Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No.

1 (2016)

Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Alam
Dan Sosial Budaya

Mutia Agisni Mulyana1, Nurdinah Hanifah2, Asep Kurnia Jayadinata3

123Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang


Jl. Mayor Abdurachman No.211 Sumedang
1
Email: mutiaagisni@gmail.com
2
Email: nurdinah.hanifah@upi.edu
3
Email: asep_jayadinata@upi.edu

Abstrak
Berdasarkan observasi pembelajaran IPS pada materi kenampakan alam dan sosial budaya di
Kelas IV SDN Pasanggrahan 1 Kecamatan Maja-Majalengka, pembelajaran berfokus pada
guru dan aktivitas siswa hanya duduk mendengarkan guru sehingga motivasi belajar siswa
sangat rendah dan sulit memahami materi yang disampaikan, terlihat dari hasil belajar siswa
yang kurang memuaskan. Upaya untuk mengatasinya dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas dengan desain penelitian Kemmis dan Taggart yang terdiri dari 4
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, obervasi dan refleksi. Menggunakan instrumen
lembar observasi kinerja guru, lembar observasi aktivitas siswa, catatan lapangan , tes hasil
belajar dan pedoman wawancara. Penelitian terselesaikan sebanyak 3 Siklus, dengan
perolehan hasil akhir tahap perencanaan sebesar 100%, tahap pelaksanaan sebesar 100%,
aktivitas siswa sebesar 95,78% dan hasil belajar sebesar 89,65%, simpulannya model
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi kenampakan alam dan sosial budaya.
Kata Kunci : Model Kooperatif tipe Numbered Heads Together, Hasil belajar, Kenampakan
alam dan sosial budaya

PENDAHULUAN pada dirinya ke arah yang lebih positif


Negara Indonesia sangat membutuhkan sehingga seseorang dapat menjadi lebih
Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermoral serta bermanfaat bagi dirinya
berkualitas untuk membangun dan sendiri maupun lingkungannya, sebagaimana
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh pengertian pendidikan dalam Undang-
negara Indonesia agar tidak banyak dikuasai Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 yang
oleh negara asing, upaya untuk berbunyi:
mengembangkan Sumber Daya Manusia
dapat dilakukan melalui pendidikan, Pendidikan adalah usaha sadar dan
sebagaimana garis besar dari tujuan terencana untuk mewujudkan suasana
pendidikan itu sendiri yaitu untuk membantu belajar dan proses pembelajaran agar
siswa mengembangkan potensi yang ada siswa secara aktif mengembangkan

331
Mutia Agisni Mulyana, Nurdinah Hanifah, Asep Kurnia Jayadinata

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan Pengetahuan Sosial, IPS merupakan salah
spiritual keagamaan, pengendalian diri, satu mata pelajaran yang harus dikuasai oleh
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, siswa di Sekolah Dasar yang di dalamnya
serta keterampilan yang diperlukan memuat kehidupan sosial termasuk gejala
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. dan masalah sosial yang terjadi di
masyarakat serta bagaimana cara menangani
Karena pendidikan merupakan usaha secara dan menyikapinya, yang nantinya akan
sadar dan terencana maka dalam menumbuhkan sikap tanggung jawab siswa
pengaplikasiaanya harus direncanakan pada lingkungan masyarakatnya. Sapriya,
dengan sebaik mungkin agar tujuan yang dkk (2006, hlm. 5) mengemukakan “IPS
hendak dicapai dapat tercapai dengan bukan merupakan bidang keilmuan atau
maksimal, pendidikan menurut disiplin akademis, melainkan lebih
Muhibbinsyah (2014, hlm. 10) “pendidikan merupakan suatu bidang pengkajian tentang
dapat diartikan sebagai sebuah proses gejala dan masalah sosial.”
dengan metode-metode tertentu sehingga
orang memperoleh pengetahuan, Pembelajaran IPS pada hakikatnya
pemahaman dan cara bertingkah laku yang merupakan mata pelajaran yang kajiannya
sesuai dengan kebutuhan.” dikembangkan dari kehidupan dasar
manusia, dalam pembelajarannya, pendidik
Ketika pendidikan diberikan tanggung jawab tidak hanya mengajarkan kepada siswa
untuk menanamkan nilai-nilai dan mengenai teori-teori yang harus diketahui
kemampuan yang dimiliki siswa, maka tidak oleh siswa, lebih dari itu siswa harus mampu
hanya aspek pengetahuan (kognitif) saja mengembangkan nilai-nilai yang ada dalam
yang harus dikembangkan, tetapi aspek sikap pembelajaran IPS, yang akan merubah
(afektif) dan keterampilan (psikomotor) juga perilaku siswa sehingga menjadi warga
harus dapat dikembangkan ketika Kegiatan negara yang baik.
Belajar Mengajar (KBM) berlangsung. Ketiga
aspek tersebut merupakan bagian yang IPS merupakan salah satu mata pelajaran
sangat penting untuk merubah perilaku yang penting untuk mencapai tujuan
manusia menjadi lebih baik dan menjadi pendidikan dari segi sosial siswa, yang mana
manusia yang berkualitas dari segala aspek tujuan dari pembelajaran IPS itu sendiri
pengetahuan maupun moralnya untuk menjadikan manusia sebagai warga
sebagaimana diungkapkan oleh Hernawan, negara yang baik sadar akan hukum dan
dkk (2010, hlm.6) bahwa “perubahan norma yang berlaku di masyarakat. Salah
perilaku sebagai hasil belajar dikelompokan satu upaya untuk mencapai tujuan
ke dalam tiga ranah (kawasan), yaitu: pembelajaran IPS sebagaimana yang telah
pengetahuan (kognitif), keterampilan diuraikan, dapat dilakukan dengan
motorik (psikomotorik) dan penguasaan menerapkan pembelajaran IPS yang ideal.
nilai-nilai atau sikap (afektif)”. Supriatna, dkk (2010, hlm. 19)
mengemukakan pembelajaran IPS yang ideal
Mengenai pendidikan terdapat lembaga adalah “Seharusnya dalam suatu
pendidikan formal dan non formal, dimana pembelajaran ilmu pengetahuan sosial tidak
pendidikan formal bisa diperoleh di Sekolah- lepas dari belajar untuk menguasai proses
sekolah, salah satunya pada jenjang Sekolah ilmiah dalam aspek ilmu sosial untuk
Dasar, yang mana di dalamnya memuat menemukan/merumuskan konsep/produk
berbagai mata pelajaran yang akan diajarkan, ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah secara
salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu interdispliner.” Untuk mengembangkan

332
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

pembelajaran IPS agar sesuai dengan dan yang belum tuntas sebanyak 22 siswa
tujuannya maka pembelajaran IPS dengan persentase sebesar 72%, Persentase
hendaknya dirancang terlebih dahulu dengan ketuntasan siswa masih jauh dari harapan.
memperhatikan karakteristik siswa, sarana
prasarana, alat bantu pembelajaran, Melihat hasil belajar siswa dan proses
pemilihan model pembelajaran, materi yang pembelajaran yang sudah berlangsung
akan disampaikan, agar KBM yang berarti adanya permasalahan dalam KBM
berlangsung mampu mengarahkan siswa yang harus diperbaiki. Mengingat model
untuk menemukan sendiri gagasan-gagasan pembelajaran merupakan salah satu
dan makna dari setiap materi dalam
komponen yang penting dalam menentukan
pembelajaran IPS yang dilakukan dan
keberhasilan pencapaian tujuan
tentunya harus melibatkan siswa secara
langsung untuk dapat mencapai pembelajaran maka upaya yang dapat
pembelajaran IPS tersebut. dilakukan untuk mengatasinya dengan
menggunakan model pembelajaran, model
Namun pada kenyataan yang terjadi pembelajaran yang disarankan yaitu model
dilapangan berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran kooperatif yang dapat
tanggal 15 September 2015, pengaplikasian
membantu mengatasi pemecahan masalah
pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
cenderung hanya dilakukan dengan tersebut, selain itu melihat karakteristik
menggunakan ceramah dalam penyampaian siswa kelas IV SD yang masih senang bermain
materi, terlebih guru hanya fokus pada satu terbukti dari ketika KBM banyak siswa yang
siswa yang aktif dan yang lainnya dibiarkan lebih memilih bermain bersama temannya,
berbicara dengan temannya yang lain tanpa maka model pembelajaran kooperatif cocok
mendengarkan penjelasan dari guru, karena diterapkan karena siswa mampu bermain di
siswa hanya diajarkan mengenai teori,
dalam kelompok dengan temannya sehingga
sehingga siswa hanya hafal materi dan
kurang memahami pembelajaran tersebut siswa termotivasi untuk belajar dan
dan bahkan tidak memahami sama sekali. berkompetensi dengan temannya, selain itu
Pembelajaran seperti itu membuat siswa siswa akan bertukar pikiran pengalaman
mudah bosan dan jenuh dengan kegiatan dalam kelompoknya sehingga memiliki
belajar Mengajar sehingga berdampak pada tanggung jawab untuk diri sendiri dan
hasil belajar siswa, upaya dalam
temannya sebagaimana menurut Roger, dkk
mengatasinya dibutuhkan pembelajaran
(dalam Huda 2012, hlm.29) bahwa:
yang baru bagi siswa dan sesuai dengan
karakteristik siswa sehingga mampu
Pembelajaran kooperatif merupakan
memotivasi siswa untuk belajar, siswa pun
aktivitas pembelajaran kelompok yang
mampu aktif dalam proses pembelajaran
serta memahami materi tidak hanya diorganisir oleh satu prinsip bahwa
menghafal materi yang diajarkan. Terbukti pembelajaran harus didasarkan pada
dari tes evaluasi hasil belajar siswa pada perubahan informasi secara sosial di
materi kenampakan alm dan sosial budaya antara kelompok-kelompok pembelajar
masih kurang memuaskan dengan Kriteria yang di dalamnya setiap pembelajar
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
bertanggung jawab atas
ditetapkan oleh sekolah dasar tersebut yaitu
67, siswa yang dinyatakan tuntas hanya 8 pembelajarannya sendiri dan di dorong
orang siswa dengan persentase sebesar 28%

333
Mutia Agisni Mulyana, Nurdinah Hanifah, Asep Kurnia Jayadinata

untuk meningkatkan pembelajaran


anggota-anggota yang lain. 1. Dikembangkan oleh Russ Frank.
2. Memberikan kesempatan kepada
Dari definisi mengenai pembelajaran siswa untuk saling sharing ide-ide
dan mempertimbangkan
kooperatif yang di maksud, pembelajaran
jawaban yang paling tepat.
kooperatif tidak hanya mampu membuat 3. Meningkatkan semangat
semua siswa aktif dalam pembelajaran, kerjasama siswa.
tetapi mengajarkan siswa untuk bertanggung 4. Dapat digunakan untuk semua
jawab terhadap diri sendiri dan mata pelajaran dan tingkatan
kelompoknya. Dengan adanya rasa tanggung kelas.
jawab pada setiap siswa akan membuat
Selain itu dalam model pembelajaran
siswa yang belum paham saling membantu
kooperatif tipe NHT ini siswa tidak hanya
dengan siswa yang sudah menguasai materi
diberikan tanggung jawab untuk
dengan baik. Selain itu, dalam model
kelompoknya melainkan harus bertanggung
pembelajaran kooperatif memberikan
jawab pula terhadap dirinya sendiri
tantangan bagi siswa untuk memecahkan
sebagaimana menurut Slavin (2005, hlm.
masalah-masalah bersama temannya,
256) bahwa “Metode Russ Frank ini adalah
keterlibatan langsung siswa dalam
cara yang sangat baik untuk menambahkan
menemukan makna dari pembelajaran.
tanggung jawab individual kepada diskusi
Proses pembelajaran seperti itu akan
kelompok”.
meningkatkan pengetahuan yang dimiliki
oleh siswa serta membentuk kepribadian Model kooperatif tipe NHT ini tepat
pada diri siswa seperti tanggung jawab, diterapkan untuk mengatasi permasalahan
peduli terhadap teman, menghargai pembelajaran yang sebagaimana telah
pendapat orang lain yang mengarah kepada diuraikan, karena dengan pembelajaran
tujuan pembelajaran IPS. kooperatif tipe NHT ini akan membuat siswa
tidak jenuh dalam kegiatan pembelajaran
Model pembelajaran kooperatif yang dan siswa dapat sharing dengan teman-
digunakan dalam penelitian ini yaitu model temannya untuk memecahkan permasalahan
pembelajaran kooperatif tipe Numbered yang diberikan oleh guru, karena guru hanya
Heads Together (NHT) dalam tipe ini siswa sebagai fasilitator untuk mengembangkan
dapat belajar secara berkelompok, pengetahuan siswa, serta mampu membuat
bekerjasama untuk menyatukan ide-ide yang siswa mampu bertanggung jawab lebih baik
dimiliki siswa dan berani mengemukakan lagi yang pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatnya di depan kelas yang akan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar Dari pemaparan yang telah diuraikan di atas
dan aktif dalam proses pembelajaran maka rumusan masalah pada penelitian ini
sebagaimana menurut Huda (2012, hlm. yaitu sebagai berikut:
138) yang mengemukakan model
1. Bagaimana perencanaan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai
model kooperatif tipe NHT untuk
berikut :
meningkatkan hasil belajar siswa pada

334
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

materi kenampakan alam dan sosial dengan kata-kata. Sebagaimana menurut


budaya di kelas IV SDN Pasanggrahan 1, Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2012,
Kecamatan Maja, Kabupaten hlm. 4) bahwa ‘Penelitian Kualitatif sebagai
Majalengka? prosedur penelitian yang menghasilkan data
2. Bagaimana pelaksanaan penerapan deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
model kooperatif tipe NHT untuk dari orang-orang dan perilaku yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada diamati’. Di sini penelitian kualitatif
materi kenampakan alam dan sosial memandang individu dan organisasi sebagai
budaya di kelas IV SDN Pasanggrahan 1, bagian dari sesuatu keutuhan.
Kecamatan Maja, Kabupaten
Majalengka?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar Lokasi Penelitian
siswa pada materi kenampakan alam Penelitian ini bertempat di SDN
dan sosial budaya di kelas IV SDN Pasanggrahan 1, Kecamatan Maja,
Pasanggrahan 1, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka. pemilihan lokasi
Kabupaten Majalengka setelah penelitian ini didasarkan pada saat observasi
diterapkannya model kooperatif tipe ditemukan masalah-masalah pembelajaran
NHT? yang berdampak pada hasil belajar siswa
kelas IV pada materi kenampakan alam dan
sosial budaya.
METODE PENELITIAN
Metode
Penelitian ini bertujuan untuk memahami Subjek Penelitian
kondisi yang terjadi pada saat pembelajaran Siswa SDN Pasanggrahan 1 kelas IV
berlangsung dan untuk mengatasi Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka,
permasalahan-permasalahan yang ada dalam tahun ajaran 2015/2016 yang teridiri dari 8
pembelajaran sehingga adanya tindakan orang siswa perempuan dan 21 orang siswa
untuk memecahkan setiap permasalahan- laki-laki.
permasalahan untuk mengarahkan kepada
hasil yang lebih baik. tindakan yang dilakukan Instrumen Penelitian
untuk memperbaiki kualitas dan hasil belajar Instrumen yang digunakan dalam penelitian
siswa sebagaimana Sumadayo (2013, hlm. ini terdiri dari lembar observasi kinerja guru,
20) mengemukakan “Penelitian tindakan lembar observasi aktivitas siswa, catatan
kelas merupakan ragam penelitian lapangan, tes hasil belajar dan Pedoman
pembelajaran yang berkonteks kelas yang wawancara. Lembar observasi kinerja guru,
dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan aktivitas siswa dan catatan lapangan
masalah-masalah pembelajaran yang digunakan ketika proses pembelajaran
dihadapi guru, memperbaiki mutu dan hasil berlangsung sedangkan tes hasil belajar
pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru digunakan setelah pembelajaran
pembelajaran demi peningkatan mutu dan berlangsung untuk melihat keberhasilan
hasil belajar”. siswa dalam pembelajaran dan pedoman
wawancara digunakan pada saat siklus
Penelitian tindakan kelas bersifat penelitian terakhir untuk memperkuat data yang sudah
kualitatif, yang mana penelitian ini berfokus didapatkan.
pada masalah yang terjadi pada subjek yang
diteliti dengan pemanfaatan metode alamiah
disampaikan melalui cara mendeskripsikan

335
Mutia Agisni Mulyana, Nurdinah Hanifah, Asep Kurnia Jayadinata

Tekhnik Pengolahan Dan Analisis Data Pada tahap perencanaan Siklus I dari 6 aspek
Teknik pengolahan data sesuai dengan yang dinilai terdapat 3 indikator yang masih
instrumen yang digunakan dalam penelitian belum mencapai skor ideal. 3 aspek yang
seperti observasi, wawancara, catatan
masih belum mencapai skor ideal yaitu
lapangan, dan tes hasil belajar siswa.
Pengolahan data dalam penelitian ini yaitu mempersiapkan LKS, mempersiapkan soal
pengolahan data untuk aktivitas siswa dan evaluasi dan Pembagian kelompok hanya,
kinerja guru pada pelaksanaan sehingga diperoleh skor pada tahap
pembelajaran setelah diterapkannya model perencanaan kinerja guru Siklus I sebesar
pembelajaran kooperatif tipe NHT dan hasil 83,30% dengan kriteria penilaian baik sekali,
tes siswa setelah melakukan evaluasi maka pada Siklus I belum mencapai target
pembelajaran dengan pendekatan kuantitatif
yang telah ditentukan yaitu 100%, pada
kemudian untuk catatan lapangan dan
pedoman wawancara diolah dengan Siklus II guru mampu meningkatkan
pendekatan kualitatif. kinerjanya sehingga presentasi bertambah
Analisis data dilakukan untuk mencari serta menjadi 100% pada Siklus II telah mencapai
menyusun data yang diperoleh oleh peneliti target yang telah ditentukan, kemudian pada
dari observasi, wawancara, tes dan catatan Siklus III guru mampu mempertahankan
lapangan dan memilih mana yang penting kinerjanya seperti pada Siklus II.
dan akan dipelajari setelah itu di ambil
kesimpulannya untuk mempermudah dalam Pada tahap pelaksanaan kinerja guru sesuai
memahami isi dari penelitian. Menurut dengan aspek yang diamati yang terdiri dari
Sugiyono (2005. Hlm. 89) memaparkan
13 aspek pada Siklus I diperoleh peresentase
bahwa
sebesar 79,48% dan kriteria penilaian Baik
Analisis data adalah proses mencari dan masih belum mencapai target yang telah
menyusun secara sistematis data yang ditentukan yaitu 100%. Adapun aspek yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan
belum mencapai skor maksimal pada aspek
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam menyampaikan tujuan pembelajaran,
kategori, menjabarkan ke dalam pembagian kelompok, menjelaskan
kategori, menjabarkan ke dalam unit- mekanisme pengerjaan LKS, pembagian
unit, melakukan sintesa, menyusun ke mystery box dan nomor kepala,
dalam pola memilih mana yang penting membimbing presentasi, dan membimbing
dan yang akan dipelajari, dan membuat siswa dalam memberikan tanggapan setelah
kesimpulan sehingga mudah dipahami
dilakukan refleksi pada Siklus II kinerja guru
oleh diri sendiri maupun orang lain.
pada tahap ini mengalami peningkatan
HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi 94,87% dengan kriteria baik sekali
Penelitian ini terlaksana sebanyak 3 siklus, dan masih belum mencapai target, adapun
yang mana pada Siklus III semua aspek telah aspek yang belum memenuhi skor maksimal
mencapai target yang telah ditentukan pada yaitu pada aspek membimbing presentasi
tahap perencanaan, rincian lebih jelas kelompok dan membimbing dalam
mengenai hasil Siklus I, Siklus II dan Siklus III, memberikan tanggapan masih belum
sebagai berikut: kondusif sesuai dengan yang diharapkan
untuk itu dilakukan refleksi kembali untuk

336
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

memperbaikinya pada Siklus III, kemudian 88,50%. Pada aspek berkomunikasi siswa
pada Siklus III kinerja guru pada tahap yang mencapai skor ideal sudah meningkat
pelaksanaan mencapai persentasi 100% meskipun masih ada siswa yang kurang aktif
dan tidak bisa berkomunikasi dengan baik di
dengan kriteria baik sekali berarti kinerja
depan maupun bersama temannya, pada
guru pada tahap pelaksanaan sudah aspek tanggung jawab masih ada siswa yang
mencapai target yang telah ditetapkan yaitu belum bisa bertanggung jawab pada
100%. kelompoknya dalam pengerjaan LKS
meskipun jumlahnya lebih sedikit dari siklus
Pada tahap aktivitas siswa yang di observasi sebelumnya, pada aspek kerjasama sebagian
pada tahap ini yaitu mengenai tanggung besar siswa sudah mampu bekerjasama
jawab, komunikasi dan kerjasama siswa dengan baik namun masih ada siswa yang
selama pelaksanaan pembelajaran dengan harus ditingkatkan kemampuan
menerapkan model kooperatif tipe NHT, bekerjasamanya dengan bimbingan guru.
adapun pada Siklus I siswa pada aspek Secara keseluruhan perolehan skor aktivitas
berkomunikasi diperoleh persentase sebesar siswa yaitu sebesar 210 dengan persentase
63,21%, tanggung jawab diperoleh 80,45%, kriteria penilaian Baik, maka
persentase 60,91%, pada aspek kerjasama aktivitas siswa pada Siklus II masih belum
diperoleh skor 63 dengan persentase mencapai target yang ditentukan yaitu 95%.
72,41%. Pada aspek berkomunikasi siswa Kemudian, pada pelaksanaan Siklus III,
hanya sebagian yang mampu berkomunikasi pencapaian skor perolehan aktivitas siswa
dengan baik di depan kelas, dan berani juga mengalami peningkatan dari Siklus II yaitu
aktif dalam proses pembelajaran. pada aspek berkomunikasi diperoleh skor 83
Selanjutnya, pada aspek tanggung jawab dengan persentase 95,40%, aspek tanggung
masih banyak siswa yang tidak mampu jawab diperoleh skor 83 dengan persentase
bertanggung jawab di dalam kelompoknya 95,40%, aspek kerjasama diperoleh skor
dan malah bermain-main dan mengganggu sebesar 84 dengan persentase 96,55%.
kelompok lain. Kemudian pada aspek Meskipun masih ada 4 siswa yang belum
kerjasama masih banyak siswa yang kurang mencapai skor ideal yang telah ditentukan
bisa bekerja sama dengan rekannya dan namun secara keseluruhan perolehan skor
malah berdiam diri dan meninggalkan aktivitas siswa sebesar 250 dengan
tempat diskusi bersama kelompoknya. persentase 95,78% kriteria penilaian baik
Secara keseluruhan data hasil observasi sekali, maka aktivitas siswa pada Sikus III ini
aktivitas siswa diperoleh skor 171 dengan sudah mencapai target yang ditentukan yaitu
persentase 65,5% kriteria penilaian Baik, 95%.
maka aktivitas siswa pada Siklus I ini masih
belum mencapai target yang telah Hasil belajar siswa Pada Siklus I siswa yang
ditentukan yaitu 95%. tuntas hanya 12 siswa yaitu 41,38% yang
tuntas dan yang belum tuntas sebanyak 17
Selanjutnya pada pelaksanaan pembelajaran siswa yaitu 58,62%, selanjutnya pada Siklus
Siklus II, aktivitas siswa mengalami kenaikan II hasil belajar siswa mengalami peningkatan
persentase dari siklus sebelumnya, yang , siswa yang tuntas menjadi 20 siswa yaitu
mana pada aspek berkomunikasi diperoleh 68,97% dan yang belum tuntas sebanyak 9
skor 70 dengan persentase 80,45%, aspek siswa yaitu 31,03%, kemudian pada Siklus III
tanggung jawab diperoleh skor 63 dengan mengalami peningkatan kembali sebanyak 26
persentase 72,41%, aspek kerjasama orang yaitu 89,65% dan yang belum tuntas
diperoleh skor 77 dengan persentase sebanyak 3 orang yaitu 10,35%. Secara

337
Mutia Agisni Mulyana, Nurdinah Hanifah, Asep Kurnia Jayadinata

keseluruhan peningkatan perencanaan Siklus II dan Siklus III dapat dilihat pada
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran gambar diagram di bawah ini:
yang terdiri dari kinerja guru dan aktivitas
siswa juga hasil belajar siswa pada Siklus I,

100
90 Target
80
70 Siklus I
60
50
40 Siklus II
30
20
Siklus III
10
0
Perencanaan Pelaksanaan Aktivitas Hasil
Siswa Belajar

Gambar 1. Diagram Peningkatan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Kooperatif


Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Materi Kenampakan Alam dan Sosial Budaya
Keseluruhan (Siklus I, SIklus II dan Siklus III)

SIMPULAN Pelaksanaan Pembelajaran


Perencanaan Pembelajaran Pada Siklus I, dari 13 aspek yang diamati, 7
Adapun hasil yang dicapai pada pelaksanaan aspek masih belum mencapai skor ideal yang
Siklus I pada tahap perencanaan ini dari 6
mana guru masih belum menyampaikan
aspek yang diamati, 3 aspek masih belum
mencapai skor ideal , sehingga diperoleh tujuan secara keseluruhan, guru tidak
persentase sebesar 83,30% dengan kriteria menjelaskan pengerjaan LKS pada siswa,
Baik Sekali, dibandingkan dengan target yang keadaan kelas masih tidak tertib ketika
telah ditentukan masih belum mencapai pembagian mystery box dan nomor kepala,
target yang telah ditentukan. Selanjutnya guru kurang bisa mengkondisikan siswa
pada Siklus II, guru sudah mampu ketika presentasi terlihat pada bagian
meningkatkan kinerjanya pada tahap
pembagian amplop, guru kurang bisa
perencanaan, dari 6 aspek yang diamati
semuanya sudah mencapai skor ideal, membimbing dan memotivasi siswa dalam
sehingga diperoleh persentase sebesar 100% tahap memberikan tanggapan, dan guru
dengan kriteria Baik Sekali, maka pada Siklus kurang bisa mengefektifkan waktu ketika
II tahap perencanaan telah mencapai target menyimpulkan pembelajaran, sehingga
yang telah ditentukan, Kemudian pada Siklus perolehan persentase pada tahap
III guru mampu mempertahankan persentase pelaksanaan ini sebesar 79,48% masih belum
yang diperoleh pada Siklus II yaitu sebesar
mencapai target yang ditentukan yaitu 100%.
100% dan telah mencapai target yang
ditentukan dengan kriteria Baik Sekali. pada Siklus II guru sudah mampu
meningktkan kinerjanya dibandingkan pada

338
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

siklus sebelumnya, dari 13 aspek yang Kabupaten Majalengka pada materi


diamati hanya 2 aspek yang masih belum kenampakan alam dan sosial budaya, pada
mencapai skor ideal, sehingga perolehan saat observasi data awal diperoleh siswa
yang tuntas hanya 8 orang siswa dengan
persentase sebesar 94,87%, masih belum
persentase 28% dan yang belum tuntas 22
mencapai target yang ditentukan. Kemudian siswa dengan persentase 72%, hasil belajar
pada Siklus III dari 13 aspek yang diamati setelah melaksanakan pembelajaran dengan
semuanya sudah mencapai skor ideal, penerapan model pembelajaran kooperatif
sehingga persentase yang diperoleh sebesar tipe NHT pada Siklus I diperoleh data siswa
100%, maka pelaksanaan pembelajaran telah yang tuntas sebanyak 12 siswa dengan
mencapai target yang ditentukan. persentase 41,38% dan yang belum tuntas
sebanyak 17 siswa dengan persentase
Berdasarkan observasi aktivitas siswa pada 58,62%, maka masih belum mencapai target
Siklus I, pada aspek berkomunikasi diperoleh yang telah ditentukan yaitu 86,20%, pada
persentase sebesar 63,21%, tanggung jawab Siklus II mengalami peningkatan dari siklus
60,91% dan kerjasama 72,41%, sehingga selanjutnya, siswa yang tuntas menjadi 20
secara keseluruhan aktivitas siswa Siklus I di siswa dengan persentase 68,97% dan yang
peroleh persentase sebesar 65,51% dengan belum tuntas sebanyak 9 siswa dengan
kriteria baik, masih belum mencapai skor persentase 31,03%, maka masih belum
yang telah ditetapkan yaitu 95%. Aktivitas mencapai target yang telah ditetapkan. Pada
siswa pada Siklus II, pada aspek Siklus III mengalami peningkatan kembali
berkomunikasi diperoleh persentase sebesar dari siklus-siklus sebelumnya, siswa yang
80,45%, tanggung jawab 72,41% dan tuntas sebanyak 26 siswa dengan persentase
kerjasama 88,50%, Secara keseluruhan 89,65% dan yang belum tuntas sebanyak 3
aktivitas siswa pada Siklus II ini deperoleh siswa dengan persentase 10,35%, maka hasil
persentase sebesar 80,45% dengan kriteria belajar telah mencapai target yang telah
baik, maka belum mencapai target yang ditentukan.
telah ditetapkan. Kemudian, aktivitas siswa
pada Siklus III, pada aspek berkomunikasi Berdasarkan data hasil belajar yang
diperoleh persentase sebesar 95,40%, diperoleh dari pelaksanaan Siklus I, Siklus II
tanggung jawab 95,40% dan kerjasama dan Siklus III dapat diambil simpulannya yaitu
96,55%. Siswa sudah mampu berkomunikasi, penerapan model pembelajaran kooperatif
tanggung jawab dan kerjasama dengan tipe Numbered Heads Together (NHT)
maksimal berkat bimbingan dan motivasi mampu meningkatkan hasil belajar siswa
guru, meskipun masih ada 4 orang siswa kelas IV SDN Pasanggrahan 1, Kecamatan
yang belum mencapai skor ideal dikarenakan Maja, Kabupaten Majalengka pada materi
siswa tersebut tidak lancar dalam membaca Kenamapakan Alam dan Sosial Budaya
dan menulis dan bahkan ada yang tidak bisa
membaca dan menulis sama sekali. Secara
keseluruhan aktivitas siswa pada Siklus III DAFTAR PUSTAKA
diperoleh sebesar 95,78% dengan kriteria Hernawan, A.H., Asra, & Laksmi D. (2010).
Baik Sekali, maka telah mencapai target yang Belajar dan Pembelajaran SD. Bandung:
telah ditentukan sebelumnya. UPI PRESS.
Hasil Belajar
Hasil belajar siswa kelas IV SDN
Pasanggrahan 1, Kecamatan Maja,

339
Mutia Agisni Mulyana, Nurdinah Hanifah, Asep Kurnia Jayadinata

Huda, M. (2012). Cooperative Learning


Metode, Teknik, Sruktur dan Model
Penerpan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhibinsyah. (2009). Psikologi Pendidikan


dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Moleong, L.J. (2012). Metodologi Penelitian


Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Sapriya, Susilawati., & Nurdin, S. (2006).


Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI PRESS.

Slavin, R. (2005). Cooperative Learning Teori,


Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian


Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumadayo, S. (2013). Penelitian Tindakan


Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu

Supriatna, N., Mulyani, S., & Rokhyati, A.


(2010). Pendidikan IPS SD. Bandung: UPI
PRESS.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS &
Peraturan Pemerintah Indonesia Tahun
2010 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan serta Wajib Belajar. (2010).
Bandung: Citea Umbara.

340

Anda mungkin juga menyukai