Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PANCASILA

March 18, 2016 by dayesef

Budaya dalam Masyarakat Cilacap


Di saat teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang pesat dan akulturasi terus berjalan, tetap
saja sebuah kelompok masyarakat memiliki adat kebiasaan, budaya, dan identitas diri yang
tidak mudah berubah.

Budaya adalah sebuah kata yang mengandung banyak arti. Menurut kamus bahasa Indonesia,
kata budaya berasal dari bahasa sansekerta bodhya yang berarti akal budi. Sinonim dari kata
tersebut adalah kultur, sebuah kata benda yang berasal dari bahasa Inggris culture atau
cultuur dalam bahasa Belanda atau kulltur dalam bahasa Jerman.

Budaya mencakup semua aspek kehidupan manusia, yaitu semua yang berkaitan dengan
berbagai macam hasil karya manusia mulai dari ilmu pengetahuan, keyakinan, seni, moral,
hukum, adat kebiasaan dan segala bentuk kapabilitas manusia lainnya termasuk di dalamnya
organisasi baik organisasi dalam pengertian yang luas (masyarakat) maupun organisasi dalam
pengertian yang lebih mikro (perusahaan).

Setiap negara mempunyai budaya masing-masing yang berbeda-beda. Bahkan di dalam suatu
negara itupun masih terdapat kebudayaan dan tradisi masyarakat yang berbeda di tiap-tiap
daerah. budaya yang terjadi di masyarakat Jawa tengah, khususnya daerah Cilacap antara
lain:

1. Budaya Sungkeman

Budaya ini masih dilakukan masyarakat sekitar sampai sekarang, bahkan sudah mengakar
dalam kehidupan. Tradisi sungkeman biasanya dilakukan saat perayaan keagamaan, seperti
hari raya Idul Fitri, dan saat ada acara pernikahan ataupun acara keluarga lainnya.
Sungkeman dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada orang tua, dan biasanya dilakukan
dengan mencium tangan orang tua sambil berlutut di hadapannya.

2. Tradisi Peringatan 7, 30, 100, 1000 Hari Orang yang Sudah Meninggal

Tradisi seperti ini masih kental dilakukan warga Cilacap untuk memperingati orang yang
sudah meninggal. Keluarga yang ditinggalkan biasanya mengirimkan makanan kepada
kerabat-kerabatnya atau saudaranya, tujuannya agar bisa mengenang orang yang meninggal
tersebut. Kegiatan membaca Surat Yasin atau biasa disebut yasinan juga salah satu kegiatan
dari tradisi ini. Tradisi ini merupakan tradisi turun-temurun dari nenek moyang, sehingga
sangat sulit dihilangkan. Meskipun pada kenyataannya sekarang tradisi seperti ini sudah jauh
berkurang dibandingkan dahulu.

3. Kendurenan

Tradisi seperti ini masih sering dilakukan oleh warga Cilacap, khususnya bagi daerah
pedesaan. Tradisi ini hanya dilakukan oleh kaum pria setiap malam minggu awal bulan.
Kendurenan biasanya dimulai selepas sholat maghrib dan dilaksanakan di rumah warga
secara bergilir, sama seperti arisan. Kegiatan yang biasa dilakukan antara lain membaca
sholawat, membaca do’a dan diakhiri dengan makan bersama. Biasanya sebelum pulang dari
kendurenan, tuan rumah akan membawakan jajanan ringan atau nasi dus untuk dibawa
pulang ke rumah masing-masing.

4. Ziarah Kubur

Tradisi ziarah kubur biasanya dilakukan menjelang bulan puasa atau menjelang lebaran. Hal
ini dilakukan untuk mendoakan orang yang sudah meninggal. Tidak hanya kuburan keluarga
dan orang-orang terdekat saja, tetapi kuburan para wali atau kiai juga diziarahi, tujuannya
tidak lain adalah untuk mendapatkan berkah dan meminta doa.. Tradisi ini rutin dilakukan
setiap tahun, dan biasanya orang pergi beramai-ramai menuju tempat ziarah membawa
keluarga dan kerabat mereka.

5. Sedekah Laut

Sedekah laut merupakan bagian ritual “keagamaan” pada saat itu yang masih tertinggal
hingga kini dalam lingkup keberlangsungan hidup nelayan. Ritual sedekah laut sangat kental
terasa di wilayah Jawa khususnya Pantai selatan Jawa. Ritual sedekah laut dikenal pada
masyarakat awam Jawa dengan definisi pemberian macam-macam sesaji kepada ratu kidul,
sebagai bentuk rasa syukur (bertrima kasih) atas rejeki laut dan keselamatan yang telah
diterima saat melaut. Pada dasarnya daya kekuatan ghaib yang membahayakan bagi
kelangsungan kehidupan manusia. Hal ini seperti yang dilakukan oleh masyarakat Cilacap di
pantai Teluk Penyu, setiap tahun sekali mereka melakukan upacara Sedekah Laut dengan
harapan mereka terbebas dari pengaruh buruk dari kekuatan ghaib dan senantiasa
memdapatkan keselamatan. Seiring dengan perkembangan agama Islam di Cilacap upacara
Sedekah Laut mengalami akulturasi antara Islam dan budaya lokal yang ada dan hidup
sampai sekarang.

Upacara Sedekah Laut dilaksanakan pada setiap tahun Bulan Syuro/Muharam pada hari
Selasa Kliwon atau Jum’at Kliwon dan berawal dari masa Jabatan Bupati Kanjeng Adipati
Tjakrawedana II ( Tahun 1839 – 1856 ) berpangkat Patih Kabupaten Banyumas dengan Gelar
Tumenggung. Pada Tahun 1956 Gelar Tumenggung diganti dengan Adipati dan nama semula
Tjakradirdja diubah dengan nama Tjakrawedana II karena nunggak semi. Pada tahun 1873
Kanjeng Adipati wafat dalam bulan januari takala menghadiri pesta tahun baru di
Karesidenan Banyumas. Pengganti Bupati Kanjeng Adipati Tjakrawedana II, putra sulungnya
dengan Gelar Tumenggung Tjakrawedana III nunggak semi lagi. Raden Tjakrawedana III
inilah pada hari Jum’at Kliwon Bulan Syuro tahun 1875 memanggil seorang sesepuh nelayan
Cilacap yang bertempat tinggal di pantai pandanarang sekarang lebih dikenal dengan pantai
Teluk Penyu bernama Ki Arsa Menawi untuk menghadap Bupati dan mendapat perintah
untuk melarung sesaji yang telah disiapkan di Pendopo Kabupaten.

Sesaji yang dikemas dengan bungkus kain warna kuning dan suatu usungan rumah joglo yang
beratap daun nipah berisi antara lain kepala sapi serta berbagai kelengkapan kehidupan sehari
– hari dari bahan mentah sampai makanan yang beraneka macam, rumah joglo tersebut
sekarang disebut Jolen. Untuk selanjutnya sesaji dan jolen tersebut dibawa oleh Ki Arsa
Menawi beserta para nelayan diperintahkan oleh Kanjeng Bupati untuk dilarung dilaut
selatan dekat Pulau Majeti Karangbandung Pulau Nusakambangan dengan dipercayai oleh
para nelayan bahwa tempat tersebut tumbuh bunga Wijayakusuma.
Pada masyarakat Cilacap, sedekah laut lebih dikenal dengan istilah larung sesaji, yang
merupakan prosesi menghayutkan sesaji ke laut sebagai bentuk pengungkapan rasa syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan penguasa laut pantai selatan, Nyai Roro Kidul. Sosok
Nyai Roro Kidul sangat dihormati dikalangan nelayan Cilacap, mereka berpendapat bahwa
Nyai Roro Kidul adalah Ratu Pantai Selatan yang menjaga, mengatur serta menghidupi
kelangsungan kehidupan di Pantai Selatan Jawa. Mereka juga berpendapat bahwa,
penghasilan baik dan buruknya mereka melaut adalah tergantung dari bagaimana kebaikan
dari Ratu Pantai Selatan, oleh sebab itu guna menarik mendapatkan keselamatan dari sang
ratu, maka setiap tahun masyarakat melakukan persembahan kepada Nyai Roro Kidul.

Mengingat tradisi ini sangat kuat bagi nelayan khususnya nelayan Cilacap sehingga apabila
tidak dilaksanakan mempunyai kekhwatiran bisa akan terjadi malapetaka bagi para nelayan
Cilacap.

Prosesi larung sesaji diadakan pada pagi harinya yaitu hari jum’at kliwon atau selasa kliwon
kurang lebih pukul 07.00 wib masing-masing kelompok nelayan membawa sesaji dan jolen
yang berisi jajan pasar, makanan mentah dan mainan anak-anak serta kepala kerbau, sapi atau
kambing tergantung kemampuan kelompok masing – masing dengan diiringi beberapa
pasukan dan kesenian tradisional menuju Pendopo Kabupaten. Setelah semua jolen dari
kelompok nelayan berada di Pendapa Kabupaten kemudian dibawa menuju pantai Teluk
Penyu.

Berikut adalah tahapan prosesi sedekah laut di Cilacap :

1. Pemasangan baliho dan iklan oleh pihak pemerintah mengenai jadwal dan tempat
pelaksanaan.
2. Sebelum hari pelaksaan, dilakukan nyekar atau ziarah ke Pantai Karang Bandung
(Pulau Majethi).
3. Pengambilan air suci di sekitar Pulau Majethi, sebagai tempat tumbuhnya bunga
Wijayakusuma.
4. Malam harinya dilanjutkan dengan Tirakatan di Pendopo Kabupaten
5. Pemotongan tumpeng, pembuatan sesaji dan jolen tunggul berbentuk rumah joglo,
serta pernak-pernik kelengkapan yang akan di larung, termasuk pemotongan kepala
kerbau.
6. Esoknya, pembawaan sesaji (jolen) ke laut di iringi jolen tunggul dan jolen
pendamping.
7. Pembawaan sesaji ke kapal nelayan yang telah dihiasi hiasan warna-warni untuk
dilepaskan ke lautan.
8. Pelepasan sesaji ke laut, dilaksanakan secara khidmat.
9. Malam harinya, diadakan pertunjukaan wayang semalam suntuk dan acara
berlangsung 2 hari penuh.

Tradisi sedekah laut, nyadran, atau larung sesaji memiliki landasan filosofi yang berakar dari
keyakinan keagamaan dan nilai-nilai budaya lokal yang dianut oleh masyarakat setempat,
meskipun dibalik keberlangsungan sejarah ritual sedekah laut terdapat sedikit polemik
tentang bagaimana ritual tersebut terbentuk di masyarakat.

Sedekah laut tidak serta-merta muncul mentah hasil warisan budaya jaman dulu, namun
peran serta sejarah terutama akulturasi agama yang ada didalamnya turut memberikan nilai-
nilai budaya. Animisme-dinamisme yang menjadi akar awal adanya ritual ini, lalu tata cara
dan tahapan yang mendapat sentuhan Hindu Budha, serta nuansa Islam yang ada pada isi
haturan setiap bait kata syukur dalam prosesi tersebut.

Nilai-nilai filosofi yang terkandung dalam ritual sedekah laut di Cilacap termuat dibalik
rangkaian upacara tersebut. Nilai-nilai filosofi yang menarik untuk dipelajari antara lain nilai
solidaritas, etis, estetis, kultural dan religius yang terungkap dalam ekspresi simbolis dari
upacara-upacara yang disajikan melalui bentuk tari-tarian, nyanyian, do’a-do’a dan ritus-ritus
lainnya, terlepas darimana dan bagaimana kebudayaan itu terbentuk atau tercipta.

Itulah beberapa budaya yang terjadi di dalam masyarakat Cilacap. Budaya-budaya tersebut
sudah mengakar di dalam kehidupan masyarakat sekitar, sehingga sangat sulit untuk diubah
apalagi dihilangkan. Budaya terjadi secara turun-temurun dan mengalami proses yang lama
untuk membentuk suatu pola pikir dan nilai-nilai yang terjadi di masyarakat.

Banyaknya definisi budaya yang ada sekaligus menunjukkan aspek kehidupan masyarakat
yang begitu kompleks berakibat pada kompleksitas budayanya. Atau dengan kata lain budaya
merupakan fenomena kompleks yang harus dipahami secara lebih hati-hati. Karena budaya
dan masyarakat seperti dua sisi dari satu mata uang maka pemahaman yang benar terhadap
masyarakat bisa mengurangi kesalahpahaman terhadap konsep budaya.

Sumber:

http://wwwazharblog.blogspot.co.id/2008/12/budaya-dalam-masyarakat-cilacap-dan.html

http://muslimlokal.blogspot.co.id/2014/01/sedekah-laut.html

Kode Etik Perawat


 font size
 Print
 Email
Mukadimah

Berkat bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan tugas pengabdian
untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan tanah air, Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) menyadari bahwa perawat Indonesia yang berjiwa
pancasila dan UUD 1945 merasa terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam
bidang keperawatan dengan penuh tanggung jawab, berpedoman kepada dasar-
dasar seperti tertera di bawah ini:

A. Perawat dan Klien

1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan


martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan social.
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat
dan kelangsungan hidup beragama dari klien
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

B. Perawat dan Praktik

1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan


melalui belajar terus menerus
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat
dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila
melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada
orang lain
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan selalu menunjukkan perilaku professional

C. Perawat dan Masyarakat

1. Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai


dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat.

D. Perawat dan Teman Sejawat

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat


maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara
keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh
2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan
illegal.

E. Perawat dan Profesi

1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan


pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.

F. Standar Asuhan Keperawatan

Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja yang


diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai.
Standar asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang didinginkan dan
dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien/klien. Hubungan
antara kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat,
karena melalui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan
meningkat dan memburuk (Wilkinson, 2006).
Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan pada dasarnya mengukur
kualitas asuhan kinerja perawat dan efektifitas manajemen organisasi. Dalam
pengembangan standar menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang lazim
sehingga dapat ditata siapa yang bertanggung jawab mengembangkan standar
bagaimana proses pengembangan tersebut. Standar asuhan berfokus pada hasil
pasien, standar praktik berorientasi pada kinerja perawat professional
untuk memberdayakan proses keperawatan. Standar finansial juga harus
dikembangkan dalam pengelolaan keperawatan sehingga dapat bermanfaat bagi
pasien, profesi perawat dan organisasi pelayanan (Kawonal, 2000).
Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar yang ada seperti
merancang kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan volume kerja, standar
pemerataan dan distribusi pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi
perawat professional sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktek dalam
tatanan pelayanan keperawatan professional (Suparti, 2005)
PPNI telah menyusun Standar Asuhan Keperawatan sebagai panduan bagi
perawat Indonesia untuk melakukan Asuhan Keperawatannya.
Detail mengenai standar asuhan keperawatan bisa diperoleh di kantor
sekretariat PPNI.

PENDIDIKAN KEPERAWATAN

Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di
Indonesia mencakup:

a. Pendidikan Vokasional;

yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk memiliki


keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik
Indonesia.

b. Pendidikan Akademik;

yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan
terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu

c. Pendidikan Profesi;

yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta


didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor. Sesuai dengan amanah UU
Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tersebut Organisasi Profesi yaitu Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan Asosiasi Pendidikan Ners Indonesia
(AIPNI), bersama dukungan dari Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas), telah menyusun dan memperbaharui kelengkapan sebagai suatu
profesi.
Perkembangan pendidikan keperawatan sungguh sangat panjang dengan berbagai
dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi sejak tahun 1983 saat
deklarasi dan kongres Nasional pendidikan keperawatan indonesia yang
dikawal oleh PPNI dan diikuti oleh seluruh komponen keperawatan indonesia,
serta dukungan penuh dari pemerintah kemendiknas dan kemkes saat itu serta
difasilitasi oleh Konsorsium Pendidikan Ilmu kesehatan saat itu, sepakat
bahwa pendidikan keperawatan Indonesia adalah pendidikan profesi dan oleh
karena itu harus berada pada pendidikan jenjang Tinggi.dan sejak itu
pulalah mulai dikaji dan dirangcang suatu bentuk pendidikan keperawatan
Indonesia yang pertama yaitu di Universitas Indonesia yang program
pertamannya dibuka tahun 1985.
Sejak 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan Kemendiknas
melalui project Health Profession Educational Quality (HPEQ), menperbaharui
dan menyusun kembali Standar Kompetensi Perawat Indonesia, Naskah Akademik
Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar Pendidikan Ners, standar borang
akreditasi pendidikan ners Indonesia. dan semua standar tersebut mengacu
pada Peraturan Presiden Nomor.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) dan sat ini sudah diselesaikan menjadi dokumen
negara yang berkaitan dengan arah dan kebijakan tentang pendidikan
keperawatan Indonesia.
Standar-standar yang dimaksud diatas juga mengacu pada perkembangan
keilmuan keperawatan, perkembangan dunia kerja yang selalu berubah, dibawah
ini sekilas saya sampaikan beberapa hal yang tertulis dalam dokumen Naskah
Akademik Pendidikan Keperawatan, yang berkaitan dengan Jenis, jenjang,
Gelar akademik dan Level KKNI;
Jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia:

1. Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada


kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu
sebagai perawat
2. Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada
penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang mengcakup
program sarjana, magister, doktor.
3. Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai
kompetensi profesi perawat.

Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar:

1. Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya mendapat


sebutan Ahli Madya Keperawatan (AMD.Kep)
2. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi), lulusannya
mendapat sebutan Ners(Nurse),sebutan gelarnya (Ns)
3. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat gelar
(M.Kep)
4. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:

1) Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB)


2) Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp.Kep.Mat)
3) Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp.Kep.Kom)
4) Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp.Kep.Anak)
5) Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)

Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya (Dr.Kep)


Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI, adalah
sebagai berikut:

1. Diploma tiga Keperawatan - Level KKNI 5


2. Ners (Sarjana+Ners) - Level KKNI 7
3. Magister keperawatan - Level KKNI 8
4. Ners Spesialis Keperawatan - Level KKNI 8
5. Doktor keperawatan - Level KKNI 9

KODE ETIK DAN CONTOHNYA

Nama : Nofica Ariyanti


24209937
4 EB17
Universitas Gunadarma
1. KODE ETIK DAN CONTOHNYA
A. PENGERTIAN KODE ETIK
kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun
bila ada kode etik yang memiliki sangsi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma
hukum.

Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-
baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang
tidak profesional.

Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus
sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan sebagai perdoman dengan tujuan
mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota profesi. Bias interaksi merupakan
monopoli profesi., yaitu memanfaatkan kekuasan dan hak-hak istimewa yang melindungi
kepentingan pribadi yang betentangan dengan masyarakat. Oteng/ Sutisna (1986: 364)
mendefisikan bahwa kode etik sebagai pedoman yang memaksa perilaku etis anggota profesi.
 Tujuan kode etik profesi
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.

 Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :


1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai bidang. Kode etik
yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak dan bervariasi. Umumnya pemilik kode
etik adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat nasional, misalnya Ikatan Penerbit
Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan Penasehat HUKUM Indonesia, Kode Etik Jurnalistik
Indonesia, Kode Etik Advokasi Indonesia dan lain-lain. Ada sekitar tiga puluh organisasi
kemasyarakatan yang telah memiliki kode etik

B. CONTOH KODE ETIK


1. Kode Etik Guru Pembimbing/ Konselor Sekolah
“ Konselor harus menghormati harkat pribadi, integritas dan keyakinan kliennya”.
Apabila kode etik itu telah diterapkan maka konselor ketika berhadapan dalam bidang apapun
demi lancarnya pendidikan diharapkan memiliki kepercayaan dengan clientnya dan tidak
membuat clientnya merasa terseinggung.

Contoh dan Sanksi Etika dalam kehidupan bermasyarakat


Etika merupakan kebiasaan yang benar dalam pergaulan dan dapat dirumuskan sebagai
suatu batasan yang menilai tentang salah atau benar serta baik atau buruk suatu
tindakan.Kunci utama penerapan etika adalah memperlihatkan sikap sopan santun, rasa
hormat terhadap keberadaan orang lain dan mematuhi peraturan serta tatakrama yang
berlaku pada lingkungan tempat kita berada.

Dalam bersosialisasi di masyarakat, manusia memerlukan etika sebagai pedoman dalam


berkata, berpikir dan melakukan suatu kebiasaan yang baik untuk dianut sehingga dapat
diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Maka dari itu, pemahaman akan etika
dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat sangat penting untuk dalam
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Etika menjadi tolak ukur dalam menghadapi berbagai perbedaan moral yang ada di
masyarakat. Sehingga masyarakat dapat berargumentasi secara rasional dan kritis serta dapat
mengambil sikap wajar dalam menghadapi sesamanya.

Etika memiliki cakupan yang sangat luas dalam kehidupan manusia. Etika dalam
masyarakat berkembang sesuai dengan adat istiadat , kebiasaan, nilai dan pola perilaku
manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.

Contoh etika adalah sebagai berikut :

-) Mengucapkan salam saat bertamu


-) Cium tangan orang tua sebelum melakukan aktifitas sehari-hari
-) Membuang sampah pada tempatnya
-) Meminta maaf saat melakukan kesalahan
-) Makan menggunakan tangan kanan

ETIKA BAIK DI MASYARAKAT

Ini adalah contoh etika baik yang dilakukan oleh seorang anak kepada orang tuanya
sebelum berangkat ke sekolah. seorang anak wajib berperilaku sopan dan hormat kepada
orang yang lebih tua terutama kepada orang tuanya sendiri. hal ini sudah sering dilakukan
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ini adalah contoh berkendara yang baik. mereka mematuhi peraturan lalu lintas dan
menggunakan helem. contoh seperti inilah yang harus diterapkan oleh masyarakat. mematuhi
peraturan lalu lintas tidaklah sulit bahkan membuat kita menjadi aman, nyaman. helem juga
membuat kita aman saat terjadi kecelakaan, terhindar dari benturan dan melindungi kepala
saat terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

ETIKA BURUK DI MASYARAKAT

Ini adalah perilaku yang tidak baik (buruk) yang tidak patut di contoh. perilaku seperti ini
mencerminkan seorang mahasiswa yang tidak fokus dalam materi kuliah. mengapa hal ini
bisa terjadi..? mungkin saja di sebabkan mahasiswa ini tidur terrarut malam sehingga
ngantuk melandanya. jika hal ini terjadi dampaknya itu seperti tidak fokus dalam kuliah,
tidak mengerti materi yang dijelaskan oleh dosen.

Ini adalah contoh yang tidak baik yang sering dilakukan oleh masyarakat kita terutama
dalam berkendara di jalan. pengguna motor melewati jalan yang berlawanan arah, dan juga
pengendara motor yang tidak memakai helem. masyarakat kita sdah terbiasa melakukan
pelanggaran tertama dalam berlalulintas. mengapa bisa demikia ? dikarenakan kurangnya
pengawasan oleh pihak berwenang, dan juga kesadaran masarakat itu sendiri masih minim.

Tindakan pelanggaran terhadap etika seperti beberapa contoh diatas akan menimbulkan
beberapa jenis sanksi. Salah satu contohnya adalah sanksi sosial. Oleh karena etika
merupakan norma-norma sosial yang berkembang dalam kehidupan sosial masyarakat maka
jika terjadi pelanggaran, sanksi terhadap pelanggaran tersebut adalah sanksi sosial.

Berikut ini adalah beberapa sanksi yang berlaku pada etika yaitu :

Pertama adalah sanksi sosial ini bisa saja berupa teguran dari pemuka sosial hingga
pengucilan dari kehidupan bermasyarakat.

Kedua adalah sanksi hukum. Secara umum, hukum mengukur kegiatan-kegiatan etika yang
kebetulan selaras dengan aturan hukum. Jika pelanggaran etika sudah mengarah kepada
pelanggaran hukum , seperti misalnya korupsi, kolusi, dan nepotisme, maka hukumlah yang
akan berbicara. Dalam hal ini, hukum pidana menduduki tempat utama karena masalah
integritas, obyektivitas dan manfaat bagi masyarakat luas, pemerintah dan dunia usaha,
sedangkan hukum perdata menempati prioritas selanjutnya. Dalam hukum juga dikenal
adanya hukum disiplin (tuchtrecht) yang merupakan bagian hukum pidana, yang mengatur
dan berlaku bagi suatu golongan atau profesi yang bergerak dalam aktivitas sosial-
kemasyarakatan yang keputusannya dipatuhi anggota.

Hukum disiplin terbagi dua golongan, yaitu :


1.Golongan Hierarkis (militer, pegawai negeri, dan lain-lain).
2.Golongan non-hierarkis (hukum profesi, atau hukum organisasi profesi) seperti misalnya
accountant disciplinary law. Hukum disiplin ini pada pokoknya memiliki ciri sanksi yang
diberikan tidak terlalu keras, penegakan moral dan edukatif. Pengadilan umum disiplin dapat
dilakukan secara terbuka ( anggota lain hadir ) atau pintu tertutup, lalu hasilnya diumumkan.

Etika , moral dan hukum saling berhubungan yaitu bahwa pelanggaran etika dan moral
bisa saja menyentuh wilayah hukum dan akan mendapatkan sanksi hukum. Namun pada
kondisi lain, bisa saja pelanggaran etika hanya mendapat sanksi sosial dari masyarakat karena
pelanggaran tersebut tidak menyentuh wilayah hukum positif yang berlaku

Anda mungkin juga menyukai