Anda di halaman 1dari 10

URGENSI PENANAMAN DASAR AJARAN ISLAM

PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Artikel ini disusun untuk menyelesaikan tugas


Mata Kuliah Kebijakan Pendidikan Nasional

Disusun Oleh :

Nama : IRWANSYAH RAMDANI

NPM : 172207171229
NIRM : 018.01.02.084

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS IBN KHALDUN
BOGOR
2018 M/1439 H
2

URGENSI PENANAMAN DASAR AJARAN ISLAM


PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Oleh:
Irwansyah Ramdani
Mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Email: 4bu4qila@gmail.com

The Basic Islamic Teaching is required for early childhood education


programs, and it has a great control for growth of children or
toddlers. This teaching and learning lead them to be a great and
respected Islamic high character as sholeh or sholeha person. they
are some big responsible trustee ones from Allah ‫ ﷻ‬for us as parents.
Children are the hope of the future and the successor for continuity
and life continuation. Therefore, it is the duty for every parents to set
the a great and excellent opportunities. Early childhood is full of
great curiosity; they desire to become an individual who has
adequate ability in accordance for maturity. early age, early a child
has the opportunity well, then later he will be an Islamic creative
person. Surah Al-Qur'ān Luqmān verse 12-15 there are at least a few
counsel about early childhood educators, this is the way how Allah
gives us the best examples for every couple for their early
children in education. Here’s as an educator in this matter parents
must share love and teach them love and attentions. we must teach
children about monotheistic education that is to enrage the one and
only Allah . Parents should adjust something to the place, or in
other words teach the child something accordingly with interests,
abilities and their talent. Physically education of children it should
start early, through giving breast milk to children. Children are group
of people called great golden age moment, so let them have as proud
and excellent with precious and valuable times.

Key Words : The Basic Islamic Teaching, Early Childhood


Education Programs
.

PENDAHULUAN

Anak adalah anugerah Allah bagi manusia, menyaksikan tingkah laku mereka
dapat membuat hati senang, memandang mereka dapat menyejukkan hati,
mengajak mereka bercengkrama dapat menenangkan jiwa, maka mereka adalah
perhiasan kehidupan dunia, (Suwaid, 1998). Sebagaimana dikuatkan oleh firman
Allah dalam Al Qur’ān Surat Ali Imran [3] ayat 14 :
3

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-


apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di
sisi Allah- lah tempat kembali yang baik (surga).”

Pada dasarnya anak terlahir ke dunia ini tanpa identitas, tidak mengenal apa-apa
dan siapa-siapa serta untuk apa dilahirkan. Ia juga dilahirkan tidak pernah
berpesan terlebih dahulu untuk dijadikan apa, bagaimana dan mau ke mana
selanjutnya, kecuali hanya satu bahwa manusia dilahirkan hanya membawa fitrah
yang telah dianugerahkan Allah (Rosyadi, 2013)
Untuk menjadikan anak baik yang mempunyai nilai, etika, moral, akhlāqul
karīmah, beragama, pintar, cerdas, kreatif, inovatif maka anak itu harus diberi
pendidikan dan pelatihan. (Rosyadi, 2013)
Pendidikan anak begitu penting, mengingat usia 0-6 tahun adalah masa emas
atau Golden Age. Masa Golden Age ialah masa Anak Usia Dini (AUD) untuk
mengekplorasi hal-hal yang ingin mereka lakukan, senang bermain dan peka
terhadap rangsangan sekitar. Pendidikan anak usia dini (PAUD) memegang
peranan penting dalam mengembangkan dan menyiapkan pribadi anak-anak
secara utuh dan menyeluruh, PAUD merupakan lembaga pendidikan prasekolah
yang memperkenalkan iklim dan budaya sekolah, sebagai peletak proses
pendidikan ketika mereka berusia 0-6 tahun. Pengalaman yang diterima anak
melalui pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan PAUD
merupakan proses yang sangat penting serta menentukan kondisi, perkembangan,
dan keberhasilan di masa yang akan datang. Pertumbuhan pengetahuan,
keterampilan, kreativitas, bakat, minat, sikap, dan karakter anak sangat
bergantung pada lingkungannya, serta apa yang dilihat, dialami, diperoleh, dan
diajarkan oleh orang lain kepadanya. (Mulyasa, 2014)
Namun, PAUD yang selama ini berjalan pada umumnya hanya
berorientasi pada peningkatan kognisi dan psikomotoris dengan sasaran otak dan
otot. Sebaiknya para pendidik harus memperhatikan secara seimbang yang
berkaitan dengan afeksi dengan sasaran qalbu dan hatinurani anak melalui
sentuhan nilai-nilai agama, norma-norma, etika dan akhlak, sehingga anak dapat
menampilkan sosok yang mengesankan dengan perilaku dan bertindak positif
dalam hidupnya; dan bukan sosok yang mengenaskan dan menggemaskan dengan
perilaku dan bertindak negatif. (Rosyadi, 2013)

PEMBAHASAN

Pengertian Anak Usia Dini

Dalam Uudang - Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 1, disebutkan, bahwa


anak usia dini adalah sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pada usia ini,
merupakan kelompok manusia yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan fisik, kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spritual), sosio emosional ( sikap, prilaku dan agama), bahasa dan
4

komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan


yang sedang dilalui oleh anak tersebut. (Pemuda, 2003)

Menurut H.E Mulyasa, Montesori mengemukakan bahwa usia dini merupakan


periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode ketika suatu fungsi
tertentu perlu dirangsang, dan diarahkan sehingga tidak terhambat
perkembangannya. Sebagai contoh : masa peka untuk berbicara pada periode ini
tidak terlewati, maka anak akan mengalami hambatan dalam perkembangan
kemampuan bahasa pada periode berikutnya. (Mulyasa, 2014)
Menurut Suryabrata, Aristoteles mengatakan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan anak, terbagi pada dua fase. Fase pertama, mulai anak umur 0
sampai 7 tahun, yang disebut masa anak kecil ke masa bermain. Fase kedua, anak
umur 7 sampai 14 tahun, disebut masa anak, yang dikenal dengan masa belajar
rendah. (Subrata, 2005)

Sedangkan Zakiah Daradjat, mengemukakan, anak usia 3-4 tahun dikenal sebagai
masa pembangkang atau masa krisis. Dari segi pendidikan justru masa itu terbuka
peluang ketidakpatuhan, sekaligus merupakan landasan untuk menegakkan
kepatuhan. Saat itu, anak terbuka peluang kearah kesediaan menerima yang
sesungguhnya. Setelah itu anak memiliki kesadaran batin. Di sinilah mulai
dibutuhkan sentuhan pendidikan untuk menumbuhkan motivasi pendidikan ke
arah tujuan pendidikan. (Darajat, 1995)

Pengertian Pendidikan Anak usia Dini (PAUD)

Pendidikan anak usia dini merupakan peletak dasar pertama dan utama dalam
pengembangan pribadi anak; baik berkaitan dengan karakter, kemampuan fisik,
kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, disiplin diri, konsep diri maupu
kemandirian. (Mulyasa, 2014)
Secara yuridis, istilah anak usia dini di Indonesia ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa
“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut”. (Suyadi, 2015)

Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Menurut Suyadi, secara umum tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah :
memberikan stimulasi atau rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar
menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan
menajdi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. (Suyadi, 2015)
5

Senada dengan tujuan di atas, Solehuddin menyatakan bahwa tujuan pendidikan


anak usia dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara
optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma dan nilai-nilai kehidupan yang
dianut. Melalui pendidikan anak usia dini, anak diharapkan dapat
mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya – intelektual (kognitif), sosial,
emosi, dan fisik-motorik. Di samping itu, satu aspek yang tidak boleh
ditinggalkan adalah perkembangan rasa beragama sebagai dasar-dasar akidahyang
lurus sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, memiliki kebiasaan atau
perilaku yang diharapkan, menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan
dasar sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya serta memiliki
motivasi dan sikap belajar yang positif. (Suyadi, 2015)

Tujuan pendidikan anak usia dini yang lebih ekstrim dikemukakan oleh
Suyanto yang menyatakan bahwa tujuan PAUD adalah untuk mengembangkan
seluruh potensi anak (the whole child)agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia
yang utuh sesuai falsafah suatu bangsa. Manusia utuh dalam pandangan Islam
disebut Insan Kamil atau manusia sempurna. untuk menjadi manusia sempurna
atau utuh harus terpelihara fitrah dalam dirinya. Fitrah adalah konsep Islam
tentang anak, di mana anak dipandang sebagai makhluk unik yang berpotensi
positif, (Suyadi, 2015)

Urgensi Pendidikan Anak Usia Dini

PAUD memegang peranan sangat penting dan menentukan bagi sejarah


perkembangan anak selanjutnya karena merupakan fondasi bagi dasar kepribadian
anak. Anak yang mendapatkan pembinaan yang tepat dan efektif sejak usia dini
akan dapat meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan fisik dan mental, yang
akan dapat berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja, dan
produktivitas sehingga mampu mandiri dan mengoptimalkan potensi dirinya.
PAUD akan menjadi cikal bakal pembentukan karakter anak, sebagai titik awal
pembentukan SDM berkualitas, yang memiliki wawasan, intelektual, kepribadian,
tanggungjawab, inovatif, kreatif, proaktif, dan partisipatif serta semangat mandiri.
(Mulyasa, 2014)

Urgensi Penanaman Ajaran Islam dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Islam adalah agama yang memiliki sistem komprehensif yang mencakup seluruh
dimensi kehidupan, terutama kehidupan manusia. Islam memiliki konsep-konsep
untuk semua aspek temasuk di dalamnya pendidikan, karena pendidikan
merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Bahkan
pendidikan merupakan pilar agama Islam, dan sesungguhnya Islam adalah agama
pendidikan dan pembentukan manusia (Al-Qaimi, 1995)

Menurut pandangan Islam, setiap bayi yang lahir, diciptakan Allah di atas fitrah
keimanan. setiap anak yang dilahirkan ke dunia dalam keadaan suci dan bersih
atau lebih populer dengan istilah ” fitrah ”. sebagaimana firman Allah dalam
6

surat Ar Rūm [30] ayat 30 : ”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Dalam surat Al-A’raf [7] ayat 172 Allah juga berfirman :

”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak


Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)".

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda dalam hadits qudsi Allah berfirman :

“Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan


suci. Setelah itu datanglah setan-setan yang menggelincirkan mereka dari
agama mereka dan mengharamkan atas mereka apa yang sebenarnya Allah
halalkan bagi mereka dan menyuruh mereka agar menyekutukan Aku
dengan sesuatu yang Aku tidak turunkan keterangan tentangnya.”
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

” Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang


tuanyalah yang dapat mengarahkan anaknya, apakah ia menjadi Yahudi,
Nasrani atau Majusi ” (H.R, Bukhari).

Yang dimaksud fitrah dalam hadits di atas adalah fitrah islam berupa tauhid dan
pengetahuan tentang Rabbnya. Artinya, apabila bayi itu dibiarkan berkembang
dengan sendirinya (tanpa ada pengaruh apa-apa), niscaya ia akan memilih jalan
iman dalam tingkatan ihsan, karena memang ia tercipta di atas karakter yang siap
utnuk menerima syari’at. Andaikan saja ia dibiarkan terus di atas fitrah tersebut,
maka ia tetap akan berpegang padanya, ia tidak akan melepaskannya dan tidak
cenderung kepada yang lain. (Ummu Ihsan Choiriyah, 2010)

Untuk itu, supaya fitrah yang dimiliki anak dapat tumbuh dan berkembang
sesuai dengan tuntunan Islam, maka sejak awal anak harus ditanamkan nilai-nilai
ajaran Islam. Adapun nilai-nilai Islam yang menjadi pilar utama terdiri dari 3
tiang pokok yaitu, aqidah, syari’ah, dan akhlak. Tiga prinsip pokok itu harus
diimplmentasikan dalam pendidikan anak usia dini.

1. Penanaman Aqidah Islamiyah

Waktu yang tepat untuk penanaman aqidah adalah pada usia-usia awal dalam
kehidupan seorang anak, karena seorang anak akan mendengarkan apa yang
disampaikan sorang pendidik dengan seluruh inderanya dan menerimanya tanpa
perdebatan. (Jarimah, 2004)
7

Aqidah Islamiyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah
dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman
kepada kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik
dan buruk. (Jawas, 2006)
Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam mengatakan :

“Masalah besar dalam pendidikan memang banyak, yang terbesar


adalah pendidikan kurang berhasil dalam penanaman iman, padahal
iman itu adalah pengendali manusia; Hati harus dibina dengan cara
menanamkan iman di hati itu, caranya adalah dengan menempatkan
Tuhan di hati itu sampai Tuhan itu menjadi raja di hati itu.” (Tafsir,
2015)

Semua hal di atas merupakan perkara ghaib, di mana dapat membingungkan


bagaimana cara menyampaikan dan mengajarkannya kepada anak-anak usia dini?
Namun apabila kita memperhatikan bagaimana muamalah Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan
anak-anak, kita akan menemukan lima prinsip dasar dalam penanaman aqidah,
yaitu : mengajarkan anak kalimat tauhid, penanaman cinta kepada Allah , Cinta
kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, mengajarkan anak Al Qurān serta memastikan anak selalu
berpegang teguh pada aqidah yang benar. (Suwaid, 1998)

Beginilah Rasulullah ‫ ﷺ‬memulai dakwahnya yang baru, dalam pembentukan


masyarakat Islam yang baru, memfokuskan perhatiannya kepada anak-anak usia
dini, dengan pengasuhan, dakwah dan doa, sehingga Ali ibn Abi Thālib
memperoleh kemulyaan untuk menjaga Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan tidur di rumah
beliau pada malam hijrah. Ini merupakan pendidikan nabi bagi anak-anak usia
dini agar menjadi para pemimpin masa depan. (Suwaid, 1998)

Oleh karena itu, penanaman aqidah yang benar semestinya ditanamkan


kepada si anak semenjak usia dini, karena kepercayaan itu tidak akan tumbuh dan
berkembang pada diri anak kecuali dengan pembinaan dan latihan secara rutinitas.

2. Penanaman Ibadah

Penanaman ibadah merupakan penyempurnaan dari penanaman aqidah, karena


ruh atau essensi ibadah memberikan nutrisi bagi aqidah. Mengenai hal ini Dr. Said
Ramadhan Al Buthi mengatakan : “Agar penanaman aqidah di dalam jiwa
seseorang menjadi kuat, maka perlu disiram dengan air ibadah dengan segala
bentuknya. Sehingga aqidah akan tumbuh dan berkembang dalam hati dan akan
menjadi kokoh di tengah badai dan goncangan kehidupan”. (Suwaid, 1998)
Seorang pendidik yang baik akan berusaha mengasuh dan melatih anaknya
beribadah untuk menjamin agar anaknya selalu memegang teguh agama dan
mencegahnya dari penyimpangan aqidah. Dan merupakan sebuah kesalahan jika
seorang anak kecil tidak diperhatikan masalah ibadahnya, lalu mewajibkannya
untuk melakukan syari’at agama setelah mereka dewasa.
8

Adapun ibadah yang perlu ditanamkan pada anak usia dini, yaitu dalam bentuk
pengenalan dan latihan melakukan rukun Islam yang lima, terdiri dari;
pengucapan dua kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Begitu pula
ibadah umum, dalam bentuk pengenalan dan pembiasaan mengucapkan kalimat
tayyibah, perbuatan-perbuatan yang baik, seperti berbakti kepada orang tua,
menyayangi teman, menolong tetangga, berinfak, membantu fakir miskin dan
lain-lain. Dengan adanya pengenalan, pembiasaan dan latihan sejak dini, maka
kelak sewaktu anak menjadi remaja dan dewasa terbiasa melakukan ibadah dan ia
merasakan bahwa ibadah itu adalah salah satu kebutuhan yang wajib
dilaksanakan. (Jarimah, 2004)

3. Pembinaan Akhlak

Nabi telah menyeru kita untuk mendidik anak-anak, menanamkan akhlak mulia di
dalam diri mereka, membiasakan mereka dengan perangai yang baik dan
menghiasi diri dengan sifat jujur, amanah dan hormat kepada orangtua.

Diriwatkan dari Ubadah bin Shamit bahwasanya Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :


“Bukan termasuk umatku orang yang tidak memuliakan yang tua di
antara kami, mengasihi yang muda di antara kami, dan yang
mengetahui hak orang yang berilmu di antara kami.”(HR. Tirmidzi)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik , dari Nabi ‫ﷺ‬

“Muliakanlah anak-anak kalian dan baguskanlah adab mereka.”


(HR. Ibnu Majah). (Al-Qahthani, 2013)

Karenanya, sangat penting kita isi masa kanak-kanak mereka dengan


menanamkan adab dan akhlak yag terpuji. Setiap anak terlahir dalam keadaan
fitrah yang murni dan perangai yang lurus. Jiwa yang polos ini menerima bentuk
perangai apapun yang dipahatkan pada dirinya. Selanjutnya pahatan itu akan
meluas sedikit demi sedikit hingga akhirnya meliputi seluruh jiwa dan menjadi
tabiat yang melekat padanya dan akan menentang segala yang bertentangan
dengannya. (Ummu Ihsan Choiriyah, 2010)

Dalam kitab Ahkamul Maulud, Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengatakan, “ Yang


sangat dibutuhkan anak adalah perhatian terhadap akhlaknya. Ia akan tumbuh
menurut apa yang dibiasakan oleh pendidiknya ketika kecil. Jika sejak kecil ia
terbiasa marah, keras kepala, tergesa-gesa dan mudah mengikuti hawa nafsu,
serampangan, tamak dan seterusnya, maka akan sulit baginya untuk memperbaiki
dan menjauhi hal itu ketika dewasa. Perangai seperti ini akan menjadi sifat dan
perilaku yang melekat pada dirinya. Jika ia tidak dibentengi betul dari hal itu,
maka pada suatu ketika nanti semua perangai itu akan muncul. Karena itu kita
temukan manusia yang akhlaknya menyimpang itu disebabkan oleh pendidikan
yang dilaluinya. (Suwaid, 1998)
Untuk menumbuhkan generasi penerus yang berakhlakul karimah, maka
perlu diberikan dan ditanamkan kepada anak semenjak usia dini tata cara
9

berakhlak, baik kepada Allah, terhadap diri sendiri dan lingkungan keluarga serta
alam sekitar. Untuk itu agar anak terhindar dari akhlak tercela, pembinaan akhlak
perlu dilakukan sejak usia dini, melalui latihan, pembiasaan, dan contoh suri
teladan dari anggota keluarga terutma orang tua, sebab apa yang diterima dan
dialami anak sejak dini akan melekat pada dirinya dan akan membentuk
kepribadiannya.

KESIMPULAN

Anak merupakan amanah Allah yang dititipkan kepada orang tua, hatinya
yang masih suci merupakan permata yang tak ternilai, bersih, dan suci dari segala
coretan dan lukisan. Orang tua mempunyai peranan yang sangat strategis dan
penting dalam mendidik dan mengasuhnya.
Pendidikan anak begitu penting, mengingat usia 0-6 tahun adalah masa
emas atau Golden Age. Masa Golden Age ialah masa Anak Usia Dini (AUD)
untuk mengekplorasi hal-hal yang ingin mereka lakukan, senang bermain dan
peka terhadap rangsangan sekitar.
Untuk mewujudkan anak yang berkualitas seperti sehat jasmani dan
rohani, cerdas pemikirannya, dan terpuji akhlaknya, maka Islam memberikan
konsep pendidikan anak usia dini yaitu dengan menanamkan aqidah
Islam, membiasakan beribadah dan memberikan contoh teladan yang baik. Hal
tersebut sebagai landasan pembentukan kepribadian anak selanjutnya. Sebaliknya
kesalahan dalam meletakan dasar pendidikan pada masa ini, sangat sulit
memperbaiki di masa mendatang.
10

DAFTAR PUSTAKA

Choiriyah, Ummu Ihsan dan Abu Ihsan Al-Atsary, 2010, Mencetak Generasi
Rabbani, Cileungsi: Pustaka Darul Ilmi
Darajat, Zakiah, 1995, Pendidikan Islam dalam Keluarga Sakinah, Jakarta : CV.
Ruhama
Direktorat PLS dan Pemuda, 2003, Konsep Dasar Pendidik Anak Usia Dini,
Jakarta : Depdiknas
Jarimah, Laila Bintu Abdirahman, 2004, Kaifa Turabbi Waladak, KSA : Wizārah
Syuūn Al Islamiyyah wa Al Auqāf wa Ad Da’wah wa Al Irsyad
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir, 2006, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,
Jakarta : Pustaka Imam Syafi’i
Qahthawi, Dr. Sa’id bin Ali Wahf, 2013, Panduan Lengkap Tarbiyatul Aulad,
Solo
Qaimi, Dr. Ali, 1995, Tarbiyah Ath-Thifli Diinan wa Akhlaqan, Bahrain :
Maktabah Fakhrawy
Rosyadi, H.A Rahmat, 2013, Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter
Anak Usia Dini, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
Tafsir, Prof. Dr Ahmad, 2015, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Subrata, Sumadi, 2005, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada
Suwaid, Muhammad bin Abdul Hafidz, 1998, Manhaj Al Tarbiyah Al Nabawiyah
Li Al Thifli, Beirut : Dar Ibn Katsir
Suyadi, 2015, Teori Pembelajaran Anak Usia Dini Dalam Kajian Neurosains,
Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai