BAB Bangunan Irigasi
BAB Bangunan Irigasi
BAB II
DESKRIPSI TEKNIS
PERENCANAAN BANGUNAN IRIGASI
2.1. Umum
Untuk membawa air dari sumber air hingga ke petak-petak sawah diperlukan
adanya saluran irigasi. Jika saluran irigasi yang telah ada belum memiliki tinggi muka
air yang mencukupi untuk dialirkan ke saluran induk maka perlu adanya bangunan guna
menaikkan tinggi muka air tersebut.
Kriteria dan perencanaan teknis dari bangunan irigasi dalam suatu jaringan
irigasi mutlak diperlukan, karena didalamnya menyangkut kemampuan bangunan
tersebut untuk menahan tekanan dari air sungai itu sendiri. Analisa-analisa teknis dalam
perencanaan bangunan irigasi yang perlu dilakukan antara lain :
1. Dimensi bangunan irigasi itu sendiri yang ideal, dalam arti mampu menahan beban
yang ditimbulkan oleh air sungai.
2. Efisiensi hidrolis.
3. Metode pelaksanaan yang paling efektif untuk dilaksanakan.
4. Pemilihan bahan material untuk agregat beton bangunan utama tersebut.
Untuk menunjang perencanaan teknis bangunan irigasi tersebut diperlukan data-
data penunjang sebagai berikut :
1. Data topografi, yakni meliputi seluruh daerah aliran sungai untuk menemukan lokasi
bendung yang ideal.
2. Data hidrologi, yakni data aliran sungai yang meliputi data banjir yang andalan
untuk menentukan debit maksimum yang melalui mercu bendung.
3. Data morfologi, yakni data karakteristik material sungai yang akan dibendung
termasuk di dalamnya kandungan sedimen, distribusi butir, dan lain-lain.
4. Data geologi, yakni data keadaan atau kondisi umum permukaan tanah daerah yang
bersangkutan, kedalaman lapisan keras dan sebagainya.
5. Data mekanika tanah, antara lain data pondasi, bahan konstruksi, sumber bahan
timbunan, agregat untuk beton, serta parameter tanah yang harus digunakan.
Dalam sub-bab berikutnya akan dijelaskan mengenai data-data penunjang yang
diperlukan dalam perencanaan teknis bangunan utama.
a) Peta lokasi topografi aliran sungai (DAS) dengan skala 1 : 50.000 yang
menunjukkan aliran sungai mulai dari sumbernya sampai muaranya di laut. Garis-
garis kontur harus diberikan setiap 25 meter. Berdasarkan peta ini disiapkan profil
memanjang sungai tersebut dan juga luasnya daerah aliran sungai (DAS) dapat
diukur.
b). Peta situasi aliran sungai dimana bangunan utama akan dibuat. Peta ini sebaiknya
berskala 1 : 2000. Pada pengerjaan kali ini, peta yang digunakan berskala 1 : 500.
Peta ini juga harus meliputi jarak 1 km ke hulu dan 1 km ke hilir bangunan utama
dan melebar 250 meter dari masing-masing tepi sungai. Peta ini juga harus
dilengkapi dengan garis ketinggian setiap 1 meter, kecuali di dasar sungai dimana
diperlukan garis ketinggian setiap 0,5 meter. Peta ini juga harus mencakup lokasi
alternatif yang sudah diidentifikasikan serta panjang yang diliput harus memadai
agar dapat diperoleh informasi mengenai bentuk denah sungai.
c). Gambar potongan memanjang sungai dengan potongan melintang setiap 50 meter.
Panjang potongan memanjang skala horisontalnya sama dengan skala pada peta
poin b, skala vertikalnya menyesuaikan. Panjang potongan melintangnya adalah 50
meter dari kedua tepi sungai. Elevasi akan diukur pada jarak maksimum 25 meter
atau untuk beda ketinggian 0,25 meter tergantung mana yang dapat dicapai lebih
dahulu.
d). Pengukuran detail pada situasi bendung yang sebenarnya harus dipersiapkan yang
menghasilkan peta berskala 1 : 500 untuk area seluas kurang lebih 50 ha (1000 x
500 m). Peta tersebut harus memperlihatkan bagian-bagian lokasi bangunan utama
secara lengkap, termasuk lokasi kantong lumpur dan tanggul penutup.
Untuk mengetahui kondisi topografi akan lebih lengkap jika menggunakan foto
udara yang akan sangat bermanfaat untuk penyelidikan lapangan. Apabila foto udara
dari berbagai tahun pengambilan juga tersedia, maka ini akan lebih menguntungkan
untuk penyelidikan perilaku dasar sungai. Bangunan-bangunan yang ada di sungai
bagian hulu dan bagian hilir bangunan utama yang direncanakan harus diukur dan
dihubungkan dengan hasil- hasil pengukuran bangunan utama.
2.3. Kondisi Geologi
Kondisi geologi di sini dimaksudkan sebagai keadaan tanah daerah aliran sungai
yang akan direncanakan sebagai tempat bangunan utama tersebut. Untuk itu kita
memerlukan data-data geologi yang merupakan kondisi umum permukaan tanah daerah
yang bersangkutan, meliputi : keadaan geologi lapangan, kedalaman lapisan keras,
sesar, kelolosan atau permeabilitas tanah dan bahaya gempa.
Geologi permukaan suatu daerah harus diliput pada peta geologi pemukaan.
7