakan bahwa
kemampuan menulis anak dibagi menjadi enam tahapan, yaitu: “a)
writting via scribbling (tahapan mencoret), b) writing via drawing
(tahap menulis melalui menggambar), c) writing via making letter-
like forms (tahap menulis melalui membentuk gambar seperti huruf),
d) writing via reproducing weel-learnedunit or letter stings (tahap
menulis dengan membuat huruf yang akan dipelajari, e) writing via
invented spelling (tahap menulis melalui kegiatan menemukan ejaan),
f) writing via conventional speling (tahap menulis melalui mengeja)”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan menulis
348
Pengembangan Metode Pembelajaran Calistung Melalui Model Bermain Berburu Ayam Pada
Anak Usia Dini
Nandang Gumilar NIM : 4103810318005
3. Berhitung
a. Pengertian Berhitung
Kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut juga
sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta
(Nining Sriningsih, 2008: 63). Ahmad Susanto (2011: 98)
kemampuan berhitung permulaan adalah kemampuan yang dimi-
liki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karak-
teristik perkembangannya dimulai dari lingkungan yang ter-
dekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya
anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah yang
berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan.
Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat diartikan bahwa
kemampuan berhitung adalah kemampuan yang dimiliki anak
yang berhubungan dengan membilang, menjumlahkan, mengurangi,
menambah, memperbanyak, dan mengalihkan yang dilakukan secara
lebih awal yang pada mulanya tidak bermakna bagi anak yang belum
memahami bilangan.
b. Tujuan Berhitung
Mudjito (2007: 1-2), membedakan tujuan kegiatan berhitung
permulaan pada anak usia TK, sebagai berikut:
1). Tujuan Umum
Secara umum permainan berhitung permulaan di TK, untuk
mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada
saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran
berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.
349
Pengembangan Metode Pembelajaran Calistung Melalui Model Bermain Berburu Ayam Pada
Anak Usia Dini
2). Tujuan Khusus
1. Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini, melalui
pengamatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-
gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar anak.
2. Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan
bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan
keterampilan berhitung.
3. Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi, dan daya apresiasi
yang tinggi.
4. Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat
memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa yang
terjadi di sekitarnya.
5. Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu
secara spontan.
Sriningsih (2008: 120), berpendapat bahwa berhitung bertujuan
untuk mengembangkan pemahaman anak melalui proses eksplorasi
dengan benda-benda konkret. Eksplorasi melalui benda- benda
konkret diharapkan mampu memberikan fondasi yang kokoh
bagi anak dalam mengembangkan kemampun matematika pada tahap
selanjutnya. Untuk itu guru secara bertahap memberikan pengalaman
belajar yang dapat menggantikan benda-benda konkret dengan alat-
alat yang dapat mengantarkan anak pada kemampuan berhitung
secara mental (abstrak).
Melalui metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat
permainan berhitung di Taman Kanak-kanak. Dari beberapa pendapat
tentang tujuan berhitung dapat disimpulkan tujuan berhitung di TK
adalah untuk memberikan dasar-dasar berhitung agar anak dapat
memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi, dan daya apresiasi yang
tinggi. Berhitung di TK, untuk mengembangkan kemampuan
350
Pengembangan Metode Pembelajaran Calistung Melalui Model Bermain Berburu Ayam Pada
Anak Usia Dini
Nandang Gumilar NIM : 4103810318005
355
Pengembangan Metode Pembelajaran Calistung Melalui Model Bermain Berburu Ayam Pada
Anak Usia Dini
Membaca dan menulis dalam konteks kurikulum anak usia
dini sering dinyatakan dengan keaksaraan atau literasi dan
termasuk dalam bidang pengembangan bahasa.
Kriteria minimal tentang kualifikasi perkembangan anak
dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini (K13 PAUD)
dinyatakan dengan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan
(STPP). STTP untuk kemampuan keaksaraan berdasarkan K13
PAUD adalah memahami hubungan bentuk dan bunyi huruf,
meniru bentuk huruf, serta memahami kata dalam cerita
(Direktorat Pembinaan Anak Usia Dini, 2015:32).
Kemampuan berhitung atau numerasi dalam kurikulum
pendidikan anak usia dini termasuk dalam bidang pengembangan
kognitif. STTP untuk kemampuan numerasi berdasarkan K13
PAUD adalah berpikir simbolik yang mencakup: mengenal,
menyebutkan, dan menggunakan lambang bilangan 1 – 10,
mengenal abjad serta mampu merepresentasikan benda dalam
bentuk gambar (Direktorat Pembinaan Anak Usia Dini,
2015:31). Literasi dan numerasi merupakan keterampilan esential
bagi manusia .
Tujuan Penelitian
Penelitian dengan judul Pengembangan Model Permainan
Persiapan Belajar Calistung Anak TK dilakukan untuk mencapai
tujuan : mengetahui metode pembelajaran calistung pada anak usia dini
di TK Melati Kecamatan Cicendo Kota Bandung dan di TK Negeri
pembina Kabupaten Bandung.
METODE PENELITIAN
356
Pengembangan Metode Pembelajaran Calistung Melalui Model Bermain Berburu Ayam Pada
Anak Usia Dini
Nandang Gumilar NIM : 4103810318005
358
Pengembangan Metode Pembelajaran Calistung Melalui Model Bermain Berburu Ayam Pada
Anak Usia Dini
Nandang Gumilar NIM : 4103810318005
366
Pengembangan Metode Pembelajaran Calistung Melalui Model Bermain Berburu Ayam Pada
Anak Usia Dini
Nandang Gumilar NIM : 4103810318005
B. Saran
a. Bagi Guru
1. Optimalkan peran dalam mengembangkan aspek-aspek
perkembangan anak usia dini.
2. Memberikan pengajaran yang relevan dengan tahap
perkembangan anak dan mengajarkan baca tulis hitung
dengan cara yang menyenangkan.
b. Bagi Orang Tua
Orang tua yang memiliki anak usia pra SD sebaiknya tidak
memaksakan anak untuk bisa membaca, menulis dan berhitung
dengan tujuan supaya anak memiliki kemampuan membaca,
menulis dan berhitung lebih cepat dari yang lainnya. Selain itu
orang tua tidak membebani dengan berbagai macam les calistung
(membaca, menulis dan berhitung) tanpa mengetahui bagaimana
keadaan anak yang sebenarnya.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih kreatif dan
inovatif dalam mengembangkan model pembelajaran calistung
terutama model bermain berburu ayam. Dan lebih perdalam teori-
teori pendukungnya
368
Pengembangan Metode Pembelajaran Calistung Melalui Model Bermain Berburu Ayam Pada
Anak Usia Dini
Nandang Gumilar NIM : 4103810318005
DAFTAR PUSTAKA
369
Pengembangan Metode Pembelajaran Calistung Melalui Model Bermain Berburu Ayam Pada
Anak Usia Dini
370
Pengembangan Metode Pembelajaran Calistung Melalui Model Bermain Berburu Ayam Pada
Anak Usia Dini
Popon Suwili NIM: 41038103318024
Popon Suwili
NIM: 41038103318024
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstrak
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia
dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang.
Karakter anak usia dini dipengaruhi oleh dua faktor, yakni in-tern dan
ekstern. Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik,
psikis, sosial, mor-al, dan sebagainya. Pengembangan karakter di sekolah
akan terlaksana dengan lancar, jika guru dalam pelaksanaannya
memperhatikan beberapa prinsip pengembangan karakter. Karakter
dikembangkan melalui tahapan: pengetahuan (knowing), pelaksanaan
(acting), dan kebiasaan (habit). Terdapat be-berapa tantangan yang
menjadi problem utama dalam pengembangan karakter di era global. Ada
beberapa tips efektif pengembangan karakter anak usia dini di sekolah yang
bisa ditawarkan, dian-taranya: 1) melibatkan aspek moral knowing, moral
feeling, dan moral action, 2) menghidupkan sholat sunnah Dhuha
berjamaah, 3) mencium tangan guru, 4) menceritakan biografi para tokoh,
5) mengge-lar doa dan istighosah rutin, 6) guru, staf, dan kepala sekolah
harus bisa menjadi teladan bagi anak, 7) bekerjasama dengan orang tua
murid, 8) memberikan reward dan sanksi, dan lain-lain. Keberhasilan
pengembangan karakter dalam pendidikan anak usia dini dapat diketahui
dari perilaku sehari-hari yang tampak pada setiap aktivitas anak.
371
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
Pendahuluan
Indonesia saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar, yaitu
desentralisasi atau otonomi daerah yang saat ini sudah dimulai, dan era
globalisasi total yang akan terjadi pada tahun 2020. Kedua tantangan terse-
but merupakan ujian berat yang harus dilalui dan dipersiapkan oleh seluruh
bangsa Indonesia. Kunci sukses dalam menghadapi tantangan berat itu ter-
letak pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang handal
dan berbudaya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM sejak dini meru-
pakan hal penting yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh.
Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena
kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter
yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini meru-
pakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Freud mengatakan
bahwa, kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan
membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Kesuksesan
orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di
usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di
masa dewasanya kelak (Muslih, 2011: 35).
Thomas Lickona, mengidentifikasi ada sepuluh tanda-tanda zaman
yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak jika sebuah bangsa ingin
tetap eksis. Tanda-tanda tersebut adalah: 1) meningkatnya kekerasan di ka-
langan remaja, 2) ketidakjujuran yang membudaya, 3) semakin tingginya
rasa tidak hormat kepada orang tua, guru, dan figur pemimpin, 4) pengaruh
peer grup terhadap tindakan kekerasan, 5) meningkatnya kecurigaan dan
kebencian, 6) penggunaan bahasa yang memburuk, 7) penurunan etos ker-
ja, 8) menurunnya rasa tanggungjawab individu dan warga negara, 9)
meningginya perilaku merusak diri, dan 10) semakin kaburnya pedoman
moral (Lickona, 2012: 20-29).
Selain sepuluh tanda-tanda zaman tersebut, masalah lain yang se-dang
dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan dini yang ada
sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan
kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati dan
rasa). Padahal, pengembangan karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi
fungsi otak kanan. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karak-
ter pun ternyata pada praktiknya lebih menekankan pada aspek otak kiri
(hafalan, atau hanya sekedar “tahu”) (Muslih, 2011: 36).
372
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
Pengertian Karakter
Secara harfiah, karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan
moral, nama atau reputasi (Azis, 2011: 197). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain, tabiat, watak. Berkarakter
artinya mempunyai tabiat, mempunyai kepribadian, berwatak (Tim
Penyusun Kamus, 1989: 389). Kata karakter berasal dari kata Yunani,
charassein, yang berarti men-gukir sehingga terbentuk sebuah pola.
Mempunyai akhlak mulia adalah tid-ak secara otomatis dimiliki oleh setiap
manusia begitu ia dilahirkan, tetapi memerlukan proses panjang melalui
pengasuhan dan pendidikan (proses “pengukiran”). Dalam istilah bahasa
Arab, karakter ini mirip dengan akhlak (akar kata khuluk), yaitu tabiat atau
373
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
374
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
375
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
5) Keturunan
Keturunan merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi
perbuatan manusia. Dalam kehidupan, kita dapat melihat anak-anak
yang berperilaku menyerupai orang tuanya bahkan nenek mo-
yangnya, sekalipun sudah jauh. Sifat yang diturunkan itu pada garis
besarnya ada dua macam yaitu:
Sifat jasmaniah, yakni kekuatan dan kelemahan otot-otot dan
urat syaraf orang tua yang dapat diwariskan kepada anaknya.
Sifat ruhaniyah, yakni lemah dan kuatnya suatu naluri dapat di-
turunkan pula oleh orang tua yang kelak memengaruhi perilaku
anak cucunya.
b. Faktor Ekstern
Selain faktor intern (yang bersifat dari dalam) yang dapat
mempengaruhi karakter, akhlak, moral, budi pekerti dan etika manusia,
juga terdapat faktor ekstern (yang bersifat dari luar) diantaranya adalah
sebagai berikut: (Gunawan, 2012: 21)
1) Pendidikan
Ahmad Tafsir dalam Gunawan mengatakan, pendidikan
adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Pendidikan
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan
karakter, akhlak, dan etika seseorang sehingga baik dan buruknya
akhlak seseorang sangat tergantung pada pendidikan. Pendidikan
ikut mematangkan kepribadian manusia sehingga tingkah lakunya
sesuai dengan pendidikan yang telah diterima oleh seseorang baik
pendidikan formal, informal maupun non formal. Betapa pentingnya
faktor pendidikan itu, karena naluri yang terdapat pada seseorang
dapat dibangun dengan baik dan terarah. Oleh karena itu,
pendidikan agama perlu dimanifestasikan melalui berbagai media
baik pendidikan formal di sekolah, pendidikan in-formal di
lingkungan keluarga, dan pendidikan non formal yang ada pada
masyarakat.
2) Lingkungan
Lingkungan (miliu) adalah suatu yang melingkungi suatu tubuh
yang hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara dan
pergaulan manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia
lainnya atau juga dengan alam sekitar. Itulah sebabnya manusia
376
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
377
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
378
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
379
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
380
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga
sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat
memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan (mengerjakan)
nilai-nilai kebajikan (moral) (Megawangi, 2008: 25).
Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan
mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), penge-
tahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut
pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning), keberanian
mengambil sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge).
Mor-al feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk
menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-
bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan
jati diri (con-science), percaya diri ( self esteem), kepekaan terhadap derita
orang lain (empa-thy), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri
(self control), keren-dahan hati (humility). Moral action merupakan
perbuatan atau tindakan mor-al yang merupakan hasil (outcome) dari dua
komponen karakter lainnya. Un-tuk memahami apa yang mendorong
seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga
aspek lain dari karakter yaitu kompe-tensi (competence), keinginan (will),
dan kebiasaan (hubit) (Megawangi, 2008: 26).
Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah ket-
erkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai
perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling
berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau
emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa, negara, serta dunia internasional.
Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang
telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter
(valuing). Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa
takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai
itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu dilakukan karena dinilai
oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk menghargai
nilai kejujuran itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek
perasaan (domain affection atau emosi). Komponen ini dalam pendidikan
karakter disebut dengan “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat
381
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
382
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
melakukan aksi pencurian dan 21% yang melarikan diri dari jerat
hukum, semua dilakukan karena memperoleh inspirasi dari sesuatu
yang mereka saksikan di film (Asmani, 2011: 100)
Menurut Alksman dari universitas Los Angeles radiasi yang
terpancar dari layar televisi sangat berbahaya bagi organ tubuh manu-
sia. Sinar yang terpancar dari layar televisi dan alat-alat elektronik
rumah tangga termasuk jenis gelombang pendek. Efek negatif per-tama
yang ditimbulkannya adalah sakit kepala bila tidak terlindungi dari
pancaran yang relatif lebih lama. Kemampuan berfikir seseorangpun
akan tertekan, tekanan darah menjadi tidak normal dan sel daah putih
dalam darah akan mengalami kerusakan. Gelombang-gelombang ini
akan membawa pengaruh yang kuat bagi saraf dan mengakibatkan
sejumlah keluhan rasa sakit (Asmani, 2011: 101) Inilah dampak
berbahaya dari televisi terhadap moral dan kesehatan. Apabila suatu
keluarga tidak mempunyai televisi, lebih baik mencukupkan dengan
media lain yang tidak menjadi kebutuhan utama setiap hari.
2. Pergaulan bebas
Kaum agamawan dan aktivis berperan untuk merancang pro-gram
besar dalam menciptakan lingkungan sosial, khususnya per-gaulan yang
islami, bernilai pengetahuan, moral, spiritual dan ber-dimensi sosial
yang bermanfaat bagi pengembangan karakter, kepribadian, dan cita-
citanya di masa depan. Ini memang bukan per-soalan mudah karena
dibutuhkan rancangan yang dapat mengako-modasi unsur tradisional
dan modern yang menarik bagi anak. Ling-kungan semacam ini
membutuhkan rekayasa sosial (social engineering) yang canggih,
aplikatif dan efektif.
Kita bisa belajar dari salah satu bangsa yang sukses meng-
gabungkan aspek tradisionalitas dan modernitas Jepang. Mereka maju
tanpa meninggalkan tradisi nenek moyang, baik dari tata cara berpaka-
ian, apresiasi terhadap budaya leluhur, maupun konsistensi mereka
dalam melestarikan warisan pemikiran generasi terdahulu.
3. Dampak buruk internet
Internet saat ini menjadi kebutuhan utama bagi para kaum
profesional. Kaum pelajar tidak mau ketinggalan memanfaatkan
teknologi super canggih tersebut. Sekolah-sekolah maju menjadikan
internet sebagai salah satu keunggulan utama dalam menarik minat
383
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
384
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
385
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
386
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
6. Guru, staf, dan kepala sekolah harus bisa menjadi teladan bagi anak
Anak usia dini adalah anak dalam masa perkembangan pada
tataran sedang mencari model untuk dijadikan panutan sehari-hari.
Selama di sekolah, anak lebih banyak berinteraksi dengan guru, kepala
sekolah dan staf. Dengan demikian, keteladanan dari mereka sangat
penting agar anak mampu meniru karakter baik dari guru, staf, dan
kepala sekolah.
7. Bekerjasama dengan orang tua murid (Co-parenting)
Orang tua murid harus menjadi partner dalam membentuk karak-
ter anak usia dini, bahkan mempunyai peran utama. Sekolah yang men-
jalankan pendidikan karakter harus mempunyai rencana yang jelas ten-
tang kegiatan yang dapat dilakukan bersama orang tua murid agar
pembentukan karakter anak dapat terwujud
8. Memberikan reward dan sanksi
Untuk mendorong dan mempercepat pengembangan karakter,
seyogyanya pihak lembaga pendidikan memberikan reward kepada
siswa yang berprestasi dan sanksi kepada siswa yang gagal. Seorang
siswa dikatakan berprestasi jika ia menunjukkan semangat pantang
menye-rah, gigih menjalani proses, dan mengedepankan optimisme
dalam ber-juang. Seorang siswa dikatakan gagal jika ia mudah
menyerah, takut tantangan, dan memilih mundur teratur dalam
menjalankan tugas dan tanggungjawab yang diberikan.
Sementara itu, berdasarkan metode pengembangan nilai yang dikem-
bangkan oleh Montessori, Frobel, Taman Siswa, dan Living Values
Education dapat ditarik benang merah bahwa metode pengembangan
karakter bagi anak usia dini didasarkan pada: penggunaan media permainan,
pengem-bangan pancaindra, penciptaan suasana pembelajaran yang
menyenangkan, serta pemberian kesempatan pada anak untuk memahami,
menghayati, dan mengalami nilai-nilai (Mulyasa, 2012: 78). Sedangkan
menurut Helmawati, pengembangan karakter pada anak usia dini lebih
menekankan pada: 1) metode keteladanan, 2) pembiasaan, 3) pengulangan
, 4) pelatihan, dan 5) motivasi (Helmawati, 2014: 166-167)
387
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
Simpulan
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini.
Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang.
Freud mengatakan bahwa, kegagalan penanaman kepribadian yang baik di
usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya
kelak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi
konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam
ke-hidupan sosial di masa dewasanya kelak. Ada dua faktor yang
mempengaruhi karakter anak usia dini: 1) faktor intern, meliputi
insting/naluri, kebiasaan, kehendak/kemauan, suara hati, dan keturunan;
dan 2) faktor ekstern, meliputi pendidikan dan ling-kungan.
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik,
psikis, sosial, moral, dan sebagainya. Masa kanak-kanak merupakan masa
yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-
kanak adalah masa pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan
menentukan pengalaman anak selanjutnya. Pengembangan karakter di
sekolah akan terlaksana dengan lancar, jika guru dalam pelaksanaannya
memperhatikan beberapa prinsip pengem-bangan karakter. Kemendiknas
memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk mewujudkan pengembangan
388
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
389
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Popon Suwili NIM: 41038103318024
Daftar Pustaka
390
Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini (AUD)
Rida Rostina, S.Pd. NIM : 4103810318010
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstract
Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang menyajikan
ide bahwa peserta didik harus mampu melaksanakan kerja sama melalui
sebuah tim, dalam proses pembelajaran yang lebih bertanggung jawab. Model
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.
A. LATAR BELAKANG
Guru yang menyenangkan adalah guru yang memahami kebutuhan peserta
didik dalam setiap proses pembelajaran peserta didik dan guru yang mampu
memotivasi dan menciptakan antusiasme peserta didik untuk mengikuti seluruh
proses pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran. Untuk meciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan, guru harus memiliki berbagai
keterampilan pembelajaran, yang salah satunya berkaitan dengan model
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Model
pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran akan
mempengaruhi ketercapaian serta prestasi belajar peserta didik. Untuk
mengembangkan model pembelajaran yang efektif, setiap guru harus memiliki
pengetahuan yang memadai tentang konsep dan aplikasi model pembelajaran
391
Mengembangkan Sikap Sosial Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Rida Rostina, S.Pd. NIM : 4103810318010
yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik karena karakteristik dan keinginan
peserta didik dalam belajar beragam.
Keunggulan model pembelajaran dapat diperoleh jika guru mampu
mengadaptasi dan mengombinasikan beberapa model pembelajaran secara
serasi dan terpadu dalam rangka mencapai hasil belajar siswa yang lebih
optimal. Kecermatan guru dalam menentukan model pembelajaran ini menjadi
semakin penting karena proses pembelajaran di kelas sangat dinamis seiring
dengan perkembangan zaman.
B. LANDASAN TEORI
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Doni Juan (2017) Model merupakan kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model
dapat dipahami juga sebagai gambaran tentang keadaan sesungguhnya.
Berdasarkan pemahaman tersebut, model pembelajaran dapat dipahami
sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dan terancana dalam mengorganisasikan proses pembelajaran peserta
didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif dalam bahasa Inggris disebut dengan “cooperate”, yaitu
bekerja sama. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah
“homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk
sosial (Lie, 2008). “Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima
unsur yang harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung
jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi
proses kelompok.
Slavin (2010) dalam buku Doni Juan (2017) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model atau acuan pembelajaran
dimana dalam proses pembelajaran yang berlangsung, peserta didik
392
Mengembangkan Sikap Sosial Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Rida Rostina, S.Pd. NIM : 4103810318010
C. PEMBAHASAN
Pembelajaran Kooperatif merupakan metode pembelajaran yang
menyajikan ide bahwa peserta didik harus mampu melaksanakan kerja sama
melalui sebuah tim, dalam proses pembelajaran yang lebih tanggung jawab.
Tim terdiri atas peserta peserta didik dengan berbagai macam latar belakang,
karakter, dan sifat. Perbedaan tersebut akan menyebabkan peserta didik
memiliki pengalaman yang beragam sehingga antara yang satu dengan yang
lainnya akan saling melengkapi.
a. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan umum pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi yang
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya. Adapun tujuan khusus dari pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut :
Meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik.
393
Mengembangkan Sikap Sosial Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Rida Rostina, S.Pd. NIM : 4103810318010
394
Mengembangkan Sikap Sosial Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Rida Rostina, S.Pd. NIM : 4103810318010
395
Mengembangkan Sikap Sosial Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Rida Rostina, S.Pd. NIM : 4103810318010
Langkah Penjelasan
Fase 1 Guru menyiapkan seperangkat alat
Pre-test tes sesuai dengan materi yang akan
disampaikan
Fase 2 Guru menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan dan pembelajaran yamg ingin dicapai
memotivasi peserta didik dam memotivasi peserta didik
Fase 3 Guru menyajikan informasi kepada
Menyajikan Informasi peserta didik dengan jalan
demonstrasi atau melalui bahan
bacaan
Fase 4 Guru menjelaskan kepada peserta
Mengorganisasikan peserta didik didik cara membentuk kelompok
ke dalam kelompok-kelompok belajar dan cara membantu setiap
belajar kelompok belajar agar melakukan
transisi secara effisien
Fase 5 Guru membimbing kelompok-
Membimbing kelompok kerja kelompok belajar pada saat mereka
dan belajar mengerjakan tugas
Fase 6 Guru mengevaluasi hasil belajar
Postest (evaluasi) tentang materi yang telah dipelajari
atau tiap-tiap kelompok
mempresentasikannya
Fase 7 Guru mencari cara untuk menghargai
Tindak lanjut upaya dan hasil belajar individu dan
kelompok serta memberikan
rekomendasi sesuai dengan hasil
yang diperoleh
396
Mengembangkan Sikap Sosial Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Rida Rostina, S.Pd. NIM : 4103810318010
397
Mengembangkan Sikap Sosial Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Rida Rostina, S.Pd. NIM : 4103810318010
D. SIMPULAN
Pembelajaran kooperatif sangat menunjang terhadap keberhasilan peserta didik
baik itu dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan pembelajaran
kooperatif ini peserta didik mampu mengembangkan keterampilan sosial
seperti berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
menjelaskan ide atau pendapat dan bekerja sama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran efektif yang dapat
digunakan untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik pada masa
sekarang ini.
398
Mengembangkan Sikap Sosial Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Rida Rostina, S.Pd. NIM : 4103810318010
DAFTAR PUSTAKA
399
Mengembangkan Sikap Sosial Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Rida Rostina, S.Pd. NIM : 4103810318010
400
Mengembangkan Sikap Sosial Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstrak
Anak usia dini merupakan anak yang sedang mengalami masa
perkembangan yang sangat pesat. Masa usia dini termasuk usia yang
paling potensial untuk mengembangkan kecerdasannya. Kecerdasan
jamak (multiple intelegences) merupakan salah satu potensi kecerdasan
dapat dimiliki anak sebagai dasar dalam pengembangan dirinya.
Pengembangan kecerdasan jamak akan lebih optimal jika dilakukan
sedini mungkin yakni sejak usia dini, mengingat usia dini merupakan
usia yang sangat menentukan bagi perkembangan anak selanjutnya.
Anak yang mampu menguasai beberapa jenis potensi kecerdasan akan
mampu tumbuh dan menjalani proses perkembangan yang optimal
sesuai tuntutan tahapan perkembangannya. Pengembangan kecerdasan
jamak dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan bermain yang
disesuaikan dengan ranah kecerdasannya masing-masing. Dengan
memahami jenis dan cara pengembangan kecerdasan jamak, para
pendidik maupun orang tua akan lebih mudah dalam melakukan
stimulasi pengembangan potensi kecerdasan sesuai dengan yang
diharapkan.
401
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
A. PENDAHULUAN
Kecerdasan merupakansuatu potensi atau kemampuan yang
dimiliki seseorang sebagai bekal untuk memecahkan suatu masalah.
Sebagian besar kita masih salah dalam memaknai arti kecerdasan.
Anggapan kita bahwa anak yang cerdas itu hanya mereka yang memiliki
nilai tertinggi di sekolah dan anak yang memiliki nilai rendah dianggap
sebagai anak yang bodoh.Padahal seorang anak bisa jadi lemah di suatu
bidang, tetapi unggul di bidang lain, ini artinya bahwa setiap anak
memiliki tipe kecerdasan yang berbeda-beda. Menurut Gardnerdalam
(Morrison, 2012:85), tidak ada anak yang bodoh atau pintar yang ada
anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan.
Setiap anak yang dilahirkan dengan potensi bawaan yang berbeda-
beda. Sebagaimana pendapat Montessori dalam (Magta, 2013:226)
menyatakan bahwa anak memiliki bawaan, kemampuan, dan
perkembangannya masing-masing, sehingga setiap anak membutuhkan
perhatian secara individual. Potensi bawaan dapat berasal dari stimulasi
sejak kandungan, faktor hereditas, bahkan makanan yang dikonsumsi
orang tua.Berbeda dengan pendapat tersebut, Locke (dalam Morrison,
2012:35) menyatakan bahwa setiap anak yang dilahirkan seperti kertas
putih, baik buruknya anak dipengaruhi oleh lingkungan.Menurut
pendapat ini, anak yang baru lahir belum mempunyai potensi apapun
karena mereka belum mendapatkan stimulasi dan pendidikan apapun
sehingga dapat di berikan stimulasi apapun agar mampu menguasai
kecerdasan tertentu.
Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat pahami bahwa setiap anak
dapat dibentuk sesuai dengan keinginan yang membentuknya. Jika kita
menghendaki anak menjadi baik, dapat dilakukan dengan stimulasi hal-
402
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
hal yang positif, begitu pula sebaliknya. Sejalan dengan itu, apabila
seorang anak dikendaki untuk menguasai suatu kemampuan atau
kecerdasan tertentu akan dapat juga dikembangkan. Terdapat berbagai
jenis potensi kemampuan yang dapat dimiliki seseorang yang meliputi
kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematik, visual-spasial, berirama-
musik atau musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan
naturalis. Kecerdasan - kecerdasan tersebut di istilahkan oleh Gardner
dengan sebutan multipleintelegences (kecerdasan jamak/majemuk).
Anak yang memiliki berbagai macam kecerdasan (kecerdasan jamak)
merupakan salah satu ciri anak yang dapat berkembang optimal
sebagaimana yang diharapkan. Kecerdasan jamak juga merupakan
modal dasar bagi seorang anak dalam mengembangkan aspek-aspek
perkembangan lainsehingga memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan selanjutnya.
Dengan demikian, potensi kecerdasan jamak/majemuk sangat
perlu dikembangkan pada anak sejak usia dini. Harapannya dengan
menguasai beberapa jenis potensi kecerdasan, anak akan mampu
tumbuh dan menjalani proses perkembangan sebagaimana yang
diharapkan. Dalam rangka mengembangkan potensi kecerdasan jamak
pada anak sejak usia dini,maka dapat dilakukan dengan berbagai
caraataukegiatan bermain yang dapat bermanfaat langsungdalam
mengembangkanpotensi kecerdasan jamak.
403
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
404
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
1) Kecerdasan Verbal-Linguistik.
Kecerdasanverbal-linguistik merupakan suatu kemampuan
berbahasa, baik lisan maupun tulisan.Kecerdasan ini berhubungan
dengan empat keterampilan berbahasa, yakni: menulis, berbicara,
membaca, dan menyimak. Menurut Martuti (2009:75), kecerdasan
linguistik merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan kata-
kata secara efektif baik lisan maupun tulisan.Kecerdasan linguistik ini
meliputi kemampuan mendengar, memanipulasi struktur bahasa
(sintaksis), suara-suara bahasa (fonem), semantik, dan pengertian dari
bahasa serta kegunaan praktis dari suatu bahasa. Perkembangan
kecerdasan linguistik pada anak usia dini juga tidak jauh berbeda dengan
kemampuan pada umumnya yakni meliputi kemampuan bahasa lisan
maupun tulisan.
405
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
2) Kecerdasan Logis-Matematik.
Kecerdasan logika matematika merupakan kemampuan untuk
menggunakan angka-angka secara efektif untuk menghitung dan berpikir
secara nalar serta bersikap kritis (Martuti, 2009:77). Kecerdasan ini
meliputi kepekaan terhadap pola-pola logis, hubungan sebab-akibat,
serta fungsi abstrak. Menurut Amstrong dalam (Sujiono, 2010:58),
kecerdasan logis-matematika adalah kecerdasan dalam hal angka dan
logika. Kecerdasan ini melibatkan keterampilan mengolah angka atau
kemahiran menggunakan logika. Pendapat yang sama juga dikemukakan
oleh Yaumi (2013:14), kecerdasan matematika adalah kemampuan yang
berkenaan dengan rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan.
Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan mengeksplorasi suatupola,
kategori, dan hubungan dengan memanipulasi objek tersebut.
Kecerdasan logis - matematik ini juga sebagai salah satu kemampuan
dasar dalam memecahkan suatu masalah.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,
kecerdasan logis-matematik merupakan suatu kemampuan yang
berhubungan denga konsep dasar matematika yang meliputi: angka,
pola, hubungan, dan kemampuan berpikir logis serta sebagai
kemampuan dasar dalam memecahkan suatu masalah.
406
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
3) Kecerdasan Visual-Spasial.
Kecerdasan visual-spasialmerupakan kemampuan untuk
menangkap dunia ruang-visual secara akurat, membayangkan ruangan
dan melakukan perubahan-perubahan terhadap persepsi tersebut
(Martuti, 2009: 73). Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap warna,
garis, bentuk, wujud, ruang, dan hubungan antara unsur-unsur yang
dapat digambarkan dalam sebuah bentuk. Menurut Amstrong dalam
(Sujiono, 2010:58), visual-spasial merupakan kemampuan untuk
memvisualisasikan gambar di dalam pikiran seseorang. Kecerdasan ini
juga berhubungan dengan seni dan bakat, seperti seni lukis dan seni
arsitektur. Seseorang yang memiliki kecerdasan visual-spasial akan peka
terhadap suatu bentuk, garis, gambar, warna maupun ruang. hal ini
sejalan dengan pendapat Yaumi(2013:15), kemampuan berpikir visual-
spasial merupakan kemampuan berpikir dalam bentuk visualisasi,
gambar, dan bentuk tiga dimensi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan visual-spasial merupakan kemampuan seseorang dalam
membaca dan memaknai suatubentuk, gambar, ruang, garis, warna serta
seni lukis.
4) Kecerdasan Berirama-Musik.
Kecerdasan berirama-musik atau musikal adalah suatu kecerdasan
yang berhubungan dengan bidang musik. Menurut Amstrong dalam
(Sujiono, 2010:60), kecerdasan musikal ialah kemampuan memahami
aneka bentuk kegiatan musikal, dengan cara persepsi (penikmat musik),
membedakan (kritikus musik), mengubah (komposer), dan
mengekspresikan (penyanyi)”. Kecerdasan musikal merupakan
407
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
5) Kecerdasan Kinestetik.
Kecerdasan kinestetik berhubungan erat dengan kemampuan fisik-
motorik. Seseorang yang memiliki fisik yang bagus biasanya memiliki
daya motorik yang kuat. Kecerdasan kinestetik ini juga sering disebut
juga sebagai kemampuan melakukan olah tubuh atau melibatkan gerakan
otot besar dan kecil. Menurut Amstrong dalam (Sujiono, 2010:59),
“kecerdasan kinestetik atau kecerdasan fisik adalah suatu kecerdasan di
mana saat menggunakannya seseorang mampu atau terampil
menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti:
berlari, menari, membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni dan
hasil karya”.Kemampuan kinestetik yang bagus dapat diamati pada
seseorang yang pandai berolahraga, menari atau berdansa.Kecerdasan
408
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
7) Kecerdasan Intrapersonal.
Kecerdasan intrapersonal (intra pribadi) merupakan kecerdasan
memahami diri, kesadaran terhadap diri, dan kemampaun beradaptasi
dengan lingkungan (Martuti, 2009:76). Selanjutnya menurut Yaumi
(2013:18), kecerdasan intrapersonalini meliputi kemampuan untuk
menggambarkan diri secara baik dan kesadaran terhadap mood, tujuan,
motivasi, temperamen, keinginan, kemampuan untuk disiplin pribadi,
kemampuan bekerja mandiri, percaya diri, dan tidak tergantung pada
orang lain.Sejalan dengan itu, Amstrong dalam (Sujiono, 2010:61),
mengemukakan bahwa kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan
seseorang untuk berpikir secara reflektif, yaitu mengacu kepada
kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri.
Kecerdasan intrapersonal (intrapribadi) lebih berhubungan dengan
pengelolaan pribadi masing-masing individu yang kemudian
ditunjukkan dalam bentuk perilaku. Dalam hal ini, seseorang yang
memiliki kecerdasan intrapersonal mampu melakukan pemahaman
409
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
terhadap diri sendiri seperti dalam menentukan suatu bakat dan minat
terhadap sesuatu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
intrapersonal merupakan suatu kemampuan seseorang dalam melakukan
pemahaman terhadap dirinya sendiri serta kemampuan menggambarkan
atau menyadari kelebihan dan kekurangan dalam dirinya.
7) Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal berhubungan dengan kemampuan
memahami orang lain. Menurut Amstrongdalam (Sujiono (2010:61),
“kecerdasan interpersonal adalah kemampuan berpikir lewat lewat
komunikasi dan berinteraksi dengan orang lain”. Kecerdasan
interpersonal (antar pribadi) merupakan kemampuan untuk
mempersepsikan dan menangkap perbedaan-perbedaan mood,
tujuan, motivasi, perasaan-perasaan orang lain, dan kepekaan terhadap
ekspresi wajah, suara gerak isyarat (gesture) serta cerdas dalam
berinteraksi dengan orang lain (Martuti,2009:75).
Kecerdasan antar pribadi (interpersonal) sering disebut juga
dengan keterampilan sosial, seseorang mampu berinteraksi dengan orang
lain maupun teman sebaya. Selanjutnya menurut pendapat Yaumi
(2013:20), kecerdasan Interpersonal dapat didefinisikan juga sebagai
kemampuan memersepsi dan membedakan suasana hati, maksud,
motivasi, dan keinginan orang lain serta kemampuan memberikan respon
secara tepat terhadap suasana hati dan maksud tersebut. Dengan
memiliki kecerdasan interpersonal, seseorang akan dapat merasakan apa
yang dirasakan oleh orang lain serta mampu memberikan tanggapan
yang tepat sehingga orang lain nyaman.
410
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
8) Kecerdasan Naturalistik
Menurut Amstrong dalam (Sujiono, 2010:62), kecerdasan naturalis
yaitu kecerdasan untuk mencintai keindahan alam melalui pengenalan
terhadap fauna dan flora yang ada disekitar tempat tinggal terdekat dan
juga mengamati fenomena alam dan kepedulian terhadap lingkungan
sekitar. Kecerdasan naturalistikadalah kemampuan untuk memahami
berbagai species yang berbeda-beda, memahami pola kehidupannya dan
mengklasifikasinya serta melestarikannya (Jamaris,2010: 130).
Kecerdasan naturalistic sering disebut juga dengan kecerdasan
lingkungan. Pendapat Yaumi (2010:21), menyatakan bahwa kecerdasan
naturalistik didefinisikan sebagai keahlian mengenali dan mengategori
spesies, baik flora dan fauna dilingkungan sekitar serta penguasaan
tentang mengolah dan memanfaatkan alam dan pelestariannya.
Kecerdasan lingkungan berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi
konsekuensial lain dalam alam, memahami dan menikmati alam, dan
dapat mengembangkan pengetahuan tentang alam
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,
kecerdasan naturalis adalah suatu kecintaan dan kemampuan seseorang
dalam memahami maupun melestarikan lingkungan alam sekitar,
seperti: mengenali fauna dan flora, menyukai aktivitas tentang alam,
cinta lingkungan dan aktivitas alam lainnya.
411
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
412
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
413
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
414
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
415
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
416
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
417
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
418
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
419
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
420
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
D. SIMPULAN
Dalam diri anak terdapat berbagai potensi bawaan yang dijadikan
sebagai kecerdasan yang memerlukan rangsangan dan stimulasi terus
menerus sejak dini. Potensi kecerdasan dapat dirangsang dengan
berbagai cara yang menyenangkan dan jenis yang bervariasi sehingga
anak akan mempunyai kecerdasan yang jamak.Kecerdasan jamak
merupakan perluasan dari kecerdasan intelegensi (IQ) dan kecerdasan
emosional (IE) yang mempunyai peran yang sangat penting dalam
pembentukan kehidupan bagi anak usia dini, sehingga perlu
dikembangkan mulai dari usia dini.
421
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
422
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
DAFTAR PUSTAKA
Beaty, J.J. 1994. Observing Development of the Young Child. New York:
MacMillanPublishing Company.
Djohan. 2005. Psikologi Musik.Yogyakarta: Buku Baik Yogyakarta
Hartati, Sofia. 2007. How to Be a Good Teacher and How to be a Good
Mother. Jakarta: Enno Media.
Jamaris, Martini. 2013. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Galia Indonesia.
Magta, Mutiara. 2013. Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara Pada
Anak
Usia Dini. Jakarta: Jurnal Pendidikan Usia Dini Pasca UNJ.
Martuti. 2009. Mendirikan dan Mengelola PAUD Manajemen
Administrasi dan Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
Morrison, George S. 2012. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Indeks.
Santrock, John W. 2002. Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Indeks
Sujiono, Yuliani Nurani dan Bambang, Sujiono. 2010. Bermain Kreatif
Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks.
Sujiono, Yuliani Nurani dan Bambang, Sujiono. 2010. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Yaumi, Muhammad dan Nurdin, Ibrahim. 2013. Pembelajaran Berbasis
Kecerdasan Jamak (Multiple Intelegences). Jakarta: Kencana
http://ejurnal.iainlhokseumawe.ac.id/index.php/itqan/article/download/102
/60/
423
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Riva Rizkin Faliq Muhtar NIM : 4103810318057
424
Kecerdasan Jamak Pada Anak Usia Dini
Siti Marliah NIM. 4103810318028
SITI MARLIAH
NIM. 4103810318028
Siti Marliah, adhe.marliah@yahoo.com
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
425
Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Tk Islam Al Ikhlas Bandung
Siti Marliah NIM. 4103810318028
PENDAHULUAN
426
Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Tk Islam Al Ikhlas Bandung
Siti Marliah NIM. 4103810318028
427
Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Tk Islam Al Ikhlas Bandung
Siti Marliah NIM. 4103810318028
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan bersifat
deskriptif. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Cara pengambilan sampel ini sengaja yaitu
peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil dengan pertimbangan
tertentu. Subjek penelitian adalah pengelola, pendidik, anak didik, dan
orangtua. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Pengecekan keabsahan data dilakukan melalui ketekunan
pengamatan,keikutsertaan, dan kecukupan referensi. Trianto (2011: 315)
menyatakan bahwa observasi adalah cara pengumpulan data melalui
pengamatan langsung terhadap sikap, perilaku, dan berbagai
kemampuan yang ditunjukkan anak.
Sedangkan Mulyasa (2012: 199) mendefinisikan observasi sebagai
cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi melalui
pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak. Observasi tidak
428
Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Tk Islam Al Ikhlas Bandung
Siti Marliah NIM. 4103810318028
429
Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Tk Islam Al Ikhlas Bandung
Siti Marliah NIM. 4103810318028
430
Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Tk Islam Al Ikhlas Bandung
Siti Marliah NIM. 4103810318028
431
Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Tk Islam Al Ikhlas Bandung
Siti Marliah NIM. 4103810318028
432
Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Tk Islam Al Ikhlas Bandung
Siti Marliah NIM. 4103810318028
433
Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Tk Islam Al Ikhlas Bandung
Siti Marliah NIM. 4103810318028
PENUTUP
Simpulan
Manajemen memiliki makna sebagai usaha mengelola,
mengendalikan, dan mengarahkan berbagai sumber yang ada untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
Pendidikan Anak Usia Dini TK Islam Al Ikhlas manajemen pendidikan
sudah dilakukan melalui tahapan meliputi; perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pembinaan dan sebagian besar sudah berjalan dengan
baik.
Saran
1. Hendaknya semua komponen di Pendidikan Anak Usia Dini
bersinergi baik pengelola, pendidik, anak didik, orangtua dan mitra
terkait guna menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik.
2. Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan masukan untuk
pengelola, guru serta peneliti berikutnya sehingga dapat dilakukan
lebih baik lagi.
434
Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Tk Islam Al Ikhlas Bandung
Siti Marliah NIM. 4103810318028
DAFTAR PUSTAKA
Hapidin (2012) Manajemen Pendidikan TK/PAUD. Universitas Terbuka
: Tangerang Selatan.
J.Moleong. Lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung.
Rosdakarya.
Mulyana, Dedy. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma
Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung
: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Cetakan ke-17. Bandung : Alfabeta.
Trianto. (2011). Desain Pengembangan Tematik Bagi Anak Usia Dini
TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta : Kencana.
435
Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Tk Islam Al Ikhlas Bandung
Siti Marliah NIM. 4103810318028
436
Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Tk Islam Al Ikhlas Bandung
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstrak
Media pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi dari sumber kepada
anak didik yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan,
minat dan perhatian anak didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Media memegang peranan penting dalam proses pembelajaran pada anak
usia dini. Media pembelajaran merupakan bagian yang integral dari
seluruh sistem pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam
kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
fungsi alat indra murid. Penggunaan media akan lebih menjamin
terjadinya pemahaman dan retensi yang lebih baik terhadap isi pelajaran.
Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa murid
ke dalam suasana senang dan gembira. Adanya keterlibatan emosional
dan mental tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka untuk
lebih giat dalam belajar sehingga dapat memberikan kesan pembelajaran
yang hidup, akhirnya bermuara kepada peningkatan pemahaman belajar
anak terhadap materi ajar. Jadi sasaran akhir media adalah memudahkan
belajar untuk murid, bukan hanya kemudahan mengajar oleh guru.
437
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
A. Pendahuluan
Dalam rangka meningkatkan pendidikan salah satunya
pemerintah menerapkan pendidikan anak usia sejak dini, dengan suatu
tujuan agar anak-anak Indonesia ketika melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi sudah ada bekal persiapan, namun demikian
untuk menunjang kebutuhan para anak-anak mendapatkan materi
yang lebih mudah dan cepat di dapat tentunya lembaga harus
menyiapkan media-media yang pas dan cocok untuk diterapkan pada
anak-anak. Karena media yang tepat akan sangat membantu lembaga
tersebut dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Media memegang peranan penting dalam proses pembelajaran
anak usia dini. Media dapat dijadikan sebagai wahana untuk
mendekatkan persepsi dan pemahaman guru dengan daya tangkap
anak. Dengan penggunaan media akan meningkatkan mutu dan
kualitas pembelajaran, karena media memiliki fungsi untuk
menjelaskan informasi/pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan
kepada si penerima pesan, yang dalam hal ini guru adalah sebagai
pengirim pesan dan anak usia dini sebagai penerima pesan. Jadi dapat
dikatakan bahwa media pembelajaran merupakan bagian yang integral
dari seluruh sistem pembelajaran.
438
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
439
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
440
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
441
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
442
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
443
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
444
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
1. Mengatasi sifat unik pada setiap anak didik yang diakibatkan oleh
lingkungan yang berbeda.
2. Media mampu memberikan variasi dalam proses belajar mengajar.
3. Memberikan kesempatan pada anak didik untuk mereview pelajaran
yang diberikan.
4. Memperlancar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan
mempermudah tugas para guru.
Pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan juga berpengaruh pada
psikologi anak. Anak merasa nyaman dengan kegiatan
pembelajarannya karena terkesan tidak dipaksa, dengan kata lain anak
merasa belajar sambil bermain.
Untuk mamahami secara komprehensif manfaat diadakannya
media dalam pembelajaran PAUD, maka akan disajikan fungsi media
pembelajaran PAUD menurut Levie & Lentz yang penulis kutip dari
buku Rita Kurnia menyatakan bahwa :
1. Fungsi Atensi yaitu : menarik dan mengarahkan perhatian murid
pada isi pelajaran dibantu dengan media gambar sehingga memiliki
kemungkinan mengingat isi pelajaran lebih besar.
2. Fungsi Afektif yaitu muncul ketika belajar dengan teks yang
bergambar, sehingga dapat menggugah emosi dan sikap murid.
3. Fungsi Kognitif yaitu mengungkapkan gambar, memperlancar
pencapaian tujuan memahami dan mengingat informasi yang
terkandung.
445
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
446
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
447
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
448
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
449
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
450
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
F. Simpulan
Media pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang
dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi dari sumber
kepada anak didik yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran,
perasaan, minat dan perhatian anak didik untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar
mengajar memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap fungsi alat
indra murid karena akan lebih menjamin terjadinya pemahaman dan
retensi yang lebih baik terhadap isi pelajaran. Media pembelajaran juga
mampu membangkitkan dan membawa murid ke dalam suasana senang
dan gembira, terjadi adanya keterlibatan emosional dan mental murid.
451
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka untuk lebih giat
dalam belajar sehingga dapat memberikan kesan pembelajaran yang
hidup, akhirnya bermuara kepada peningkatan pemahaman
belajar anak terhadap materi ajar. Jadi sasaran akhir media adalah bukan
hanya kemudahan mengajar oleh guru namun memudahkan belajar juga
untuk murid.
Fungsi media dalam pembelajaran PAUD adalah sebagai : Atensi,
Afektif, Kognitif, Konpensatoris. Adapun faktor-faktor yang perlu
disikapi dalam pemilihan media pembelajaran adalah: a) komunikatif ,
b) harganya yang murah, c) nilai kepraktisanya dan d) kondisi
pemakainya.
452
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
DAFTAR PUSTAKA
453
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Siti Sutini, S.Pd.Aud. NIM : 4103810318022
454
Konsep Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstract
The main challenge of Indonesia in improving education quality is the
competence to increase the education quality that cannot be apart from the role
and the duty of the teacher. In general, the students at school is teacher
centered, so that the improvement of innovation in the learning process has less
attention and makes learning activity seems to be monotonous and boring
activity. Ideally, professional teachers should always make innovation to
support their learning strategy to make it interesting. PAIKEM (Active,
Innovative, Creative, Effective and Attractive Learning) is a strategy that is
student centered while the teacher is a facilitator and motivator. This paper is
written to study how far the strategy approach using PAIKEM is able to
motivate students in improving the learning outcome. The method of writing
this paper used the descriptive method by collecting data through literature
review and scientific research related with PAIKEM approach. From the result
of analysis, it shows that the students are motivated to be active, innovative,
creative and interesting in learning. The learning environment makes the
students not feel bored and encouraged to develop their creativity as they are
more active. The students who are interesting will focus on the given material
and finally they will understand more about the material so that it will improve
their learning outcome.
Keywords: PAIKEM strategy, motivation, learning outcome.
Abstrak Tantangan utama Indonesia dalam meningkatkan kulitas pendidikan
adalah kemampuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak terlepas dari
peran dan tugas guru. Umumnya, para peserta didik di sekolah adalah
teachercentered, sehingga pengembangan inovasi dalam proses pembelajaran
kurang diperhatian sehingga pembelajaran terkesan monoton dan
membosankan. Selayaknya guru yang profesional senantiasa melakukan
inovasi untuk mendukung strategi pengajaran agar menjadi menarik. PAIKEM
455
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
PENDAHULUAN
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP
No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan
bahwa kurikulum pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Pemerintah tidak lagi
menetapkan kurikulum secara nasional seperti pada periode sebelumnya.
Satuan pendidikan harus mengembangkan sendiri kurikulum sesuai
dengan karakteristik dan kebutuhan serta potensi peserta didik,
masyarakat, dan lingkungannya.
Amanat UU tersebut mengisyaratkan pentingnya pendidikan bagi
pembinaan sumber daya manusia, maka implementasi proses
pembelajaran yang dilakukan sangat menentukan hasil dari
pembelajaran. Satuan pendidikan diberikan kewenangan untuk
mengembangkan pontensi yang dimiliki oleh satuan pendidikan.
Disadari bahwa melalui pendidikan akan tercipta seorang manusia yang
456
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
cakap, terampil, dan berilmu sebagai bekal hidup nantinya. Serta mampu
hidup mandiri di tengah pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi sekarang ini. Oleh karena itu, kualitas pendidikan semestinya
ditingkatkan agar tujuan pendidikan nasional dapat terwujud, seperti
yang dijelaskan dalam undang-undang No.20 Tahun 2003 pasal 3 yaitu
pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dalam membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa pada Allah swt, berakhlak mulia, cakap, kreatif, serta
bertanggungjawab. Dengan demikian kesadaran akan pentingnya
pendidikan terutama bagi anak usia sekolah terus ditingkatkan, baik pada
jenjang sekolah dasar, menengah maupun perguruan tinggi, melalui
inovasi pembelajaran yang diyakini sesuai dengan karakteristik siswa
maupun lingkungan sekolahnya.
Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding
kelas. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan menghapus
kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan.
Berdasarkan teori belajar, melalui pendekatan lingkungan pembelajaran
menjadi bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep
dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam
ingatannya. Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya
bermuara pada lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran terasa
manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan
diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Inilah salah satu sisi positif
yang melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatan lingkungan.
457
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
LANDASAN TEORI
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan
perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia
dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun
sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri
menjadi multiple kompetensi harus melewati proses pendidikan yang
diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan
lingkungan sekitar. Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada
empat dinding kelas. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan
458
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
459
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
460
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
461
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
462
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
METODE PENELITIAN
Metode yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu metode literatur
review atau studi kepustakaan merupakan metode yang ditempuh
peneliti dengan melakukan kajian dari berbagai sumber. Bahan bacaan
berupa, artikel, jurnal hasil penelitian, publikiasi tesis dan buku-buku
terkait dengan materi penelitian. Dari hasil bacaan berupa teori, temuan
dan hasil penelitian maka peneliti memperoleh landasan dalam
penyusunan hasil penelitian dalam hal ini Implementasi Pendekatan
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
Menyenangkan) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.
463
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
464
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
465
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
pembelajaran sains, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
memilih salah satu model yang dianggap efektif yaitu pendekatan
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Model
ini bertujuan untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang
melengkapi siswa dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap bagi
kehidupan kelak. Selain itu pendekatan ini juga memungkinkan siswa
belajar lebih aktif sesuai dengan pendekatan PAKEM yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sendiri
memecahkan masalah sendiri dengan menemukan dan bekerja sendiri.
Hasil penelitian Usman & Rede (2014) tampak, bahwa penerapan
pendekatan PAKEM dapat digunakan dalam pembelajaran IPA. Hal ini
dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar siswa dan aktivitas
siswa. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan karena peningkatan
aktivitas siswa yaitu siswa sudah tidak takut salah, ditertawakan dan
dianggap sepele. Siswa termotivasi mengeluarkan gagasannya akibat
adanya penguatan yang diberikan oleh guru. Faktor yang juga
menyebabkan hasil pembelajaran meningkat adalah peningkatan
aktivitas guru dan guru sudah mengatasi kekurangannya yaitu lebih
memotivasi siswa, peningkatan pemberian penguatan, memantau
kegiatan belajar, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan
menantang, mempertanyakan gagasan siswa dan tidak membuat siswa
merasa takut.
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan Marinta, Khutobah,
& Marjono (2014) dengan menggunakan model pembelajaran PAIKEM
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa diperoleh data
bahwa setiap siklus mengalami peningkatan ketuntasan hasil belajar
siswa, siklus I sebesar 73,53% dan siklus II sebesar 91,18%, sehingga
466
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
467
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
dan hasil belajar siswa kelas XI.IPA.2 MAN Genteng tahun pelajaran
2012/2013. Dengan menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif,
kreatif serta menyenangkan membuat siswa tidak merasa bosan dan
tertarik dengan cara belajar yang diberikan oleh guru, bila siswa merasa
senang maka siswa akan antusias dan lebih aktif lagi dalam kegiatan
pembelajaran. Bila siswa sudah merasa tertarik dengan pembelajaran
yang diterapkan oleh guru, maka siswa akan memusatkan perhatiannya
pada materi yang diberikan. Selanjutnya akan membuat siswa lebih
memahami materi yang diberikan sehingga hasil belajar siswapun dapat
meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh Rohaniawati (2016) bertujuan
untuk mengetahui penerapan PAKEM dan peningkatan keterampilan
berpikir mahasiswa pada mata kuliah Pengembangan Kepribadian Guru
Jurusan PGMI Semester IV/B Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Gunung Djati Bandung disetiap siklusnya. Hasil penelitian
menunjukkan, bahwa dengan pendekatan PAKEM terjadi peningkatan
pada tingkat berpikir mahasiswa, hasil analisis keterampilan berpikir
mahasiswa pada mata kuliah Pengembangan Kepribadian Guru dengan
menggunakan pendekatan PAKEM dapat disimpulkan hampir
meningkat pada setiap pertemuannya. PAKEM adalah singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa, sehingga siswa aktif berpikir, bertanya,
mempertanyakan, mengemukakan gagasan, bereksperimen,
mempraktikkan konsep yang dipelajari, dan berkreasi. Kreatif juga
dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa yang bisa
468
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
469
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
470
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
SIMPULAN
Penerapan strategi PAIKEM menunjukkan, bahwa menciptakan
suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
membuat siswa tidak merasa bosan dan merangsang kretifitas, cara
belajar yang membuat siswa merasa senang akan membuat siswa
termotivasi, antusias dan lebih aktif, siswa yang tertarik akan
memusatkan perhatiannya pada materi yang diberikan dan akan lebih
memahami materi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dengan catatan pembelajaran yang dilakukan harus efektif, sehingga
tidak terkesan main-main belaka.
REFERENSI
https://media.neliti.com/media/publications/107996-ID-penerapan-
pendekatan-paikem-untuk-meningkatkan pembelajaran.
http://sitihalimatussakdiyah.blogspot.com/2015/10/jurnal-paikem-
dalam-meningkatkan-hasil-pembelajaran.
Kemendikbud. (2016). Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menegah Atas /
Madrasah Aliyah (SMA/MA). Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
471
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Tedy Sukamto, S.Pd. NIM : 4103810318004
472
Implementasi Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
TUTI IRAWATI NIM : 4103810318031
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstrak
473
Pendidikan Keluarga Untuk Menanamkan Karakter Religius Pada Anak-Anak Usia Dini
TUTI IRAWATI NIM : 4103810318031
A. Pendahuluan
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak,
tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial. Dalam
keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim.
Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral
dan pendidikan anak (Kartono, 1992). Keluarga merupakan ling-
kungan pertama dan utama bagi anak yang mempunyai pengaruh
besar. Haryoko (1997:2) berpendapat bahwa lingkungan keluarga
sangat besar pengaruhnya sebagai stimlans dalam perkembangan
anak. Apabila cara orang tua mendidik anaknya di rumah dengan
baik, maka di sekolah atau di lingkungan masyarakat anak itupun
akan berperilaku baik pula. Tapi sebaliknya apabila cara orang tua
mendidik anaknya dirumah dengan kurang baik seperti lebih banyak
santai, bermain, dimanjakan, maka di sekolah atau di lingkungan
masyarakat yang kondisinya berbeda dengan lingkungan di
keluarganya maka anak tersebut akan menjadi pemberontak, nakal,
kurang sopan dan malas.
Disadari sepenuhnya bahwa sebagian besar waktu anak berada
di rumah. Upaya mengoptimalkan perkembangan anak tidak hanya
dilihat dari sisi lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pendidikan
anak usia dini (TK, KB, TPA, Posyandu) tersebut, namun juga perlu
didukung sepenuhnya partisipasi dan kerjasama orangtua di rumah.
Persepsi orangtua bahwa pendidikan anak dirasa cukup diserahkan
sepenuhnya kepada guru di “sekolah” kiranya perlu diluruskan.
Kenyataan yang terjadi dewasa ini, masih banyak orangtua yang
sudah merasa sudah menyelesaikan kewajibannya dalam mendidik
anak. Hal ini tentunya amat disayangkan, mengingat sebagian besar
474
Pendidikan Keluarga Untuk Menanamkan Karakter Religius Pada Anak-Anak Usia Dini
TUTI IRAWATI NIM : 4103810318031
475
Pendidikan Keluarga Untuk Menanamkan Karakter Religius Pada Anak-Anak Usia Dini
TUTI IRAWATI NIM : 4103810318031
476
Pendidikan Keluarga Untuk Menanamkan Karakter Religius Pada Anak-Anak Usia Dini
TUTI IRAWATI NIM : 4103810318031
477
Pendidikan Keluarga Untuk Menanamkan Karakter Religius Pada Anak-Anak Usia Dini
TUTI IRAWATI NIM : 4103810318031
478
Pendidikan Keluarga Untuk Menanamkan Karakter Religius Pada Anak-Anak Usia Dini
TUTI IRAWATI NIM : 4103810318031
479
Pendidikan Keluarga Untuk Menanamkan Karakter Religius Pada Anak-Anak Usia Dini
TUTI IRAWATI NIM : 4103810318031
D. Simpulan
Keluarga adalah lembaga yang utama dan pertama bagi proses
awal pendidikan anak-anak untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki seorang anak ke arah pengembangan kepribadian diri yang
positif dan baik. Orang tua (ayah dan ibu) memiliki tanggung jawab
yang besar dalam mendidik anak-anak dalam keluarga. Fungsi-fungsi
dan peran orang tua tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan fisik
anak berupa kebutuhan makan dan minum, pakaian, tempat tinggal tapi
juga tanggung jawab orang tua jauh lebih penting dari itu adalah
memberi perhatian, bimbingan, arahan, motivasi, dan pendidikan, serta
penanaman nilai.
Besarnya tanggung jawab orang tua (ayah dan ibu) mendidik anak
dalam lingkungan keluarga di dukung pula dengan teori-teori pendidikan
yang dikemukakan oleh para filosof dan pemikir yang mencurahkan
hidupnya untuk dunia pendidikan. Seperti Comenius, J.H. Pestolozzi, F.
Frobel, Maria Montessori, Al- Gazali, Ki Hajar Dewantara dan Engku
Muhammad Syafe’i. Konsep yang ditawarkan melalui teori-teori
tersebut telah menjadi rujukan dan referensi bagi perkembangan dan
pengembangan pendidikan anak-anak terutama Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) di Indonesia.
480
Pendidikan Keluarga Untuk Menanamkan Karakter Religius Pada Anak-Anak Usia Dini
TUTI IRAWATI NIM : 4103810318031
E. Kepustakaan
Abdullah, M. Imron, Pendidikan Keluarga Bagi Anak, (Cirebon:
Lektur, 2003).
Dewantara, Ki Hajar, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Taman
Siswa, 1961).
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
481
Pendidikan Keluarga Untuk Menanamkan Karakter Religius Pada Anak-Anak Usia Dini
TUTI IRAWATI NIM : 4103810318031
482
Pendidikan Keluarga Untuk Menanamkan Karakter Religius Pada Anak-Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
Wiwin Supriatin,S.Pd.
NIM : 4103810318021
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstrak
Abstract
483
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
Pendahuluan
Menurut undang-undang No.20 pasal 1 butir 14 tahun 2003
tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
6 tahun yang dila- kukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertum- buhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih la njut.
Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 9 ayat 1 menegaskan setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengem- bangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai minat
danbakatnya. Alasan pentingnya PAUD adalah: 1) anak usia dini adalah
masa peka yang memiliki perkembangan fisik, motorik, intelektual dan
sosial sangat pesat, 2) tingkat variabelitas kecerdasan orang dewasa,
50%sudah terjadi ketika masa usia dini (4 tahun pertama), 30% beri-
kutnya pada usia 8 tahun dan 20% setelah mencapai usia 18 tahun, 3)
anak usia dini berada pada masa pem- bentukan landasan awal bagi
tumbuh dan kembanganak.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) sangat penting dilaksanakan
sebagai dasar bagi pembentukan kep- ribadian manusia secara utuh,
yaitu untuk pembentukan karakter, budi pe- kerti luhur, cerdas, ceria,
terampil, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan anak
usia dini dapat dimulai dari rumah atau dalam pendi- dikan keluarga.
484
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
485
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
486
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
kebiasaan ini tentu kurang baik untuk generasi muda di masa yang akan
datang. Berita negatif lain yang sering terjadi mereka telah berani
melakukan kekerasan terhadap teman-temannya.
Dengan melihat peristiwa-peristiwa dan kasus di atas sudah
saatnya para pendidik mendesain dan mengembangkan pendidikan
karakter bagi anak usia dini agar mempunyai karakter yang baik (akhlak
mulia), budi pekerti yang baik dengan meminimalisasi dampak negatif
dari perkemban- gan jaman dan kemajuan teknologi. Guru anak usia dini
(TK) diharapkan dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dalam
mentimulasi perkembangan sehingga anak usia dini (Tk) dapat menjadi
warga negara yang baik sebagaimana harapan bangsa dan negara.
487
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
488
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
489
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
490
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
491
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
492
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
panjang, yaitu un- tuk satu hari, satu minggu, satu bulan atau satu
semester. Pembentukan karakter melalui kegiatan spontan dengan
tujuan untuk lebih meningkatkan apresiasi anak terhadap nilai-nilai ya-
ng baik yang muncul berdasarkan kejadian nyata, dan muncul saat itu.
Pembentukan karakter melalui kegiatan keteladanan atau contoh-contoh
dengan maksud untuk mengarahkan anak pada berbagai contoh pola
perilaku yang dapat di terima oleh masyarakat, yaitu dengan cara
menam- pilkannya langsung di hadapan atau dalam kehidupan bersama
anak.
Slamet Suyanto (2005) menga- takan bahwa pendidikan anak usia
dini sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak usia
dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan
kehidupan tahap selanjutnya. Sedang prinsip-prinsip dalam proses
belajar mengajar antara lain; Appropriate yaitu pembelajaran yang
disesuaikan dengan tumbuh kembang jiwa anak, esensi bermain, holistik
atau menyeluruh, terpadu atau integrated, bermakna, long life skills
danfleksibel.
Anak usia dini mengalami perkembangan fisik dan motorik, tak
kecuali perkembangan kepribadian, watak, emosional, intelektual,
bahasa, budi pekerti, dan moralnya yang tumbuh dengan pesat. Oleh
karena itu jika menghendaki bangsa yang cerdas, dan berbudi pekerti
luhur (bermoral baik) pendidikan harus dimulai sejak masa kanak-
kanak.
Pendidikan moral memerlukan keterlibatan semua aspek
kehidupan manusia, sehingga tidak cocok hanya menekankan pada
493
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
aspek kognitif saja, hal ini dapat membunuh karakter anak. Namun
pendikan moral bagi anak usia dini harus disesuikan dengan
perkembangan jiwa anak, mengembangkan seluruh aspek kehidupan
manusia; intelektual, karakter, estetika, dan fisik dan dalam koridor
pembelajaran moral yang menyenang- kan (Bobbi DePorter & Mike
Hernacki, 2003).
Dalam usaha mentransfer karakter (watak) dapat digunakan
pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan tumbuh
kembang jiwa anak. Menurut Habibah (Habibah, 2007: 1) dalam
sosialisasi pendidikan moral dapat digunakan pendekatan indoktrinasi,
klasifikasi nilai, keteladanan, dan perilaku guru. Keempat pendekatan
tersebut di atas diharapkan dapat diterapkan sesuai dengan situasi
kondisi serta dilakukan secara holistik sehingga tidak akan terjadi
tumpang tindih. Pendekatan di atas juga diharapkan guru mengetahui
karakteristik siswa maupun kondisi kelas, dan seorang guru harus
memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan psikologi
pendidikan sehingga kelas kondusif untuk pembelajaran moral.
Pendekatan indoktrinasi dengan cara memberi hadiah atau
hukuman, peringatan, dan pengendalian fisik. Sedang pendekatan
klasifikasi nilai, dengan cara penalaran dan ketram- pilan. Pendekatan
keteladanan dengan cara disiplin, tanggung jawab, empati, dan
pendekatan pembiasaan dengan cara perilaku seperti berdoa, berterima
kasih. Pendekatan habitus diharapkan dapat merubah perilaku moral
(Ambarwati, 2007).
494
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
Yunani pae artinya anak dan ego artinya aku membimbing. Secara
harafiah pendidikan berarti aku membimbing anak, sedang tugas
pembimbing adalah me- mbimbing anak agar menjadi dewasa. Secara
singkat Driyarkara yang dikutip oleh Istiqomah (2003) mengatakan
bahwa pendidikan adalah suatu usaha secara sadar yang dilakukan oleh
pen- didik melalui bimbingan atau pengaja- ran dan latihan untuk
membantu peserta didik mengalami proses pemanu- siaan diri ke arah
tercapainya pribadi dewasa, susila dan dinamis.
Dalam mensosialisasikan nilai karakter perlu adanya komitmen
para elit politik, tokoh masyarakat, guru, stakeholders pendidikan moral,
dan seluruh masyarakat. Sosialisasi Pendidikan moral harus
memperhatikan pr- insip-prinsip antaralain:
“Pendidikan karakter adalah suatu proses, pendekatan yang
digunakan secara komprehensif, pendidikan ini hendaknya dilakukan
secara kondusif baik di lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat,
semua partisan dan komunitas terlibat di dalamnya. Sosialisasi
pendidikan karakter perlu diadakan bagi kepala sekolah, guru-guru,
murid-murid, orang tua murid, dan komunitas pemimpin yang
merupakan esensial utama. Perlu perhatian terhadap latar belakang
murid yang terlibat dalam proses kehidupan karakter. Perhatian
Pendidikan karakter harus berlangsung cukup lama (terus menerus), dan
pembelajaran karakter harus diintegrasikan dalam kurikulum secara
praksis di sekolah dan masyarakat (Setyo Raharjo,2005).
Pendidikan karakter direncana- kan secara matang oleh
stakeholders, sebagai think-tank, baik para pakar karakter (akhlak)
seperti rohaniawan (tokoh agama), pemimpin non formal (tokoh
masyarakat), kepala sekolah, guru-guru, orang tua murid. Pendidikan
495
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
496
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
497
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
498
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
Penutup
Pendidikan karakter akan berhasil apabila, guru memberi
stimulus agar anak didik memberi respon sesuai dengan keinginan
pendidik, dan dengan stimulus, respon ituanak didik diberi classical
conditioning untuk menciptakan kondisi belajar yang lebih kondusif.
Agar tujuan pendidikan karakter dapat tercapai, guru dapat merancang
kegiatan dengan pendekatan rutin, terprogram, spontan maupun
teladan. Proses stimulus dan respon dalam pendidikan karakter harus
diberikan terus menerus dan terprogram, sehingga anak usia dini akan
memiliki habitus (pendidikan yang merubah perilaku sehingga
memiliki karakter baik) dalam mewujudkan manusia Indonesia yang
berakhlak mulia.
Dalam melaksanakan pendidikan bermoral untuk mewujudkan
anak usia dini yang ideal, pendidikan harus mampu mengembangkan
kapasitas anak usia dini untuk membuat mereka sadar akan
keberadaannya di dunia ini. Prinsip humanisme harus dijunjung secara
otentik, bukan humanitarian. Prinsip humanisme yang ada dalam UU
Sisdiknas adalah untuk mencapai manusia bermoral, bermartabat,
berbudi pekerti luhur dan berkarakter atau berakhlakmulia.
Pendidikan karakter diharapkan dapat menghasilkan generasi
penerus bangsa yang memiliki kompetensi personal dan sosial sehingga
menjadi warga negara yang baik (good care atau good citizen) dengan
ciri-cirinya antara lain: berani mengambil sikap positif untuk
menegakkan norma-norma sosial, aturan hukum dan nilai- nilai akhlak
mulia atauberkarakter baik, demi masa depan bangsa yang
mengedepankan nilai-nilai kebebasan, persamaan, persaudaraan,
kesatuan, kebangsaan, kebhinekaan, multikultural, nasionalisme,
499
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
500
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
DaftarPustaka
501
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Wiwin Supriatin,S.Pd. NIM : 4103810318021
502
Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
Oleh :
Yani Mulyani, S.Pd
NIM 4103810318009
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstract
Learning media, included in instrumental inputs, is one of determiners the
effectiveness and the success of a learning process. An appropriate media
is able to motivate students to study well.That’s why a teacher should be
able to select a right media which is suitable with the students’
characteristics who have various backgrounds either in the intelligence,
their social economic condition, or the learning styles. Besides, the change
of the time has influenced in every field of the life, included in learning
media. Digital era demands an interactive media based on technological
information (IT). Kahoot is a choice. It is an effective enjoyable interactive
learning media by loging in createkahoot.it and kahoot.it. By this
application, learning process will be more exciting and more meaningful.
This application could be used at the apperception process, as a pre-test,
as an assessment for learning, or as a post-test.
Abstrak
Media pembelajaran termasuk instrumental input dalam proses
pembelajaran yang merupakan salah satu komponen penentu
efektiftivitas dan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Media
pembelajaran yang menarik dapat memberi motivasi belajar yang baik
kepada para peserta didik. Sudah semestinya, pendidik dapat memilih
media pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan karakteristik peserta
didik dengan keragamanan latar belakangnya; baik kecerdasannya, latar
belakang social ekonominya, maupun gaya belajarnya. Di samping itu,
perkembangan zaman menuntut perubahan dalam berbagai bidang,
termasuk perubahan dalam media pembelajaran. Era digital, menuntut
media pembelajaran yang lebih menarik yang berbasis IT. Aplikasi kahoot
503
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
A. PENDAHULUAN
Permasalahan Media Pembelajaran berbasis IT merupakan
permasalahan yang belum terpecahkan sejalan dengan kompleksitas
perubahan lingkungan, baik dalam sisi perencanaan, pelaksanaan
maupun penilaian.
Padahal Media merupakan alat dan sarana yang efektif dalam
proses pembelajaran dan evaluasi yang dapat disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan Sanaky (2009) dalam Does Ichnatun (Media
Pembelajaran (2016 : 4) menyatakan : “Prinsip pemilihan media
pembelajaran itu harus sesuai dengan minat dan kemampuan peserta
didik serta situasi pengajaran yang sedang berlangsung”.
Menurut Wuryanto (2010) dalam, Does Ichnatun (2016),
“salah satu jenis media belajar adalah Virtual yaitu media belajar
dengan menggunakan Internet”.
Internet adalah salah satu media yang sangat efektif dalam
pembelajaran termasuk media evaluasi sekarang ini, karena peserta
didik sangat dekat dengan internet. Dan internet menyediakan
berbagai hal yang menarik bagi peserta didik . Internet juga
memudahkan peserta didik dan guru dalam mengakses berbagai
informasi dengan sangat menyenangkan, sehingga internet juga bisa
dijadikan sebagai media dan sumber untuk belajar. Namun
504
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
505
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
B. PEMBAHASAN
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang berupa alat
dan lain sebagainya yang membantu pengajar dan peserta didik
dalam mencapai tujuan melalui penggunaan alat bantu pembelajaran
yang tepat dan sesuai dengan karakteristik penggunanya.
Gerlach & Ely, mengatakan bahwa media apabila dipahami
secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Secara khusus, menurut Arsyad, 2002:3 pengertian media
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat
grafis, photografis,atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Menurut Zakiah Daradjat (1995; 226), media pendidikan atau
pembelajaran adalah suatu benda yang dapat diindrai, khususnya
penglihatan dan pendengaran, baik yang terdapat di dalam maupun di
luar kelas, yang digunakan sebagai alat bantu penghubung (media
komunikasi) dalam proses interaksi belajar mengajar untuk
meningkatkan efektivitas hasil belajar peserta didik.
506
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
507
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
508
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
509
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
510
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
511
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
512
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
513
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
514
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
515
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
516
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
4) Pilih quiz yang mau dimainkan, sesuai kompetensi dasar yang mau
diujikan dan play
5) Pilih “classical mode” untuk main quiz nya secara individu
6) Tunggu hingga pin quiz muncul.
7) Tunggu pemain/peserta didik masuk ke aplikasi.
8) Peserta didik masuk ke address : kahoot.it
9) Peserta didik menuliskan pin untuk masuk ke quiz
10) Peserta didik menuliskan nama
11) Setelah semua peserta masuk ke aplikasi quiz ini
12) Guru mulai “klik” soal satu persatu. Untuk menambah keseruan
quiz ini, diiringi musik pengiring pada saat menunggu jawaban
quiz, laptop disambungkan ke speaker aktif.
13) Peserta didik menjawab satu persatu quiz. Jawaban quiz akan
segera diketahui di layar setelah soal dijawab peserta dan bila
waktu pengerjaam quiz untuk masing-masing soal sudah habis.
14) Pada saat menjawab quiz, setelah memilih jawaban, peserta didik
akan mendapat komentar berbeda-beda, ada kata “strike”,
“genius”, dan lain-lain.
15) Lima penjawab tercepat akan dapat terlihat di layar, namun
sebenarnya semua jawaban terekam di laptop. Sehingga peserta
didik akan mengetahui apakah jawabannya benar atau tidak dan
ada di urutan ke berapa dari jawaban-jawaban yang mereka jawab.
Di kahoot ini dirangking bukan hanya dilihat dari jawabannya
benar, tetapi juga kecepatan menjawab juga dipertimbangkan.
Pada saat mengetahui jawaban mereka benar, peserta quiz pada
kegirangan, ada yang loncat, ada yang mengatakan “yes” dengan
tangan dikepal ke bawah, disertai dengan senyum dan tawa yang
517
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
518
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
519
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
520
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
521
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
C. Penutup
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Penggunaan media pembelajaran dalam hal ini aplikasi kahoot
dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor penting untuk
meningkatkan motivasi belajar.
2) Motivasi belajar yang tinggi akan meningkatkan hasil
belajar/prestasi peserta didik.
3) Aplikasi kahoot merupakan media pembelajaran yang bermutu,
kompetitif dan mandiri melalui online quiz.
4) Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi hal yang cukup
stratejik sehingga diharapkan para tenaga pendidik maupun tenaga
kependidikan diberikan sarana untuk mendapatkan kompetensi
berbasis TIK dengan melakukan Pendidikan dan pelatihan.
5) Dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran melalui penerapan
aplikasi maka dukungan serta komitmen berbagai pihak
merupakan suatu hal yang perlu diupayakan sehingga diharapkan
pihak sekolah dapat melakukan tatakelola terhadap penerapan
aplikasi baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan maupun
evaluasi.
522
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
D. DAFTAR PUSTAKA
1. Ichnatun, Does, Dra.,M.Pd. 2016, Media Pembelajaran : Ditjen
GTK Kemdikbud.
2. Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Depok: PT Raja
Grafindo Persada
3. Sadiman, Arief S dkk. 2006. Media Pendidikan Pengertian,
Pengembangan, dan Pemanfaatannya: Raja Grafindo.
Jakarta
4. Suharsimi Arikunto. 1993,Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara.
5. Permedikbud no 22 tentang Standar Proses Pendidikan.
6. Permendikbud no 23 tentang Standar Penilian Pendidikan
7. Rosyidah, Umi dkk., (2008; 96), Peranan Media Pembelajaran,
8. Daradjat, Zakiah , (1995; 226), Motivasi Pendidikan
9. http://dx.doi.org/10.30813/bmj.v3i2.338
10. http://belajarpsikologi.com/pengertian-motivasi-belajar
11. 1 eprints.uny.ac.id
523
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yani Mulyani, S.Pd NIM 410381031800
524
Penggunaan Media Belajar Kahoot Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
Yayah Rokayah
NIM. 4103810318066
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
Abstrak
Meningkatkan kedisiplinan anak merupakan salah satu tujuan utama
dalam pembentukan perilaku pada anak, adapun faktor yang
menyebabkan terjadinya perilaku tidak disiplin pada anak adalah proses
pembelajaran yang dilakukan tenaga pendidik ataupun orangtua
cenderung pada pencapaian target materi, lebih mementingkan pada
penghafalan konsep serta kurang dalam pembiasaan menanamkan
disiplin anak.. Melalui metode bercerita, seorang pendidik dan orangtua
dapat meningkatkan disiplin pada anak baik dengan alat ataupun tanpa
alat. Penanaman disiplin tidak dilakukan di sekolah saja, akan tetapi
yang paling utama harus di tanamkan di rumah karena pendidikan di
rumah merupakan sekolah pertama dan utama bagi anak, sebelum
memasuki pendidikan di sekolah formal.
Kata Kunci : Metode Bercerita, Kedisiplinan Anak
Abstract
Improving children's discipline is one of the main goals in forming
behavior in children, while the factors that lead to undisciplined behavior
in children are learning processes carried out by educators or parents tend
to achieve material targets, more concerned with memorizing concepts
and lacking in the habit of instilling discipline child .. Through the
method of storytelling, an educator and parent can improve discipline in
children either with tools or without tools. Discipline planting is not done
at school, but the most important thing must be planted at home because
home education is the first and foremost school for children, before
entering formal school education.
Keywords: Storytelling Method, Child Discipline
525
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
A. PENDAHULUAN
Pendidikan bagi anak usia dini amatlah penting sebagai bekal di
masa yang akan datang. Anak usia dini meliputi usia 0 sampai 6 tahun.
Setiap anak mempunyai karakteristik atau pola perkembangan yang
berbeda-beda sesuai dengan tahap perkembangannya. Perhatian kita
terhadap anak usia dini sangatlah dibutuhkan dalam rangka menuju
pendidikan yang lebih baik. Tetapi masih banyak orang tua yang kurang
bahkan belum menyadari dan kadang mengabaikan hal tersebut. Mereka
hanya sibuk mengurus dirinya dan sibuk mencari nafkah, walaupun itu
juga untuk anak-anaknya. Mereka tidak peduli akan pendidikan anak-
anaknya dan hanya mempercayakan pendidikan anaknya di rumah
kepada pembantu rumah tangga atau pengasuhnya. Satu hal yang selalu
terabaikan yaitu kurang adanya penanaman disiplin pada anak sejak usia
dini di dalam keluarga. Hal itu akan berpengaruh pada perkembangan
moral anak dalam kehidupan yang akan datang.
Sesungguhnya pendidikan itu dimulai sedini mungkin, begitu pula
dengan penanaman disiplin pada anak. Memang tidaklah mudah
mewujudkan semua itu. Disiplin menuntut kesadaran dari seseorang
untuk melakukan dan tidak melakukan apa yang harus dan tidak harus
dilakukan. Disiplin seseorang tidak boleh dipaksakan bahkan pada anak
kecil sekalipun
Disiplin berasal dari kata dicipline, artinya seseorang yang belajar
dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Dalam hal ini
adalah orang tua atau guru yang berkewajiban mengajar anak tentang
perilaku moral yang disetujui oleh kelompok masyarakatnya. Melalui
disiplin anak diajarkan tentang bagaimana berperilaku dengan cara-cara
yang sesuai dengan standar kelompok sosialnya. Sesuai dengan peran-
526
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
527
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
528
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
sekali pesan moral yang di dengar oleh anak sehingga secara bertahap
pesan moral tersebut akan membekas dalam ingatan anak.
B. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik,
alat, serta desain penelitian yang akan digunakan. Metode merupakan
syarat mutlak yang digunakan bertujuan untuk dapat melihat kedalam
sebuah penelitian. Sesuai dengan judul penelitian yang diambil, peneliti
menetapkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif melalui
pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk membuat gambaran yang
akurat mengenai fakta-fakta di lapangan dan ciri khas yang terdapat pada
objek penelitian. Adapun pengertian metode deskriptif analisis menurut
Azwar (1999:7) bahwa penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan
secara sistematik dan akurat fakta dan karakteritik mengenai populasi
atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan
situasi atau kejadian.
Dalam penelitian ini peneliti hanya mendeskripsikan hasil
penelitian. Segala aktivitas yang dilakukan oleh objek dilihat dan diamati
secara jelas. Peneliti akan mendeskripsikan apa yang dilihat, diamati dan
ditanyakan selama proses penelitian. Kemudian peneliti menganalisis
sumber data yang penting dan menarik untuk dibahas. Penelitian ini
diharapkan dapat mendeskripsikan tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan masalah yang akan dibahas tentang Penanaman Disiflin Pada
Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita.
529
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
3. Instrumen Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyiapkan beberapa
instrumen penelitian. Instrumen penelitian menurut Arikunto (2006 :
260) bahwa : Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap,
dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Instrumen merupakan alat yang digunakan dalam
mengumpulkan data yang diperlukan selama penelitian. Sebelum
melakukan penelitian ke lapangan peneliti menyiapkan beberapa
panduan diantaranya pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dengan adanya panduan tersebut peneliti akan lebih terarah dan fokus
terhadap topik yang akan jadi bahan pembahasan. Adapun instrumen
yang akan digunakan pada penelitian kali ini adalah
a. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah kumpulan atau hal pokok yang
menjadikan dasar untuk memberikan petunjuk bagaimana sesuatu yang
harus dilakukan dalam wawancara. Sehingga wawancara tersebut dapat
menghasilkan sesuatu hal yang diinginkan. Wawancara dilakukan
langsung kepada narasumber, yaitu Pendidik dan orangtua peserta didik
b. Pedoman Observasi
530
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
531
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
C. PEMBAHASAN
Penanaman disiflin yang dilakukan oleh para pendidik di
TK Bina Mandiri terhadap peserta didiknya adalah melalui bercerita baik
dengan alat maupun tanpa alat. Manfaat metode bercerita terhadap
penanaman disiflin anak banyak sekali dirasakan kemajuan
perkembangannya karena dari bercerita ini banyak sekali pesan moral
yang tersampaikan kepada anak.
Metode bercerita berarti penyampaian cerita dengan bertutur.
Berbeda dengan bercerita, metode penyampaian cerita lebih
menonjolkan aspek aspek teknis penceritaan lainnya. Metode bercerita
lebih menonjolkan pada penuturan lisan materi dibandingkan aspek
teknis yang lain.
Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik berasal
dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun kejadian tidak nyata (fiksi).
532
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
533
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
534
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
Tujuan kegiatan bercerita bagi Anak Usia Dini yang dilaukan oleh
pendidik di TK Bina Mandiri diantaranya:
1. Menanamkan pesan-pesan atau nilai-nilai sosial, moral dan agama
yang terkandung dalam sebuah cerita.
2. Guru memberikan informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan
sosial yang perlu diketahui anak.
Adapun manfaat bercerita bagi anak, adalah:
1. Bagi Anak Usia Dini mendengarkan cerita yang menarik yang dekat
dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikan.
2. Dalam bercerita, guru dapat menanamkan kejujuran, keberanian,
kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap positif lain dalam
kehidupan lingkugan keluarga, sekolah dan luar sekolah.
3. Memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan
keagamaan.
4. Memberikan pengalaman untuk belajar dan berlatih mendengarkan.
5. Memungkinkan anak untuk mengembangkan kognitif, efektif
maupun psikomotorik.
6. Memungkinkan dimensi perasaan anak.
7. Memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang-
orang yang ada di sekitarnya dengan bermacam pekerjaan.
8. Membantu anak membangun bermacam peran yang mungkin dipilih
anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak
kepada masyarakat.
Selain pendidik yang menanamkan disiflin di sekolah melalui
bercerita, ternyata orangtua juga ikut berperan aktif dalam penanaman
disiflin di rumah sehingga pendidikan di rumah dan di sekolah sikron
saling berhubungan. Kerjasama Pendidik (guru) dan orangtua tentu
535
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
536
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
537
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
538
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
D. KESIMPULAN
Pada uraian ini, disimpulkan bahwa metode bercerita dapat
meningkatkan penanaman disiflin dan budi pekerti pada anak secara
bertahap dan terus menerus. Penggunaaan metode bercerita dengan
menggunakan alat ataupun tanpa alat tentunya merupakan tehnik
yang menarik bagi anak, sehingga penanaman budi pekerti membekas
dalam ingatan anak melalui pesan moral yang ada dalam cerita
tersebut, karena ceritanya menarik, sesuai dengan usia anak dan tidak
membosankan.
Kerjasama orangtua dan guru atau pendidik sangat
berpengaruh besar terhadap penanaman disiflin dan budi pekerti anak,
karena konsep yang di terapkan kepada anak sama walaupun metode
yang dipakai di rumah dan di sekolah berbeda.
Metode bercerita merupakan salah satu cara dalam memberikan
pengalaman belajar bagi Anak Usia Dini. Dengan memberikan cerita
kepada anak secara lisan dapat berpengaruh terhadap perkembangan
anak. Guru adalah pelaksana bercerita dengan cerita yang menarik
dan mampu mengundang perhatian anak. Bercerita adalah suatu
metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa
manusia.
539
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Yayah Rokayah NIM. 4103810318066
Referensi:
https://www.kompasiana.com/liaatika/56fdec03f37e61bd1076275c/
penerapan-disiplin-sejak-dini-sebagai-bentuk-pembinaan-
pendidikan-karakter-terhadap-anak
http://etheses.uin-malang.ac.id/809/6/10410166%20Bab%202.pdf
https://www.asikbelajar.com/manfaat-dan-tujuan-cerita-bagi-anak/
Risaldy, Sabil. 2014. Bermain, Bercerita & Menyanyi Bagi Anak
Usia Dini. Jakarta: Pt.Luxima Metro Media. Hal. 64-66. Cetakan II.
540
Penanaman Budi Pekerti Dan Disiflin Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita
Sisca Septiani, S.Pd NIM. 4103810317081
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
ABSTRAK
541
Pembelajaran Pupujian Sunda Terhadap Peningkatan Kecerdasan Spiritual
Sisca Septiani, S.Pd NIM. 4103810317081
A. Pendahuluan
Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat dewasa
ini sangat pelik dan melibatkan bebrbagi dimensi kehidupan.
Mulai dari kenakalan remaja, tawuran pelajar hingga skala besar
yaitu korupsi. Tidak bisa dipungkiri bahwa semua itu disebabkan
oleh banyak faktor yang saling berkaitan. Diantaranya kurangnya
pondasi agama, pola asuh di keluarga, pengikisan akhlaq dan
tentunya pengaruh jaman globalisasi yang begitu derasnya
menghadang kepada kita. Kesemuanya sangat berpengaruh
terhadap sikap dan keseharian masyarakat yang melibatkan pola
pikirnya, emosionalnya hingga ke spiritualnya. Tetapi kita
mengetahui bahwa kejamnya kultur barat untuk merusak sendi-
sendi kehidupan masyarakat kita adalah dengan mengikis nilai-
nilai spiritual. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall dalam
(Efendi, 2005 : 206) menyebutkan bahwa krisis mendasar pada
zaman ini adalah krisis spiritual. Karena dengan mengikis nilai-
nilai spiritual yang ada, akan melemahkan pondasi kehidupan yang
menopang segala jenis kehidupan di atasnya. Ketika pondasinya
sudah dikikis atau dilemahkan, maka akan sangat mudah untuk
merusak sendi-sendi kehidupan di dimensi yang lainnya. Dalam
studi ini penulis menemukan sebuah tradisi lisan di Sunda yang
sedikit atau banyaknya bisa memfilter pengikisan akhlaq sekaligus
sebagai media untuk meningkatkan kecerdasan Spiritual. Karena
pada lirik yang terdapat dalam pupujian Sunda itu mengandung
nilai-nilai penguatan dan keyakinan akan kewajiban manusia dan
kesadaran bahwa kita ini hanya kembali kepada sang pencipta
yaitu Allah Swt. Begitupula kalimat yang mengajak untuk terus
542
Pembelajaran Pupujian Sunda Terhadap Peningkatan Kecerdasan Spiritual
Sisca Septiani, S.Pd NIM. 4103810317081
543
Pembelajaran Pupujian Sunda Terhadap Peningkatan Kecerdasan Spiritual
Sisca Septiani, S.Pd NIM. 4103810317081
544
Pembelajaran Pupujian Sunda Terhadap Peningkatan Kecerdasan Spiritual
Sisca Septiani, S.Pd NIM. 4103810317081
2. Pendekatan
Pendekatan yang di ambil dalam artikel ini adalah
pendekatan induktif yang dimana penyusun mengambil
pandangan awal bahwa Pupujian Sunda yang sering
dilantunkan di masjid-mesjid secara tidak langsung dapat
meningkatkan kecerdasan spiritual seseorang, karena dalam
lirik dan konteksnya memiliki nilai-nilai karakter ajakan dan
sebagai pengingat dalam hal beribadah khususnya shalat. Selain
itu pupujianpun mengingatkan kepada kita bahwa hidup kita di
dunia ini hanya sementara, jangan terbuai dengan fatamorgana
kehidupan dunia dan semuanya akan kembali kepada Allah Swt.
Dengan itu kecerdasan spiritual akan lebih tebal dan meningkat.
545
Pembelajaran Pupujian Sunda Terhadap Peningkatan Kecerdasan Spiritual
Sisca Septiani, S.Pd NIM. 4103810317081
3. Metode
Metode yang di pakai dalam artikel ini adalah metode kualitatif,
yaitu penulis memaparkan hasil temuannya melalui pemaparan
deskriptif6).
4. Teknik
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara
lisan, studi pustaka dan rujukan penelitian antropolinguistik
yang telah saya lakukan sebelumnya.
5. Sumber Data
Sumber data yang di gunakan adalah tujuh sampel masyarakat
Nagrikaler Purwakarta yang diwawancarai tentang pupujian
Sunda ini beserta data hasil penelitian antropolinguistik.
C. Pembahasan Hasil
Dalam pupujian Sunda yang sering dilantunkan di masjid-
mesjid memiliki pengaruh terhadap berbagai kecerdasan
diantaranya IQ, EQ dan SQ. Karena dalam lirik yang terdapat
dalam pupujian Sunda tersebut sangat mempengaruhi sendi-
sendi kehidupan baik itu bersifat pengetahuan, sosial dan
tentunya spiritual. Di bawah ini, disajikan transkripsi dan
transliterasi Pupujian Pépéling.
Transkripsi :
(1) Ѐling-ѐling dulur kabѐh
(2) Ibadah ulah campolѐh
(3) Beurang peuting ulah welѐh
546
Pembelajaran Pupujian Sunda Terhadap Peningkatan Kecerdasan Spiritual
Sisca Septiani, S.Pd NIM. 4103810317081
Transliterasi :
(1) Ingatlah saudara semua
(2) Jangan menyepelekan ibadah
(3) Setiap hari jangan putus asa
(4) Karena mati datang secara tiba- tiba
(5) Karena kita akan mati
(6) Roh akan diambil oleh Sang Pencipta
(7) Oleh sebab itu harus hati-hati
(8) Dalam beribadah harus rajin
547
Pembelajaran Pupujian Sunda Terhadap Peningkatan Kecerdasan Spiritual
Sisca Septiani, S.Pd NIM. 4103810317081
548
Pembelajaran Pupujian Sunda Terhadap Peningkatan Kecerdasan Spiritual
Sisca Septiani, S.Pd NIM. 4103810317081
549
Pembelajaran Pupujian Sunda Terhadap Peningkatan Kecerdasan Spiritual
Sisca Septiani, S.Pd NIM. 4103810317081
dan objek diisi oleh kata nyawa. Larik ke tujuh dan ke delapan
adalah satu kalimat majemuk, yaitu malah kudu ati, kana
ibadah sing gumati. Jika kalimat ini ditransliterasikan ke dalam
bahasa Indonesia, maka menjadi oleh sebab itu harus hati-hati,
dalam beribadah harus rajin. Dapat dilihat bahwa larik ketujuh
merupakan klausa, meskipun tidak terdapat subjek. Jika
dianalisis fungsinya, kata malah merupakan konjungsi dan kata
kudu ati-ati merupakan predikat. Subjek tidak ditemukan dalam
klasusa tersebut. Jadi, terjadi pelepasan subjek sehingga
menimbulkan adanya penonjolan verba pada frasa kudu ati-ati.
Fungsi predikat diisi oleh frasa verba dan memiliki makna
perbuatan. Sama halnya dengan larik ketujuh¸ larik kedelapan
tidak mempunyai subjek sehingga ada penonjolan verba pada
frasa sing gumati. Frasa kana ibadah menduduki fungsi
keterangan, sedangkan sing gumati menduduki fungsi predikat.
Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa setiap larik puisi
Pupujian Pépéling merupakan gagasan yang utuh dimulai dari
ajakan untuk melaksanakan salat serta gambaran agar tidak
melalaikannya. Sesudah itu, dijelaskan juga peringatan tentang
kematian yang merupakan ciri dari makhluk hidup. Gagasan
tersebut ditonjolkan dengan kategori verba pada setiap kalimat
inti yang berpola inversi. Sehingga ajakan ibadah sing gumati
dan juga keseluruhannya mendekatkan kita kepada sang
Pencipta agar tidak lalai melaksanakan ibadah khususnya shalat.
Dengan seperti itu kecerdasan spiritualpun akan meningkat dan
menjaga kehidupannya berdasarkan aturan agama agar lebih
baik lagi. Selain itu kecerdasan spiritual ini juga dipengaruhi
550
Pembelajaran Pupujian Sunda Terhadap Peningkatan Kecerdasan Spiritual
Sisca Septiani, S.Pd NIM. 4103810317081
D. Simpulan
Dari bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pupujian
Sunda berkaitan erat dengan perkembangan IQ (intelligence
quotient), EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual
Quotient). Karena di dalamnya memiliki nilai-nilai karakter
untuk mempengaruhi cara berfikir dan kehidupan sosial
masyarakat dan tentunya sikap spiritual terhada Tuhannya yaitu
Allah Swt. Yang kedua bahwa Pupujian Sunda juga dapat
meningkatkan kecerdasan spiritual. Karena selain ajakan untuk
tidak lalai beribadah khususnya shalat, pupujian ini juga lebih
mempertebal iman dan spiritual kita. Karena mengingakan kita
akan kematian, karena mati akan datang kapan saja dan siap
menghampiri kita. Sehingga SQ kita akan lebih meningkat
setiap kali mengingat dan memperdengarkan Pupujian Sunda.
SQ merupakan jenis kecerdasan yang memungkinkan manusia
menjadi kreatif, mengubah aturan dan situasi namun tetap
dengan batasan aturan agama.
551
Pembelajaran Pupujian Sunda Terhadap Peningkatan Kecerdasan Spiritual
Sisca Septiani, S.Pd NIM. 4103810317081
E. Kepustakaan
1)
Efendi, Agus. (2005). Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung
: Alfabeta
2)
Fasya, Mahmud,. Dkk. (2013). Kumpulan Makalah Setali UPI.
Bandung : UPI Press
3)
Faturohman, Taufik. (1991). Peperenian Basa Sunda.
Bandung : Geger Sunten
4)
Permadi, Dadi,. Dkk. (2012). Bagaimana Mengembangkan
Kecerdasan?. Bandung: PT. Sarana Panca Karya Nusa
5)
Sudaryat, Yayat. (2007). Makaya Basa Sunda. Bandung :
Sonagar Press
6)
Suwandi dan Basrowi. (2008). Memahami Penelitian
Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta
Trismansyah, Sutaryat,. Dkk. (2012). Panduan Penulisan Karya
Ilmiah. Bandung : UNINUS
7)
https://ora.ox.ac.uk/objects/uuid:fe47f1d7-377d-42f9-a099-
ee901ac66149 (respository Oxford) [Diakses 15 Juli 2019)
552
Pembelajaran Pupujian Sunda Terhadap Peningkatan Kecerdasan Spiritual
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
Maryati,S.Pd
NIM : 4103810318017
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
ABSTRACT
ABSTRAK
553
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
PENDAHULUAN
554
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
555
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
disiplin yang salah maka akan salah pula cara pendisiplinannya. Hal
tersebut tidak menutup kemungkinan
terjadinya praktek kekerasan.
Disiplin jelas berbeda dengan hukuman. Pada dasarnya disiplin
merupakan kebutuhan mutlak di masa usia dini, mengingat masa ini
merupakan masa yang paling efektif untuk pembentukan perilaku anak.
Setiap anak memiliki potensi memahami aturan yang berkembang pada
setiap tahap kehidupannya. Disiplin diperlukan untuk membantu
penyesuaian pribadi dan sosial anak. Melalui disiplin anak dapat belajar
berperilaku sesuai dengan cara yang disetujui dan sebagai imbalannya
mereka dapat dengan mudah diterima oleh lingkungan sosialnya.
Sedangkan hukuman merupakan salah satu unsur kedisiplinan
yang diperlukan untuk mendisiplinkan anak. Unsur disiplin yang lain
selain hukuman adalah peraturan, penghargaan dan konsistensi. Jadi
dalam pelaksanaan disiplin semua unsur tersebut harus ada. Peraturan
sebagai standar konsep moral yang dijadikan pedoman perilaku
,konsistensi sebagai cara untuk mengajar dan melaksanakan peraturan,
hukuman sebagai bentuk konsekuensi pelanggaran yang dilakukan
secara sengaja, dan penghargaan untuk usaha mencontoh perilaku yang
diharapkan atau yang disetujui. Jadi disiplin dengan sewenang-wenang
khususnya dengan menggunakan hukuman yang keras atau kekerasan
tidak dapat dibenarkan. Ada metode tertentu yang harus digunakan untuk
menerapkan atau mengembangkan sikap disiplin pada anak. Untuk itulah
perlu di ketahui dan di pahami tentang perkembangan disiplin pada anak
supaya orang tua dan pendidik dapat memahami dengan baik tentang
disiplin yang baik yang dapat diterapkan atau dikembangkan pada anak-
anak khususnya anak usia dini sebagai calon generasi mendatang.
556
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
PEMBAHASAN
1. Moral
557
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
558
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
Unsur-unsur Disiplin
Menurut Harlock agar disiplin mampu mendidik anak untuk
dapat berperilaku esuai dengan standar yang ditetapkan oleh
kelompok sosial mereka, maka disiplin harus memiliki empat
unsur pokok yaitu :
559
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
1. Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku,
dimana pola tersebut ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman
bermain. Tujuannya adalah penanaman disiplin pada anak usia
dini adalah untuk membekali anak dengan pedoman perilaku
yang disetujui dalam situasi tertentu. Peraturan mempunyai dua
fungsi yaitu ;
a) Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan
memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota
kelompok tersebut;
b) Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak
diinginkan. Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi
tersebut, maka peraturan itu haruslah dapat dimengerti,
diingat dan diterima oleh si anak. Anak kecil membutuhkan
lebih banyak peraturan daripada anak yang lebih besar sebab
menjelang remaja anak dianggap telah belajar apa yang
diharapkan dari kelompok sosial mereka.
2. Hukuman
Hukuman berasal dari kata kerja Latin, punire, dan berarti
menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan,
perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.
Walaupun tidak dikatakan, namun tersirat bahwa kesalahan,
perlawanan atau pelanggaran ini disengaja, dalam arti bahwa
orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah tetapi tetap
melakukannya. Tujuan jangka pendek dari menjatuhkan
hukuman adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah.
Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mengajar dan
560
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
561
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
562
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
563
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
564
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
565
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
566
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
567
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
D. Prinsip-prinsip Penilaian
1. Terencana
Penilaian dilakukan secara terencana sesuai dengan aspek
perkembangan moral yang dinilai.
2. Sistematis
Penilaian dilakukan secara teratur dan terprogram.
3. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara bertahap dan terus menerus untuk
memperoleh gambaran tentang perkembangan anak didik.
4. Obyektif
Penilaian dilaksanakan terhadap semua aspek perkembangan moral
dan agama sebagaimana adanya.
5. Mendidik
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi
dan mengembangkan moral anak didik secara optimal.
6. Kebermaknaan
Hasil penilaian harus mempunyai arti dan bermanfaat bagi guru,
orang tua, anak didik dan pihak lain.
568
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
PENUTUP
A. Simpulan
Membicarakan mengenai anak usia dini maka ada banyak hal
yang bisa kita bahas. Dimana anak usia dini meliputi dari 0 sampai 6
tahun. Anak juga memiliki karakteristik ataupun pola yang
berkembang dan juga berbeda, selain perkembangannya yang berbeda
sesuai dengan Perkembangan Psikologi Anak ada juga yang
dipengaruhi oleh lingkungan atau biasa disebut sebagai faktor
eksternal.
Setiap anak tentu memiliki karaktersitik serta pola yang
beragam. Perkembangan anak usia dini banyak melalui beberapa
tahapan. Nah perhatian kita tentu bukan hanya pada sisi yang
menyenangkan saja. Anak juga harus diajarkan sesuatu yang jelas
seperti hal yang salah dan hal yang benar. Sehingga, anak tidak
sembarangan mendapatkan pendidikan. Cara Kerja Psikologi
Pendidikan mungkin jelas, namun bagaimana dengan non pendidikan
? salah satunya disiplin. Penerapan disiplin nyatanya sangat bagus
untuk kehidupan anak usia dini, bagaimana ?
B. b. Saran
Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini baik itu anak, siswa,
orang tua ataupun guru. Dalam menerapkan disiplin yang paling
penting adalah tidak adanya sikap permusuhan, yang ada hanyalah
keinginan untuk membentuk menjadi anak yang berguna dan baik.
ada beberapa tipe-tipe disiplin yaitu: disiplin otoriter, disiplin
permisif, serta disipin demokratis
569
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Maryati,S.Pd NIM : 4103810318017
DAFTAR PUSTAKA
570
Moral Dan Disiplin Anak Usia Dini
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
MANAJEMEN PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
ABSTRAK
Pendidikan merupakan sarana utama dalam membentuk dan
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu
indikator tercapainya tujuan pembelajaran dapat diketahui dengan
melihat prestasi yang diraih oleh siswa. Nilai-nilai yang didapat
merupakan hasil dari mereka belajar dan sejauh mana mereka
memahami, menguasai dan mengaplikasikannya dalam ujian yang
diberikan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Hasil belajar
merupakan hasil yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan
tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah . Kemampuan berprestasi
atau unjuk hasil belajar merupakan puncak dalam proses belajar .
Prestasi belajar memiliki posisi strategis yang diharapkan terus
meningkat untuk memperlihatkan bahwa pemahaman siswa semakin
baik. Kecerdasan emosional merujuk kepada kemampuan mengenali
perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi
diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi pada diri sendiri dan
dalam hubungan dengan orang lain. Faktor yang mempengaruhi tingkat
prestasi belajar selain faktor kecerdasan emosional, salah satunya yaitu
faktor kepercayaan diri. Kepercayaan diri atau keyakinan diri diartikan
sebagai sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk
mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.
571
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sarana utama dalam membentuk dan
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik melalui
pendidikan informal maupun pendidikan formal. Pendidikan sebagai
sistem terdiri dari tiga komponen, yaitu masukan (input), proses
(process), dan keluaran (output). Pendidikan mengemban tugas untuk
menghasilkan generasi yang baik, manusia-manusia yang lebih
berkebudayaan, manusia sebagai individu yang memiliki kepribadian
yang lebih baik (Munib dkk, 2006:29). Pendidikan informal dapat
dilakukan di rumah atau di tempat kursus, seperti kursus piano, sempoa,
dan keterampilan-keterampilan lain. Pendidikan formal sendiri
dilakukan di sekolah dengan mengikuti berbagai mata pelajaran yang
telah ditentukan lebih dulu oleh pihak sekolah.
Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena
pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak (Ahmad dan Uhbiyanti,
2003:193). Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk
memberikan kualitas atau mutu dalam proses dan output yang
dihasilkan. Salah satu indikator tercapainya tujuan pembelajaran dapat
diketahui dengan melihat tinggi rendahnya prestasi yang diraih oleh
siswa. Prestasi belajar merupakan pencerminan hasil belajar yang
dicapai setelah mengikuti proses belajar mengajar (Tu’u, 2004:76).
Kemampuan, pemahaman, dan kualitas siswa dapat diketahui lewat
prestasi belajar yang dimilikinya. Tinggi rendahnya prestasi belajar
siswa akan mempengaruhi juga jalan untuk meniti masa depannya, Nilai-
nilai yang didapat merupakan hasil dari mereka belajar dan sejauh mana
mereka memahami, menguasai dan mengaplikasikannya dalam ujian
yang diberikan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
572
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
573
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
574
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
B. LANDASAN TEORI
A.Tinjauan tentang Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku
manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan.
Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan,
sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia
(Anni, 2007:2). Slavin dalam Anni (2007:2) menyatakan bahwa belajar
merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.
Belajar dapat dilihat dari perubahan perilaku manusia dari yang semula
tidak bisa menjadi bisa, yang semula tidak paham menjadi paham.
Hintzman dalam Rifki (2008:29) menjelaskan bahwa belajar adalah
suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan,
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organisme tersebut. Seseorang memahami bahwa belajar itu penting bagi
proses psikologis apabila seseorang tersebut menguasai prinsip-prinsip
belajar. Konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu
(Anni, 2007:3):
1. Belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku.
2. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses
pengalaman.
3. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
575
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
C. Prestasi Belajar
Pengertian Prestasi Belajar Nasution (1996) berpendapat bahwa
prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang peserta didik dalam
berpikir, merasa dan berbuat. Menurut Nasution, prestasi belajar seorang
peserta didik dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek, yaitu: 1.
Aspek kognitif Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan
kegiatan berpikir. Aspek ini sangat berkaitan erat dengan tingkat
intelegensi (IQ) atau kemampuan berpikir peserta didik. Aspek inilah
yang sejak dahulu selalu menjadi perhatian utama dalam pendidikan
formal. 2. Aspek afektif Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan
dengan nilai dan sikap. Penilaian pada aspek ini dapat terlihat pada
kedisiplinan, sikap hormat terhadap guru, kepatuhan dan lain
sebagainya. Aspek afektif berkaitan erat dengan kecerdasan emosional
(EQ) peserta didik. 3. Aspek psikomotorik Aspek psikomotorik menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkaitan
576
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
577
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
578
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak mudah menyerah atau
putus asa, mampu mengendalikan dan mengatasi stress, mampu
menerima kenyataan. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana
seorang anak dapat berinteraksi dan mengembangkan keterampilannya,
karena tidak dapat dipungkiri jaman sekarang pendidikan merupakan
suatu kebutuhan pokok maka tiap anak akan membutuhkan peran
sekolah.
Dalam pengembangan kecerdasan emosional anak didik, sekolah
berperan dalam memberi motivasi, membentuk kepercayaan diri anak,
dan mengembangkan minat anak. Goleman dalam Wahyuningsih
(2004:27) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage
our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan
pengungkapannya (the appropriateness of emotional and its expression)
melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri,
empati dan keterampilan sosial. Menurut Goleman dalam Mar’at
(2009:172), bahwa dalam penelitian di bidang psikologi anak telah
dibuktikan bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi akan lebih percaya diri, lebih bahagia, populer, dan sukses di
sekolah. Mereka lebih mampu menguasai emosinya, dapat menjalin
hubungan yang baik dengan orang lain, mampu mengelola stress dan
memiliki kesehatan mental yang baik. Anak dengan kecerdasan emosi
yang tinggi dipandang oleh gurunya di sekolah sebagai murid yang tekun
dan disukai oleh teman-temannya.
579
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
580
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
581
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
G. Kepercayaan Diri
Pengertian Percaya Diri Percaya diri berasal dari bahasa Inggris
yaitu self confidence yang artinya percaya pada kemampuan, kekuatan
dan penilaian diri sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa penilaian tentang
diri sendiri adalah berupa penilaian yang positif. Penilaian positif inilah
yang nanti akan menimbulkan sebuah motivasi dalam diri individu untuk
lebih mau menghargai dirinya. Rasa percaya diri adalah suatu keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan
keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk dapat mencapai
berbagai tujuan di dalam hidupnya (Thursan, 2002:6). Rasa percaya diri
adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri sendiri, dimana
remaja dapat mengerti bahwa siswa tidak hanya seseorang, tapi ia juga
seseorang yang baik (Santrock, 2003:336). Kepercayaan diri adalah
keyakinan akan kekuatan, keterampilan dan kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu. Kepercayaan tersebut timbul karena adanya
pengakuan dari seseorang yang menganggap dirinya sebagai manusia.
Kepercayaan diri timbul karena adanya pengakuan terhadap
kelebihankelebihan yang dimilikinya sehingga dapat membuat orang
tersebut mampu untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. Menurut
582
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
583
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
584
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
dirinya, baik dari gaya pakaian, aksesoris dan gaya hidupnya tanpa
terbatas pada keinginan untuk selalu menyenangkan orang lain.
585
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
dan diskusi maka rasa percaya diri siswa dapat terbentuk. Siswa juga
dapat aktif ikut serta dalam kegiatan ekstrakulikuler
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri menurut
Santrock (2003: 339) adalah: 1. Mengidentifikasi penyebab dari
rendahnya rasa percaya diri Mengidentifikasi penyebab rendahnya rasa
percaya diri merupakan langkah yang penting untuk memperbaiki
tingkat rasa percaya diri. Remaja memiliki tingkat percaya diri paling
tinggi ketika mereka mencapai sesuatu hal yang mereka anggap penting
dan mampu menunjukkannya kepada orang lain. Maka dari itu remaja
harus didukung untuk mengidentifikasikan dan menghargai
kompetensikompetensi mereka. 2. Dukungan emosional dan penerimaan
sosial Dukungan emosional dan penerimaan sosial dari orang lain juga
merupakan pengaruh yang penting bagi percaya diri remaja. Beberapa
remaja dengan rasa percaya diri yang rendah memiliki keluarga yang
bermasalah atau kondisi dimana mereka mengalami penganiayaan atau
tidak mendapat perhatian dan kurang mendapat dukungan. 3. Prestasi
Prestasi juga mempengaruhi tingkat percaya diri seseorang. Remaja yang
dapat mencapai prestasi baik akademik atau ketrampilan tentu tingkat
percaya dirinya juga tinggi.
586
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
SIMPULAN
587
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
Arina ulfah abdullah NIM : 4103810318027
DAFTAR PUSTAKA
588
Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Anak
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
Abstrak
Globalisasi telah menciptakan dunia yang semakin terbuka dan
saling ketergantungan antar negara dan antarbangsa. Negara-negara
dan bangsa. Negara-negara dan bangsa-bangsa didunia kini bukan saja
saling terbuka terhadap satu sama lain, tetapi juga saling keter-
gantungan satu sama lain, kalaupun saling ketergantungan (Iinter-
depedency) itu senantiasa bersifat asimetris, artinya satu negara lebih
tergantung pada negara lain daripada sebaliknya. Karena saling
ketergantungan dan saling keterbukaan ini, semua negara pada
prinsipnya akan terbuka terhadap pengaruh globalisasi.
Di era globalisasi ini, media muncul sebagai sentra pendidikan ke
empat dalam ruang pendidikan Secara keseluruhan, yang sebelum nya
hanya di isi oleh sentra keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tantangan
yang muncul bersumber dari dominasi media masa dalam kehidupan
Publik, yang ketika posisi nya bergeser menggantikan peran sentra
pendidikan lainya, disinyalir telah menyajikan kurikulum bersembunyi -
the hidden curriculum- lewat kandungan isi nya yang tidak mencer-
daskan khalayak. Tantangan ini dapat di atasi lewat gerakan media
literacy- sebuah konsep keberaksaraan (literacy) yang di terapkan pada
media masa. Melalui gerakan ini, masyarakat diajak untuk memahami
bahwa media masa sesungguh nya tidak lah netral, melainkan ajang
kontestasi pelbagai kepentingan sosial ekonomi politik.
Lewat upaya penyadaran semacam ini, gerakan media literacy
berkehendak mendidik masyarakat guna memanfaatkan informasi dan
kandungan media lainnya sesuai dengan keperluannya. Lebih jauh lagi,
gerakan ini bermaksud mendidik masyarakat agar mampu bersikap kritis
dan bijak dalam menghadapi banjir informasi dan upaya media masa
mendominasi kehidupan masyarakat sehari hari.
589
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
1. Pendahuluan
Tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tengah situasi
semacam ini persisnya dapat di deskripsikan sebagai berikut. Pendidikan
merupakan institusi yang menyelenggarakannya umumnya dilaksakan
oleh pranata pranata pendidikan seperti: Sekolah, lembaga adat, dan
lembaga agama, sesuai dengan salah satu fungsi pendidikan, yaitu
meningkatkan kualitas kemanusiaan siswa didik melalui sosialisasi
pengetahuan dan nilai nilai (Cultural Maintenance). Albert Bandura
melalui teori social Learning yang popular pada decade 1960an
memperlihatkan bahwa seiring dengan maraknya media masa, maka
lembaga tersebut (Media Masa) menjadi alternatif media belajar Baru bagi
masyarakat. Kenyataan ini kian mengkuat ketika kehadiran media masa
semakin mendominasi kehidupan masyarakat. Di Amerika Serikat, fakta
memperlihatkan bahwa rata rata orang dewasa menghabiskan waktu
selama 4 jam di depan layar televisi. 4 jam bukan waktu yang sedikit bila
dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan oleh bekerja (6-8 jam),
Tidur (4-6 jam),dan menjalanklan fungsi sosial maupun individual
lainnya (Zilman,2002). Data lembaga riset pemasaran MARS tahun 2000
memperlihatkan,Rata rata waktu yang dihabiskan oleh penduduk dewasa
indonesia di depan televisi juga berkisar 4 jam sehari.Jumlah yang
dihabiskan anak anak diperkirakan lebih banyak lagi,Mengingat “anak
anak pada masyarakat modern meluangkan jauh lebih banyak waktu di
depan televisi, play station,internet,atau online game di banding dengan
orangtua nya” (Lie,2004).
Inilah bentuk tantangan yang di hadapi dunia pendidikan Indonesia
dari sektor media. Idealisme yang menawarkan nilai nilai kultur
dihadapkan pada saluran lain yang menawarkan ragam lain, sayang nya,
Menyimpang jauh dari idealism keluhuran budi pekerti dan intelektual.
Media masa menawarkan hidden curriculum dengan agenda ekonomi
590
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
591
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
592
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
2. Pembahasan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi solusi mengatasi
ancaman dominasi media massa ditengah masyarakat terhadap
pendidikan sebagai upaya meningkatkan kualitas bangsa. Sesuai dengan
rumusan permasalahan penelitian, maka alur pikir dalam pembahasan
akan dimulai dari eksplorasi fungsi media massa sebagai salah satu sentra
pendidikan (berikut tantangan-tantangannya), dilanjutkan dengan
pembahasan mengenai media literacy sebagai alternative solusi mengatasi
ancaman dominasi massa ditengah masyarakat terhadap visi dan misi
kependidikan.
593
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
594
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
595
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
596
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
597
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
pendidikan yang di harapkan lantas solusi apa yang kira nya dapat
ditawarkan untuk mengatasi keadaan demikian? pertanyaan ini meng-
hantarkan kita pada bahasan selanjutnya, yang di tujukan untuk
memperkenalkan sebuah konsep yang kemungkinan masih baru, bahkan
bagi praktisi komunikasi dan pendidikan di Indonesia dewasa ini : media
literacy .
598
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
599
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
600
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
literacy adalah kaum muda yanf berada dalam proses peneguhan mental
fisik.
Dalam maknanya yang paling luas, literacy (keberaksaraan)
termasuk kemampuan untuk ’membaca’ dan ’menulis’ dengan terampil
dalam pelbagai bentuk-bentuk pesan, terutama menimbang dominasi
media elektronik berbasis citra. Secara sederhana, media literacy
termasuk keterampilan-keterampilan literacy yang diperluas pada seluruh
bentuk pesan, termasuk penulis dan membaca, berbicara dan menyimak,
menonton secara kritis, dan kemampuan untuk menulis sendiri pesan-
pesan dengan menggunakan pelbagai teknologi. Media literacy bukanlah
subyek yang baru, dan juga bukan sekedar tentang televis, namun
merupakan literacy bagi masyarakat informasi. Media literacy adalah
semacam code of conduct bagi masyarakat diera informasi. Konsep ini
dijabarkan dalam tiga kriteria.
1) Ability to subjectively read and comprehend examine in a social
contex (kecakapan untuk membaca dan memahami isi media secara
subjektif).
2) Ability to understand the various characteristitics of media
conveying information (Kecakapan untuk memahami ragam
karakteristrik media dalam menyamiaikan informasi ).
3) Ability to analyze, evaluate and critically examine in a social contex,
and select information conveyed by media (percakapan untuk
mengevakuasi, dan secara kritis memeriksa media dalam sebvuah
konteks social,serta memlih informasi yang di sampaikan oleh
media.
4) Ability to acces and use media (kecakapan untuy mengakses dan
menggunakan media) Ability to select operate and actively make use
of media apparatus (kecakaqpan untuk menyeleksi, mengoprasikan,
dan secara aktif memamfaatkan perangkat perangkat media.
601
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
602
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
603
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
604
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
605
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
606
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
Simpulan
(1) Identifikasi pada permasalahan yang melibatkan dunia pendidikan
dan media massa dalam konteks krisis multidimensi di sektor
pendidikan dewasa ini memperlibatkan bahwa pendidikan di
Indonesia tengah menghadapi tantangan cukup serius dan media
massa yang menyajikan the hidden ciricullum berupa ekspoitasi
kekerasan seks, dan sensosionalitas, yang mengikis nilai-nilai luhur
kemanusiaan dan menyimpang jauh dari tujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
(2) Guna mengatasi dan mengantisipasi tantangan yang bersumber dari
dominasi media massa dalam kehidupan masyarakat saat ini, perlu di
mulai dan di perkuat gerakan media literacy. Konsep dasar media
literacy adalah “…the ability to accsess, analyse, evaluate and create
message across a variety of contexts (kecakapan untik mengakses,
menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan-pesan media
dalam beragam konteks)”. Konsep ini pada intinya membekali publik
dengan kemampuan untuk memanfaatkan informasi media secara
607
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi
ASEP JAYA SUKMANA NIM : 4103810312135
bijak dan cerdas. Melalui konsep ini, dominasi media massa berikut
efek negatifnya yang mengancam sektor pendidikan dapat dikurangi.
(3) Konsep media literacy sebagai alternatif mengatasi ancaman media
massa bagi pendidikan dan peningkatan kualitas bangsa dapat
diterapkan di Indonesia dengan belajar pada kasus jepang, yang sejak
tahun 1996 melakukan gerakan media literacy. Jepang memiliki
model penerapan media literacy yang diterapkan dalam berbagai
sektor, mulai dari sektor pemerintah, pendidikan sekolah, media
massa, LSM, dan akademisi/periset.
Saran
(1) Gerakan medi literacy yang sudah dimulai dalam level lembaga
kominitas/lokal perlu didukung oleh segenap elemen masyarakat,
termasuk pemerintah dan kalangan universitas, sehingga bisa menjadi
agenda nasional.
(2) Fakultas Ilmu komunikasi atau kampus-kampus yang memiliki
bidang kajian kominikasi hendaknya memprakarsai gerakan media
literacy minimal di tingkat lokal. Selaku akademisi, semestinya
lembaga-lembaga pendidikan semacam ini sudah berpaling dari
paradigma lama yang hanya berkutat pada pelatihan produksi
program dan media saja. Fakultas –fakultas kominikasi seharusnya
mengimbangi kirikulumnya dengan menggalang aksi penyadaran
publik mengenai efek negatif media yang bersumber dari praktik-
praktik konstruksi realitas sosial media.
608
Penguatan Literasi Dalam Konteks Era Globalisasi