Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di Negara lain
yaitu perdarahan, infeksi dan eklamsi. Eklamsi dapat menjadi penyebab
kematian ibu dan bayi (Saefudin 2001).
Angka kejadian aklamsi bervariasi di berbagai Negara. makin maju suatu
Negara, tambah tinggi kesadaran masyarakat terhadap pentingnya arti
antenatal care, makin rendah angka kejadian Eklamsinya. Frekuensi eklamsi di
Negara-negara maju berkisar antara 0,05 – 0,1 persen, sedangkan frekuensi di
Negara-negara berkembang antara 0,3 – 0,7 persen (Depkes, 1996)
Eklamsi di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang
meminta korbanbesar dari ibu dan bayi, kematian ibu berkisar antara 9,8 – 25,5
persen, sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi berkisar antara 42,2 – 48,9
persen (Saefudin, 1996 : 23)
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah 214 kelompok kami
melaksanakan studi kasus pada ibu hamil dengan eklamsi dalam makalah yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A G1P0A0 HAMIL 36 MINGGU
DENGAN EKLAMPSI DI RUANG TERATAI RSUD MAJALENGKA”

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaiamana melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
eklampsi sehinggakomplikasi yang mungkin dapat teratasi.

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
a. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan eklampsi
b. Meningkatkan kemampuan penulis dalam memberikan asuhan keperawatan
pada kasus eklampsi.
2. Tujuan khusus
a. Dapat mengkaji pasien dengan eklampsi
b. Dapat mengintervretasikan data ke dalam diagnosa, masalah dan kebutuhan
pada pasiern dengan eklampsi.
c. Dapat mengdentifikasian diagnosa atau masalah potensial pada pasien dengan
eklampsi
d. Dapat mengidentifikasikan dan mengatasi masalah yang meemerlukan
tindakan segera pada pasien dengan eklampsi.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR
1. EKLAMPSI
a. Pengertian
1) Eklampsi adalah hipertensi disertai proteinuria dan/atau oedema patologik
dan konvulsi atau kejang dan atau koma.
2) Eklampsi adalah suatu kondisi yang ganjil pada wanita yang hamil atau
melahirkan. Eklampsi ditandai dengan kejang yang diikuti dengan koma yang
panjang dan singkat, wanita tersebut biasanya mengalami hipertensi dan
proteinuria. Kejang dapat terjadi pada masa antepartum, intrapartum atau
masa nifas.
(Modul Eklampsi, 2002 : 12)
b. Gejala dan tanda
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsi
dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan
penglihatan, mual, nyeri di epigastrium dan hiperrefleksi. (Depkes, 1996 : 20)
Seramngan eklampsi di bagi dalam 4 tingkat :
1) Tingkat awal (invasi)
a) Berlangsung 30 – 35 detik
b) Tangan dan kelopak mata bergetar
c) Mata terbuka dengan pandangan kosong
d) Kepala di putar kekanan dan kekiri
2) Tingkat kejang tonik
a) Belangsung 30 detik
b) Seluruh tubuh kaku, wajah kaku, pernapasan berhenti dapat diikuti sianosis,
tangan menggenggam, kaki diputar ke dalam, lidah dapat tergigit.
3

3) Tingkat kejang klonik


a) Berlangsung 1 – 2 menit
b) Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik
c) Kontraksitot berlangsung cepat
d) Mulut terbuuk tertutup dan lidah dapat tergigit
e) Mata melotot mulut berbuih
f) Muka terjadi kongesti dan sampai sianosis
g) Penderita dapat jatuh
4) Tingkat koma
a) Setelah kejang klonik berhenti panderiat menarik napas
b) Diikuti koma yang lamanya bervariasi.
Selama terjadi kejang-kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 400 C, nadi
bertambah cepat dan tekanan darah meningkat.
(Manuaba, 1998 : 245)
c. Diagnosa
Diagnosa eklampsi tidak mengalami kesukaran, dengan adany gejala dan
tanda pre-eklampsi yang disusul oleh serangan kejang, maka diagnosa eklampsi
sudah tidak diragukan lagi. Walaupun demikian, eklampsi harus dibedakan
dari :
1) Epilepsi, dalam anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau
pada hamil muda dan tanda pre-eklampsi tidak ada
2) Kejang karena obat anestesi
3) Koma karena sebab lain, sepeti diabetes, perdarahan otak, meningitis,
ensefalitis dan lain-lain.
d. Etiologi
Penyebab eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat benyak
teori yang mencoba sebab musebab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada
yang memberi jawabanyang memuaskan. Teori yang dewasa ini bsnysk
dikemukakan adalah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat
diterngkan semua hal yang bertalian dengan penyakit ini. Diantara faktor-
faktor yang dikemukakan sering kali sukar ditentukan man yang sebab dan
mana yang akibat. (Wknjosastro, 1999 : 282)
e. Patofisiologi
Pada pre-eklampsi terjadi spasme pembuluh darahdisertai retensi garam
dan air. Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat anteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus, lumen anteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua anteriola yang di dalam tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk
mengatasi kenaikan tekanan ferifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkasn kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan di ruang intertisial belum diketahui sebabnya,
mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh
spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus. (Wiknjosastro,
1999 : 285).
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pre-eklampsi berat dan eklampsi sama, kecuali bahwa
persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada
eklampsi. Semua kasus per-eklampsi berat harus ditangani secara aktif.
Pengangan konservatif tidak dianjurkan karena gejala dan tanda eklampsi
seperti hiperrefleksi dan gangguan penglihatan sering tidak sahih.
1) Penanganan kejang
a) Beri obat antikonvulsan
b) Perlengkapan untuk penanganan kejang.
c) Beri oksigen 4 – 6 liter
d) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras.
e) Baringkan pasien pada posisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.
f) Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan bila perlu..
2) Penanganan umum
a) Jika tekanan deiastolik tetap 10 mmHg, berikan obat antihipertensi sampai
tekanan diastolic diantara 90 – 100 mmHg.
b) Pasang infuse.
c) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi over load cairan.
d) Kateterisasi urine untuk memantau pengeluaran urine dan proteinuria.
e) Jika jumlah urine kurang dari 30 ml per jam :
(1) Hentikan MGSO4 dan berikan cairan IV (NaCL 0,9% atau Ringer Laktat) pada
kecepatan 1 liter per 8 jam.
(2) Pantau kemungkinan oedema baru.
f) Jangan tingglakan pasien sendirian
g) Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap jam.
h) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru.
i) Hentikan pemberiak cairan IV dan berikan diuretic misalnya furosemid 40 mg
IVsekali saja bila ada oedema paru.
j) Nilai pembekuan darah dan uji pembekuan sederhana.
3) Antikonvulsan
MGSO4 merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang
pada PEB dan eklampsi.
Cara pemberian MGSO4 pada eklampsi:
a) Dosis awal
(1) MGSO4 4 Gr IV sebagai larutan 20 % selama 5 menit.
(2) MGSO4 4 Gr IV sebagai larutan 20 % selama 5 menit.
(3) Segera dilanjutkan dengan pemberian 10 Gr larutan MGSO450 % masing-
masing 5 Gr dibokong kanan dan bokong kiri secara IM dalam ditambah dengan
1 ml lignokain 2 % pada semprit yang sama . pasien akan merasa agak panas
wakti pemberian MGSO4.
b) Dosis pemeliharaan
(1) MGSO4 1 – 2 Gr per jam per infuse
(2) Lenjutkan pemberian MGSO4 sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang
berakhir.
c) Sebelum pemberian MGSO4, periksa :
(1) Frekuensi pernapasan minimal 16 kali permenit.
(2) Refleks patella (+)
(3) Urine minimal 30 ml per jam dalam 4 jam terakhir.
d) Hentikan pemberian MGSO4, jika :
(1) Frekuensi napas kurang dari 16 kali per menit.
(2) Refleks patella (-)
(3) Urine minimal 30 ml per jam dalam 4 jam terakhir.
e) Siapkan antidotum
Jika terjadi henti nafas, lakukan ventilasi (masker dan balon, ventilator),
beri kalsium glukonas 1 Gr (20 ml dalam larutan 10 %) IV perlahan-lahan
sampai pernapasan mulai lagi.
4) Antihipertensif
Jika tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih berikan obat antihipertens.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan diastolik diantara 90 – 100
mmHg dan mencegah perdarahan serebral.
5) Persalinan
Persalinan harus diusahakan segera setelah keadaan pasien stabil.
Penundaan persalinan meningkatkan resiko untuk ibu dan janin.
a) Perikssa serviks.
b) Jika serviks matang, lakukan pemecahan ketuban lalu induksi persalinan
dengan oksitosin atau proslaglandin.
c) Jika persalinan pervaginatidak dapat diharapkan dalam 24 jam lakukan SC.
d) Jika DJJ kurang dari 100/menit atau lebih dari 180/menit, lakuka SC.
e) Jika serviks belum matang, janin hidup lakukan SC.
f) Jika anestesi untuk SC tidak tersedia atau jkikan janin mati atau terlalu kecil :
(1) Usahaka lahoir pervagina.
(2) Matangkan serviks dengan misoprostol, prostaglandin atau kateter foley.
6) Perawatan pasca persalinan
a) Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam setelah persalian atau kejang
terakhir.
b) Teruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastolic masih 110 mmHg atau
lebih.
c) Pantau urine.
7) Rujukan
a) Terdapat oliguri (urine kurang dari 400 ml per 24 jam) selama 24 jam setelah
persalinan.
b) Terdapat kopagulapati atau sindrom HELLP;
c) Koma berlangsung lebih dari 24 jam sesudah kejang.
(Saefudin A.B, 2000)
g. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi lain
yang biasanya terjadi pada pre-eklampsi berat dan eklampsi diantaranya : solusi
plasenta, hipofibrinogenemia, hemolisis, pedarahan otak, kelainan mata,
edema paru-paru, nekrosis hati, sindrom HELLP, kelainan ginjal, komplikasi
lain, prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra uterin.
(Depkes, 1996 : 22)

BAB III
TINJAUAN KASUS
TINJAUAN KEPERAWATAN PAD ANY. A G1P0A0
HAMIL 36 MINGGU DENGAN EKLMPSI

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 20 Thn
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : islam
Suku bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Tanggal masuk : 10 – 11 - 2004
Tanggal pengkajian : 11 – 11 - 2004
Diagnosa : G1P0A0 + Eklampsi
Alamat : Mekarwangi - Argapura
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. D
Umur : 25 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Hub dengan pasien : Suami
Pekerjaan : Sopir
Alamat : Mekarwangi - Argapura
2. Status kesehatan
a. Keluhan Utama
9

Klien mengatakan sakit pada daerah luka bekas operasi


b. Riwayat kesehatan sekarang
Tanggal 10 – 11 – 2004 pagi klien mengatakan kejang-kejang 5 x dan keluar
air dari vagina. Pada jam 14.30 WIB klien dibawa ke UGD RSU Majalengka dan
dirawat di ruang teratai (kebidanan)setelah diperiksa klien diputuskan operasi,
jam 20.00WIB klien dioperasi SC. Pada saat dikaji tanggal 11 – 11 – 2004 klien
menghatakan sakit pada daerah luka operasi, nyeri bertambah jika duduk atau
berdiri dan berkurang jika tidur terlentang. Nyeri terasa teriris-iris. Skala nyeri
7.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan belum pernah dirawat di RS dan mengatakan belum
pernah menderita penyakit berat
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut klien tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang
menular dan penyakit yang diturunkan.
e. Riwayat kesehatan perkawinan
Ibu berstatus kawin, ini merupakan perkawinan yang pertama dan
perkawinan ini telah berlangsung sekitar 1,5 tahun.
3. Data Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Klien mengaku pertama haid pada usia 14 tahun, siklusnya teratur selama 28
hari lamanya 7 hari, klien mengatakan menstruasi terakhir lupa, taksiran
kehamilan klien tidak tahu.
b. Riwayat kehamilan persalinan dannifas yang lalu
Klien mengatakan belum pernah hamil dan melahirkan, ini merupakan
kehamilan yang pertama.
c. Riwayat kehamilan
Klien mengaku hamil anak pertyama dan baru 2 x memeriksakan kehamilannya
di Puskesmas, terakhir diperiksa 1 bula yang lalu, klien mengatakan
mendapatkan immunisasi TT sudah 2 x.
4. Riwayat Genokologi
Klin mengatakan tidak mempunyai kelainan genokologi dan belum pernah
mengalami operasi genokologi.

5. Riwayat Fsikososial
Kehamilan ini sangat diharapkan dan jenis kelain anak tyerserah yang diberi
Tuhan.
6. Data Fisik
1. Penampilan Umur
a. Bentuk tubuh : Sedang
b. Kebersihan secara umum : agak kotor
2. Activity Daily Living (ADL)
No. ADL DI RUMAH DI RS
1. Nutrisi
a. Makan
 Jenis menu : Diet biasa (nasi & lauk pauk)  Test feeding
 Frekuensi : 1 – 2 kali sehari  -
 Porsi : 1 porsi sedang  -
 Pantangan : Tidak ada pantangan  -
 Keluhan : Tidak ada masalah  -
b. Makan
 Jenis minuman : Air putih  Test feeding
 Banyaknya 
:
 10 gelas per hari  -
 Pantangan 
:
Tidak ada  -

2. Istirahat dan tidur


a. Malam
 Lamanya : 4 Jam  Tidak bisa tidur
 Waktu : Jam 12.00 WIB  -
 Penerangan : Dengan lampu  -
 Gg. Tidur : Tidak ada  -

b. Siang
 Tidur siang : Kadang-kadang  Kadang-kadang
 Lamanya : 1 jam  1 jam
 Waktu : Jam 13.00 WIB  tidak tentu

3. Eliminasi
a. BAK
 Frekuensi :  6 kali / hari  TerpasangDC
 Warna : Kuning jernih  Kuning jernih
 Bau
: Pesing  Pesing
 Gangguan
: -  -
b. BAB
 Frekuensi  1 kali / hari  1 kali / hari
 Warna : -  -
:
 Bau  -  -
:
 Konsistensi  Lunak  Lunak
:
 Gangguan : -  -

No. ADL DI RUMAH DI RS


4. Personal Hygiene
a. Mandi
 Frekuensi : 2 kali  1 kali / hari
 Pakai sabun : Pakai  Pakai
 Gogok gigi : 2 kali / hari dengan pasta gigi  2 kali / hari dengan
pasta gigi
 Air yang digunakan :  Air hangat
 Tempat  Tempat tidur
 Tk. Kemandirian :  Dibantu orang lain
:
b. Berpakaian
 Frekuensi ganti
 Tk. Kemandirian : 3 kali / hari  1 kali / hari
: Mandiri  Mandiri
5. Mobilisasi dan
Aktivitas
a. Kebiasaan : Mampu melakukan aktivitas  Klien mampu miring
sehari-hari sebagai ibu rumah ke kiri / kanan di
tangga. tempat tidur, namun
tidak mampu duduk.

3. Pemeriksaan fisik
a. Keadan umum
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Orientasi : Waktu, tempat dan orang baik
3. Bahasa dan memori : Kemampuan bahasa dan ingatan baik
4. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 96 x / menit
- Pernapasan : 20 x / menit
- Suhu : 36, 60 C
b. Berat badan dan tinggi badan
1. Berat Badan : 68 kg
2. Tinggi Badan : 150 cm
3. BB sebelum hamil : 51 kg
4. Kenaikan BB selama hamil : 17 kg
c. Muka
Tidak ditemukan closma gravidarum dan oedema pada muka
d. Mata
Kelopak mata normal, konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik.
e. Hidung
Tidak ditemukan polip dan pengeluaran lendir
f. Mulut dan gigi
Mulut tidak baud an tidak terdapat karies pada gigi
g. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan pembesaran vena
jugularis.
h. Dada
Bunyi jantung murini regular, paru-paru bersih tidak ditemukan wheezing dan
ronchi, payudara normal, simetris kiri dan kanan, putting susu menonjol,
colostrums belum ada, tidak terdapat benjolan dan lesi.
i. Abdomen
Ada luka operasi yang masih diperban / ditutup has
Pulpasi : TFU 3 jari bawah pusat.
j. Gental
Tidak ditemukan perisesdan oedema, ditemukan pengeluaran lender dan darah
tapi sedikit.
k. Ekstremitas bawah dan atas
Di ekstremitas atas terpasang infuse D 5% sedangkan ekstremitas bawah
ditemukan oedema

l. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah Hb : 13.4 95 %
Leucosit : 35.650
Gol darah : A

b) Urine
(a) Protein : ( ++ )
(b) Nitrit : ( +++ )
(c) Sedimen eritrosit : + banyak
(d) Leucosit : ++ banyak
m. Therapy
1. Kalfoksin IJ 2 x 1 gram
2. Kaltofren IJ 3 x 1 Ampul
3. Infus RL. Dex.
B. ANALISA DATA
No DATA KEMUNGKINAN ETIOLOGI MASALAH

DS
1. : - klien mengeluh nyeri di daerah Operasi Secsio Caesaria Nyeri akut
luka bekas operasi, nyeri
seperti diiris-iris.
- Klien mengatakan nyeri
bertambah jika bergerak,
karena rasa nyeri tersebut klien
mengatakan tidak bisa tidur
pada malam maupun siang
hari.
- Skala nyeri 7
DO : - klien meringis saat diperiksa
keadaan fisik
- terdapat luka operasi masih Kurang
terdapat perban istirahat dan
- Tekanan darah tidur.
- Nadi
- Pernafasan
- Ekspresi wajah kesakitan

DS : - Klien mengeluh nyeri saat


bergerak
DO : - Klien nampak membatasi
gerak Kurang
2. mobilitas
- Klien tidur terlentang terus
- Klien tidak mempu duduk fisik

DS : - Klien mengatakan 2 hari


belum keramas
DO : - Rmabut kotor dan kusut
- ADL di Bantu Kurang
3. - Klien nampak murung perawatan
diri
DS : -
DO : - Terdapat luka operasi
- Terpasang infus
Resiko tinggi
4. infeksi

Terputusnya kontinuitas jaringan


C. RUMUSAN DIAGNOSA PERAWATAN
A. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
B. Kurang istirahat tidur berhubungan dengan rasa sakit dari penyakit yang
diderita.
C. Kurang mobilitas fisik berhungan dengan nyeri.
D. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan
aktifitas .
E. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
dan adanya benda asing dalam tubuh
D. PROSES KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Ny. A DIAGNOSA MEDIK : Post SC Hari 1
UMUR : 20 tahun NO. CM :

Perencanaan
No Diagnosa kepera Implementasi
Tujuan Intervensi Rasional
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Nyeri akut berhubungan Dalam waktu 3 hari - Lakukan teknik -Dengan Teknik - Tgl 11-11-04 jam
dengan kontinuitas ditandai diharapkan nyeri distraksi nyeri dengan distraksi nyeri WIB Melakukan
dengan : berkurang atau hilang cara mengalihkan (ngobrol dan membaca distraksi dengan
DS : - Klien mengeluh nyeri di daerah dengan kriteria : perhatian klien. ) konsentrasi tidak mengajak ngobrol kle
luka bekas operasi . nyeri - Klien tidak mengeluh terfokus terhadap rasa memberika bahan b
serasa diiris-iris. nyeri - Lakukan teknik nyeri sehingga nyeri kepada klien. A :
- Klien mengatakan nyeri - Ekspresi awjah klien relaksasi dengan cara berkurang. kooperatif dan tenang
bertambah jika bergerak, tenang latihan nafas. - Dengan relaksasi - Tgl 11-11-04 jam
karena rasa nyeri tersebut, - Klien bisa istirahat / dapat mengurangi WIB melakukan
klien mengatakan tidak bisa tidur - Ubah posisi klien ketegangan otot dan relaksasi dengan
tidur pada malam maupun - Skala nyeri turun dengan posisi yang menurunkan ambang menarik nafas panjan
siang hari. menjadi 1 nyaman. nyeri klien kooperatif.
- Skala nyeri 7 - Tanda vital normal : - Dengan mengatur - Tgl 11-11-04 jam
DO : - Klien meringis saat  Tensi : 120/80 mmHg posisi tubuh yang WIB.
dilakukan pemeriksaan fisik. Nadi : 80 kali / mnt - Kolaborasi untuk nyaman dapat Membantu klien me
- Terdapat luka operasi masih Respirasi : 18 kali/mnt pemberian obat mengurangi rasa nyeri posisi semi fowler
ditutup perban analgetika parenteral. - Dengan obat kenyaman klien A :
- Tekanan daera analgetika ambang kooperatif.
130/80 mmHg nyeri akan turun - Tgl 11-11-04 jam
- Nadi : 96 kl/mnt sehingga nyeri WIB. Mela
- Pernafasan : 20 kl/mnt berkurang. pemberian kaltrofen i
- Ekspresi wajah kesakitan 1 ampul IM sesuai d
advis dokter, A :
terjadi reaksi alergi.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologi


Bagi Dosen D3 Kebidanan Buku 1 Asuhan Keperawatan. Pusdiknas-WHO-
JHPIEGO : Jakarta.

Manuaba, I.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Untuk


Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta.

Marjono, A.B. 1999. Hipertensi Pada Kehamilan. Pre-Eklampsi


Eklampsi. http/WWW. Geocities.com : Jakarta.
Mochtar, M. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai