TENTANG
PENGELOLAAN SANITASI
dan
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2
8. Pengelolaan Sanitasi adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi perencanaan, pembangunan,
pemanfaatan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi serta pengawasan dan
evaluasi sanitasi.
9. Kelompok Kerja Sanitasi adalah lembaga koordinasi yang membantu
memperkuat upaya Perangkat Daerah yang ada di dalam Pemerintah
Daerah dan para pemangku kepentingan yang ada di Daerah dalam
upaya mempercepat pembangunan fasilitas sanitasi Daerah.
10. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Wali Kota dan DPRD dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah.
11. Buku Putih Sanitasi adalah adalah dokumen yang memuat pemetaan
situasi sanitasi daerah berdasarkan kondisi aktual yang meliputi aspek
keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, budaya atau
perilaku masyarakat, geografis, keterlibatan para pemangku kepentingan
secara lebih luas dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan sanitasi
daerah.
12. Strategi Sanitasi adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah,
paling lama lima tahun, yang khusus disusun untuk percepatan
pembangunan sektor sanitasi Daerah.
13. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat STBM
adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi
melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
14. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair.
15. Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan/atau
kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan,
apartemen, asrama, rumah sakit, rumah ibadah, sekolah, hotel, gedung
pertemuan, baik yang berwujud cair (grey water) ataupun air kotor/tinja
(black water).
16. Instalasi Pengelolaan air Limbah yang selanjutnya disingkat IPAL adalah
bangunan teknis beserta perlengkapannya yang digunakan untuk
mengolah air limbah sampai memenuhi baku mutu air limbah yang
ditentukan.
17. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja, yang selanjutnya disingkat IPLT
adalah bangunan teknis beserta perlengkapannya yang digunakan untuk
mengolah lumpur tinja sampai memenuhi baku mutu air limbah dan
lumpur olahan yang ditentukan.
18. Drainase adalah serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Pasal 2
Pasal 3
Pengelolaan Sanitasi bertujuan untuk:
a. memperbaiki dan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat;
b. meningkatkan martabat dan kualitas hidup masyarakat;
c. melindungi sumber daya air dari pencemaran; dan
d. melindungi dan melestarikan fungsi lingkungan hidup.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 4
BAB III
Pasal 5
Pasal 6
BAB IV
Bagian Kesatu
Penyelenggaraan Pengelolaan Sanitasi
4
Pasal 7
Bagian Kedua
Perencanaan
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Bagian Ketiga
Pembangunan
Paragraf 1
Umum
5
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
6
(3) Sebelum pelaksanaan pembangunan fasilitas sanitasi Daerah, Perangkat
Daerah yang membidangi masalah sanitasi selaku pelaksana
pembangunan:
a. melakukan sosialisasi mengenai pembangunan fasilitas Sanitasi
Daerah kepada masyarakat yang akan memanfaatkan fasilitas
sanitasi tersebut mengenai rancang bangun, tahapan pembangunan
serta jangka waktu pemeliharaannya yang diperlukan untuk
membangun fasilitas sanitasi tersebut; dan
b. menginformasikan kepada masyarakat yang mungkin terkena
dampak pembangunan fasilitas sanitasi Daerah.
(4) Apabila dampak pembangunan fasilitas sanitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b menimbulkan dampak negatif kepada masyarakat,
Pemerintah Daerah atau pelaksana pembangunan sanitasi memberikan
kompensasi kepada masyarakat yang dirugikan.
Pasal 15
Paragraf 2
Air Limbah
Pasal 16
Paragraf 3
Drainase
Pasal 17
7
(2) Pembangunan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi kegiatan membangun:
a. saluran;
b. memperbanyak saluran;
c. memperpanjang saluran;
d. mengalihkan aliran;
e. sistem polder;
f. kolam tampung memanjang; dan
g. kolam retensi.
(3) Normalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
kegiatan untuk memperbaiki saluran dan sarana drainase lainnya
termasuk Bangunan Pelengkap sesuai dengan kriteria perencanaan.
(4) Pelaksanaan konstruksi wajib mengikuti prinsip Pelaksanaan Konstruksi
aman dan bersih.
Pasal 18
Jaringan drainase yang menyalurkan air hujan dibangun dengan
menyalurkan air hujan ke tempat penampungan air hujan, kolam, embung
atau waduk sebagai upaya penyimpanan air.
Paragraf 4
Promosi Higiene
Pasal 19
(1) Promosi Higiene dilakukan melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
(2) Percepatan peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dilakukan
melalui STBM.
(3) Masyarakat menyelenggarakan STBM secara mandiri dengan
berpedoman pada pilar STBM.
(4) Pilar STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas perilaku:
a. Stop Buang Air Besar Sembarangan;
b. Cuci Tangan menggunakan Sabun;
c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga;
d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga; dan
e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga.
(5) Pilar STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditujukan untuk
memutus mata rantai penularan penyakit dan keracunan.
Pasal 20
8
a. membudayakan perilaku cuci tangan dengan air bersih yang mengalir
dan sabun secara berkelanjutan; dan
b. menyediakan dan memelihara sarana cuci tangan yang dilengkapi
dengan air mengalir, sabun, dan saluran pembuangan air limbah.
(3) Perilaku Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4) huruf c diwujudkan
melalui kegiatan paling sedikit terdiri atas:
a. membudayakan perilaku pengolahan air layak minum dan makanan
yang aman dan bersih secara berkelanjutan; dan
b. menyediakan dan memelihara tempat pengolahan air minum dan
makanan rumah tangga yang sehat.
(4) Perilaku Pengamanan Sampah Rumah Tangga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (4) huruf d diwujudkan melalui kegiatan paling
sedikit terdiri atas:
a. membudayakan perilaku memilah sampah rumah tangga sesuai
dengan jenisnya dan membuang sampah rumah tangga di luar rumah
secara rutin;
b. melakukan pengurangan, penggunaan kembali, dan pengolahan
kembali; dan
c. menyediakan dan memelihara sarana pembuangan sampah rumah
tangga di luar rumah.
(5) Perilaku Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4) huruf e diwujudkan melalui kegiatan
paling sedikit terdiri atas:
a. melakukan pemisahan saluran limbah cair rumah tangga melalui
sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah;
b. menyediakan dan menggunakan penampungan limbah cair rumah
tangga; dan
c. memelihara saluran pembuangan dan penampungan limbah cair
rumah tangga.
Bagian Keempat
Operasi dan Pemeliharaan
Pasal 21
Pasal 22
(1) Operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana pengolahan air limbah
domestik sistem terpusat skala kota meliputi kegiatan:
a. pengolahan air limbah;
b. pemeriksaan jaringan perpipaan;
c. pembersihan lumpur di bak kontrol;
9
d. penggelontoran;
e. penggantian komponen;dan
f. perawatan instalasi pengolahan air limbah serta bangunan pendukung
lainnya.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
operator air limbah.
Pasal 23
(1) Operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana pengolahan air limbah
domestik sistem setempat skala komunal dan sistem terpusat meliputi
kegiatan:
a. pengolahan air limbah;
b. pemeriksaan jaringan dan IPAL;
c. pembersihan lumpur di bak kontrol;
d. penggelontoran jaringan pipa;
e. penggantian komponen;
f. penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja; dan
g. pengolahan lumpur tinja di IPLT.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
kelompok masyarakat pengguna sistem setempat skala komunal
dan/atau operator yang mengelola sistem terpusat skala kawasan.
Pasal 24
Pasal 25
(1) Hasil pengolahan air limbah domestik harus memenuhi baku mutu air
limbah domestik.
(2) Hasil pengolahan air limbah domestik yang telah memenuhi baku mutu
air limbah domestik yang tidak dimanfaatkan dapat dibuang ke saluran
drainase atau badan air penerima.
10
Pasal 26
Bagian Kelima
Pemanfaatan dan Pemeliharaan
Pasal 27
Pasal 28
(1) Pemeliharaan dan biaya yang timbul dari pemeliharaan fasilitas sanitasi
dapat dilaksanakan dan ditanggung sendiri oleh masyarakat pengguna
fasilitas sanitasi.
(2) Pemeliharaan fasilitas sanitasi berupa drainase dilaksanakan oleh
Perangkat Daerah yang membidangi masalah sanitasi.
Pasal 29
(1) Terhadap fasilitas sanitasi yang telah dibangun setiap orang wajib:
a. menggunakan dan memanfaatkan fasilitas sanitasi sesuai
peruntukannya;
b. mengupayakan pencegahan kerusakan dan/atau penurunan fungsi
fasilitas sanitasi; dan
c. menjaga dan memelihara fasilitas sanitasi dengan baik.
(2) Terhadap fasilitas sanitasi yang telah dibangun setiap orang dilarang:
a. mendirikan bangunan semi permanen/permanen di lokasi terdapat
fasilitas sanitasi;
b. menggunakan fasilitas sanitasi tidak sesuai dengan peruntukannya;
c. melakukan tindakan yang dapat mengganggu atau mengurangi
fungsi fasilitas sanitasi; atau
d. melakukan perusakan fasilitas sanitasi.
(3) Lurah dan Camat melakukan pengawasan terhadap pemanfaatan dan
pemeliharaan fasilitas sanitasi yang ada di dalam wilayahnya dan
melakukan tindakan pengamanan terhadap fasilitas sanitasi yang ada di
dalam wilayahnya.
11
Bagian Keenam
Pengawasan dan Evaluasi
Paragraf 1
Umum
Pasal 30
Pasal 31
(1) Kelompok Kerja Sanitasi melakukan koordinasi pengawasan dan
evaluasi terhadap pelaksanaan sanitasi.
(2) Dalam hal Kelompok Kerja Sanitasi dibubarkan, maka tugas koordinasi
pengawasan dan evaluasi pelaksanaan sanitasi dilaksanakan oleh
Perangkat Daerah yang membidangi sanitasi.
Pasal 32
12
Paragraf 2
Drainase
Pasal 33
(1) Kegiatan pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan sistem drainase
meliputi teknis dan non teknis.
(2) Kegiatan pengawasan dan evaluasi teknis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. sistem drainase, kondisi dan fungsi prasarana dan sarana;
b. karakteristik genangan yang mencakup luas genangan dan lokasi
genangan yang berdampak pada ekonomi, sosial, fasilitas pemerintah,
transportasi, daerah perumahan dan hak milik pribadi; dan
c. kualitas air secara visual, antara lain warna dan kekeruhan.
(3) Kegiatan pengawasan dan evaluasi non teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. kelembagaan yang mencakup organisasi pengelola, sumber daya
manusia yang mendukung organisasi; dan
b. manajemen pembangunan yang mencakup dokumen perencanaan,
pelaksanaan pembangunan, mekanisme pelaporan, pengelolaan
prasarana dan sarana sesuai dengan standar operasional dan
prosedur, pengurangan luas lahan basah.
Paragraf 3
Air Limbah
Pasal 34
BAB V
Pasal 35
13
Pasal 36
BAB VI
14
Pasal 37
BAB VII
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 38
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 39
15
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
(1) Setiap orang yang membangun perumahan paling sedikit 5 (lima) unit
rumah, perhotelan, perkantoran dan perdagangan diwajibkan
membangun prasarana dan sarana air limbah dengan sistem terpusat
dalam skala komunal atau kawasan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembangunan prasarana dan sarana
air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Wali Kota.
Bagian Ketiga
Peran Serta Masyarakat
Pasal 44
16
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. saran dan masukan dalam penyelenggaraan pengelolaan sanitasi baik
dalam perencanaan, pembangunan serta pengawasan dan evaluasi;
b. usulan program sanitasi;
c. penyelenggaraan kegiatan pengelolaan sanitasi secara mandiri atau
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah; dan
d. pendampingan kepada anggota masyarakat yang lain untuk kegiatan
kampanye dan edukasi mengenai higiene dan sanitasi untuk
merubah perilaku masyarakat ke arah perilaku hidup sehat.
BAB VIII
Bagian Kesatu
Jasa Pelayanan
Pasal 45
Pasal 46
Bagian Kedua
Kompensasi
Pasal 47
17
(2) Dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembangunan fasilitas sanitasi
atau kegiatan operasional sanitasi Daerah dapat berupa:
a. pencemaran air;
b. pencemaran udara;
c. pencemaran tanah;
d. kerugian materil; dan/atau
e. kerugian dalam bentuk lain.
(3) Bentuk kompensasi yang diberikan kepada masyarakat yang terkena
dampak negatif pembangunan fasilitas sanitasi Daerah atau dampak
negatif kegiatan operasional sanitasi Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat berupa:
a. relokasi penduduk untuk sementara;
b. pemulihan kondisi lingkungan;
c. pemberian biaya dan/atau fasilitas pengobatan; dan/atau
d. ganti rugi berupa uang.
(4) Dalam hal terjadi sengketa mengenai bentuk kompensasi yang diberikan
sebagai akibat dampak negatif pembangunan fasilitas sanitasi dan/atau
kegiatan operasional fasilitas Sanitasi Daerah, maka diupayakan
penyelesaian sengketa melalui musyawarah mufakat atau melalui
mediasi oleh pihak ketiga yang netral.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kompensasi yang diberikan kepada
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Wali Kota.
Pasal 48
18
(7) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibayarkan kepada
masyarakat yang menderita kerugian materil paling lambat 30 (tiga
puluh) hari terhitung setelah hasil verifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) disampaikan kepada Pemerintah Daerah.
(8) Tim verifikasi pembayaran atas kerugian pembangunan fasilitas Sanitasi
Daerah atau kegiatan operasional fasilitas sanitasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan Keputusan Wali Kota.
BAB IX
KERJASAMA
Pasal 49
BAB X
PEMBINAAN
Pasal 50
(1) Wali Kota secara langsung dan/atau melalui Perangkat Daerah yang
membidangi masalah Sanitasi melakukan pembinaan penyelenggaraan
pengelolaan Sanitasi kepada masyarakat.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. bantuan teknis;
b. bimbingan teknis;
c. diseminasi peraturan perundang-undangan dan pedoman di bidang
pengelolaan Sanitasi; dan/atau
d. pendidikan dan pelatihan di bidang pengelolaan Sanitasi.
Pasal 51
19
(2) Penghargaan dan/atau insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa:
a. subsidi/bantuan;
b. piagam penghargaan;
c. piala; dan/atau
d. hadiah.
BAB XI
PEMBIAYAAN
Pasal 52
BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 53
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
20
Pasal 54
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 55
(1) Kelompok Kerja Sanitasi atau satuan tugas dengan tugas dan fungsi
yang sama yang telah terbentuk sebelum berlakunya Peraturan Daerah
ini tetap menjalankan tugasnya dan dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) bulan harus menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini.
(2) Dokumen Perencanaan Sanitasi Kota berupa Buku Putih Sanitasi Kota,
Strategi Sanitasi Kota dan Memorandum Program Sanitasi Kota yang
telah ada sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap digunakan
dan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun harus menyesuaikan
dengan Peraturan Daerah ini.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 56
Ditetapkan di Balikpapan
pada tanggal 2 November 2016
WALIKOTA BALIKPAPAN,
ttd
M. RIZAL EFFENDI
Diundangkan di Balikpapan
pada tanggal 3 November 2016
ttd
SAYID MN FADLI
21
NOREG PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTAN
TIMUR: (8/72/2016);
DAUD PIRADE
NIP 19610806 199003 1 004
22
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN
NOMOR 8 TAHUN 2016
TENTANG
PENGELOLAAN SANITASI
I. UMUM
23
1. Memperbaiki Kondisi Kesehatan yakni dengan memutus transmisi
penyakit melalui ketersediaan fasilitas sanitasi yang memadai sehingga
menghindarkan kontak langsung antara manusia atau binatang dengan
tinja, sampah atau limbah cair. Dengan demikian, penyediaan fasilitas
sanitasi yang memadai dan berkelanjutan di suatu wilayah akan mampu
memperbaiki derajat kesehatan di wilayah tersebut, tentu saja dengan
diikuti tindakan lainnya, misalnya penyediaan sarana air bersih dan
sosialiasi perilaku hidup sehat (mencuci tangan, mandi minimal dua kali
sehari dan membuang sampah di tempat sampah);
2. Meningkatkan Martabat dan Kualitas Hidup melalui penyediaan fasilitas
sanitasi yang aman, memadai dan dekat dengan wilayah pemukiman
akan memberikan privasi dan kenyamanan kepada para penghuni
setempat sebagai pemakai fasilitas sanitasi. Fasilitas sanitasi yang layak
akan mampu menurunkan risiko kejadian penyakit sehingga dapat
meningkatkan angka harapan hidup. Hidup yang sehat akan
meningkatkan produktifitas masyarakat sehingga memperbaiki status
ekonomi dan sosial masyarakat setempat. Peningkatan status ekonomi
dan sosial diharapkan akan meningkatkan pula kualitas hidup
masyarakat.
3. Perlindungan Lingkungan dari pembuangan limbah domestik yang
dibuang secara langsung dan tanpa pengolahan yang akan mencemari air
permukaan dan air tanah sehingga menurunkan kualitas lingkungan.
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
24
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas
25
Ayat (4)
Fasilitas sanitasi yang pemeliharaannya dan biaya yang timbul
dari pemeliharaannya yang ditanggung oleh masyarakat
pengguna misalnya: fasilitas MCK umum, saluran pembuangan
limbah rumah tangga dari rumah-rumah ke saluran bersama,
fasilitas sanitasi yang bersifat komunal.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Huruf a
Dalam tahap ini Daerah belum memiliki dokumen perencanaan
sanitasi: Buku Putih Sanitasi, Strategi Sanitasi.
26
Huruf b
Dalam tahap ini Daerah sudah memiliki dokumen perencanaan
sanitasi berupa Buku Putih Sanitasi, Strategi Sanitasi dan
Memorandum Program Sanitasi, sehingga yang dilaksanakan
adalah menyusun program, implementasi program, pengawasan
dan evaluasi implementasi program.
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan usulan program sanitasi adalah
misalnya masyarakat dapat mengusulkan kepada Pemerintah
Daerah agar di wilayahnya dibangun fasilitas sanitasi dan
dimasukkan dalam program pembangunan sanitasi Daerah.
Huruf c
Yang dimaksud dengan menyelenggarakan kegiatan pengelolaan
sanitasi secara mandiri atau bekerjasama dengan Pemerintah
Daerah adalah misalnya program tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan yang dilaksanakan oleh suatu
perusahaan berkaitan dengan sanitasi dapat dilakukan secara
mandiri atau berkerjasama dengan Pemerintah Daerah.
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
27
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
28