Anda di halaman 1dari 45

KEPUTUSAN

KEPALA PUSKESMAS PANONGAN


Nomor :823/ /SK-UKP/PKM-PNG/2019

TENTANG
PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS PANONGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUKESMAS PANONGAN,

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin pelayanan kesehatan


dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien dengan
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien;
b. bahwa dalam memberikan pelayanan perlu acuan bagi
tenaga kesehatan di PUSKESMAS PANONGAN;
c. bahwa pasien mempunyai hak untuk memperoleh
pelayanan yang bermutu dan aman;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, b dan c perlu menetapkan
Surat Keputusan Kepala PUSKESMAS PANONGAN
tentang PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS PANONGAN;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25


Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2014 Tentang Keperawatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2052/Menkes/PER/X/2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 671);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1118);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Tenaga Sanitarian;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 55 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Rekam Medis;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun
2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan
Kesehatan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 1400);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis
bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 906);
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Pelayanan Kesehatan
Lingkungan di Puskesmas;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pengendalian
Pencegahan Infeksi;
20. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang Nomor 824 / 337 – Dinkes tentang
Pelayanan Yang Dilaksanakan Pada Unit Pelaksanan
Teknis Pusat Kesehatan Masyarakat;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG


PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS PANONGAN

KESATU : Kebijakan pelayanan klinis di Puskesmas Panongan


sebagaimana tercantum dalam lampiran surat keputusan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat
keputusan ini;
KEDUA : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan akan diadakan perbaikan/perubahan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di: Panongan


Pada tanggal: XX MMMM 2019
KEPALA PUSKESMAS PANONGAN,
FARAH SEGEIR
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PANONGAN
NOMOR :823/ /SK-UKP/PKM-PNG/2019
TENTANG:PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS
PANONGAN

PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS PANONGAN

BAB I
PENDAHULUAN

Puskesmas Panongan adalah penanggung jawab seluruh upaya


pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan Panongan. Dalam
pelaksanaan teknisnya Puskesmas Panongan memberikan pelayanan klinis
dengan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas Panongan yang
dibedakan menurut kelompok yaitu dokter, perawat, bidan, farmasi, gizi,
laboratorium kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.
TUJUAN
1. Sebagai acuan bagi semua tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan klinis,
2. Berkewajiban menjaga mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan
pasien juga keselamatan dirinya sendiri dan orang lain dimana mutu
pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh fasilitas kesehatan serta
tenaga kesehatan yang berkualitas.

BAB II
STANDAR PELAYANAN KLINIS

Dalam penyusunan Standar Pelayanan Klinis Puskesmas Panongan harus


memenuhi indikator antara lain :
1. Dasar hukum, sebagai landasan dasar untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat
2. Persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan
3. Langkah - langkah pelayanan pasien
4. Waktu dan Jam buka pelayanan
5. Jenis dan jadwal pelayanan yang akan diterima oleh pasien
6. Sarana dan prasarana yang disediakan baik untuk pasien maupun
untuk petugas pelayanan dalam proses penyelesaian pelayanan
termasuk fasilitas pelayanan bagi penyandang cacat/disabilitas
7. Kompetensi masing-masing petugas yang terlibat dalam proses
pemberian / penyelesaian pelayanan
8. Pemantauan dan pengawasan internal
9. Penanganan pengaduan/ komplain, saran dan masukan
10. Pelayanan yang sesuai dengan standar prosedur mulai dari pendaftaran
sampai pasien pulang

II.1. DASAR HUKUM


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
Tentang Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 307);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/PER/X/2011
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 671);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat
Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 1118);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktek
Tenaga Gizi;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga
Sanitarian;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 55
Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Rekam Medis;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1400);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 5 tahun
2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan primer;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 30 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 906);
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun
2014 tentang Puskesmas;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2015 tentang Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 tahun
2015 tentang Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pengendalian Pencegahan Infeksi;
20. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Nomor
824 / 337 – Dinkes tentang Pelayanan Yang Dilaksanakan Pada
Unit Pelaksanan Teknis Pusat Kesehatan Masyarakat;

II.2. PERSYARATAN PELAYANAN


Pasien Baru;
a. Pasien BPJS/jaminan
- Membawa kartu BPJS/KIS/Kartu Sehat
- Kartu identitas (KTP, SIM, Kartu Keluarga)
b. Pasien Umum
-Kartu identitas (KTP, SIM, Kartu Keluarga)
c. Pasien lansia/disabilitas
- Kartu identitas (KTP, SIM, Kartu Keluarga)
Pasien lama;
a. Pasien BPJS/jaminan
- Kartu tanda berobat
- Kartu BPJS/KIS
- Kartu Sehat
b. Pasien Umum
- Kartu tanda berobat
c. Pasien lansia/disabilitas
- Kartu identitas (KTP, SIM, Kartu Keluarga)

II.3. LANGKAH - LANGKAH PELAYANAN PASIEN

Menggunakan SOP dari setiap unit pelayanan dari Pendaftaran sampai


Rujukan Pemulangan Pasien.

II.4. WAKTU DAN JAM BUKA PELAYANAN

Waktu dan Jam Buka Pelayanan


a. Loket Pendaftaran
Hari Senin s/d Kamis : 08.00 s/d 12.00 WIB
Hari Jumat : 08.00 s/d 11.00 WIB
Hari Sabtu : 08.00 s/d 11.00 WIB

b. Pelayanan Rawat Jalan


Hari Senin s/d Kamis : 08.00 s/d 15.00 WIB
Hari Jumat : 08.00 s/d 14.00 WIB
Hari Sabtu : 08.00 s/d 12.30 WIB

c. Pelayanan Laboratorium
Hari Senin s/d Kamis : 08.00 s/d 15.00 WIB
Hari Jumat : 08.00 s/d 14.00 WIB
Hari Sabtu : 08.00 s/d 12.30 WIB

d. Pelayanan Ruang Tindakan : 6 hari kerja selama jam


pelayanan

e. Pelayanan Persalinan & PONED : 7 hari kerja 24 jam


 Shift Pagi : 08.00 s/d 15.00 WIB
 Shift Sore : 15.00 s/d 21.00 WIB
 Shift Malam : 21.00 s/d 07.00 WIB
II.5. JENIS DAN JADWAL PELAYANAN YANG DIBERIKAN

II.5.1.JENIS PELAYANAN
a. Pelayanan Persalinan / Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar (PONED)
b. Pelayanan Rawat Jalan :
 Pelayanan Umum
 Pelayanan Ruang Tindakan
 Pelayanan Gigi
 Pelayanan Kesehatan Ibu
 Pelayanan Anak
 Pelayanan KB
 Pelayanan Gizi
 Pelayanan Kefarmasian
 Pelayanan Laboratorium
 Pelayanan TB Paru
 Pelayanan Kusta
 Pelayanan Immunisasi
 Pelayanan Remaja
 Pelayanan Kesehatan Lingkungan

II.5.2.JADWAL PELAYANAN
a. Pelayanan Persalinan / Pelayanan Obstetri : Setiap Hari
Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
b. Pelayanan Rawat Jalan :
 Pelayanan Umum : Setiap hari kerja
 Pelayanan Ruang Tindakan : Setiap hari kerja
 Pelayanan Gigi : Setiap hari kerja
 Pelayanan Kesehatan Ibu
: Setiap hari Senin,
Selasa, Rabu, Kamis, dan
Sabtu
 Pelayanan Anak : Setiap hari kerja
 Pelayanan KB : Setiap hari kerja
 Pelayanan Gizi : Setiap hari Rabu
 Pelayanan Kefarmasian : Setiap hari kerja
 Pelayanan Laboratorium : Setiap hari kerja
 Pelayanan TB Paru : Setiap hari Selasa Rabu
 Pelayanan Kusta : Setiap hari Rabu
 Pelayanan Immunisasi : Setiap hari Jumat
 Pelayanan Remaja : Setiap hari Sabtu

II.6. SARANA DAN PRASARANA


Mengacu ke standarisasi sarana dan prasarana di Permenkes Nomor
75 tahun 2014 tentang Puskesmas termasuk fasilitas pelayanan bagi
penyandang cacat/disabilitas.

II.7. KOMPETENSI PETUGAS

NO PROFESI IJAZAH KOMPETENSI


1 Dokter umum S1 Kedokteran GELS,ACLS,
umum HIPERKES,EKG,
CTU, mampu
melakukan kajian
awal klinis
2 Dokter gigi S1 kedokteran AMED, mampu
gigi melakukan kajian
awal klinis
3 Bidan D3 kebidanan APN, CTU,
MANAJEMEN
RESUSITASI BAYI,
Mampu
melakukan
monitoring pasien
selama proses
rujukan, Diklat
Teknis Fungsional
Bidan
4 Perawat D3 PPGD, BTCLS,
keperawatan Diklat Teknis
Fungsional
Perawat, Mampu
melakukan
monitoring pasien
selama proses
rujukan, mampu
melakukan kajian
awal klinis
5 Analis D3 analis Pelatihan TB-HIV,
kesehatan IMS dan HIV, TB,
Mampu
menginterpretasi
hasil pemeriksaan
laboratorium
6 Farmasi D3 Farmasi Pelatihan
Pengelolaan Obat
7 Nutrisionis D3 Gizi Konselor Laktasi,
Pelatiahn Tumbuh
Kembang,Pelatihan
Nutriclin, PMBA,
Pelatihan Tata
Laksana Gizi
Buruk
8 Sanitarian D3 Kesling Food distric
inspector, STBM,
K3

II.8. PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN INTERNAL

II.8.1.PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN HARIAN


Pemantauan dan pengawasan harian dilakukan terhadap:
a. Indikator Mutu Klinis
b. Indikator Keselamatan Pasien
c. Kebersihan unit pelayanan
d. Pembuangan sampah medis/non medis
e. Sterilisasi alat
f. Jadwal kalibrasi (pemeliharaan)
g. Perilaku petugas
h. Penggunaan APD untuk pencegahan infeksi
i. Reuse (peralatan yang tidak dipakai ulang)
j. Kepuasan Pelanggan
k. Kepatuhan terhadap prosedur layanan

II.8.2.PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BULANAN


Pemantauan dan pengawasan bulanan dilakukan melalui audit
Klinis/monitoring dan evaluasi dengan prosedur dan jadwal yang
telah ditetapkan. Pemantauan dan pengawasan bulanan dilakukan
terhadap :
a. Capaian Indikator Mutu Klinis
b. Capaian Indikator Keselamatan Pasien
c. Kepatuhan petugas terhadap Prosedur pelayanan
d. Perilaku petugas
e. Survey Kepuasan Pelanggan
f. Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang sesuai standar dalam
memberi pelayanan.

II.9. PENANGANAN KELUHAN / PENGADUAN /KOMPLAIN, SASARAN DAN


MASUKAN
Penanganan keluhan pelanggan dilakukan melalui:
a. Pengumpulan koin kepuasan pelanggan di masing-masing ruang
pelayanan
b. Penggelolaan Komplain Pelanggan melalui kotak saran ,sms nomor
081123456789 dan email pkm-panongan@gmail.com /
pkmpanongankabtangerang@gmail.com.

Tujuan :
1. Sebagai pedoman bagi semua tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan klinis sesuai dengan standar prosedur untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan,
2. Berkewajiban menjaga mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan
pasien juga keselamatan dirinya sendiri dan orang lain di mana mutu
pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh fasilitas kesehatan serta
tenaga kesehatan yang berkualitas.

II.10. PELAYANANYANG SESUAI STANDAR PROSEDUR MULAI DARI


PENDAFTARAN SAMPAI PASIEN PULANG

II.10.1. PENDAFTARAN PASIEN

Pendaftaran pasien harus dipandu dengan langkah - langkah


yang jelas dimana proses pendaftaran dilakukan oleh petugas yang
kompeten dan pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan
pasien. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan tiga (3)
cara dari cara identifikasi variable sebagai berikut: nama lengkap
pasien, umur pasien, alamat/tempat tinggal.
Pendaftaran pasien adalah suatu unit pelayanan di puskesmas
yang melayani masyarakat atau pasien yang memerlukan
pelayanan kesehatan dengan melengkapi persyaratan antara lain
Pasien BPJS/Umum, Pasien Hamil/Lansia/Disabilitas. Untuk
memberikan pelayanan awal sebelum pasien mendapatkan
tindakan medis dalam bentuk kartu berobat, rekam medis dan data
pasien dalam bentuk SIKDA atau Pcare dengan :
a. Pasien datang mengambil nomor antrian loket pasien Umum
atau BPJS atau Lansia/Disabilitas
b. Petugas memanggil pasien dengan cara memanggil nomor urut
pendaftaran.
UNTUK PASIEN BARU:
- Petugas menanyakan indentitas pasien (nama lengkap,
umur, alamat)
- Pasien Umum menunjukan Kartu identitas (KTP, SIM,
Kartu Keluarga)
- Pasien BPJS /Jaminan menunjukkan kartu BPJS/KIS
- Pasien Lansia dan Disabilitas dibantu oleh satpam
langsung mendaftar, tidak perlu menunggu antrian
dengan menunjukkan Kartu identitas (KTP)
- Petugas membuatkan kartu berobat dan rekam medis
- Petugas menuliskan identitas pasien yang bersangkutan
meliputi : nama lengkap, umur, jenis kelamin, hubungan
dengan keluarga, dan alamat, pada kartu berobat dan
rekam medis
UNTUK PASIEN LAMA:
- Pasien Umum menunjukan Kartu Berobat KTP, KK (jika
membawa)
- Pasien BPJS/ Jaminan menunjukkan KTP, KK, (jika
membawa), Kartu BPJS, Kartu Berobat
- Pasien Lansia dan Disabilitas dan berkebutuhan khusus
dibantu oleh satpam langsung mendaftar, tidak perlu
menunggu antrian dengan menunjukkan Kartu
Berobat/KTP.
- Jika Kartu Berobat hilang, pasien dilewatkan
dahulu/menunggu sesaat dan pasien berikutnya dilayani
terlebih dahulu.
c. Petugas mencatat nama lengkap, umur, dan alamat di resep
baik pasien Umum, BPJS/Jaminan, dan Lansia/Disabilitas.
d. Petugas menarik retribusi bagi pasien umum
e. Petugas mempersilakan pasien menunggu di unit pelayanan
yang dituju.
f. Petugas mencari rekam medik pasien (bagi pasien lama)
g. Petugas mencatat pada buku register
h. Petugas mengantar rekam medik pasien ke unit pelayanan yang
dituju
i. Berkas rekam medis yang diserahkan ke tiap unit pelayanan
dicatat nomor rekam medik, nama lengkap pasien dan
jumlahnya, dalam buku ekspedisi dan ditandatangani oleh
petugas unit pelayanan.
j. Jika listrik padam, petugas pendaftaran mencatat pendaftaran
pasien menggunakan buku bantu dan dimasukkan ke SIKDA
bila listrik menyala kembali

II.10.2. IDENTIFIKASI PASIEN


Identifikasi pasien adalah pengumpulan data dan pencatatan
segala keterangan tentang bukti-bukti pasien sehingga kita dapat
menetapkan dan menyamakan keterangan tersebut dengan pasien,
dengan kata lain bahwa dengan identifikasi kita dapat mengetahui
identitas pasien dan dengan identitas tersebut kita dapat
membedakan pasien yang satu dengan pasien yang lain. Untuk
menjamin keselamatan dan mencegah terjadinya kesalahan
identifikasi dilakukan:
a. Menanyakan data pribadi pasien, dengan 3 identifikasi verbal
yang berlaku untuk mengidentifikasi pasien di semua unit
antara lain: Nama lengkap, Umur, Alamat.
b. Mengecek kesamaan data pribadi pasien dengan KTP, KK, Kartu
BPJS, Kartu Berobat.
c. Mengisi data identitas pasien pada rekam medis untuk pasien
baru.
d. Mencocokan data pasien dengan data yang ada di rekam medis
pada pasien lama.
II.10.3. PENYAMPAIAN INFORMASI DI LOKET PENDAFTARAN
Penyampaian informasi di loket pendaftaran antara lain
memberikan informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia
dan informasi lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif
pelayanan, jenis pelayanan, termasuk pemberian informasi tentang
Hak dan Kewajiban Pasien yang dilakukan dengan cara :
a. Memberi salam pada pasien dengan ramah,
b. Menanyakan tentang kebutuhan informasi yang dibutuhkan
pasien,
c. Menyampaikan informasi yang dibutuhkan pasien,
d. Memberitahukan informasi tentang ketersediaan informasi
lainnya yang
ada pada papan informasi
e. Menyampaikan informasi tentang tarif pelayanan, jenis
pelayanan, termasuk pemberian informasi tentang hak dan
kewajiban pasien dan informasi lainnya dengan menggunakan
brosur informasi Puskesmas kepada pasien baru sedangkan
untuk pasien lama pemberian informasi sesuai kebutuhan
pasien
f. Menanyakan apakah pasien mengerti dan petugas meminta
pasien menandatangani buku log penyampaian informasi
sebagai tanda pasien sudah mengerti informasi yang
disampaikan.
g. Mengisi buku log penyampampaian informasi sebagai tanda
sudah menyampaikan informasi kepada pasien.
h. Melanjutkan pelayanan pada pasien tersebut sesuai dengan
kebutuhannya..

II.10.4. PENYAMPAIAN INFORMASI HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN


Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada
keseluruhan proses pelayanan yang dimulai dari pendaftaran
sampai pemulangan pasien. Hak Pasien adalah sesuatu yang
diperoleh setelah pasien melaksanakan kewajiban sedangkan
Kewajiban Pasien adalah sesuatu yang harus dilakukan sebelum
menerima haknya yang seharusnya diperoleh, agar pasien
mendapatkan haknya dan melaksanakan kewajibannya sesuai
dengan ketentuan.
Hak-hak pasien berdasrkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan meliputi :
a. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan;
b. Memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
diskriminasi;
c. Memilih tenaga medis sesuai dengan keinginannya (bila
memungkinkan);
d. Meminta konsultasi mengenai penyakit yang di derita kepada
dokter lain baik di dalam maupun diluar Puskesmas;
e. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang di derita;
f. Memberikan persetujuan atau menolak atas
tindakan/pengobatan yang akan dilakukan oleh tenaga medis;
g. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosa dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan,
resiko dan komplikasi;
h. Mengajukan usul, saran dan perbaikan atas pelayanan
puskesmas;
i. Mendapatkan keamanan dan keselamatan selama dalam
perawatan;
j. Mendapatkan pendampingan oleh keluarga (dalam keadaan
kritis);
k. Mendapatkan informasi tentang kandungan pada rekam medis.
Kewajiban pasien meliputi
a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya;
b. Mematuhi nasihat dan petunjuk petugas medis;
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana kesehatan
Puskesmas Panongan

Penyampaian Informasi Hak dan Kewajiban Pasien dilakukan


dengan cara:
a. Memberi salam,senyum dan sapa pada pasien
b. Meminta pasien untuk membaca standing banner tentang hak
dan kewajiban pasien yang tersedia di puskesmas (di depan
Ruang loket pendaftaran dan depan Ruang Tindakan).
c. Bila pasien tidak bisa membaca (buta huruf ) petugas wajib
menjelaskan hak dan kewajiban Pasien

II.10.5. PASIEN MEMPUNYAI HAK UNTUK MENOLAK ATAU TIDAK


MELANJUTKAN PENGOBATAN
Hak menolak atau melanjutkan pengobatan adalah hak pasien
untuk penolakan atau hak tidak melanjutkan rencana layanan.
Pasien berhak memutuskan menerima atau menolak melakukan
pengobatan serta berhak menghentikan pengobatan saat
pengobatan berlangsung. Pasien berhak mengambil keputusan
untuk menyetujui atau menolak tanpa tekanan dari petugas
setelah diberikan penjelasan mengenai resiko dari tindakan atau
pengobatan yang akan dilakukan saat pengobatan berlangsung
dengan konsekuensi jika terjadi kejadian yang tidak diharapkan
yang berkaitan dengan penolakan tersebut, Puskesmas tidak
bertanggung jawab.
Tindakan yang dilakukan pada saat pasien menolak untuk
melanjutkan pengobatan :
a. Dokter memeriksa pasien dan merumuskan diagnose pasien
b. Dokter memberikan penjelasan kepada perawat tentang rencana
asuhan
c. Dokter memberitahu tentang penyakit pasien serta rencana
asuhan yang akan dilaksanakan pada pasien atau memberitahu
bahwa pasien harus dirujuk bagi pasien yang tidak bisa
ditangani di Puskesmas
d. Dokter memberitahu pasien atau keluarga tentang hak untuk
menolak atau tidak melanjutkan pengobatan
e. Perawat menyiapkan lembar persetujuan atau penolakan
terhadap tindakan medis yang akan dilakukan (Form
Persetujuan/Penolakan)
f. Perawat menjelaskan isi Form Persetujuan/Penolakan
g. Perawat menyakinkan bahwa pasien atau keluarga paham
dengan penjelasan tersebut
h. Perawat memberikan kesempatan kepada pasien atau keluarga
untuk mengambil keputusan berkenaan dengan kelanjutan
pengobatan pasien
i. Perawat memberitahukan kepada pasien dan keluarga jika
terjadi konsekuensi atau hal yang terjadi berkaitan dengan
penolakan tersebut maka Puskesmas tidak bertanggungjawab.
j. Perawat menganjurkan pasien untuk menandatanganin Form
Penolakan
k. Perawat dan dokter membubuhkan tanda tangan pada Form
Penolakan yang telah di tandatangani pasien dan saksi
l. Perawat dan dokter memberikan informasi tentang pengobatan
alternatif lainnya
m. Mendokumentasikan hasil kegiatan

II.10.6. KOORDINASI DAN KOMUNIKASI

II.10.6.1. UNIT PENDAFTARAN DENGAN UNIT PELAYANAN


LAINNYA
Suatu upaya pelayanan kesehatan yang berupa
penyerahan rekam medis pasien setelah pasien mendaftar
dari loket pendaftaran yang dilakukan oleh petugas
pendaftaran kepada petugas unit-unit yang melakukan
pelayanan pasien
Koordinasi dan Komunikasi unit pendaftaran dengan unit
pelayanan lainnya dilakukan dengan cara :
a. Petugas pendaftaran membawa rekam medis dan buku
ekspedisi rekam medis ke unit pelayanan yang dituju.
b. Petugas pendaftaran menyerahkan rekam medis ke unit
pelayanan yang dituju
c. Petugas pendaftaran memberitahukan jumlah rekam
medis yang dibawa kepada petugas pelayanan dan
mencatat di buku ekspedisi rekam medis
d. Petugas pendaftaran menyampaikan kebutuhan pasien
kepada petugas pelayanan
e. Petugas pendaftaran meminta tanda tangan petugas
pelayanan yang menerima rekam medis
f. Setelah selesai pelayanan petugas pendaftaran mengambil
rekam medis kembali dan jumlahnya harus sesuai dengan
jumlah yang tercatat di buku ekspedisi rekam medis

II.10.6.2. KOORDINASI KOMUNIKASI ANTAR UNIT PELAYANAN


Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan,
mengintegrasikan, dan mensinkronisasikan unit – unit
pelayanan dan antar praktisi klinis di Puskesmas dalam
mencapai tujuan. Komunikasi adalah hubungan antara
seorang dengan lainnya, di mana keduanya mempunyai
peranan dalam menciptakan keadaan saling mengerti.
Koordinasi dan komunikasi antara unit pelayananan adalah
proses pemberian layanan terpadu kepada masyarakat yang
berkunjung ke Puskesmas
Koodinasi dan komunikasi antar unit pelayanan dilakukan
dengan cara:
a. Memeriksa pasien
b. Apabila diperlukan konsultasi dengan unit lain maka
petugas unit mencatat di Rekam Medis pasien dan
mengisi form rujukan internal/ form permintaan
pemeriksaan laboratorium
c. Mencatat di buku konsul pelayanan
d. Mengantarkan rekam medis dan rujukan internal ke unit
yang dituju, kecuali untuk pemeriksaan laboratorium
hanya di berikan form permintaan pemeriksaan
laboratorium saja kepada pasien untuk diserahkan ke
laboratorium tanpa Rekam Medis.
e. Petugas unit yang menerima rujukan melakukan
pemeriksaan dan mencatat hasil pemeriksaan di Rekam
Medis
f. Petugas unit yang menerima rujukan menandatangani
buku konsul pelayanan.
g. Petugas laboratorium mencatat hasil pemeriksaan
laboratorium di lembar hasil laboratorium dan
menyerahkannya ke unit pelayanan perujuk sesuai
ketentuan berlaku.

II.10.7. ALUR PELAYANAN PASIEN


Alur pelayanan pasien adalah proses urutan pelayanan pasien di
Puskesmas Panongan mulai dari pendaftaran sampai pemulangan
pasien sesuai kebutuhan pasien berdasarkan dengan ketentuan
yang berlaku. Agar pasien/keluarga memperoleh informasi dan
paham terhadap tahapan dan prosedur pelayanan klinis, maka
pada prosedur Alur Pelayanan Pasien dilakukan :
a. Pasien datang dan mendaftar di loket pendaftaran
b. Pasien membayar retribusi di kasir (bagi pasien umum)
c. Petugas pendaftaran mengarahkan pasien ke unit pelayanan
yang dituju
d. Petugas pendaftaran menyerahkan rekam medis pada unit
pelayanan yang dituju
e. Petugas unit pelayanan memeriksa pasien
f. Jika pasien memerlukan pemeriksaan penunjang/pelayanan
lainnya, petugas unit pelayanan merujuk pasien ke unit terkait
(rujukan internal) sesuai dengan kebutuhan pasien
g. Pasien membayar pemeriksaan penunjang/tindakan lainnya di
kasir.
h. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang/pelayanan tindakan
lainnya, pasien kembali ke unit pelayanan perujuk
i. Petugas unit pelayanan perujuk menegakkan diagnosa dan
membuat resep
j. Bila pasien tidak dapat ditangani di Puskesmas, pasien dirujuk
ke fasilitas kesehatan lanjutan
k. Pasien menyerahkan resep pada bagian obat / ruang
kefarmasian
l. Petugas kefarmasian menerima resep dan menyiapkan obat
m. Petugas kefarmasian memberi obat pada pasien sesuai identitas
pasien dan menyampaikan informasi (PIO) cara penggunaan
obat, efek samping obat, cara penyimpanan obat di rumah dan
informasi lainnya
n. Pasien pulang.

II.10.8. PENGKAJIAN AWAL KLINIS (SCREENING)


Pengkajian awal klinis adalah wawancara yang dilakukan
terhadap pasien untuk mengumpulkan data mengenai keadaan
pasien secara paripurna yang meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang serta kajian sosial pasien. Untuk
mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan harapan pasien dan
keluarga pasien mencakup pelayanan medis, penunjang medis dan
keperawatan. Kajian awal dilakukan secara paripurna dan
dilakukan oleh tenaga yang kompeten yang melakukan pengkajian.
Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian
kebidanan, dan kajian oleh tenaga profesi kesehatan lainnya sesuai
dengan kebutuhan pasien. Proses kajian dilakukan mengacu pada
standar profesi dan standar asuhan. Proses kajian dilakukan
dengan memperhatikan tidak terjadinya pengulangan yang tidak
perlu. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan
profesi kesehatan lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam
medis. Pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus
diprioritaskan dalam pelayanan. Pengkajian dan perencanaan
asuhan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional yang
kompeten.
Pengkajian Awal Klinis dilakukan dengan cara :
a. Memanggil pasien sesuai nomor urut.
b. Mencocokkan identitas pasien dengan rekam medis pasien.
c. Apabila tidak cocok, petugas mengembalikan rekam medis ke
pendaftaran.
d. Apabila cocok, petugas mulai melakukan pengkajian awal klinis,
diawali dengan menanyakan keluhan utama.
e. Menanyakan keluhan tambahan
f. Menanyakan riwayat penyakit terdahulu.
g. Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga.
h. Menanyakan riwayat alergi.
i. Menanyakan keadaan kehidupan sosial pasien.
j. Memberitahukan kepada pasien bahwa akan dilakukan
pemeriksaan fisik.
k. Petugas mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan fisik.
l. Menjelaskan maksud dilakukan pemeriksaan fisik.
m. Melakukan pemeriksaan fisik lengkap dari kepala hingga kaki
(head to toe) yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
n. Menjelaskan kepada pasien hasil pemeriksaan.
o. Memberitahukan kepada pasien jika diperlukan pemeriksaan
penunjang.
p. Merujuk ke laboratorium Puskesmas jika pemeriksaan
penunjang yang diperlukan tersedia.
q. Merujuk pasien ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan
Puskesmas jika pemeriksaan penunjang tidak tersedia di
Puskesmas.
r. Menulis rujukan internal jika diperlukan.
s. Menginformasikan semua hasil pemeriksaan kepada pasien
antara lain hasil anamnesis, hasil pemeriksaan fisik pasien dan
hasil pemeriksaan penunjang
t. Mendokumentasikan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik pasien
dan pemeriksaan penunjang ke dalam rekam medis pasien
untuk mencegah pengulangan yang tidak perlu.
u. Mencuci tangan.

II.10.9. PENGKAJIAN MENCERMINKAN PENCEGAHAN PENGULANGAN


YANG TIDAK PERLU
Pengkajian, pencegahan pengulangan yang tidak perlu adalah
proses tindakan pencegahan berulang yang sudah
dilaksanakan,dengan cara memasukan / mencatat dalam dokumen
rekam medis supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu.
Pelaksana pelayanan dilaksanakan oleh semua petugas dan
dilaksanakan setiap hari kerja didalam gedung.
Prosedur pengkajian mencerminkan pencegahan pengulangan yang
tidak perlu dilakukan dengan cara:
a. Petugas pelayanan klinis menerima rekam medis dari petugas
pendaftaran,
b. Memanggil pasien dan mempersilakan pasien masuk,
c. Menganamnesa atau mengkaji keluhan pasien,
d. Mengukur tanda – tanda vital pasien,
e. Menuliskan hasil anamnesa dan tanda – tanda vital pasien di
dalam rekam medik pasien,
f. Melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien,
g. Mengidentifikasi masalah kesehatan pasien,
h. Menjelaskan kepada pasien mengenai masalah kesehatan yang
sedang dialami pasien dan menjelaskan mengenai rencana
terapi,
i. Melakukan terapi sesuai dengan yang direncanakan,
j. Membuatkan surat rujukan ke unit pelayanan lain jika
memerlukan konsultasi unit lain,
k. Menuliskan resep dan meminta pasien untuk menebus resep di
pelayanan Farmasi Puskesmas,
l. Mencatat semua hasil anamnesa, pemeriksaan dan tindakan di
Rekam Medis pasien untuk menghindari pengulangan yang
tidak perlu

II.10.10. PELAKSANAAN TRIASE PADA PELAYANAN GAWAT DARURAT

Sistem seleksi pasien untuk mendapatkan prioritas pelayanan


berdasarkan tingkat kegawat daruratannya sehingga tidak ada
pasien yang tidak perawatn medis. Sebagai acuan dalam penerapan
langkah – langkah untuk memilah dan menilai pasien agar
mendapatkan pertolongan medic seara tepat sesuai dengan
prioritas kategori kegawat daruratannya dan sesuai penyakitnya,
dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Penderita datang diterima dokter / paramedik gawat darurat,


b. Penderita diperiksa dengan singkat,
c. Penderita diperiksa dengan cepat untuk menentukan derajat
kegawatdaruratannya oleh dokter/paramedis,
d. Jika pasien memerlukan tindakan diminta menandatangani
informed consent (persetujuan tindakan) oleh keluarga pasien,
e. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan member
kodewarna :
 Hijau adalah warna untuk penderita tidak gawat dan tidak
darurat. Misalnya : Penderita Common Cold, gastritis, abses
 Kuning adalah warna untuk penderita yang darurat tidak
gawat dan gawat tidak darurat, Misalnya : luka sayat dangkal
 Merah adalah warna untuk penderita gawat darurat (pasien
dengan kondisi mengancam). Misalnya : Fraktur terbuka,
trauma kepala, Penderita stroke trombosis, luka bakar,
Appendisitis akut , CVA, AMI, asma bronkial, dan lain
sebagainya.
 Hitam adalah warna untuk penderita yang telah meninggal
dunia
f. Penderita ditempatkan di tempat tidur sesuai dengan kriteria
warna kondisi kegawatdaruratan nya
g. Pada waktu jam kerja penderita dengan warna hijau dikirim ke
ruang pemeriksaan umum / rawat jalan.
h. Pasien kode warna merah, kuning diobservasi di ruang
tindakan, diberikan tindakan untuk menstabilisasi kondisi
pasien.
i. Jika kondisi sudah stabil pasien dirujuk ke Rumah Sakit
dengan membuat surat persetujuan rujukan dari
pasien/keluarga.
j. Mendokumentasikan identitas pasien, hasil pemeriksaan,
tindakan yang telah dilakukan, evaluasi tindakan di rekam
medis.

II.10.11. PENANGANAN KASUS SECARA TIM ANTAR PROFESI


Jika diperlukan penanganan secara tim, wajib dibentuk tim
kesehatan antar profesi. Pembentukan timadalah suatu proses
dalam membuat tim beranggotakan tenaga kesehatan dengan unit
terkait untuk menangani penanganan secara tim agar mencapai
hasil maksimal sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi
pasien, dilakukan hal sebagai berikut :
a. Dokter atau petugas medis melakukan kajian terhadap keluhan
dan kebutuhan pasien
b. Rencana layanan ditetapkan berdasarkan hasil kajian yang
dinyatakan dalam bentuk diagnosa dalam menyusun rencana
layanan dipandu oleh kebijakan dan langkah - langkah yang
jelas sesuai dengan kebutuhan pasien dan sesuai dengan
standar pelayanan yang ditetapkan
c. Dokter atau petugas medis memberikan rujukan ke ruang
pemeriksaan lain yang jika di dalam rencana layanan pasien
memerlukan kolaborasi dangan tim kesehatan lain
d. Penanganan pasien secara tim antar profesi meliputi :
1. Penanganan pasien Hipertensi (HT)
2. Penanganan pasien Diabetes Mellitus (DM)
3. Penanganan pasien Tuberkulosis (TB)
4. Penanganan pasien Infeksi Menular Seksual (IMS)
5. Penanganan pasien balita gizi buruk/kurang
6. Penanganan pasien ibu hamil dengan keluhan medis
7. Penanganan pasien ibu hamil dengan anemia
8. Penanganan pasien ibu hamil dengan Kekurangan Energi
Kronik (KEK)
9. Penanganan pasien jiwa
10. Penanganan pasien secara tim antar profesi dan di
integrasikan dengan penanganan kunjungan rumah ( home
care).
e. Penanganan yang dilakukan oleh setiap profesi dicatat di Rekam
Medis dan ditanda tangani oleh tim antar profesi.

II.10.12. PENDELEGASIAN WEWENANG


Pendelegasian wewenang adalah suatu proses penyerahan
kewenangan tugas kepada petugas yang kompetensinya tidak
sesuai dengan kewenangan tugas pemberi wewenang. Agar proses
pelayanan terhadap pasien tidak terhambat meskipun petugas
yang berwenang tidak bisa melaksanakan tupoksinya dan bisa
dilaksanakan oleh petugas yang diberi wewenang dengan terlebih
dahulu dilakukan :
a. Mengidentifikasi kebutuhan untuk pendelegasian wewenang
b. Menganalisa kompetensi petugas yang akan diberikan
wewenang
c. Membuat daftar petugas yang sudah terlatih yang bisa diberikan
wewenang
d. Merencanakan jenis kompetensi apa saja yang bisa
didelegasikan kepada petugas
e. Membuat surat pernyataan pendelegasian wewenang yang
didalamnya berisi juga mengenai nama petugas dan jenis
kompetensi yang didelegasikan kepada petugas yang sudah
terlatih.
f. Menandatangani surat pendelegasian wewenang
g. Menyerahkan surat pernyataan pendelegasian wewenang kepada
kepala Puskesmas untuk diketahui Kepala Puskesmas melalui
koordinator UKP
h. Mensosialisasikan pendelegasian wewenang kepada petugas
yang diberikan wewenang
i. Petugas yang diberikan wewenang menerima tugas yang
diberikan
j. Petugas melaksanakan kompetensi sesuai yang didelegasikan
k. Petugas melaporkan via telepon bila dokter yang memberi
pendelegasian wewenang tidak ada di tempat
l. Petugas melaporkan secara lisan kepada dokter sebagai pemberi
wewenang bila masih ada di tempat,
m. Jenis jenis pendelegasian :

- Dokter kepada perawat atau bidan yang terlatih

- Analis Laboratorium kepada perawat, bidan di luar jam kerja

- Apoteker kepada perawat, bidan di luar jam kerja


- Dokter gigi kepada perawat gigi
II.10.13. PEMELIHARAAN PERALATAN
Peliharaan peralatan adalah suatu kegiatan untuk memelihara
dan menjaga alat-alat agar tetap terpantau dan terpelihara dengan
baik, di mana :
Petugas logistik/ petugas barang di puskesmas melakukan :
a. Mencatat semua alat kedalam buku inventaris barang
b. Membuat dan memasang daftar tilik keadaan alat per ruangan
c. Membuat dan memasang kartu inventaris alat per ruangan
d. Membuat dan memasang kartu pemeliharaan barang
e. Membuat jadwal pemeliharaan
f. Menempatkan peralatan sesuai kebutuhan pada tiap unit
g. Memantau dan mengecek secara berkala alat-alat yag perlu
diperbaiki atau kalibrasi alat sesuai jadwal yang direncanakan
h. Melakukan pemantauan dan pencatatan alat-alat yang perlu
dihapus dan perlu diusulkan pergantian alat
i. Membuat pengajuan usulan pengadaan barang, pemeliharaan
dan perbaikan alat
Petugas unit pelayanan melakukan :
a. Membersihkan alat setiap kali habis digunakan
b. Mensterilkan alat dan menyimpan alat sesuai karakteristik
alat.

II.10.14. STERILASI PERALATAN YANG PERLU DISTERILISASI


Sterilisasi peralatan adalah suatu tindakan untuk membunuh
kuman patogen dan apatogen beserta sporanya pada peralatan
perawatan dan kedokteran yang dilakukan dengan cara :
a. Mencuci tangan dan menggunakan handscoon,
b. Mengidentifikasi alat yang akan disterilisasi,
c. Membilas alat – alat yang akan disterilkan dengan air
mengalir supaya kotoran yang melekat dapat lepas,
d. Menyiapkan air klorin 0,5% di dalam baskom,
e. Merendam alat – alat yang telah dibilas tadi kedalam
baskom yang berisi air klorin/descoton 0,5% selama
10 – 15 menit,
f. Mencuci alat – alat yang telah direndam dengan air
klorin/desoton 0,5% dengan sabun,
g. Membilas alat – alat tersebut dengan air mengalir,
h. Mengeringkan alat – alat dengan handuk kering,
i. Melepas handscoon dan mencuci tangan,
j. Membuka pintu sterilisator,
k. Memasukkan alat – alat yang telah kering ke dalam
sterilisator
l. Menyalakan sterilisator dengan memencet tombol
“power” sehingga lampu merah menyala,
m. Mematikan sterilitator dengan mencabut kabel dari
colokan listrik,
n. Menunggu sekitar 15-20 menit untuk mendinginkan
alat,
o. Mengambil alat-alat yang ada didalam sterilitator
dengan korentang yang telah direndam dalam alcohol
70%.
p. Alat dikeluarkan dari seterilisator dengan dibungkus
kain duk dan diberi label tanggal sterilisasi ulang (7
hari), kemudian disimpan di bak insrtumen dan di
masukkan kedalam lemari instrument.
q. Mendokumentasikan kegiatan sterilisasi.

II.10.15. PEMELIHARAAN SARANA/GEDUNG


Pemeliharaan sarana adalah kegiatan menjaga dan
membersihkan gedung agar aman digunakan untuk pemberian
pelayanan klinis kepada pasien. Agar sarana (gedung) tetap
terpelihara dan tidak cepat rusak. Untuk menjamin keamanan
pasien, petugas dan fasilitas yang ada di dalam Puskesmas,
dilakukan :
a. Mencatat laporan kerusakan gedung yang disampaikan oleh
setiap penanggung jawab unit
b. Membuat rencana pemeliharaan gedung melalui PDCA
c. Menyampaikan rencana pemeliharaan gedung kepada Kepala
Puskesmas melalui koordinator UKP
d. Kepala Puskesmas menyetujui perencanaan yang telah disusun,
e. Mensosialisasikan pemeliharaan gedung kepada semua
karyawan Puskesmas
f. Pelaksanaan pemeliharaan gedung dilakukan sesuai dengan
rencana pemeliharaan
g. Melakukan pemantauan keamanan gedung sesuai jadwal
dengan anggaran yang tersedia

II.10.16. KEAMANAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN TERMASUK TIDAK


BOLEH MENGGUNAKAN ULANG (REUSE) ATAU DISPOSIBLE
Peningkatkan keselamatan pasien, petugas dan keluarga,
pengunjung melalui setiap aktifitas yang berpotensi atau berisiko
penyebaran infeksi oleh petugas kesehatan melalui keamanan
peralatan yang digunakan. Menjamin keamanan peralatan yang
digunakan termasuk tidak boleh menggunakan ulang (reuse)
peralatan yang disposableyang dilakukan dengan cara :
a. Reuse Peralatan
- Peralatan yang telah digunakan ( peralatan kotor ) disetiap
unit puskesmas dibersihkan dari kotoran sesuai prosedur
sterilisasi
- Setelah disterilisasi untuk mencegah terkontaminasi dikemas
menggunakan duk lalu di duk
- Diberi tanggal sterilisasi ulang
- Disimpan dalam sterilisasi
b. Reuse Disposible (handscone) digunakan langsung dibuang
ketempat sampah medis padat. Untuk spuit dimasukkan
kedalam safety box. Pemcatatan penggunaan disposible
dilakukan melalui kartu stok opname.
c. Untuk pemantauan dilakukan dengan menghitung jumlah
kunjungan pasien yang dilakukan tindakan dengan jumlah stok
opname.

II.10.17. PENYUSUNAN RENCANA LAYANAN


Rencana layanan dan pelaksanaan layanan dipandu oleh
langkah - langkah klinis yang dibakukan. Rencana ini disusun
untuk tiap pasien, melibatkan pasien dan keluarga pasien dengan
hasil dan waktu yang jelas dengan memperhatikan efisiensi sumber
daya. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal,
rencana layanan, dan pelaksanaan layanan disusun secara
kolaboratif dalam tim layanan yang terpadu. Penyusunan rencana
layanan mempertimbangkan kebutuhan biologis, psikologis, sosial,
spiritual dan memperhatikan tata nilai budaya pasien. Rencana
layanan disusun dengan hasil dan waktu yang jelas dengan
memperhatikan efisiensi sumber daya. Rencana layanan harus
dicatat dalam rekam medis. Rencana layanan harus memuat
pendidikan/penyuluhan pasien. Penyusunan rencana layanan
terdiri dari penyusunan rencana layanan medis dan penyusunan
layanan terpadu.

II.10.17.1 PENYUSUNAN RENCANA LAYANAN MEDIS


Pelayanan Medis adalah proses pemberian asuhan kepada pasien
sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi pasien. Petugas
harus memberikan pelayanan optimal bagi setiap pasien sesuai
standard pelayanan kesehatan di layanan primer sehingga
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien. Penyusunan
rencana layanan medis adalah kegiatan menyusun terapi atau
pengobatan yang akan dilakukan untuk pasien sesuai dengan
masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang dilakukan dengan
cara :
a. Menerima rekam medis pasien dari petugas pendaftaran,
b. Memanggil pasien masuk ke ruang periksa,
c. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan merumuskan
diagnosa pasien
d. Menyusun rencana asuhan pasien sesuai dengan masalah
kesehatan pasien,
e. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain bila pasien membutuhkan
penanganan tim kesehatan lain,
f. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana layanan yang telah
di susun,
g. Mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan,
h. Menyusun rencana tindak lanjut bila masalah kesehatan pasien
belum teratasi
i. Mendokumentasikan kegiatan dalam Rekam Medis

II.10.17.2 PENYUSUNAN RENCANA LAYANAN TERPADU JIKA


DIPERLUKAN PENANGANAN SECARA TIM
Rencana layanan terpadu adalah rencana layanan
kesehatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan pasien dengan melibatkan tim kesehatan secara
komprehensif sehingga tercapai hasil yang diharapkan
agar layanan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan pasien dilaksanakan secara paripurna untuk
mencapai hasil yang diinginkan oleh tenaga kesehatan dan
pasien/keluarga pasien di mana :
a. Dokter atau petugas medis melakukan kajian terhadap
keluhan dan kebutuhan pasien
b. Rencana layanan ditetapkan berdasarkan hasil kajian
yang dinyatakan dalam bentuk diagnosa dalam menyusun
rencana layanan dipandu oleh kebijakan dan langkah -
langkah yang jelas sesuai dengan kebutuhan pasien dan
dan sesuai dengan setandar pelayanan yang ditetapkan
c. Dokter atau petugas medis memberikan rujukan ke
pelayanan lain yang jika didalam rencana layanan pasien
memerlukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

II.10.18. IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA PASIEN PONED


Resiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk jatuh
yang umumnya di sebabkan oleh faktor lingkungan fisilogis
yang dapat berakibat cedera. Jatuh adalah peristiwa dimana
seseorang mengalami jatuh dengan atau tanpa disaksikan
oranglain, tidak disengaja/tidak direncanakan , dengan arah
jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya.
Identifikasi pasien risiko jatuh adalah suatu langkah atau
cara yang dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan
pasien tersebut mempunyai risiko jatuh atau kemungkinan
yang besar atau tindak lanjut terjadinya jatuh sehingga dapat
diambil tindakan pencegahan. Sebagai acuan dalam penerapan
langkah langkah penanganan resiko pasien jatuh dilakukan
dengan :
a. Lakukan identifikasi resiko pasien jatuh sesuai dengan form
pemantauan pasien jatuh
 Form pengkajian resiko jatuh dewasa (skala morse).
 Form pengkajian resiko jatuh anak – anak (Humpty
Dumpty.
b. Jumlahkan total skor yang didapat dan kategorikan sesuai
dengan jumlah skor yang didapat
c. Intervensi resiko tinggi jatuh
 Menganjurkan pasien untuk meminta bantuan bila
membutuhkan bantuan pemenuhan KDM.
 Memastikan panjang celana / sarung diatas tumit.
 Menganjurkan pasien pada posisi postural hypotension.
 Meletakkan tanda kewaspadaan jatuh pada tempat tidur .
 Menyarankan penunggu selalu berada disekitar pasien.
 Bantu pasien untuk berpindah / ambulasi.
 Beri penjelasan kepada pasien / orang tua tentang
kewaspadaan / pencegahan pasien jatuh.
 Bantu pasien saat ambulasi.
 Tempatkan pasien pada tempat tidur yang tepat.
 Pertimbangkan menempatkan pasien yang lebih dekat
dengan nurse station.
 Evaluasi sewaktu pemberian obat.
 Pindahkan setiap peralatan yang tidak digunakan
d. Intervensi resiko jatuh rendah
 Orientasi terhadap ruangan
 Observasi kebutuhan eliminasi, beri bantuan sesuai
kebutuhan.
 Lingkungan bebas dari peralatan yang tidak digunakan.
 Beri penerangan yang adekuat.
 Beri penjelasan orangtua tentang pencegahan jatuh.
e. Observasi secara teratur dan dokumentasikan hasil
pengkajian.
II.10.19. PENYAMPAIAN INFORMASI TENTANG EFEK SAMPING DAN
RISIKO PENGOBATAN
Pemberian informasi tentang efek samping dan resiko
pengobatan adalah kegiatan memberikan penjelasan mengenai
pengobatan yang akan dilakukan termasuk didalamnya
penjelasan mengenai efek samping dan resiko dari pengobatan
yang akan dilakukan baik pada saat pengobatan berlangsung
atau setelah pengobatan selesai dengan melakukan :
a. Anamnesa, pemeriksaan fisik, merumuskan diagnosa pasien
dan rencana asuhan pasien
b. Memberitahukan pada pasien tentang penyakit dan pengobatan
yang akan dilakukan,
c. Menjelaskan mengenai efek samping dan resiko pengobatan
yang akan diberikan
d. Memberi kesempatan untuk bertanya mengenai pengobatan
yang akan dilakukan,
e. Menyiapkan form informed consent untuk pemberian obat yg
diberikan secara Intra Muskular, Intra Vena atau secara rektal,
f. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil
keputusan mengenai persetujuan terhadap pengobatan yang
akan dilakukan,
g. Meminta pasien untuk menandatangani informed consent,
h. Menandatangani informed consent yang telah ditanda tangani
pasien,
i. Mendokumentasikan kegiatan dalam Rekam Medik

II.10.20. PENDIDIKAN/PENYULUHAN PASIEN


Pendidikan atau Penyuluhan pasienadalah kegiatan
menyampaikan informasi atau Pengetahuan kepada pasien guna
menanamkan sikap dan perilaku sesuai dengan informasi yang
diberikan dengan cara:
a Menentukan diagnosa, rencana terapi atau tindakan.
b Memberikan penyuluhan kepada pasien / keluarga tentang :
- Informasi penyakit yang diderita pasien.
- Penggunaan obat secara aman dan efektif untuk semua obat
yang di konsumsi pasien.
- Makanan yang dianjurkan dan makanan yang dilarang di
konsumsi
- Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
c Petugas selesai melakukan penyuluhan dalam asuhan pasien
dengan mencatat kegiatan pada rekam medis
d Petugas meminta pasien menanda tangani rekam medis tanda
sudah mengerti pendidikan dan pasien tentang penyuluhan

II.10.21. INFORMED CONSENT


Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.yang
dilakukan dengan cara :
a Menyiapkan lembar informed consent,
b Menginformasikan mengenai langkah - langkah tindakan yang
akan dilakukan, tujuan, manfaat, dampak kalau tidak
dilakukan dan resiko dari tindakan tersebut kepada pasien dan
keluarga
c Memastikan tingkat pemahaman pasien dan keluarga terhadap
informasi yang diberikan,
d Menjelaskan kembali mengenai informasi yang belum dimengerti
pasien dan keluarga,
e Pasien diberi kesempatan untuk menerima atau menolak
tindakan yang diberikan
f Memberikan form informed consent kepada pasien atau
keluarga bila pasien / keluarga pasien setuju dengan tindakan
yang akan dilakukan
g Pasien / keluarga pasien diberi kesempatan untuk membaca isi
dari informed consent,
h Pasien menanda tangani form informed consent,
i Petugas kesehatan menanda tangani form informed consent
yang sudah ditandatangani pihak pasien,
j Menyimpan form informed consent yang telah ditandatangani
pasien atau keluarga di dalam rekam medis pasien,
k Mendokumentasikan kegiatan.

II.10.22. EVALUASI INFORMED CONSENT


Evaluasi Informed consent adalah suatu kegiatan untuk menilai
efektifitas dari inform consent yang diberikan kepada pasien
melalui monitoring atau pemantauan terhadap pelakasanaan
persetujuan tindakan dengan form informed consent dengan cara:
a. Menyiapkan lembar informed consent di unit yang memberikan
layanan tindakan
b. Informed consent pada rekam medis
c. Semua rencana layanan yang memerlukan tindakan dibuat
informed consent
d. Pemantauan di lakukan setiap hari oleh penanggung jawab unit
yang memberikan layanan yang membutuhkan tindakan
e. Tim audit melakukan evaluasi terhadap pemantauan harian
yang dilakukan unit yang memberikan layanan yang
membutuhkan tindakan apakah setiap rencana layanan yang
memerlukan tindakan dilengkapi dengan persetujuan tindakan/
informed consent

II.10.23. RUJUKAN
Rujukan pasien adalah suatu proses pengiriman pasien ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi untuk mendapatkan
penanganan yang tepat. Agar pasien yang tidak bisa ditangani di
Puskesmas mendapatkan penanganan dari fasilitas kesehatan yang
lebih tinggi.

II.10.22.1. PERSIAPAN RUJUKAN


Persiapan pasien rujukan adalah langkah langkah yang
harus dilakukan sebelum pasien dikirim ke fasilitas fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Agar pasien dirujuk
dalam kondisi stabil dan aman selama perjalanan menuju
fasilitas pelayanan yang lebih tinggi di mana petugas :
a. Menyiapkan pasien yang akan dirujuk termasuk surat
persetujuan rujukan , rekam medis dan surat rujukan
b. Memastikan pasien dalam kondisi stabil
c. Menyiapkan alat kesehatan dan obat yang diperlukan
selama perjalaan
d. Menghubungi supir ambulance untuk menyiapkan
ambulance
e. Menghubungi tempat tujuan rujukan bahwa akan
mengirim pasien
f. Memindahkan pasien ke ambulance dengan
mempersiapkan safety pasien
g. Mendampingi pasien menuju tempat rujukan dan
memiliki kompetensi untuk memonitoring status tanda –
tanda vital pasien dalam proses rujukan
h. Selama dalam perjalanan petugas selalu mengobservasi
kondisi pasien
i. Menyerahkan pasien ke tempat rujukan
j. Melakukan serah terima kepada petugas tempat rujukan ,
meliputi identitas, riwayat penyakit dan terafi yang telah
dilakukan
k. Meminta tanda tangan petugas fasilitas rujukan setelah
serah terima pasien dilakukan
l. Mendokumentasikan ke dalam rekam medis pasien.

II.10.22.2. RUJUKAN RAWAT JALAN


Rujukan pasien adalah suatu proses pegiriman pasien
ke fasilitias pelayanan kesehatan yang lebih tinggi melalui
proses :
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
3. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi pada
pasien
4. Memberikan informasi kepada pasien mengenai kondisi
kesehatan yang dialami pasien
 Alasan rujukan (petugas menjelaskan bahwa
masalah kesehatan yang dihadapi pasien tidak
mampu ditangani dipuskesmas dan memenuhi
pasien harus dirujuk)
 Sarana yang dituju
 Kapan harus dilakukan
5. Menjelaskan bahwa pasien harus dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi yang mampu
mengatasi pasien yang ber PKS dengan puskesmas dan
pasien diberi kesempatan untuk memilih sarana
kesehatan yang diinginkannya.
6. Memberikan form persetujuan rujukan untuk di
tandatangani pasien,
7. Menyiapkan dan mengisi surat rujukan, yaitu resume
klinis pasien yang berisi:
 Kondisi pasien
 Langkah - langkah dan tindakan yang telah
dilakukan
 Kebutuhan pasien akan tindak lanjut
8. Mendokumentasikan kegiatan dalam rekam medis
9. Memberikan informasi tentang lanjutan pengobatan
dengan bahasa yang mudah dipahami pasien.

II.10.22.3. RUJUKAN EMERGENCY


Rujukan emergency adalah suau proses pengiriman
pasien gawat darurat dengan mengirimkan pasien ke fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat karena pasien tidak mampu
ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku yaitu dengan
menstabilkan pasien kondisi terlebih dahulu agar pasien
mendapat pertolongan emergency secepatnya dan
mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut yang
dilakukan dengan cara
1. Melakukan anamnesa
2. Melakukan pemeriksaan fisik
3. Petugas mengidentifikasi masalah kesehatan yang
terjadi pada pasien,
4. Petugas memberikan informasi pada pasien
mengenai kondisi kesehatan yang dialami pasien,
 Alasan rujukan petugas menjelaskan bahwa
masalah kesehatan yang dihadapi pasien tidak
mampu ditangani di Puskesmas,
 Sarana yang dituju
 Kapan harus dilakukan
5. Petugas menjelaskan bahwa pasien harus dirujuk
ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
yang ber PKS dengan Puskesmas atau mampu
mengatasi masalah pasien, dan pasien diberi
kesempatan untuk memilih sarana pelayanan
yang diinginkan.
6. Memberikan informasi tentang lanjutan
pengobatan dengan bahasa yang mudah di
pahami pasien.
7. Menjelaskan kriteria pasien yang harus dirujuk
meliputi :
 Pasien umum : semua penyakit yang tidak dapat
ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama.
 Pasien PONED
- Ibu hamil
1. Ibu hamil dengan panggul sempit
2. Ibu hamil dengan riwayat bedah sesar
3. Ibu hamil dengan perdarahan antepartum
4. Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsi berat
atau eklamsia)
5. Ibu hamil dengan tinggi fundus 40 cm ataul
lebih ( makrosomia, pelayanan hidramnion,
kehamilan ganda)
6. Primipara pada fase aktif kala 1 persalinan
dengan penurunan kepala 5/5
7. Ibu hamil dengan anemia berat
8. Ibu hamil dengan disproporsi kepala panggul
9. Ibu hamil dengan penyakit penyerta yang
mengancam jiwa (Diabetes Mellitus, Kelainan
Jantung, dan penyakit berat lain)
- Bayi
1. Bayi resiko tinggi usia gestasi kurang dari 32
minggu
2. Bayi dengan kejang meningitis
3. Bayi dengan kecurigaan sepsis
4. Infeksi praintrapost partum
5. Bayi dengan kelainan bawaan
6. Bayi yang butuh transfusi tukar
7. Bayi dengan distress nafas yang menetap
8. Bayi berat badan lahir rendah < 2000 gr
9. Bayi yang tidak menunjukkan kemajuan selama
perawatan

8. Memberikan formulir persetujuan rujukan untuk


ditanda tangani pasien,
9. Menyiapkan dan mengisi surat rujukan
10. Menyiapkan resume klinis pasien yang
berisi :
 Kondisi pasien
 Langkah - langkah dan tindakan yang telah
dilakukan
 Kebutuhan pasien akan tindak lanjut
 Resume klinis tercacat di rekam medis
11. Melengkapi surat rujukan berupa nomor
rujukan, identitas pasien, diagnosa, tindakan dan
terapi yang sudah diberikan, tanda tangan
petugas dan stempel Puskesmas.
12. Petugas lainnya berkomunikasi dengan
fasilitas kesehatan tempat rujukan untuk
memberi informasi tentang pasien yang akan
dirujuk dan memastikan fasilitas kesehatan
tersebut bersedia menerima pasien rujukan.
13. Memastikan pasien dalam kondisi stabil.
Kriteria stabil adalah :
 Tidak ada ancaman sumbatan jalan nafas
 Oksigenasi adekuat
 Tidak dalam keadaan syok
 Tidak kejang
 Imobilasi fraktur (bila ada)
14. Petugas memastikan alat - alat kesehatan
yang terpasang pada pasien dalam keadaan baik.
15. Menyiapkan ambulan dan alat medis dan
obat – obat yang diperlukan dalam proses
rujukan.
16. Mendampingi pasien selama proses rujukan
dengan mengisi format monitoring status
fisiologis pasien.
17. Mendokumentasikan kegiatan dalam Rekam
Medis

II.10.24. PELAYANAN KLINIS


Pelaksanaan layanan klinis dipandu dengan pedoman dan
langkah - langkah pelayanan Klinis yang meliputi: pelayanan
medis, keperawatan, kebidanan, gizi dan pelayanan profesi
kesehatan yang lain. Pelaksanaan layanan klinis dilakukan sesuai
rencana layanan dengan melihat perkembangan pasien yang
dicatat dalam rekam medis. Jika dilakukan perubahan rencana
layanan harus dicatat dalam rekam medis. Tindakan
medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada pasien
sebelum mendapatkan persetujuan dengan membuat Informed
Consent. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor/dipantau,
diawasi, dievaluasi, dan ditindaklanjuti, dan dilaksankan evaluasi
terhadap tindak lanjut. Pelayanan klinis harus dimonitor dan
dievaluasi dengan indikator yang jelas. Kasus-kasus gawat darurat
dan kasus-kasus berisiko tinggi harus diprioritaskan dan
dilaksanakan sesuai prosedur, kewaspadaan universal terhadap
terjadinya infeksi harus ditangani.. Hak dan kebutuhan pasien
harus diperhatikan pada saat pemberian layanan klinis. Keluhan
pasien / keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan
ditindaklanjuti.
Pelayanan klinis dilakukan dengan cara:
a. melakukan anamnesa kepada pasien
b. melakukan pemeriksaan fisik
c. memberikan rujukan pemeriksaan penunjang bila diperlukan
untuk menjamin kesinambungan pelayanan
d. mendiagnosa penyakit pasien
e. menjelaskan mengenai rencana layanan yang akan dilakukan
kepada pasien
f. melakukan tindakan kepada pasien sesuai dengan rencana
layanan
g. memberikan saran / KIE sesuai kebutuhan pasien
h. mengisi SOAP pada rekam medis
i. mencatat hasil pemeriksaan pada rekam medis untuk
menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak perlu
j. jika ada kesalahan pemberian obat (pengulangan yang tidak
perlu petugas wajib mengembalikan kepada dokter yang
bersangkutan)
k. mengevaluasi anatara layanan yang diberikan dengan rencana
layanan dalam rekam medis
l. menyusun rencana layanan klinis dengan mempertimbangkan
kebutuhan biologis, psikologis, social, spiritual dan tata nilai
budaya pasien
m. mendokumentasikan kegiatan pada rekam medis

Pelayanan klinis mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan penunjang, perencanaan layanan, pelaksanaan
layanan, pemberian obat/tindakan, pemberian KIE sampai dengan
pasien pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.
Pasien berhak untuk menolak pengobatan dengan menandatangani
surat penolakan pengobatan. Jika pasien menolak untuk
pengobatan atau rujukan, wajib diberikan informasi tentang hak
pasien untuk membuat keputusan, konsekuensi akibat dari
keputusan penolakan, dan tanggung jawab mereka berkenaan
dengan keputusan tersebut dan memberi informasi pengobatan
alternatif lainnya.
II.10.25. PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT
Penanganan pasien gawat darurat adalah suatu pertolongan
yang cepat dan tepat pada pasien untuk mencegah kematian
maupun kecacatan di mana petugas ruang tindakan melakukan :
a. Menempatkan pasien pada tempat yang disediakan,
b. Memeriksa kesadaran pasien (GCS)
c. Apabila sadar petugas menganamnesa pasien,apabila tidak
sadar langsung anamnesa terhadap keluarga pasien dan cek A
(Airway), B (Breathing), C (Circulation).
d. Memeriksa vital sign pasien
e. Mengkonsulkan kepada dokter yang jaga
f. Dokter jaga memeriksa pasien , melakukan pemeriksaan fisik
g. Jika dokter menemukan tanda-tanda kegawatan, memberikan
informasi pada pasien mengenai:
- Kondisi kesehatan yang dialami pasien,
- Alasan rujukan petugas menjelaskan bahwa masalah
kesehatan yang dihadapi pasien tidak mampu ditangani di
Puskesmas,
- Sarana yang dituju
- Kapan harus dilakukan
h. Menjelaskan bahwa pasien harus dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi yang ber PKS dengan
Puskesmas atau mampu mengatasi masalah pasien, dan
pasien diberi kesempatan untuk memilih sarana pelayanan
yang diinginkan
i. Memberikan informasi tentang lanjutan pengobatan dengan
bahasa yang mudah di pahami pasien.
j. Menjelaskan kriteria pasien yang harus dirujuk yaitu semua
penyakit yang tidak dapat ditangani di fasilitas kesehatan
tingkat pertama. Kriteria pasien yang dapat di rujuk :
 Pasien Umum dewasa: Luka bakar grade 3 dan 4,
dehidrasi berat, head Injury, Serangan asma berat,
hipertensi emergency,
 Pasien anak : Diare dengan dehidrasi berat, Demam
Kompleks, dan lain – lain.
 Pasien Gigi : Impaksi, Kista, Mucocele, Abses
mandibularis, Trismus, Radiolagi Panoramik dan
periapical, perawatan saluran akar dan lain lain,
 Pasien Ruang Tindakan : Kelainan Jantung, Stroke, DBD
trombosit<70rb dan lain lain
 Pasien Poned : PreEklamsi/Eklamsi, Pendaharan
Anterpartum/Postpartum, Partus lama, Ketuban pecah
dini, Infeksi pasca salin, dan lain – lain.
k. Petugas memberikan formulir persetujuan rujukan untuk
ditanda tangani pasien,
l. Menyiapkan dan mengisi surat rujukan
m. Menyiapkan resume klinis pasien yang berisi :
- Kondisi pasien
- Prosedur dan tindakan yang telah dilakukan
- Kebutuhan pasien akan tindak lanjut
n. Resume klinis tercacat direkam medis
o. Melengkapi surat rujukan berupa nomor rujukan, identitas
pasien, diagnosa, tindakan dan terapi yang sudah diberikan,
tanda tangan petugas dan stempel Puskesmas.
p. Petugas lainnya berkomunikasi dengan fasilitas kesehatan
tempat rujukan untuk memberi informasi tentang pasien
yang akan dirujuk dan memastikan fasilitas kesehatan
tersebut bersedia menerima pasien rujukan.
q. Memastikan pasien dalam kondisi stabil.
Kriteria stabil adalah :
- Tidak ada ancaman sumbatan jalan nafas
- Oksigenasi adekuat
- Tidak dalam keadaan syok
- Tidak kejang
- Imobilasi fraktur (bila ada)
r. Sambil menunggu pasien stabil, petugas ruang gawat darurat
memberitahukan kepada petugas ambulance untuk
menyiapkan ambulance
s. Petugas ruang tindakan menelepon rumah sakit rujukan
menanyakan apakah ada tempat kosong untuk pasien yang
akan dikirim ke rumah sakit tersebut
t. Petugas ruang tindakan dengan membawa perlengkapan
emergensi merujuk pasien dengan ambulance ke RS rujukan

Daftar kasus kasus kegawat daruratan :


- Ruang Tindakan
 Asma Bronkial Akut
 Diare dengan dehidrasi
 Vulnus Laseratum
 Hipoglikemia
 PPOK Akut
 Kejang Demam
 Hipertensi Emergency
 Angina Pektoris
 Combustion/Luka Bakar
- Maternal
 Pre Eklamsi / Eklamsi
 Pendaharahan Post Partum/Ante Partum
 Partus Lama
 Ketuban pecah dini
 Infeksi pasca melahirkan
- Neonatal
 Asfiksia
 Infeksi
 Hipotermia bayi berat lahir rendah
 Hipoglikemia
- Gigi
 Pendarahan
 Terbukanya sinus maxillaris karena extraksi gigi atas
(P1, M1, M2)
 Syncope
 Abses submandibula
 Reaksi alergi kulit dan membrane mukosa
II.10.26. PENANGANAN PASIEN BERESIKO TINGGI
Penanganan pasien resiko tinggi adalah proses memberikan
pelayanan klinis kepada pasien dengan penyakit yang bisa
menimbulkan kematian ataupun pasien dengan penyakit yang bisa
menularkan penyakitnya baik pada petugas maupun pasien
lainnya. Penanganan pasien berisiko tinggi dilakukan dengan cara :
a. melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, mengidentifikasi
masalah yang dihadapi pasien (diagnosa),
b. menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai
kebutuhan pasien
c. menggunakan Alat Pelindung Diri dan pencegahan risiko
penularan baik untuk petugas maupun pasien lainnya
d. melakukan tindakan pada pasien sesuai rencana,
e. mendokumentasikan kegiatan ke rekam medis.

Daftar Kasus Resiko Tinggi :


 HIV/Aids
 Hepatitis
 TB Paru

II.10.27. PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN OBAT DAN ATAU CAIRAN


INTRAVENA
Pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah
jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.Merupakan
salah satu cara pemberian terapi cairan dengan menggunakan
langkah - langkah infasif yang dilaksanakan dengan menggunakan
tehnik aseptik.dilakukan dengan cara :

a. Pasien / keluarga pasien menandatangan informed concent


b. Perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan bersih

c. Membuka plastic infus set dengan benar

d. Tetap melindungi ujung selang steril

e. Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi


cairan infus mengarah keatas

f. Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan


kesterilan

g. Cek adanya udara dalam selang

h. Memilih posisi tangan yang tepat untuk memasang infus

i. Meletakkan perlak dan pengalas

j. Memilih vena yang tepat dan benar

k. Memasang tourniquet

l. Desinfeksi vena dengan alcohol dari atas kebawah dengan sekali


hapus

m. Buka abocath apakah ada kerusakan atau tidak


n. Menusukan abocath pada vena yang telah dipilih
o. Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam
abocath

p. Tourniquet di cabut dan menyambungkan dengan ujung selang

q. Memberikan plester pada ujung abocath tapi tidak menyentuh


area penusukan untuk fiksasi

r. Membalut dengan kassa betadin steril dan menutupnya dengan


kassa steril kering

s. Memberi plester dengan benar dan mempertahankan keamanan


abocath agar tidak tercabut

t. Memantau cairan infus sesuai kebutuhan pasien dan dicatat di


rekam medis

u. Kembali cuci tangan

II.10.28. KEWASPADAAN UNIVERSAL


Kewaspadaan universal adalah suatu cara untuk mencegah
penularan penyakit dari cairan tubuh yang keluar dari tubuh
pasien/penderita penyakit baik dari pasien ke petugas kesehatan
ataupun dari pasien satu ke pasien lain. Untuk mencegah
penularan penyakit infeksi baik dari pasien ke petugas ataupun
dari pasien ke pasien lain melalui cairan tubuh pasien yang
dilakukan dengan cara :
a. mengidentifikasi pasien dengan mencocokkan identitas pasien
dengan yang tertulis di rekam medis
b. menganamnesa pasien,menanyakan riwayat penyakitnya
c. mencuci tangan dengan cara 6 langkah mencuci tangan
d. mengenakan APD ( masker,sarung tangan steril)
e. melakukan pemeriksaan fisik
f. melakukan tindakan medis ke pasien dengan menggunakan
alat-alat yang steril.
g. Setelah melakukan pemeriksaan fisik dan tindakan
medis,petugas mendekontaminasikan alat dan bahan habis
pakai dengan menggunakan cairan chlorin 0,5 % selama 10
menit
h. mencuci alat-alat yang sudah didekontaminasi dengan air
mengalir
i. mensterilkan alat yang sudah dicuci
j. membuang alat dan bahan habis pakai pada tempat sampah
medis
k. mencuci tangan dengan cara 6 langkah mencuci tangan.

II.10.29. PEMBERIAN ANASTESI LOKAL DAN SEDASI DI PUSKESMAS


Pelayanan anestesi, sedasi dan pembedahan harus dipandu
dengan langkah – langkah baku. Pelayanan anestesi, sedasi dan
pembedahan harus dilaksanakan oleh petugas yang kompeten.
Sebelum melakukan anestesi, sedasi dan pembedahan harus
mendapatkan informed consent. Status pasien wajib dimonitor
setelah pemberian anestesi dan pembedahan.
Pemberian anestesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa
sakit atau nyeri terbatas pada area tertentu saja / lokal tanpa
disertai hilangnya kesadaran. Obat anestesi lokal / regional adalah
obat yang menghambat hantaran saraf bila diberikan secara lokal.
Pemberian Sedasi di puskesmas adalah pemberian obat sedasi
(diazepam suppositoria) yang digunakan untuk menanggulangi
kejang pada anak.
a Pemberian anestesi lokal dan sedasi yang dapat dilakukan
dengan teknik antara lain :
- Anestesi permukaan adalah pengolesan atau penyemprotan
analgetik lokal diatas selaput mukosa seperti mata, hidung,
faring.
- Anestesi infiltrasi adalah penyuntikan larutan analgetik
lokal langsung diarahkan disekitar daerah luka atau area
insisi. Cara infiltrasi yang sering digunakan adalah blokade
lingkar dan larutan obat disuntikan intradermal atau
subkutan.
- Anestesi blok adalah penyuntikan analgetik lokal langsung
ke saraf utama atau pleksus saraf.
- Sedasi (diazepam) diberikan secara suppositoria dengan
dosis 5 mg (BB < 10 kg) dan 10 mg ( BB > 10 kg ).
b Contoh obat anestesi lokal dan sedasi yang digunakan di
Puskesmas kecamatan Panongan:
- Lidokain (xylocain) adalah anestesi lokal kuat yang
digunakan secara topikal dan suntikan. Efek anestesi lebih
kuat, cepat, ekstensif dibanding prokain.
- Pehakain adalah anastesi lokal yang berisi lidokain dan
adrenalin.
- Diazepam suppositoria.

1. Tindakan pemberian anestesi lokal pada tindakan bedah minor :


a Mengidentifikasi pasien, mencocokkan identitas pasien
dengan status pasien.
b Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik (status lokalis)
pasien.
c Mendokumentasikan data pasien ke status pasien.

d Menjelaskan mengenai tindakan anestesi lokal yang akan


dilakukan kepada pasien dan keluarganya beserta resikonya.
e Meminta pasien / keluarganya untuk menandatangani
informed consent persetujuan tindakan anestesi yang akan
dilakukan.
f Meminta pasien ke ruang tindakan, dan memposisikan area
luka yang akan dilakukan anestesi / tindakan agar mudah
untuk di akses.
g Menyiapkan cawan ginjal steril, spuit 3 cc dan lidokain.

h Mencuci tangan dan menggunakan APD.


i Melakukan desinfeksi dengan larutan betadin dan alkohol
70% pada area yang akan dilakukan anestesi secara
melingkar dari dalam ke luar.
j Memberitahukan pasien kalau akan segera dilakukan
penyuntikan obat anestesi.
k Menyuntikkan obat anestesi lokal di sekeliling area yang
akan dilakukan tindakan dengan teknik infiltrasi ( disuntikan
intradermal atau subkutan ).
l Menunggu 1-2 menit sampai obat anestesi bekerja dan
pasien sudah tidak merasakan sakit pada area tindakan dan
sekitarnya.
m Melakukan tindakan bedah minor
n Melakukan monitoring status fisiologis sebelum, selama,
setelah tindakan anestesi.
o Setelah selesai tindakan, mendokumentasikan data pasien
dan tindakan yang dilakukan ke status pasien.

2. Tindakan pemberian sedasi ( diazepam ) pada anak dengan


kejang :
a. Memastikan identitas pasien secara cepat.
b. Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan cepat
c. Menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa pasien perlu
segera diberikan diazepam suppositoria, resiko jika tidak
diberikan dan kemungkinan efek samping obat yang timbul.
d. Meminta orang tua pasien untuk menandatangani inform
consent persetujuan tindakan pemberian obat.
e. Memberikan diazepam suppositoria per rektal.
f. Melakukan monitoring status fisiologis selama dan segera
setelah pemberian diazepam suppositoria
g. Mendokumentasikan semua proses tindakan yang dilakukan.

II.10.30. TENAGA YANG BERWENANG MEMBERIKAN ANASTESI


LOKAL DAN SEDASI
Tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan melakukan
Anastesi Lokal dan Sedasi yaitu:
1. Dokter Umum
2. Dokter Gigi
3. Tenaga kesehatan lainnya yang kompeten mendapat mendapat
delegasi wewenang dari Dokter Umum/ Dokter Gigi antara lain :
a. Perawat
b. Perawat Gigi
c. Bidan

II.10.31. TINDAKAN PEMBEDAHAN


Tindakan pembedahan adalah tindakan pengobatan yang
dilakukan dengan cara menyayat untuk membuka atau
menampilkan bagian tubuh yang sakit. Bedah minor adalah
pembedahan yang dilakukan secara sederhana, tidak memiliki
resiko terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan
asisten untuk melakukannya, contohnya membuka abses
superficial, pembersihan luka, inokuasi, superfisial neuroktomi dan
tenotomi. Bedah mayor adalah pembedahan yang relatif lebih sulit
daripada pembedahan minor, membutuhkan waktu, melibatkan
resiko terhadap nyawa pasien, dan memerlukan bantuan asisten,
contohnya bedah caesar, mammektomi, bedah torak, bedah otak.
Tindakan pembedahan yang dilakukan di Puskesmas Panongan
adalah tindakan bedah minor yang dilakukan oleh dokter atau
petugas yang diberikan kewenangan melakukan tindakan
pembedahan sesuai dengan hasil kajiian dokter sebelum
melakukan tindakan pembedahan sesuai dengan masalah
kesehatan yang dialami pasien di mana :
a. Dokter melakukan tindakan pembedahan menjelaskan
kepada pasien dan atau keluarga mengenai hasil kajian
sebelum melakukan tindakan pembedahan, prosedur
tindakan, manfaat, resiko dan komplikasi terhadap tindakan
serta akibat jika tindakan tidak dilakukan,
b. Dokter memastikan pasien atau keluarga paham mengenai
tindakan yang akan dilakukan,
c. Dokter melengkapi informed consent tindakan pembedahan
yang ditandatangani pasien, saksi dan dokter yang
bersangkutan,
d. Dokter menyiapkan alat – alat yang dibutuhkan untuk
tindakan pembedahan,
e. Dokter memposisikan pasien sesuai dengan bagian tubuh
yang akan dilakukan pembedahan dengan memperhatikan
kenyamanan pasien,
f. Dokter mencuci tangan dan menggunakan handscoon steril,
g. Dokter menjelaskan kepada pasien kalau tindakan akan
dimulai,
h. Dokter mendesinfektan daerah yang akan di incisi dengan
larutan betadin,
i. Dokter memasangkan duk steril di daerah yang akan di
incisi,
j. Dokter menganestesi bagian yang akan di incise dengan
memberikan injeksi lidokain sesuai kebutuhan,
k. Dokter memastikan bahwa daerah yang dianestesi sudah
tidak terasa sakit,
l. Jika pasien masih terasa sakit, dokter menunggu beberapa
saat sampai daerah tersebut tidak terasa sakit,
m. Dokter mulai menyayat bagian yang sudah ditentukan
dengan prinsip steril,
n. Dokter selalu memperhatikan status fisiologis pasien pasien
selama tindakan pembedahan berlangsung,
o. Dokter melakukan pembedahan sesuai kebutuhan pasien,
p. Dokter membersihkan daerah pembedahan dengan kassa
steril dan menjahit daerah yang di incise serta membersihkan
daerah yang dijahit dengan cairan NaCl o,9% lalu
mengoleskan betadin di daerah yang dijahit,
q. Dokter menutup luka dengan kassa steril,
r. Dokter memplester balutan,
s. Dokter melakukan monitoring status fisiologis pasien setelah
pembedahan
t. Dokter membereskan peralatan,
u. Dokter melepas handscoone dan mencuci tangan,
v. Dokter menyampaikan informasi mengenai tindakan
perawatan di rumah dan waktu untuk kontrol dan
memberikan resep kepada pasien dan menjelaskan untuk
mengambil di ruang farmasi,
w. Dokter mencatat kegiatan yang dilakukan, status fisiologis
pasien, terapi dan rencana kontrol dalam rekam medis
pasien.

II.10.32 PEMESANAN, PENYIAPAN, DISTRIBUSI DAN PEMBERIAN


MAKANAN PADA PASIEN PONED
Suatu rangkaian kegiatan mulai dari pemesanan menu sampai
dengan pendistribusian makanan kepada pasien, dalam rangka
pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet
yang tepat termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi.
Agar pemberian nutrisi pada pasien poned bisa terpenuhi dengan
baik sesuai kebutuhan gizi pasien .

II.10.32.A. PEMESANAN MAKANAN


Suatu kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
berkompeten untuk memesan makanan sesuai dengan diagnose
dan kebutuhan pasien melalui mekanisme
a. Dokter mendiagnose penyakit pasien dan mencatat di Rekam
Medik pasien
b. Petugas Poned melakukan pemeriksaan jumlah pasien Poned
c. Petugas Poned mengantarkan keluarga pasien dan membawa
Rekam Medis kepada petugas gizi
d. Petugas Gizi menentukan diet pasien sesuai dengan diagnosa
penyakit dan kebutuhan
e. Petugas Gizi menanyakan apakah ada pantangan makan
atau alergi makanan tiap pasien
f. Petugas Gizi menjelaskan diet pasien seusai kebutuhan
pasien kepada keluarga
g. Petugas gizi mencatat diet pasien sesuai dengan diagnosa
penyakit di Rekam Medik pasien
h. Keluarga pasien memesan makanan sesuai dengan anjuran
dari petugas gizi.

II.10.32.B. PENYIAPAN MAKANAN


Setelah diberikan edukasi keluaga pasien menyiapkan makanan
berdasarkan diet yang dianjurkan.

II.10.32.C. DISTRIBUSI MAKANAN

Pihak keluaga mendistribusikan makanan kepada pasien sesuai


jadwal dan jenis menu sesuai kebutuhan pasien. Sebelum
menyerahkan makanan terlebih dahulu petugas poned
mengidentifikasi pasien dengan menanyakan nama, umur dan
alamat pasien sesuai identitas pasien.
II.10.32.D. PEMBERIAN MAKANAN

Pemberian makanan diberikan sesuai jadwal yang sudah


ditetapkan Puskesmas dan mencatat dibuku penyerahan
pemberian makanan

a. Petugas melakukan pemeriksaan makanan sebelum


menyerahkan makanan kepada pasien
b. Petugas mendampingi keluaga mengantarkan makanan kepada
pasien.
c. Menyajikan makanan sesuai dengan jam pemberian makan,
yaitu:
o Pagi : jam 07.00 sd 08.00 WIB
o Siang : jam 11.00 sd 12.00 WIB
o Malam : jam 17.00 sd 18.00 WIB
d. Petugas melakukan pencatatan di buku pemberian makanan
pasien

II.10.33 PEMBERIAN EDUKASI BILA KELUARGA MENYEDIAKAN


MAKANAN
Pemberian Edukasi adalah merupakan pemberian materi-
materi edukasi gizi kepada pasien dan atau keluarga berkaitan
dengan kondisi kesehatan pasien dan penyediaan makanan pasien.
Untuk memberikan informasi tentang hal- hal yang harus
diperhatikan pasien dan atau keluarga terkait gizi berhubungan
dengan kondisi kesehatan pasien. Sebagai pedoman dalam
pemberian edukasi tentang gizi bila keluarga menyediakan makanan.
a. Pelajari masalah gizi pasien yang tertulis dalam rekam medik atau
formulir hasil skrining gizi atau formulir konsul gizi sesuai
permintaan dan hasil wawancara dengan pasien dan atau
keluarga
b. Tentukan diagnosa gizi pasien
c. Tulis identitas pasien, diagnose gizi, rencana intervensi gizi dalam
formulir asuhan gizi pasien rawat jalan atau poned
d. Hitung dan susun kebutuhan gizinya terjemahkan dalam
pembagian makanan dan tuliskan dalam leaflet diet
e. Gunakan masker pada pasien yang dapat menularkan infeksi
lewat udara
f. Jelaskan dan diskusikan pelaksanaan diet dengan pasien dan
atau keluarga
g. Berikan penjelasan makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan
h. Buat evaluasi hasil konsultasi dengan memberikan pertanyaan
kepada pasien dan atau keluarga.
i. Lakukan pencataan pemberian edukasi direkam medik yang
ditanda tangani pasien.

II.10.34 PENYIMPANAN MAKANAN DAN BAHAN MAKANAN


MENCERMINKAN UPAYA MENGURANGI RISKO TERHADAP
KONTAMINASI DAN PEMBUSUKAN
Suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara keamanan
makanan kering dan basah baik kualitas maupun kuantitas
ditempat penyimpanan makanan atau bahan makanan.

II.10.35 ASUHAN GIZI


Adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir / terstruktur
yang memungkinkan untuk mengindentifikasi penyediaan asuhan
gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien.
Agar setiap pasien dapat terpenuhi kebutuhan zat gizinya secara
optimal petugas gizi melakukan asuhan gizi kepada pasien yang
datang ke ruangan konseling gizi dengan melakukan pengkajian
status gizi pasien meliputi tinggi badan, berat badan, umur,
kebiasaan makan, serta riwayat gizi, alergi makanan
ASUHAN GIZI untuk :
a. menentukan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan
penyakit yang diderita pasien.
b. menentukan macam dan jenis diet sesuai dengan status gizi dan
penyakitnya serta cara pemberian makanan kepada pasien.
c. melakukan konseling gizi kepada pasien dan keluarganya
d. melakukan pemantauan, monitoring, evaluasi serta tindak lanjut
terapi gizi dengan menyarankan kepada pasien untuk melakukan
kunjungan ulang dan bila diperlukan petugas gizi melakukan
kunjungan ke rumah pasien

II.10.36. PEMULANGAN PASIEN DAN TINDAK LANJUT PASIEN


Pemulangan pasien dan tindak lanjut pasien adalah kegiatan
mempersiapkan pasien pulang meliputi perawatan selama di
rumah, informasi perubahan pola hidup, obat untuk diteruskan
di rumah seperti cara minum obat, memandikan bayi, merawat
tali pusat, memandikan bayi dan kapan control ulang ke
puskesmas. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk
melaksanakan proses pemulangan/rujukan pasien sesuai dengan
kriteria pemulangan pasien.
Pemulangan pasien dilakukan di mana :
a. Dokter menyatakan bahwa pasien sudah saatnya bisa
meninggalkan puskesmas sesuai dengan kriteria pemulangan
pasien,
b. Petugas menyediakan Resume klinis/resume keluar dan form
persetujuan untuk ditandatangani,
c. Petugas mempersiapkan proses pemulangan,
d. Mendokumentasikan kegiatan di rekam medis pasien

Kriteria pemulangan Pasien


- Pasien PONED
 Setelah dirawat 6-48 jam , keadaan umum ibu dan bayi
baik, tanda vital baik
 Darah nifas ibu normal
 Ibu tidak mengalami anemia sedang – berat

II.10.37. ALTERNATIF PENANGANAN PASIEN YANG MEMERLUKAN


RUJUKAN TETAPI TIDAK MUNGKIN DILAKUKAN
Pelayanan klinis mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, perencanaan layanan, pelaksanaan
layanan, pemberian obat/tindakan, pemberian KIE sampai dengan
pasien pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.
Pasien berhak untuk menolak pengobatan dan rujukan dengan
menandatangani surat penolakan. Jika pasien menolak untuk
pengobatan atau rujukan, wajib diberikan informasi tentang
pengobatan alternative lainnya. Alternatif penanganan yang
diberikan dapat dilakukan dengan memperhatikan kesinambungan
proses layanan klinis dan kemandirian pasien/keluarga dengan
menawarkan alternative penanganan pada pasien yang
memerlukan rujukan tapi tidak dapat dilakukan dengan :
a. Melakukan anamnesa dan melakukan pemeriksaan fisik
b. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi pada pasien
c. Memberikan informasi kepada pasien mengenai kondisi
kesehatan yang dialami pasien
d. Menjelaskan bahwa masalah kesehatan pasien tidak mampu
ditangani di Puskesmas
e. Jika pasien menolak menandatangani surat penolakan rujukan,
petugas menjelaskan alternatif penaganan yang diberikan jika
rujukan tidak mungkin dilakukan dengan memperhatikan
kesinambungan proses layanan klinis dan kemandirian pasien /
keluarga
f. Mendokumentasikan kegiatan dalam rekam medis

II.10.38. TINDAK LANJUT TERHADAP UMPAN BALIK DARI SARANA


KESEHATAN RUKAN YANG MERUJUK BALIK
Umpan balik dari sarana kesehtan rujukan adalah respon balik
saranan kesehatan rujukan mengenai keadaan suatu pasien.
Umpan balik berisi informasi mengenai diagnose, terapi dan
tindakan selanjutnya di mana :
a. Pasien datang ke petugas kesehatan dengan memberikan
umpan balik yang diberikan dari sarana kesehatan rujukan.
b. Petugas memeriksa umpan balik ;
 Apabila pasien masih perlu dilakukan pengobatan,
pemeriksaan atau tindakan lanjutan ke sarana kesehatan
rujukan maka petugas memberikan kembali rujukan yang
baru dengan diagnosa yang sesuai dengan umpan balik
kepada pasien;
 Apabila pasien cukup dilanjutkan pengobatan di Puskesmas,
maka petugas melanjutkan pengobatan nya di Puskesmas;
II.10.39. EVALUASI TERHADAP PROSEDUR PENYAMPAIAN INFORMASI
PEMULANGAN
Evaluasi terhadap penyampaian informasi pemulangan adalah
penilaian terhadap kejelasan informasi yang diberikan petugas
kepada pasien tentang cara perawatan bayi dan ibu setelah pulang
dari ruang poned. Evaluasi terhadap penyampaian informasi pasien
yang akan dirujuk adalah penilaian terhadap kejelasan informasi
yang diberikan petugas kepada pasien / keluarga tentang kondisi
pasien dan alasan pasien dirujuk ke Rumah Sakit yang dilakukan
dengan cara :
a. Menyiapkan buku penyampaian informasi instrumen evaluasi
kejelasan informasi yang disampaikan,
b. Memberi informasi sesai dengan rencana asuhan
c. Memberi kesempatan kepada pasien untuk menanyakan
informasi yang kurang dimengerti
d. Meminta pasien yang diberi informasi mengulangi informasi
yang diberikan,
e. Meminta pasien menandatangani buku penyampaian informasi,
f. Mengevaluasi penyampaian informasi dengan mengisi buku
penyampaian informasi apakanpasien melaksanakan informasi
yang diberikan,
g. Melaporkan hasil evaluasi kepada tim mutu,

II.10.40. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PASIEN SELAMA PROSES


RUJUKAN, ANTARA LAIN TRANPORTASI RUJUKAN
Transportasi rujukan adalah suatu proses mengantar pasien
dari Puskesmas menuju ke Rumah Sakit rujukan dengan
menggunakan mobil ambulance. Syarat melakukan transportasi
rujukan pasien yaitu ketersediaan ambulance untuk melakukan
transport pasien, ketersediaan sarana dan prasarana medis yang
diperlukan untuk merujuk pasien, kesiapan petugas yang
mendampingi pasien selama proses merujuk pasien, dan adanya
keluarga pasien yang menemani pasien selama proses merujuk.

TRANSPORTASI RUJUKAN
Agar proses transportasi pasien ke tempat rujukan berjalan dengan
lancar dan aman bagi pasien dilakukan :
a. Menyiapkan pasien yang akan dirujuk termasuk informed
consent persetujuan rujukan dan surat rujukan.
b. Menyiapkan alat kesehatan dan obat – obatan yang diperlukan
selama perjalanan
c. Menghubungi sopir ambulance untuk menyiapkan ambulance.
d. Menghubungi Rumah Sakit rujukan yang dituju dan
memberitahukan keadaan pasien agar rumah sakit
mempersiapkan kebutuhan untuk penerimaan pasien.
e. Memastikan pasien dalam kondisi stabil untuk melakukan
rujukan.
f. Petugas memindahkan pasien ke ambulance dengan
memperhatikan patient safety ( keselamatan pasien ).
g. Petugas yang kompeten mendampingi pasien menuju Rumah
Sakit rujukan.
h. Meminta keluarga untuk tetap mendampingi pasien hingga ke
Rumah Sakit rujukan.
i. Melakukan observasi kondisi pasien selama perjalanan.
j. Setelah sampai di Rumah Sakit rujukan, petugas menyerahkan
surat rujukan yang berisi identitas, riwayat penyakit sekarang,
diagnosa dan terapi yang telah dilakukan,
k. Petugas melakukan serah terima pasien kepada perawat di
Rumah Sakit rujukan.
l. Petugas meminta tanda tangan dan stempel Rumah Sakit di
buku rujukan.
m. Mendokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan.
BAB III
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN INTERNAL

III.1. Pemantauan dan pengawasan Indikator Mutu Klinis dan Indikator


Keselamatan Pasien

Pemantauan dan pengawasan terhadap peningkatan mutu pelayanan klinis dapat


dilakukan dengan :
a. Membuat Indikator Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien
b. Menentukan Target dari setiap Indikator
c. Menghitung Capaian Data Harian dengan sampling
d. Mengevaluasi hasil capaian data harian dan target pada akhir bulan
e. Menghitung Kesenjangan antara capaian dan Target
f. Menganalisa penyebab masalah jika capaian tidak mencapai target
g. Menentukan pemecahan masalah dengan membuat perencanaan
melalui siklus PDCA yang berkesinambungan

III.2. PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PROSEDUR PELAYANAN

Pemantauan dan pengawasan terhadap prosedur pelayanan dilakukan


setiap hari kerja dan dilakukan oleh Koordinator Unit masing-masing
unit pelayanan. Teknik melakukan pemantauan pengawasan dengan
menggunakan Teknik Sampling menggunakan 10% dari jumlah
kunjungan pasien atau jika jumlah pasien kurang dari 10 orang, maka
diambil sampel sebanyak kunjungan pasien hari itu. Pemantauan
dilakukan dengan cara mengisi daftar tilik dan mengisi cek list instrumen
pemantauan, seperti pemantauan isi kelengkapan rekam medik terdiri
dari ada tidaknya rekam medis antara lain, nama, umur.alamat , ada
tidaknya SOAP, ada tidaknya kode ICD X pada diagnose.
Pemantauan langkah - langkah pelayanan dengan mengisi daftar tilik.
Hasil pemantauan harian akan dilakukan evaluasi pada waktu
pelaksanaan audit klinis setiap bulan dengan cara :
a. Koordinator Unit mensosialisasikan SOP
b. Koordinator Unit melakukan pemantauan harian dengan
menggunakan Daftar Tilik untuk melihat kepatuhan petugas
terhadap prosedur
c. Koordinator Unit mengisi Daftar Tilik Instrumen Pemantauan yang
dilakukan secara mandiri atau Self Assessment dan mengisi Buku
Log/ Buku bantu pemantauan Harian
d. Koordinator Unit menganalisa dan mengevaluasi hasil pemantauan
serta membuat rencana perbaikan melalui siklus PDCA
e. Tim Mutu melakukan Audit Hasil Pemantauan Harian setiap bulan
sesuai jadwal.

III.3. PEMANTAUAN IDENTIFIKASI DAN PENANGANAN KELUHAN


Pemantauan, identifikasi dan penanganan keluhan adalah proses
pengumpulan keluhan dengan cara mengatasi keluhan yang ada dari
pasien di Puskesmas Panongan dilakukan dengan cara :
a. Menyiapkan instrumen untuk identifikasi kebutuhan dan tanggapan
masyarakat berupa lembar survei atau ceklis, kotak saran, SMS
center, media sosial.
b. Melakukan identifikasi kebutuhan dan tanggapan masyarakat dengan
jadwal pelaksanaan:
- Pertemuan Lintas Sektor
Dilaksanakan setiap tiga bulan sekali diawal bulan
- Survei
Pelaksanaan survey melalui kuisioner IKM dilakukan setiap enam
bulan, pelaksanaan survey dilakukan setiap satu tahun sekali,
survey kepuasan pelanggan dilakukan dengan cara membuat kotak
kepuasan pelanggan di masing-masing pelayanan, dibuka setiap
hari dan dicatat di buku laporan.
- Kotak Saran
Petugas admen setiap minggu membuka kotak saran dan memilah
kebutuhan masyarakat sesuai dengan pelayanan yang di tuju,
kemudian dicatat di buku laporan pengaduan.
- SMS centre
Pelaksanaan dilakukan setiap hari kerja dan hasil kebutuhan
masyarakat di catat di buku laporan pengaduan.
- Papan informasi
Dengan menyediakan semua informasi yang terkait dengan
pelayanan kepada masyarakat di papan informasi.
- Media Sosial
Pelaksanaan dilakukan setiap minggu dan hasil kebutuhan
masyarakat di catat di buku laporan pengaduan.
c. Mencatat hasil identifikasi kebutuhan masyarakat di buku laporan
pengaduan dan umpan balik.
d. Melaporkan pengaduan masyarakat (jika ada) setiap hari kepada
Kepala Puskesmas dan Koordinator Unit.
e. Melakukan analisis tentang hasil identifikasi kebutuhan dan
tanggapan masyarakat.
f. Memilah pengaduan yang dapat langsung ditindak lanjuti dengan
pengaduan yang perlu analisis dengan banyak pihak.
g. Langsung menanggapi dan menyelesaikan pengaduan yang langsung
dapat ditindak lanjuti.
h. Menyampaikan hasil identifikasi kebutuhan, tanggapan masyarakat,
proses penyelesaian yang dapat langsung dilaksanakan maupun
pengaduan yang belum terselesaikan setiap 3 (tiga) bulan sekali dalam
pertemuan internal Puskesmas.
i. Menuangkan hasil identifikasi kebutuhan dan tanggapan masyarakat
didalam rencana kegiatan puskesmas.
j. Kepala Puskesmas melakukan tindak lanjut hasil identifikasi.

III.4. AUDIT KLINIS


Audit klinis adalah suatu proses penilaian pelaksanaan layanan
klinis, dengan membandingkan antara standar yang telah disepakati
bersama dengan apa yang dilaksanakan melalui pemeriksaan,
pengukuran, penilaian dan penarikan kesimpulan secara objektif dan
terdokumentasi, dan dilakukan dengan cara :
a. Membentuk tim Mutu yang akan melaksanakan audit klinis
b. Membuat rencana dan jadwal audit klinis (Audit Plan) dengan area
audit 2 pelayanan klinis per bulan.
c. Menginformasikan rencana audit klinis pada unit yang akan diaudit
d. Melaksanakan audit klinis sesuai jadwal dengan menggunakan
metode audit atara lain: wawancara, observasi, periksa dokumen
(SOP), telusur rekam kegiatan, inspeksi kondisi fasilitas, meminta
peragaan, mengukur (compliance rate)
e. Auditor mengisi instrumen audit klinis dari hasil pemantauan audit
f. Auditor membuat laporan hasil audit klinis
g. Melaporkan hasil audit klinis kepada tim Mutu dan Keselamatan
h. Ketua tim Mutu mengadakan pertemuan klinis untuk membahas
hasil hasil audit
i. Koordinator UKP bersama tim Mutu membuat rencana tindaklanjut
perbaikan
j. Melakukan monitoring terhadap tindak lanjut perbaikan
k. Hasil tindaklanjut yang belum dilakukan perbaikan akan dijadikan
area prioritas penilaian audit internal.
BAB IV
PENUTUP

Penyelenggaraan pelayanan klinis di Puskesmas meliputi pelayanan


dari mulai pendaftaran sampai pasien pulang/rujukan di mana pelayanan
yang diberikan harus sesuai dengan standar pelayanan dan diberikan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten untuk menjamin pelayanan
kesehatan dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien dengan memperhatikan
mutu dan keselamatan pasien
Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis Puskesmas
Panongan digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan untuk memenuhi tuntutan aspek legalitas
sehingga Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Panongan dapat berjalan
sesuai harapan dan kebutuhan masyarakat luas.

Ditetapkan di: Panongan


Pada tanggal: 2019
KEPALA PUSKESMAS PANONGAN,

FARAH SEGEIR

Anda mungkin juga menyukai