Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

MUSLYNA MASDANIA SUAD


20118740031

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
A. Pengertian

Gerontology berasal dari kata Geron/Geronto (bahasa yunani) yang berarti orangtua
dan logos artinya ilmu. Sedangkan Geriartri berasal dari kata Geros yang berarti lanjut
usia dan eatriea yang artinya kesehatan. Keperawatan gerontik didefinisikan sebagai ilmu
yang membahas fenomena biologis, psiko dan sosial serta dampaknya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan penekanan pada upaya prevensi dan promosi
kesehatan sehingga tercapai status kesehatan yang optimal bagi lanjut usia. Kelompok
lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto &
Setiabudhi, 2008).

Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaikikerusakan yang terjadi (Constantinides, 2006).

B. Batasan-batasan Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO dalam Psychologymania, 2013 batasan lanjut
usia meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age) adalah kolompok usia 45-59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

C. Teori Proses Menua

Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai berikut :

a) Teori Biologis
1. Teori radikal bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat
menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas akan
dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan berakumulasi
di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti kendaraan
bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen
pada proses penuaan. Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu, radikal
bebas dapat menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan produk-produk limbah
yang menumpuk di dalam inti dan sitoplasma. Ketika radikal bebas menyerang
molekul, akan terjadi kerusakan membran sel, penuaan diperkirakan karena kerusakan
sel akumulatif yang pada akhirnya mengganggu fungsi. Dukungan untuk teori radikal
bebas ditemukan dalam lipofusin, bahan limbah berpigmen yang kaya lemak dan
protein. Peran lipofusin pada penuaan mungkin kemampuannya untuk mengganggu
transportasi sel dan replikasi DNA. Lipofusin, yang menyebabkan bintik-bintik
penuaan, adalah dengan produk oksidasi dan oleh karena itu tampaknya terkait
dengan radikal bebas.

2. Teori imunologis
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses
penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan terhadap
organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan sangat
mudah mengalami infeksi dan kanker. Perubahan sistem imun ini diakibatkan
perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T
intuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun akan
terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan pengalihan integritas
sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri.

b) Teori Psikososial
1. Teori Disengagement (Penarikan Diri) Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh
lansia dari peran masyarakat dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia
apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi
yang lebih muda. Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar
dapat menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah dialami
dan untuk menghadapi harapan yang belum dicapai.

2. Teori Aktivitas Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang
sukses maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan cara
yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu
komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa
hilangnya fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan
aktivitas mental serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan
sepanjang kehidupan.

3. Teori Kontinuitas Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan


kelanjutan dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa. Perilaku hidup
yang membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan
semakin menurunkan kualitas hidup.

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 yaitu :

1) Perubahan Organik
 Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.
 Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ vital lainnya menghilang.
 Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.
 Jumlah lemak meningkat.
 Penggunaan oksigen menurun.
 Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan menurun.
 Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.
 Ekskresi hormon menurun.
 Aktivitas sensorik dan persepsi menurun.
 Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.
 Lumen arteri menebal.

2) Sistem persarafan
Tanda :
 Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan jumlah sel neuroglial.
 Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
 Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim.
 Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.

Gejala :

 Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera serebrovaskuler, parkinsonisme.


 Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat.
 Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang.
 Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan, langkah pendek, dan menekuk ke
depan
 Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala.

3) Sistem pendengaran
Tanda :
 Hilangnya neuron auditorius.
 Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah.
 Peningkatan serumen.
 Angiosklerosis telinga.

Gejala :

 Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social (khususnya, penurunan


kemampuan untuk mendengar konsonan).
 Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar belakang yang mengganggu, atau
bila percakapan cepat.
 Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan pendengaran.

4) Sistem penglihatan
Tanda :
 Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut.
 Penumpukan pigmen.
 Penurunan kecepatan gerakan mata.
 Atrofi otot silier.
 Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa.
 Penurunan sekresi air mata.

Gejala :

 Penurunan ketajaman penglihatan,lapang penglihatan, dan adaptasi terhadap


terang/gelap.
 Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang menyilaukan.
 Peningkatan insiden glaucoma.
 Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan kejadian jatuh.
 Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet.
 Peningkatan kekeringandan iritasi mata.

5) Sistem kardiovaskuler
Tanda :
 Atrofi serat otot yang melapisi endokardium.
 Aterosklerosis pembuluh darah.
 Peningkatan tekanan darah sistolik.
 Penurunan komplian ventrikel kiri.
 Penurunan jumlah sel pacemaker.
 Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor.

Gejala:

 Peningkatan tekanan darah.


 Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan S4 terdengar.
 Peningkatan aritmia.
 Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi.
 Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan darah.
 Penurunan toleransi.

6) Sistem respirasi
Tanda :
 Penurunan elastisitas jaringan paru.
 Kalsifikasi dinding dada.
 Atrofi silia.
 Penurunan kekuatan otot pernafasan.
 Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2).

Gejala :

 Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi.


 Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan atelektasis.
 Peningkatan resiko aspirasi.
 Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia Sistem
gastrointestinal.

7) Sistem gastrointestinal
Tanda :
 Penurunan ukuran hati.
 Penurunan tonus otot pada usus.
 Pengosongan esophagus makin lambat.
 Penurunan sekresi asam lambung.
 Atrofi lapisan mukosa

Gejala :

 Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan.


 Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya makanan melambat.
 Penurunan penyerapan kalsium dan besi.
 Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan penyakit divertikuler.

8) Sistem reproduksi
Tanda:
 Atrofi dan fibrosis dinding serviks dan uterus.
 Penurunan elastisitas vagina dan lubrikasi.
 Penurunan hormone dan oosit.
 Involusi jaringan kelenjar mamae.
 Poliferasi jaringan stroma dan glandular.

Gejala :

 Kekeringan vagina dan rasa terbakar dan nyeri saat koitus.


 Penurunan volume cairan semina dan kekuatan ejakulasi.
 Penurunan elevasi testis.
 Hipertrofi prostat.
 Jaringan ikat payudara digantikan dengan jaringan lemak, sehingga pemeriksaan
payudara lebih mudah dilakukan
9) Sistem perkemihan
Tanda :
 Penurunan masa ginjal.
 Tidak ada glomerulus.
 Penurunan jumlah nefron yang berfungsi.
 Perubahan dinding pembuluh darah kecil.
 Penurunan tonus otot kandung kemih.
Gejala:

 Penurunan GFR.
 Penurunan kemampuan penghematan natrium.
 Peningkatan BUN.
 Penurunan aliran darah ginjal.
 Penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan urin residual.
 Peningkatan urgensi.

10) Sistem endokrin


Tanda:
 Penurunan testosterone, hormone pertumbuhan, insulin, androgen, aldosteron,
hormone tiroid.
 Penurunan termoregulasi.
 Penurunan respons demam.
 Peningkatan nodularitas dan fibrosis pada tiroid.
 Penurunan laju metabolic basal.

Gejala :

 Penurunan kemampuan untuk menoleransi stressor seperti pembedahan.


 Penurunan berkeringat dan menggigil dan pengaturan suhu.
 Penurunan respons insulin, toleransi glukosa.
 Penurunan kepekaan tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretik.
 Penambahan berat badan.
 Peningkatan insiden penyakit tiroid.

11) Sistem integumen


Tanda :
 Hilangnya ketebalan dermis dan epidermis.
 Pendataran papilla.
 Atrofi kelenjar keringat.
 Penurunan vaskularisasi.
 Tidak adanya lemak sub kutan.
 Penurunan melanosit.
 Penurunan poliferasi dan fibroblas.

Gejala:

 Penipisan kulit dan rentan sekali robek.


 Kekeringan dan pruritus.
 Penurunan keringat dan kemampuan mengatur panas tubuh.
 Peningkatan kerutan dan kelemahan kulit.
 Tidak adanya bantalan lemak yang melindungi tulang dan menyebabkan timbulnya
nyeri.
 Penyembuhan luka makin lama.

12) Sistem muskuloskeletal


Tanda:
 Penurunan massa otot.
 Penurunan aktivitas myosin adenosine tripospat.
 Perburukan dan kekeringan pada kartilago sendi.
 Penurunan massa tulang dan aktivitas osteoblast.

Gejala:

 Penurunan kekuatan otot.


 Penurunan densitas tulang.
 Penurunan tinggi badan.
 Nyeri dan kekakuan pada sendi.
 Peningkatan risiko fraktur.
 Perubahan cara berjalan dan postur.

E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Stanley dan Patricia (2011) pemeriksaan laboatorium rutin yang perlu diperiksa
pada pasien lansia untuk mendeteki dini gangguan kesehatan yang sering dijumpai pada
pasien lansia yang belum diketahui adanya gangguan/penyakit tertentu (penyakit degeneratif)
yaitu :

1) Pemerikasaan hematologi rutin.


2) Urin rutin.
3) Glukosa.
4) Profil lipid.
5) Alkalin pospat.
6) Fungsi hati.
7) Fungsi ginjal.
8) Fungsi tiroid.
9) Pemeriksaan feses rutin.

F. Pengkajian

Perawat mengkaji perubahan pada perkembanga fisiologis, kognitif dan perilaku sosial pada
lansia.

1) Perubahan fisiologis
a. Perubahan fisik penuaan normal yang perlu dikaji :
Sistem Temuan
 Pigmentasi berbintik/bernoda diarea yang terpajan sinar
matahari, pucat meskipun tidak anemia
 Kering, kondisi bersisik
Integumen  Ekstremitas lebih dingin
 Penurunan elastisitas, kerutan, kondisi berlipat, kendur
Rambut  Penipisan rambut
Kepala  Tulang nasal, wajah menajam, & angular
 Penurunan ketajaman penglihatan, akomodasi, adaptasi
Mata
dalam gelap, sensivitas terhadpa cahaya
 Penurunan membedakan nada, berkurangnya reflek ringan,
Telinga
pendengaran kurang
Mulut  Penurunan pengecapan, aropi papilla ujung lateral lidah
Leher  Kelenjar tiroid nodular
Kuku  Penurunan laju pertumbuhan
 Peningkatan diameter antero- posterior, peningkatan rigitas
Paru-paru dada, peningkatan RR dengan penurunan ekspansi
paru, peningkatan resistensi jalan nafas
 Peningkatan sistolik, perubahan vascular DJJ saat istirahat,
Jantung
nadi perifer mudah dipalpasi, ekstremitas bawah dingin
 Berkurangnnya jaringan payudara, kondisi menggantung
Payudara
dan mengendur
 Penurunan sekresi keljar saliva, peristatik, enzim digestif,
Sistem Pencernaan
konstppasi
 Penurunan estrogen, ukuran uterus, atropi vagina
Sistem Reproduksi
 Penurunan testosteron, jumlah sperma, testis
 Penurunan filtrasi renal, nokturia, penurunan kapasitas
kandung kemih, inkontenensia
Sistem Perkemihan  Inkontenensia urgensi & stress, penurunan tonus otot
perineal
 Sering berkemih & retensi urine.
 Penurunan masa & kekuatan otot, demineralisasi
Sistem Muskuloskeletal tulang, pemendekan fosa karena penyempitan rongga
intravertebral, penurunan mobilitas sendi, rentang gerak
 Penurunan laju reflek, penurunan kemampuan berespon
Sistem Neurologi
terhadap stimulus ganda, insomia, periode tidur singkat

b. Pengkajian status fungsional :


Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.Indeks Katz adalah alat yang
secara luas digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan
penyakit kronis. Format ini menggambarkan tingkat fungsional klien dan mengukur efek
tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki fungsi. Indeks ini merentang kekuatan
pelaksanaan dalam 6 fungsi : mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan
makan.
c. Tingkat Kemandirian Lansia :
A : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar mandi, berpakaian
dan mandi
B : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
tambahan
C : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan
D : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian
dan satu fungsi tambahan
E : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil
G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

2) Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul akibat kesalahan
konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi perubahan struktur dan
fisiologi yang terjadi pada otak selama penuaan tidak mempengaruhi kemampuan adaptif
& fungsi secara nyata (ebersole &hess, 2003).

Pengkajian status kognitif meliputi :

 SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)


Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual terdiri dari 10 hal
yang menilai orientasi, memori dalam hubungan dengan kemampuan perawatan diri,
memori jauh dan kemam[uan matematis.

 MMSE (mini mental state exam)


Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi,perhatian dank kalkulasi,
mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan paliong tinggi adalaha 30, dengan
nialu 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan
penyelidikan leboh lanjut.

 Inventaris Depresi Bec


Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejal dan sikap yang behubungan dengan
depresi. Setiap hal direntang dengan menggunakan skala 4 poin untuk menandakan
intensitas gejala.
3) Perubahan psikososial
Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada penuaan. Meskipun
perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan biasa terjadi pada mayoritas
lansia.

 Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada seluruh tingkat
kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk
mengkaji fungsi social lansia adalah APGAR Keluarga. Instrument disesuaikan untuk
digunakan pada klien yang mempunyai hubungan social lebih intim dengan teman-
temannya atau dengan keluarga. Nilai < 3 menandakan disfungsi keluarga sangat tinggi,
nilai 4-6 disfungsi keluarga sedang.

A : Adaptation, P : Partnership, G :Growth, A :Affection, R : Resolve

 Keamanan Rumah
Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk menjamin tidak adanya
bahaya yang akan menempatkan lansia pada resiko cidera. Faktor lingkungan yang harus
diperhatikan :
1. Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk & pada malam hari
2. Jalan bersih
3. Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat
4. Alas kaki stabil dan anti slip
5. Kain anti licin atau keset
6. Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi

G. Diagnosa Keperawatan yang Muncul

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Wilkinson, 2011 (Berdasarkan


NANDA 2011) :

1. Defisit perawatan diri : berpakaian, makan, eliminasi


2. Gangguan sensori persepsi (tipe penglihatan, pendengaran, taktil, olfaktori
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbetasan kognitif, salah interpretasi,
kurang minat dalam belajar, kurang dapat mengingat, tidak familier dengan sumber
informasi
5. Resiko cedera
6. Hambatan interaksi sosial
7. Kerusakan memori
Daftar Pustaka

Patricia Gonce Morton et.al. (2011). Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan holistic. Edisi 8.
Jakarta: EGC.

Potter dan Perry. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta:
EGC.

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith. (2011). Buku saku diagnosa keperawatan: diagnose NANDA, intervensi
NIC, Kriteria hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai