(TENSILE TEST)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Tujuan
Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat melakukan pengujian tarik (tensile test)
terhadap suatu material.
1. Spesimen Plat
Batang uji berupa plat ditentukan dahulu gauge lengthnya, yaitu 60 mm.
Setelah itu diambil titik tengah dari gauge length, yaitu A0 = 30 mm & B0 = 30 mm.
Kesemuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian diukur kembali panjang gauge
1
lenghtnya apakah tepat 60 mm atau tidak, setelah itu nilainya dimasukkan kedalam
penandaan (L0).
2
panjang batang uji dengan menggunakan jangka sorong, lalu ditentukan titik
tengahnya dan dapat ditandai dengan menggunakan penitik. Setelah itu ditentukan
gauge lenghtnya , yaitu 70 mm sehingga A0 dan B0 adalah masing-masing 35 mm dan
juga ditandai dengan penitik. Baru kemudian diukur lagi panjang gauge lenghtnya (A
ke B) yang kemudian hasil pengukuran dimasukkan kedalam penandaan (Lo)
C
Pot C-C
Φo
Ao Bo
Gauge Length
C
Gambar 1.3 Spesimen Beton Neser
Pada pengujian tarik spesimen diberi beban uji aksial yang semakin besar secara kontinyu.
Sebagai akibat pembebanan aksial tersebut, spesimen mengalami perubahan panjang.
Perubahan beban (P) dan perubahan panjang (∆ L) tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik,
yang merupakan fungsi beban dan pertambahan panjang dan disebut sebagai grafik P - ∆ L
dan kemudian dijadikan grafik Stress-Strain (Grafik - ) yang menggambarkan sifat bahan
secara umum.
3
Gambar 1.4 grafik P- hasil pengujian tarik beberapa logam
Dari gambar 1.4 di atas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan sebanding dengan
pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum Hooke, sedangkan titik p merupakan
batas berlakunya hukum tersebut. Oleh karena itu titik p di sebut juga batas proporsional.
Sedikit di atas titik p terdapat titik e yang merupakan batas elastis di mana bila beban di
hilangkan maka belum terjadi pertambahan panjang permanen dan spesimen kembali
kepanjang semula. Daerah di bawah titik e di sebut daerah elastis. Sedangkan di atasnya di
sebut daerah plastis.
Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni di mana logam
mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban yang berarti. Dengan kata lain
titik yield merupakan keadaan di mana spesimen terdeformasi dengan beban minimum.
Deformasi yang yang di mulai dari titik y ini bersifat permanen sehingga bila beban di
hilangkan masih tersisa deformasi yang berupa pertambahan panjang yang di sebut deformasi
plastis. Pada kenyataannya karena perbedaan antara ke tiga titik p, e dan y sangat kecil maka
untuk perhitungan teknik seringkali keberadaan ke tiga titik tersebut cukup di wakili dengan
titik y saja. Dalam kurva titik y ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar atau beban
relatif tetap. Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua logam. Pada material yang ulet
seperti besi murni dan baja karbon rendah, titik y tampak sangat jelas. Namun pada umumnya
penampakan titik y tidak tampak jelas. Untuk kasus seperti ini cara menentukan titik y
dengan menggunakan metode offset. Metode offset di lakukan dengan cara menarik garis
lurus yang sejajar dengan garis miring pada daerah proporsional dengan jarak 0,2% dari
regangan maksimal. Titik y di dapat pada perpotongan garis tersebut dengan kurva σ-ε
(gambar 1.5)
4
Gambar 1.5 Metode offset untuk menentukan titik yield
Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan semakin
besar pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum di tunjukkan dengan puncak
kurva sampai pada beban maksimum ini, deformasi yang terjadi masih homogen sepanjang
spesimen. Pada material yang ulet (ductile), setelahnya beban maksimum akan terjadi
pengecilan penampang setempat (necking), selanjutnya beban turun dan akhirnya spesimen
patah. Sedangkan pada material yang getas (brittle), spesimen akan patah setelah tercapai
beban maksimum.
Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva P tersebut sebenarnya belum
menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan kekuatan spesimen saja. Untuk
mendapatkan kekuatan materialnya maka grafik P tersebut harus di konversikan ke
dalam tegangan-regangan teknik (grafik t t ). Grafik t t di buat dengan asumsi luas
penampang spesimen konstan selama pengujian. Oleh karena itu penggunaan grafik ini
terbatas pada konstruksi yang man deformasi permanen tidak di perbolehkan terjadi.
5
Berdasarkan asumsi luas penampang konstans tersebut maka persamaan yang di gunakan
adalah :
t = P/Ao ………………………………………………………………………..(1)
t 100 …………………………………………………………….(2)
di mana t tegangan teknik (kN/mm2)
P = tegangan teknik (kN)
Ao = luas penampang awal spesimen (mm2)
t = regangan teknik (%)
= panjang awal spesimen (mm)
6
pertambahan panjang ke sepuluh titik tersebut berdasarkan skala yang telah di buat di
atas. Untuk membuat tampilan yang baik, terutama pada daerah elastis, tentukan terlebih
dahulu kemiringan garis proporsional dengan memakai persamaan Hooke di bawah
ini:
...................................................................................................................(3)
di mana = tegangan/ stress (kg/mm2, MPA,Psi)
= modulus elastisitas (kg/mm2,MPA,Psi)
= regangan/strain (mm/mm, in/in)
dari persamaan 3 di dapatkan
= tg ………………………………………………………………………….(4)
4. Konversikan ke sepuluh beban (P) tersebut ke tegangan teknik t dengan menggunakan
titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi (gambar 1.6) akan mirip dengan kurva P ,
karena pada dasarnya grafik t t dengan kurva P identik, hanya besaran sumbu-
sumbunya yang berbeda.
7
Grafik Tegangan-Regangan Sebenarnya s s
titik u (beban ultimate). Pada grafik t t setelah titik u, kurva akan turun sampai patah di
titik f (frakture), sedangkan pada grafik s s kurva akan terus naik sampai patah di titik f.
Kenaikkan tersebut di sebabkan tegangan yang terjadi di perhitungkan untuk luas penampang
sebenarnya sehingga meskipun beban turun namun karena tingkat pengecilan penampang
lebih besar, maka tegangan yang terjadi juga lebih besar.
Berdasarkan asumsi volume konstan maka persamaan yang di gunakan adalah:
σ s = t ( 1 + t )..........................................................................................(5)
s = ℓn ( 1 + t )..........................................................................................(6)
Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan garfik t t ke dalam grafik
1. Ambil kembali ke sepuluh titik pada grafik t t yang merupakan konversi dari grafik
8
Gambar 1.7 Grafik Tegangan dan Regangan sebenarnya s s
y Py A ………………….………………………………………………...(9)
u Pu A ………………….………………………………………………...(10)
di mana u = tegangan ultimate (kN/mm2)
pu = beban ultimate (kN)
3. Regangan
100 0 0 ..........................................................................................(11)
di mana = regangan (%).
= pertambahan panjang (mm)
= panjang awal spesimen (mm)
Regangan tertinggi menunjukkan nilai keuletan suatu material.
4. Modulus Elastisitas (E)
9
Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas menunjukkan kekakuan
suatu material. Semakin besar nilai E, menandakan semakin kakunya suatu material.
Harga E ini di turunkan dari persamaan hukum Hooke sebagaimana telah di uraikan pada
persamaan 3 dan 4.
Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu material relatif terhadap
yang lain dapat di amati dari sudut kemiringan pada garis proporsional. Semakin
besar , semakin kaku material tersebut.
5. Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )
RA=[(A0-A’)/A0] 100%
di mana A’ = luas penampang setelah patah (mm2)
Reduksi penampang dapat juga di gunakan untuk menetukan keuletan material. Semakin
tinggi nilai RA, semakin ulet material tersebut.
10
BAB II
METODOLOGI
II.1 Material
1. Spesimen uji tarik pelat.
2. Spesimen uji tarik round bar.
3. Spesimen uji tarik deformat.
4. Specimen uji tarik beton neser.
5. Kertas milimeter.
II.2 Peralatan
1. Mesin uji tarik.
2. Kikir.
3. Jangka sorong.
4. Ragum.
5. Penitik.
6. Palu.
II.3 Langkah Kerja
1. Menyiapkan Spesimen
Ambil spesimen dan jepit pada ragum.
Ambil kikir, dan kikir bekas machining pada spesimen yang memungkinkan
menmyebabkan salah ukur.
Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen..
2. Pembuatan gauge length
Ambil penitik dan tandai spesimen dengan dua titikan sejuh 50 mm. Posisikan gauge
lenght tepat di tengah-tengah spesimen.
Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
3. Pengukuran dimensi
Ambil spesimen dan ukur dimensinya.
Catat jenis spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja.
Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
4. Pengujian pada mesin uji tarik
Catat data mesin pada lembar kerja.
Ambil kertas milimeter dan pasang pada tempatnya.
11
Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat.
Setting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik.
Berikan beban secara kontinyu sampai spesimen patah.
Amati dan catat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan patah sebagaimana yang
tampak pada monitor beban.
Setelah patah, ambil spesimen dan ukur panjang dan luasan penampang yang patah .
Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
12
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Beberapa sifat mekanik yang di dapat dari pengujian tarik pada spesimen uji tarik Plat
adalah sebagai berikut :
~ Tegangan tarik yield ~ Tegangan tarik maksimum
y = Py/A0 u = Pu/A0
= 31,00 kN/96,28 mm² = 35,00 kN/96,28 mm2
= 0,32 kN/mm2 = 0,36 kN/mm2
13
max = (L/Lo)x100% E = /ε
= (22,97/60,60) x 100% = 0,06/0,07
= 37,90% = 0,85 kN/mm2
Reduksi penampang Interpolasi A 9
0.9
0.8
0.7
STRESS (kN/mm2)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
STRAIN (m m /m m )
14
skala Δl = perpanjangan setelah patah spesimen
Pertambahan panjang total pada kurva
= 18,52 mm
21 mm
= 0,88 mm / mm
1 mm = 0,88 mm
Tabel 3.2 Spesimen 2 (Beton Neser)
Δl Ao A1 σt εt σs εs
Skal Skal (mm P ℓo (mm² (mm² (kN/mm (mm/m (kN/mm (mm/m
No X Y aX aY ) (kN) (mm) ) ) ²) m) ²) m)
0.20 1.00 113.0 113.0
0 0 0 6 1 0 0 69.8 4 4 0 0 0 0
1 0.20 1.00 1.23 15.01 113.0 111.0
1 6 5 6 1 6 5 69.8 4 7 0.133 0.018 0.135 0.018
2 0.20 1.00 1.85 25.02 113.0 110.1
2 9 5 6 1 4 5 69.8 4 2 0.221 0.027 0.227 0.026
12. 4 0.20 1.00 2.57 113.0 109.0
3 5 0 6 1 5 40.04 69.8 4 2 0.354 0.037 0.367 0.036
5 0.20 1.00 3.29 55.05 113.0 107.9
4 16 5 6 1 6 5 69.8 4 4 0.487 0.047 0.51 0.046
5 0.20 1.00 3.50 58.05 113.0 107.6
5’ 17 8 6 1 2 8 69.8 4 4 0.514 0.05 0.539 0.049
6 0.20 1.00 4.53 61.06 113.0 106.1
6 22 1 6 1 2 1 69.8 4 5 0.54 0.065 0.575 0.063
6 0.20 1.00 5.76 63.06 113.0 104.4
7 28 3 6 1 8 3 69.8 4 1 0.558 0.083 0.604 0.079
6 0.20 1.00 64.06 113.0
8’’ 40 4 6 1 8.24 4 69.8 4 101.1 0.567 0.118 0.634 0.112
6 0.20 1.00 9.06 113.0
9 44 0 6 1 4 60.06 69.8 4 90.66 0.531 0.13 0.662 0.221
10’’ 4 0.20 1.00 10.5 113.0
’ 51 0 6 1 1 40.04 69.8 4 38.47 0.354 0.151 1.041 1.078
' = Titik Yield '' = Titik Maksimum ''' = Titik patah
Beberapa sifat mekanik dari hasil pengujian uji tarik spesimen Bar adalah sebagai
berikut:
15
= 35,39 % = 11,00 kN/mm2
1.1
1
0.9
0.8
STRESS (kN/mm 2)
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2
STRAIN (m m /m m )
16
skala Δl = perpanjangan setelah specimen patah
Pertambahan panjang total pada kurva
= 19,76 mm
58,00 mm
= 0,34 mm / mm
1 mm = 0,34 mm
Skala Skala Δl σt σs
No X Y P(kN) Lo Li Ao(mm²) A1(mm²) εt(mm/mm) εs(mm/mm)
X Y (mm) (kN/mm²) (kN/mm²)
0 0.00 0.00 0.34 1.00 0.00 0.00 60.60 60.60 96.28 96.28 0.00 0.00 0.00 0.00
1 3.00 6.00 0.34 1.00 1.02 6.00 60.60 61.62 96.28 94.69 0.06 0.02 0.06 0.02
2 5.00 8.00 0.34 1.00 1.70 8.00 60.60 62.30 96.28 93.65 0.08 0.03 0.09 0.03
3 8.00 13.00 0.34 1.00 2.72 13.00 60.60 63.32 96.28 92.14 0.14 0.04 0.14 0.04
4 10.00 18.00 0.34 1.00 3.40 18.00 60.60 64.00 96.28 91.17 0.19 0.06 0.20 0.05
5 13.00 19.00 0.34 1.00 4.42 19.00 60.60 65.02 96.28 89.73 0.20 0.07 0.21 0.07
6 19.00 37.00 0.34 1.00 6.46 37.00 60.60 67.06 96.28 87.01 0.38 0.11 0.43 0.10
7 27.00 44.00 0.34 1.00 9.18 44.00 60.60 69.78 96.28 83.61 0.46 0.15 0.53 0.14
8 36.00 47.00 0.34 1.00 12.24 47.00 60.60 72.84 96.28 80.10 0.49 0.20 0.59 0.18
9 43.00 48.00 0.34 1.00 14.62 48.00 60.60 75.22 96.28 77.57 0.50 0.24 0.62 0.22
10 46.00 48.00 0.34 1.00 15.64 48.00 60.60 76.24 96.28 77.57 0.50 0.26 0.62 0.22
11 50.00 48.00 0.34 1.00 17.00 48.00 60.60 77.60 96.28 77.57 0.50 0.28 0.62 0.22
12 53.00 48.00 0.34 1.00 18.02 48.00 60.60 78.62 96.28 77.57 0.50 0.30 0.62 0.22
13 57.00 31.00 0.34 1.00 19.38 31.00 60.60 79.98 96.28 41.38 0.32 0.32 0.75 0.84
17
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada specimen Round Bar
adalah sebagai berikut :
Tegangan yield Tegangan maksimum
y = Py/A0 u = Pu/A0
= 41,00 kN/122.66 mm2 = 63,00 kN/122.66 mm2
= kN/mm2 = kN/mm2
0.70
0.60
0.50
Stress
0.40
Tegangan-regangan sebenarnya
0.30 Tegangan-Regangan Teknik
0.20
0.10
0.00
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 1.10
Strain
18
BAB IV
PENUTUP
IV. Kesimpulan
Dari hasil penghitungan diatas, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Sifat mekanik
No Spesimen σy(kN/mm2) σu(kN/mm2) E(kN/mm2) εmax(%) RA(%)
1 Plat 0,32 0,36 0,85 37,90 70,61
Beton
2 Neser 0,41 0,55 11,00 35,39 63,74
Round
3 Bar 0,33 0,51 2 62,37 66,26
Spesimen 2 memiliki kekuatan elastic Paling besar karena nilai tegangan yieldnya
paling besar
Ketidak tepatan hasil percobaan disebabkan oleh kesalahan pemasangan spesimen pada
mesin uji tarik (anvil), pembacaan nilai hasil pengujian yang kurang tepat, ketidaktelitian
pengukuran material yang tidak homogen (luasan tidak sama), pembulatan bilangan
desimal pada perhitungan dan hasil perhitungan itu sendiri, kesalahan pengambilan titik
pada kurva hasil pengujian serta kesalahan dari praktikan.
19
Daftar Pustaka
1. Harsono, Dr, Ir & T.Okamura, Dr, [1991], Teknologi Pengelasan Logam, PT.
Pradya Paramita, Jakarta
2. Wachid Suherman, Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik
Mesin FTI, ITS
3. Dosen Metallurgi, [1986], Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin
FTI, ITS
4. M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik
Bangunan Kapal, PPNS
5. Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS
20