Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

HIV dan AIDS sering dianggap penyakit yang tidak ada obatnya dan dikaitkan
dengan kematian secara cepat. Padahal, kita bisa hidup sehat dengan HIV di dalam
tubuh untuk waktu yang sangat lama, bahkan melebihi pikiran yang umum yaitu lima
sampai sepuluh tahun. Banyak cara yang bisa ditempuh agar kekebalan tubuh tidak
berkurang dan kita tidak rentan terhadap serangan penyakit.

Ketika kita baru memulai terapi alternative, barangkali kita sedikit kebingungan.
Ada akupuntur, yoga, jamu-jamuan, pijat, refleksi, meditasi, vitamin,olahraga
pernapasan dan lain-lain. Sebelum memilih tarapi tertentu, ada baiknya kita perjelas lagi
apa yang kita harapkan dari terapi tersebut. Proses belajar ini bemanfaat untuk dijalani,
karena akan memperluas wawasan kita mengenai HIV dan kesehatan secara
keseluruhan.

Penting bagi kita untuk mengerti manfaat terapi alternatf bagi seseoang yang HIV-
positif. Walapun kita tidak boleh menutup kemungkina adanya keajaiban dan terjadi
kesembuhan, sampai saat ini belum terjadi status oran ang HIV-positif berubah menjadi
HIV-negatif. Leh karena itu, pelajari terapi alternative yang ditawarkan pada kita.

A. Rumusan masalah

a. Apa yang dimaksud dengan terapi komplementer ?

b. Apa terapi komplementer bagi pasien HIVdan AIDS ?

B. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari terapi komlementer

2. Mahasiswa mampu mengetahu terapi koplementer pada pasien HIV dan AIDS.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Terapi komplementer

1. pengertian terapi komplementer

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Terapi merupakan usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit. Pengobatan penyakit, perawatan penyakit.
Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.

Menurut WHO (World Health Organization). Pengobatan komplementer adalah


pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari Negara yang bersangkutan. Misalnya
jamu yang merupakan produk Indonesia dikategorikan sebagai pengobatan komplementer di
Negara Singapura. Di Indonesi sendiri, jamu dikategorikan sebagai pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu
digunakan dan diturunkan secara turun-temurun pada suatu Negara.

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakuka sebagai


pendukung atau pendamping kepada pengobatan makro nutrient dan mikro nutrient.

2. Tujuan Terapi Komplementer


Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem-sistem tubuh.
Terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya
sendiri yang sedang sakit. Karena tubuh kita sebenarya mempunyai kemampuan untuk
menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkanya dan memberikan respon
dengan asupan nutrisi yang baik lengkap serta perawatan yang tepat.

3. Jenis-Jenis Terapi Komplementer

Jenis pelayanan pengobatan komplementer-alternatif berdasarkan permenkes RI


Nomor: 1109/Menkes/2007 adalah:

1) Intervensi tubuh dan pikiran : hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, dao


dan yoga.

2) Sistem pelayanan pengobatan alternative : akupuntur, akupresur, natropati,


aromaterapi.

3) Pengobatan farmaklogi dan biologi : jamu, herbal

4) Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient dan diet
mikro nutrient.

a. Akuputur : suatu metode tradisional china yang menghasilkan analgesia atau perubahan
fungsi sistem tubuh dengan cara memasukan jarm tipis di sepanjang rangkaian garis atau
jalur yang disebut meridian. Manipulasi jarum langsung pada meridian energy akan
mempengaruhi organ interna dalam dengan pengalihan qi (shi)

b. Akupresur : sebuah ilmu penyembuhan dengan menekan, memijat, mengurut bagian dari
tubuh untuk mengurangi rasa nyeri, menghasikan analgesia, atau mengatur fungsi tubuh.

c. Meditasi : praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaksas tubuh dan menekankan pikiran
menggunakan ritme pernapasan yang berfokus.

d. Psikoterapi : pengobatan kelainan mental dan emosional dengan teknik psikologi.

e. Yoga : teknik yang berfokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernapasan, dan
kesadaran tubuh. Tujuan yoga adalah memperoleh kesejahteraan mental dan fisik melalui
pencapaian kesempurnaan tubuh dengan olahraga, mempertahankan postur tubuh,
pernapasan yang benar, dan meditasi.

f. Terapi relaksasi : tehnik terapi relaksasi meliputi meditasi, hipnotis dan relaksasi otot.
Walaupun tehinik-tehnik ini bisa mengurangi stress dan membuat tubuh lebih bugar, tetapi
masih belum jelas efektifitas tekhnik terapi relakasasi terhadap penyakit asma.
B. Terapi komplementer pada pasien HIV dan AIDS

1. Terapi informasi

Untuk mengetahui ‘terapi informasi’, mungkin kita harus mencari arti kata
‘terapi’ terlebih dahulu. Dalam kamus, definisi terapi adalah “usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit”. Tidak disebut “usaha
medis” dan juga tidak disebut penyembuhan penyakit. Maka kita bisa paham
bahwa terapi adalah lebih luas daripada sekedar pengobatan atau perawatan.. apa
yang dapat memberi kesenangan, baik fisik maupun mental, pada seseorang yang
sedang sakit dapat dianggap terapi.

Kita cenderung menganggap ‘terapi’ sebagai suatu yang fisik: pil, jamu, pijat,
akupuntur. Jarang kita dengar ‘informasi dianggap sebagai terapi. Terapi informasi
melatarbelakangi semua bentuk terapi lain. Tanpa informasi, bagaimana kita dapat
mengetahui tentang berbagai terapi yang ada? Apakah terapi itu efektif? Untuk
gejala apa? Dimana terapi itu tersedia? Bagaimana kita dapat memperolehnya?
Dan berapa harganya?

Terapi informasi bukan sekedar penegtahuan. Kita ambil contoh seseorang


yang baru dites HIV dan hasilnya ternyata positif. Setelah lewat rasa terkejut
(shock), banyak pertanyaan akan muncul: apa itu AIDS? Apa bedanya dengan
HIV? Bagaimana kelanjutanya? Bagaimana penularanya? Apa pengobatanya?
Gejalanya apa? Orang yang baru ditentukan terinfeksi HIV (serta keluarga dan
sahabatnya) pertama akan merasa mati kutu. Konseling pasca (atau sesudah) tes
yang paling sempurna pun tidak mungkin dapat menjawab semua pertanyaan kita
dan kita tidak berada dalam keadaan untuk bertanya, atau pun menangkapi
jawaban. Pasti kita merasa muram, kita tidak dapat membayangkan masa depan.
Apa pengobatan untuk dperesi ini? Bukan obta, bukan pengobatan medis, tetapi
jawaban terhadap pertanyaan kita. Informasi, dengan bentuk dan bahasa yang
dapat kita pahami dn pada waktu kita perlukan. Informasi akan mengobati
ketidakpahaman kita, depresi kita, memulihkan dan menyelakan jiwa kita. Dan
seperti halnya berbagai macam terapi, terapi informasi adalah suatu perjalanan,
sebuah proses yang akan berlangsung secara terus-menerus.

Ketakutan terhadap hal yang tak dikenal adalah macam ketakutan yang buruk.
Kita semua pernah mengalami kekhawatiran yang diakibatkan oleh ketakutan kita
tahu dampaknya terhadap tidur, nafsu makan, terhadap kemampuan kita untuk
melanjutkan kehidupan kita sehari-hari. Kita semua tahu bagaimana ketakutan ini
dapat memepengaruhi kesehatan kita sendiri. Adalah terkenal bahwa stres dapat
mempengaruhi system kekebalan tubuh kita, jadi dalam keadaan stres, kita lebih
mungkin terinfeksi penyakit seperti flu dan ini juga akan menambah rasa khawatir
dan takut, terutama bagi odha.

Pertolongan perta auntuk mengobati ketakutan terhadap hal yang tak diketahui
adalah informasi yang jelas dan tepat. Bila kita mulai memahami apa arti menjadi
HIV-positif, kita dapat mulai menerima penyakit ini, mungkin bahwa itu bukan vonis
mati, dan mulai merencanakan tanggapan kita sendiri yaitu kumpulan terapi lain
yang kita akan mengukutinya. Dengan perncanaan begitu dan tindakanya dan rasa
ketakutan kita akan berkurang dan stress yang terkait denganya akan mulai
menurun juga. Jadi, informasi untuk membantu kita jadi paham.

2. Terapi spiritual

Dewasa ini konsep kedokteran moderen mengenai pengobatan ialah dengan


pertimbangan aspek biopsikososial. Artinya pengobatan tidak hanya berusaha
untuk mengembalikan fungsi fisik seseorang tetapi juga fungsi psikis dan social.
Pendekatan ini menepatkna kembali pengobatan spiritual sebagai salah satu cara
pengobatan dalam upaya penyembuhan penderita.

Di Indonesia pengobatan spiritual biasanya dikaitkan dengan agama.


Seseorang pemeluk agama islam misalnya cenderung untuk menjalani
pengobatan spiritual yang dilaksanakan sesuai ajaran agama islam, misalnya
berzikir, berdoa, berpuasa, sholat hajat dll. Dalam agama lain juga terdapat
kegiatan ritual untuk penyembuhan baik yang dibimbing oleh rohaniawan maupun
yang dilakukan sendiri. Odha dapat memilih untuk menjalankana pengobata
spiritual yang sesuai dengan agamanya atau pengobatan spiritual yang berlaku
umum. Bila dia memilih pengobatan spiritual yang sesuai dengan agamanya maka
kegiatan tersebut tidak asing lagi baginya serta mendukung jemaah yang dikenal
dan akrab akan mempermudah sosialisasi.

3. Terapi nutrisi

Nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien HIV /AIDS untuk
mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi system imun, meningkatkan
kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, dan menjaga orang yang hidup
dengan HIV/AIDS tetap aktif dan produktif. Defisiensi vitamin dan mineral bisa
dijumpai pada orang degan HIV, dan defisiensi sudah terjadi sejak dini walaupun
pada ODHA mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang. Defisiensi terjadi
karena HIV menyebabkan kehilangan nafsu makan dan gangguan absorbs zat
gizi. Di unti perawatan intermediet penyakit terdapat 87% ODHA dengan berat
badan di bawah normal.
Sebagian besar para ODHA dan keluarga mengatakan bahwa nafsu makanya
menurun sehingga frekuensi makan juga berkurang. Keadaan ini dimanfaatkan
oleh HIV untuk berkembang lebih cepat. Di samping itu daya tahan tubuh untuk
melawan HIV menjadi berkurang. Untuk mendapatkan nutrisi yang sehat dan
berimbang, ODHA sebaiknya mengosumsi makanan yang bervariasi, seperti
makanan pokok, kacang-kacangan, produk susu, daging, serta sayur dan buah-
buahan setiap hari, lemak dan gula, dan meminum banyak air bersih dan aman.
Bila diperlukan bisa diberikan zat gizi mikro dalam bentuk supleme makanan sera
jus buah dan sayur.

a. Pentingnya nutrsi bagi pasien HIV/AIDS

Nutrisi yang sehat dan sembang harus selalu diberikan pada klien dengan
HIV/AIDS pada semua tahap infeksi HIV. Perawatan dan dukungan nutrisi bagi
pasien berfungsi untuk (1) mempertahankan kekuatan tubuh dan berat badan, (2)
mengganti kehilangan vitamin dan minerl, (3) meningkatkan fungsi sitem imun dan
kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, (4) memperpanjang periode dari
infeksi hingga perkembangan menjadi panyakit AIDS, (5) meningkatkan respon
terhadap pengobatan, mengurangi waktu dan uang yang dihabiskan untuk
perawatan kesehatan, (6) menjaga orang yang hidup dengan HIV/AIDS agar dapat
tetap aktif, sehingga memungkinkan mereka untuk merawat diri sendiri, keluarga
dan anak-anak mereka, dan (7) menjaga orang dengan HIV/AIDS agar tetap
produktif, mampu berkerja, tumbuh baik dan tetap berkontribusi terhadap
pemasukan kelurga mereka (FAO-WHO, 2002).

Makanan penting bagi tubuh kita untuk: (1) berkembang, mengganti dan
memperbaiki sel-sel dan jaringan, (2) memproduksi energy agar tetap hangat,
bergerak dan berkerja, (3) membawa proses kimia misalnya pencernaan
makanan, (4)melindungi melawan, bertahan terhadap infeksi serta mambantu
proses penyembuhan penyakit. Makan terdiri atas zat gizi mikro dan makro. Zat
gizi mikro dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, sedangkan zat gizi makro
(kabohidrat, protein dan lemak) dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak (FAO-
WHO, 2002).

b. Bahan makanan yang dianjurkan dikonsumsi pasien

Berbagai bahan makanan yang banyak di dapatkan di Indonesia seperti tempe,


kelapa, wortel, kembang kol, sayuran dan kacang-kacangan dapat diberikan
dalam penatalaksanaan gizi pada pasien.
1. Tempe atau produknya mengandung protein dan vitamin B12 untuk mencukupi
kebutuhan pasien dan mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan
mencegah diare.

2. Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai


sumber energy karena mengandung medium chain trigliserida (MCT) yang
mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan sumber energy
yang dapat digunakan untuk pembentukan sel.

3. Wortel kaya kandungan beta karoten sehingga dapat meningkatkan daya tahan
tubuh dan sebagai bahan pembentukan CD4, vitamin C, vitamin E, dan beta
karoten berfungsi sebagai antiradical bebas yang dihasilkan oleh perusakan
oleh HIV pada sel tubuh.

4. Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik yakni


vitamin B1, B6,B12 dan zat gizi mikro lainya yang berfungsi untuk pembentukan
CD4 dan pencegahan anemia.

5. Buah alpukat mengandung banyak lemak yang sangat tinggi dan dapat
dikonsumsi sebagai bahan makanan tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk
MUFA (mono unsaturated fatty acid) yang 63% dari jumlah tersebut berfungsi
sebagai antioksidan dan dapat menurunkan HDL, selain itu alpukat juga
mengandung glutation untuk menghambat replikasi HIV.

c. Jus buah dan sayur

Orang yang terinfeksi HIV akan kehilangan selerah makan dan sulit menguyah
makanan, daya serap pencernaan dan tubuh juga lemah, oleh karenyanya pasien
membutuhkan makanan yang mudah dikunya dan diserap tubuh serta
meningkatlkan nafsu makan. Olahan berupa jus dibutuhkan agar kandungan
gizinya mudah dan cepat diserap oleh tubuh sehingga energy akan meningkatnkan
dan tuuh lebih sehat.

Gizi yang terkandung dalam jus buah dan sayuran tergolong lengkap seperti
protein, kabohidrat, asam lemak esensial, vitamin, dan mineral. Lemak yang
terkandung dalam buah dan sayur termaksud lemak yang menguntungkan yang
berperan sebagai komponen sel saraf, membrane sel, homon dalam tubuh.

Jus mengandung enzim alami yang bermanfaat untuk pencernaan sehinggah


tubuh tidak mengeluarkan enzim pencernaan dan energy dapat dihemat
untukperbaikan peremajaan sel. Jus hanya memerlukan waktu penyerapan 5
menit sedangkan makanan yang lain memerlukan waktu 3-5 jam (putu, oka 2005).

4. Terapi fisik
Terapi fisik adalah upaya yang bisa dijadikan alternatif pelengkap dalam upaya
memperbaiki disfungi yang berikatan dengan tubuh yang disebabkan HIV, virus
penyebab AIDS. Ada beberapa jenis terapi fisik yang bisa dilakukan. Antara lain
terapi makanan dan jamani.

Pada asanya terapi yang dilakukan bisa membuat daya tahan tubuh atau
keadaan kekebalan ODHA bisa dipertahankan secara maksimal, juga kondisi
fisiknya tetap dilatih agar lebih kuat. Misalnya massa otot orang pada masa AIDS
yang biasanya akan menurun drastis, semakin kurus. Saat seseorang mulai
menunjukan gejala, masa otot dan lemak berkurang perlahan namun pasti. Kalau
dari awalnya masa otot tidak diperhatikan, maka penampilan serta daya tahan
akan sangat berpengaruh.

Beberapa penelitian melaporkan bahwa olahraga dengan tigkat/ kadar sedang


ternyata bisa meningkatkan system kekebalan tubuh menjadi lebih tinggi. Selama
berolahraga, tubuh mengelurkan berbagai hormon. Antara lain yang berfungsi
meningkatnkan mutu dan jumlah limfosit B dan T, serta endfrin, dan enkafalin,
serta homon yang berfungsi menurunkan kekebalan seperti suatu hormone yang
disebut ACTH. ACTH bekerja meningkatkan kadar kortisol yang berperan
menekan produksi sel kekebalan.

Keluarnya hormen tersebut sangat beraneka ragam tergantung beberapa


factor, antara lain beratnya latihan. Latihan ringan sampai sedang akan
mengelurkan hormone yang merangsang pembentukan system kekebalan.
Sementara latihan berat yang menimbulkan kelelahan justru sebaliknya, yaitu
menekan produksi sel kekebalan.

Agar keadaan tubuh tetap stabil lebih baik memilih jenis olahraga yang tidak
menimbulkan stress. Seperti jalan kaki dan renag. Terapi jenis jasmani lain yang
bisa dilakukan adalah tehnik aromaterapi. Beberapa alhi menyarankan
penggunaan wewangian berbagai jenis tumbuhan, seperti lavender. Yoga,
meditasi, dan pemijatan merupakan tehnik yang baik untuk dipilih sebagai
alternative terapi fisik-jasmani yang lain. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
jenis olah fisik tersebut mampu menghilangkan stress dan membuat tubuh tenang.
Ketenangan yang diperoleh bisa meningkat pembuatan sel kekebalan tubuh di
dalam tubuh
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

HIV/AIDS kini bukan dari akhir segalanya, dengan kemajuan diagnosis dan terapi,
orang yang terinfeksi HIV/AIDS memiliki harapan hidup lebih panjang dan bisa menjalani
hidup yang produktif.

Meski tidak bisa menyembuhkan, terapi komplementer seperti: terapi informasi, terapi
spritul, terapi nutrisi, dan terapi spritula, bisa memperpanjang hidup pengidap HIV/AIDS positif
dan membuat mereka hidup lebih produktif.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat bersifat membangun bagi pembaca
pada umumnya. Dan penulis juga menyadari makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai