Anda di halaman 1dari 12

Materi Kuliah – Telaah Materi Akidah Akhlak MTs-MA 15

Karakteristik dan Pengembangan


Materi Akidah Akhlak

Berbicara tentang materi Akidah Akhlak, sebenarnya bukanlah hal


yang asing bagi Anda selaku seorang guru atau calon guru Pendidikan
Agama Islam. Mungkin Anda, dan juga kita semua, banyak faham tentang
sejumlah konsep yang ada dalam materi ini. Sebut saja salah satunya,
misalnya konsep Iman. Apa itu Iman? Dengan tanpa berpikir Anda akan
menjawab bahwa Iman adalah "Sesuatu yang dibenarkan (dianggap
benar) di dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diaplikasikan oleh
anggota tubuh dalam kehidupan". Jawaban ini sudah sangat popular dan
banyak dijadikan sebagai definisi umum tentang Iman. Namun, materi
tentang Iman ini, terkadang, mengalami bias, apalagi apabila sudah
sampai pada tahap "pelaksanaan". Begitu banyak manusia yang mengaku
"beriman" dalam frame Islam, namun dalam kenyataannya, secara faktual,
banyak juga tindak-tanduk, perilaku, sikap, dan sebagainya dari manusia
tersebut yang tidak "mengisyaratkan" bahwa dia telah beriman.
Bagaimana konteks Iman ini dalam proses pembelajaran? Atau
singkatnya, bagaimana mengajarkan keimanan kepada peserta didik?
Pertanyaan ini merupakan permasalahan yang tidak mudah dijawab,
apalagi mempraktikkannya dalam proses belajar mengajar di kelas.
Namun demikian, mudah-mudahan, apa yang akan dibahas pada session
ini akan menjadi alternatif jawaban yang dapat kita kembangkan lebih
lanjut.

Karakteristik Materi Akidah Akhlak


Sebelum membahas tentang karakteristik dimaksud, ada baiknya
jika kita mencoba mencermati terlebih dahulu tentang pengertian materi
itu sendiri. Merujuk pada Oxford Advanced Learner's Dictionary (2000),
istilah materi atau material dalam kajian ini lebih tepat sebagai "a substance
that things can be made from" (substansi yang dapat menghasilkan sesuatu)
Materi Kuliah – Telaah Materi Akidah Akhlak MTs-MA 16

atau "things that are needed in order to do a particular activity" (sesuatu yang
diperlukan untuk melakukan aktifitas tertentu).

Apabila istilah "materi" ini dikaitkan dengan Akidah Akhlak


sebagai program pembelajaran – yang bertujuan untuk menumbuhkan
dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam
akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan serta pengamalan peserta didik tentang akidah dan akhlak
Islam – maka lahirlah sebuah pertanyaan, hal-hal atau substansi apa saja
yang diperlukan, atau content (isi) apa saja yang harus ada dalam
pembelajaran Akidah Akhlak dalam rangka menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam
akhlaknya yang terpuji?

Sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa tujuan umum


pendidikan Akidah Akhlak adalah berkesesuaian dengan tujuan umum
Pendidikan Agama Islam itu sendiri, maka karakteristik dari "isi" atau
materi Akidah Akhlak juga merupakan ciri khas dari materi Pendidikan
Agama Islam. Artinya, karakteristik materi Akidah Akhlak merupakan
bagian dari karakteristik Pendidikan Agama Islam itu sendiri.

Pendidikan Akidah

Secara spesifik, dilihat dari sisi Akidah-nya, materi-materi Akidah


Akhlak berwatak rabbani. Watak ini, yang merupakan salah satu
karakteristik dari materi Akidah Akhlak, menempatkan hubungan antara
hamba dan Khaliq sebagai "isi" pertama Pendidikan Islam. Dengan
hubungan ini, kehidupan individu (peserta didik) akan bermakna,
perbuatannya akan bertujuan, dorongannya untuk belajar dan beramal
akan tumbuh, akhlaknya menjadi mulia, dan jiwanya menjadi bersih,
sehingga pada gilirannya peserta didik akan memiliki kompetensi untuk
menjadi khalifah di muka bumi. Dengan demikian, pendidikan Akidah
merupakan pendidikan rohani yang unik bagi peserta didik.
Materi Kuliah – Telaah Materi Akidah Akhlak MTs-MA 17

Bahkan lebih jauh lagi, pendidikan Akidah sebagai salah satu


dimensi pendidikan Islam tidak hanya ditempuh melalui hubungan
antara hamba dan Pencipta-nya secara langsung, tetapi juga melalui
interaksi hamba dengan berbagai fenomena alam dan lapangan
kehidupan, baik sosial maupun fisik. Dengan kata lain, pendidikan
Akidah memperhatikan pengembangan keimanan tidak hanya melalui
perkara gaib, fenomena rohaniah, dan peribadatan semata. "Kitab" alam
yang terbuka ini, dengan segala fenomena alamnya, serta berbagai ilmu
dan praktik kehidupan, dapat memperkokoh – dan berkaitan dengan
penanaman – Akidah Islamiyah.
Ayat-ayat Qur'an yang menyerukan tentang akidah sangatlah
bervariasi, sejalan dengan bervariasinya lapangan kehidupan itu sendiri.
Umpamanya, Allah berfirman:
           
     
       
        
        
[1] Alif Laam Miim. [2] Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. [3] (yaitu) mereka
yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rezki yang kami anugerahkan kepada
mereka. [4] Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran)
yang telah diturunkan kepadamu, dan kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelummu[, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat. [5] Mereka itulah yang tetap mendapat
petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang
beruntung. (Q.s. al-Baqarah: 1-5)

Firman Allah di atas menggugah akidah (keimanan) melalui


perkara gaib, ayat-ayat Qur'an, dan ibadah-ibadah seperti shalat dan
zakat.
Materi Kuliah – Telaah Materi Akidah Akhlak MTs-MA 18

Bahkan, ayat-ayat yang lain, semisal di bawah ini, mengarahkan


perhatian manusia kepada penciptaan langit dan bumi dengan segala
isinya, seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang, serta hubungannya
dengan manusia. Melalui pengarahan tersebut, manusia diharapkan akan
beriman kepada Allah, Pencipta segala sesuatu. Selanjutnya, dengan
pertenungan tentang "kerajaan" Allah tersebut, iman atau akidah
seseorang akan semakin kokoh. Hal ini mengisyaratkan bahwa
penanaman keamanan yang ditempuh pendidikan Akidah melalui
astronomi, fisika, geologi, serta ilmu hewan dan tumbuhan, tidak kurang
pentingnya dibanding ilmu-ilmu kesyariatan. Ayat-ayat dimaksud, antara
lain ialah:

       


       
      
        
 
[190] Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal; [191] (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring,
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari
siksa neraka. (Q.s. Ali 'Imran: 190-191)

        


          
         
[10]Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan
dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya
Materi Kuliah – Telaah Materi Akidah Akhlak MTs-MA 19

bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang-


biakkan padanya segala macam jenis binatang, dan Kami turunkan
air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam
tumbuh-tumbuhan yang baik. (Q.s. Luqman: 10)

Iman atau akidah yang benar mesti diwujudkan dengan amal


shaleh. Tanpa amal shaleh, akidah benar-benar kehilangan maknanya.
Penyebutan Qur'an tentang "orang-orang yang beriman", yang selalu
diiringi dengan sifat "orang yang mengerjakan amal shaleh, menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara iman (akidah) dengan amal
shaleh. Umpamanya terdapat dalam ayat:

         
     

[1] Demi masa. [2] Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, [3] kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh, dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan
(juga) saling menasehati supaya menetapi kesabaran.
(Q.s. al-'Ashr: 1-3)

Pendidikan Akhlak

Seorang pemerhati Filsafat Pendidikan Islam, Fadhil al-Jamali


dalam kitabnya al-Falsafah al-Tarbawiyyah fi al-Qur'an, mengemukakan
pandangannya tentang hubungan antara Akidah dengan keluhuran
akhlak serta amal shaleh sebagai berikut:

Akidah merupakan sumber akhlak yang luhur. Akhlak pada


gilirannya akan menuntun manusia untuk menemukan kebenaran dan
hakikat, yaitu ilmu. Sedangkan ilmu akan menuntun manusia untuk
mengerjakan amal shaleh. Jadi, akidah merupakan dasar akhlak yang
luhur; akhlak yang luhur selanjutnya menjadi dasar dari ilmu yang benar;
Materi Kuliah – Telaah Materi Akidah Akhlak MTs-MA 20

dan ilmu merupakan dasar dari amal yang shaleh. Inilah konstruksi
pendidikan Qur'ani. Setiap komponennya saling terkait secara koordinatif
dan kokoh.

Hemat saya, pandangan terhadap kesalingterkaitan ini merupakan


landasan untuk memahami karakteristik materi Akidah Akhlak. Tanpa
pandangan ini, asumsi dan persepsi kita terhadap "isi" pembelajaran
Akidah Akhlak akan menjadi kabur. Bahkan lebih jauh lagi, kita tidak
akan mampu mendeskripsikan secara sempurna hakikat Pendidikan
Agama Islam itu sendiri yang dimaksud di dalam Qur'an tersebut.

Dari pada itu, pendidikan Akhlak merupakan bagian besar dari


"isi" pendidikan Islam. Porsi ini terlihat dari kedudukan Qur'an sendiri
sebagai referensi paling penting tentang akhlak kaum Muslimin; individu,
keluarga, masyarakat, dan umat. Akhlak merupakan buah Islam yang
bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan itu sendiri, serta mampu
menjadikan hidup dan kehidupan menjadi bermakna. Akhlak merupakan
alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak,
masyarakat manusia tidak akan berbeda jauh dari sekumpulan binatang.

Allah menjadikan al-Asma' al-Husna sebagai nilai ideal akhlak


yang mulia, dan menyerukan kepada manusia untuk meneladaninya.
Sebaliknya, Allah mencela akhlak buruk yang disandang oleh orang-
orang kafir dan kaum musyrikin.

      


     
 
[60] Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat itu
mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang
Maha Tinggi; dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(Q.s. al-Nahl: 60)
Materi Kuliah – Telaah Materi Akidah Akhlak MTs-MA 21

       


        
[180] Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah
kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya, nanti mereka akan mendapat
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
(Q.s. al-A'raf: 180)

Rasulullah saw. pun merupakan sumber akhlak yang hendaknya


diteladani oleh orang-orang yang beriman. Allah berfirman:

          
      
[21] Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut
Allah. (Q.s. al-Ahzab: 21)

Bahkan Rasulullah sendiri pernah bersabda, seraya menggaris-


bawahi hikmah kerasulan beliau, "Sesungguhnya aku diutus, tidak lain,
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Perjalanan hidup beliau penuh
dengan keluhuran akhlak yang – apabila diterapkan dalam kehidupan –
akan memberi kebahagiaan bagi individu dan masyarakat.

Pendidikan akhlak dalam Islam yang tersimpul dalam prinsip


"berpegang pada kebaikan dan kebajikan, serta menjauhi keburukan dan
kemungkaran" berhubungan erat dengan upaya mewujudkan tujuan
besar Pendidikan Islam, yaitu ketakwaan, ketundukan, dan beribadah
kepada Allah. Hubungan ini sebenarnya merupakan hubungan semua
"isi" Pendidikan Islam.
Materi Kuliah – Telaah Materi Akidah Akhlak MTs-MA 22

Pendidikan akhlak dalam Islam, pertama-tama, menekankan


keikhlasan niat kepada Allah. Penekanan dimaksudkan agar akhlak
benar-benar berakar, bukan artifisial yang bisa berubah mengikuti
perubahan situasi dan kondisi serta lingkungan pergaulan.

Dalam realitas budaya masyarakat, akhlak – atau apa yang disebut


akhlak – terkadang, mengakibatkan kehancuran. Apa yang diasumsikan
sebagai kasih sayang, bahkan terhadap binatang dan tumbuhan, berubah
penerapannya di masyarakat menjadi eksploitasi, peperangan dan
kelaparan. Tolong menolong dan kejujuran yang terkadang kita lihat pada
umumnya menyerupai tolong menolong para perampok yang berkomplot
untuk menerkam mangsa. Sementara itu, kejujuran dalam muamalat tidak
lebih dari tuntutan masyarakat industri untuk melariskan komoditi dan
menjamin stabilitas kurs, bukan akhlak mulia atau niat jujur dalam
kategori yang Islami.

Pendidikan akhlak dalam Islam mencakup aspek kejiwaan yang


diberikan melalui pengajaran dan pelatihan sesuai dengan kemampuan,
potensi, dan struktur psikis individu. Akhlak ditanamkan pertama kali
dengan pengetahuan, seperti disyaratkan dalam hadits dengan kata idza
faqihu (jika mereka memiliki kefahaman); kemudian dengan praktik,
seperti dikatakan orang bijak, "Sesungguhnya ilmu akan diperoleh dengan
belajar; dan sesungguhnya akhlak akan dicapai dengan berakhlak secara praktis."

Perhatikan kata ishbiru wa shabiru (bersabarlah kamu dan


kuatkanlah kesabaranmu) dalam firman Allah di bawah ini:

    


     
[200] Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya
kamu beruntung. (Q.s. Ali 'Imran: 200)
Materi Kuliah – Telaah Materi Akidah Akhlak MTs-MA 23

Firman Allah di atas menyeru manusia untuk berakhlak dengan


berlatih secara praktis, atau belajar sambil berbuat (learning by doing). Di
sini, karakteristik paling penting dari Pendidikan Akhlak dalam Islam
ialah praktis; artinya dapat diterapkan oleh individu dan semua umat
manusia dengan segala perbedaan bahasa, warna kulit, tempat dan
waktunya.

Dalam konteks penerapan oleh individu, Islam


mempertimbangkan kadar potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh
individu tersebut. Dan untuk penerapan ini, Islam membuat dua standar.
Pertama, standar minimal, seperti:

    …


[40] Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa…
(Q.s. al-Syura: 40)

Namun, bagi yang mampu mencapai derajat ihsan, dalam arti mampu
mengendalikan amarahnya dan memberi maaf, sekalipun ia mampu
membalas keburukan dengan balasan yang setimpal, maka hal itu lebih
baik baginya.

         


 
… maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka
pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya dia tidak
menyukai orang-orang yang zalim. (Q.s. al-Syura: 40)

       


 
Materi Kuliah – Telaah Materi Akidah Akhlak MTs-MA 24

[134] … dan orang-orang yang menahan amarahnya dan


mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan. (Q.s. Ali 'Imran: 134)

Kedua, standar maksimal, di mana di sini membutuhkan suasana hati yang


sabar dan mampu mengendalikan amarah, tanpa tergantung pada
realitas. Inilah standar akhlak luhur yang diletakkan Islam untuk dicapai
oleh setiap individu tanpa paksaan.

Kedua standar ini menunjukkan fleksibelitas ajaran Islam, dan


relevansinya bagi semua individu dan bangsa, dengan segala
perbedaannya. Karena itu, Akhlak Islam menjadi relevan bagi semua
manusia dengan segala perbedaan jenis, warna kulit, masa, dan
negerinya, karena ajaran Islam sesuai dengan – dan memperhatikan –
tabiat dan kejiwaan manusia.

Pengembangan Materi Akidah Akhlak


Pendidikan Akidah Akhlak, sesuai dengan karakteristiknya,
ternyata "terbuka" untuk semua aspek kehidupan manusia. Dan ini akan
mempermudah seorang guru dalam menelaah dan mengembangkan
materi ajar Akidah Akhlak dimaksud, baik ia sebagai mata pelajaran yang
berdiri sendiri, ataupun sebagai bagian dari rumpun mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan Akidah misalnya, sebagai salah satu dimensi


pendidikan Islam tidak hanya ditempuh melalui hubungan antara hamba
dan Pencipta-nya secara langsung, tetapi juga melalui interaksi hamba
dengan berbagai fenomena alam dan lapangan kehidupan, baik sosial
maupun fisik. Dengan kata lain, pendidikan Akidah memperhatikan
pengembangan keimanan tidak hanya melalui perkara gaib, fenomena
rohaniah, dan peribadatan semata. "Kitab" alam yang terbuka ini, dengan
segala fenomena alamnya, serta berbagai ilmu dan praktik kehidupan,
Materi Kuliah – Telaah Materi Akidah Akhlak MTs-MA 25

dapat memperkokoh – dan berkaitan dengan penanaman – Akidah


Islamiyah.

Pun begitu juga dengan pendidikan Akhlak, di mana Akhlak


merupakan bagian besar dari "isi" pendidikan Islam. Dan porsi ini terlihat
dari kedudukan Qur'an dan jati diri Rasulullah sebagai referensi paling
penting tentang akhlak kaum Muslimin; individu, keluarga, masyarakat,
dan umat. Bisa dikatakan, akhlak merupakan buah Islam yang bermanfaat
bagi manusia dan kemanusiaan itu sendiri, serta mampu menjadikan
hidup dan kehidupan menjadi bermakna.

Hanya saja, perlu dicatat bahwa dalam mengembangkan materi


Akidah Akhlak ini, seperti juga pengembangan materi-materi yang lain,
hendaknya tetap mengacu pada 3 (tiga) sasaran, yakni: (1) to serve the
needs of children (melayani kebutuhan siswa); (2) to serve the need of society
(melayani kebutuhan masyarakat); and (3) to understand and utilize the
intellectual disciplines (memahami dan memanfaatkan berbagai disiplin
ilmu). Artinya, pengembangan content atau "isi" Akidah Akhlak
hendaknya memperhatikan kebutuhan peserta didik, masyarakat dan
juga berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan "isi" atau materi
dimaksud.

Seorang guru harus mengetahui dan mengerti betul tentang siswa


di kelas, baik kecakapannya, kebutuhannya, kepentingannya, masalah
yang dihadapi maupun pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
serta latar belakang kehidupannya. Guru juga hendaknya perlu
memahami kebutuhan dan harapan masyarakat sekitar tempat tinggal
peserta didik. Masyarakat mungkin mengharapkan agar anak-anak
mereka menjadi anak yang berbakti terhadap orang tuanya, hingga
konsep birr al-walidain atau pun materi tentang berakhlak terhadap
orangtua mendapatkan pengembangan "isi" yang lebih besar porsinya
dari konsep-konsep Akhlak yang lain. Bahkan, jika perlu, guru juga
diperkenankan untuk mengelaborasi ilmu-ilmu eksakta dengan
Materi Kuliah – Telaah Materi Akidah Akhlak MTs-MA 26

pendidikan Aqidah dalam rangka memperkokoh tauhid para peserta


didik.

Melalui pengembangan tersebut, diharapkan "isi" dari Akidah


Akhlak tidak terkesan "kaku" dan ketinggalan zaman, dan bahkan
dianggap sebagai materi yang "itu-itu saja", tapi tetap up to date dan
semakin membuat peserta didik terbangun perhatian dan motivasi-nya
untuk selalu belajar, mencermati, mengkaji, memahami dan
mempraktikkan apa yang menjadi "isi" dari Akidah Akhlak itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai