Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur kepada TUHAN yang Maha Esa karena atas rahmat dan tuntunannya saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul “ INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT (ISPA) “ . ini disusun dengan sistematis untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata kuliah KEPERAWATAN KOMUNITAS II, program studi keperawatan, fakultas
ilmu kesehatan, Universitas Pembangunan Indonesia Manado.

Dengan selesainya makalah ini, maka tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kekurangan, baik dari segi materi maupun teknis
penulisan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaannya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk
rekan-rekan pembaca terkait dengan Penyakit ISPA.

Manado, 22 april 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………....

BAB I…………………………………………………………………………………………

PENDAHULUAN……………………………………………………………………………

Latar Belakang…………………………………………………………………………...

Rumusan Masalah………………………………………………………….……….........

Tujuan Penulisan………………………………………………………………................

Manfaat Penulisan……………………………………………………………….……….

BAB II……………………………………………………………………………………..…

PEMBAHASAN………………………………………………………………………….…..

Pengertian Infeksi Saluran Pernafasan Akut…………………….....................................

Etiologi Infeksi Pernafasan Akut………………………………………………...……...

Tanda dan Gejala ISPA…………………………………………………………………

Patofisiologi ISPA………………………………………………………………………

Komplikasi ISPA……………………………………………………...………………...

Pencegahan dan pengobatan ISPA……………………………………………………..

BAB III………………………………………………………………………………..........

PENUTUP……………………………………………………………………………..…...

Kesimpulan……………………………………………………………………………..

Saran……………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya
bersifat ringan seperti batuk-pilek, disebabkan oleh virus, dan tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik.Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang
disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan
musim dingin.

ISPA, diare dan kurang gizi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada anak di negara maju dan berkembang. ISPA merupakan penyebab morbiditas utama
pada negara maju sedangkan di negara berkembang morbiditasnya relatif lebih kecil
tetapi mortalitasnya lebih tinggi terutama disebabkan oleh ISPA bagian bawah atau
pneumonia. Menurut penelitian Djaja, dkk (2001) didapatkan bahwaprevalensi ISPA di
perkotaan (11,2%), sementara di pedesaan (8,4%); di Jawa-Bali (10,7%), sementara di
luar Jawa-bali (7,8%).6 Berdasarkan klasifikasi daerah prevalensi ISPA untuk daerah
tidak tertinggal (9,7%), sementara di daerah tertinggal (8,4%).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, terlihat bahwa cakupan


pneumonia penderita dan pengobatan dari target (perkiraan penderita) masih relatif
rendah, tahun 2000 ada 30,1%; tahun 2001 ada 25%; tahun 2002 ada 22,1%; tahun 2003
ada 30%; tahun 2004 ada 36%; tahun 2005 ada 27,7%. Hasil pantauan yang dilakukan ini
belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya oleh karena masih ada beberapa wilayah
yang belum menyampaikan laporannya. Penelitian Septri Anti (2007), dari catatan
bulanan program P2 ISPA Kota Medan tahun 2002-2006 didapatkan bahwa berdasarkan
hasil uji regresi linier terdapat nilai signifikan sebesar 0,552 (>0,05), tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara waktu dengan jumlah penderita ISPA pada balita, hal ini
berarti bahwa adanya kecenderungan peningkatan jumlah balita penderita ISPA, dimana
penderita penyakit ISPA pada tahun 2002 berjumlah 8.836 orang dan pada tahun 2007
mencapai 9.412 orang
B. Rumusan Masalah
Apakah bahaya ISPA bagi kesehatan manusia

C. Tujuan Penulisan
- Mengetahui bahaya ISPA bagi kesehatan manusia
- Mengetahui tanda dan gejala ISPA
- Mengetahui cara pengobatan dan pencegahan ISPA

D. Manfaat Penulisan
1. Agar kita dapat mengetahui tentang penyakit ISPA, penyebabnya, media atau
perantara timbulnya penyakit ISPA, dan factor resiko penyakit ISPA.
2. Memberikan kita informasi tentang penyakit ISPA sehingga kita bisa melakukan
pencegahan lebih awal tentang penyakit tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ISPA
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak dengan
gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan
(Meadow, Sir Roy. 2002:153).
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang
menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14
hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003).
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi
yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan
dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari

ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris Acute
Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:

1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta organ
secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil
untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang
digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari (Suryana, 2005:57).
B. Etiologi ISPA
Penyebab ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar
diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil
penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara
menunjukkan bahwa di negara berkembang streptococcus pneumonia dan
haemophylus influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga
dari hasil isolasi, yakni
73, 9% aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di
negara maju, dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus
(Suriadi,Yuliani R,2001)

C. Tanda dan Gejala ISPA:


1. Batuk
2. Nafas cepat
3. Bersin
4. Pengeluaran secret atau lender dari hidung
5. Nyeri kepala
6. Demam ringan
7. Tidak enak badan
8. Hidung tersumbat
9. Kadang-kadang sakit saat menelan
D. Patofisiologi ISPA
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah
faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut
gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan
(Kending dan Chernick, 1983 dalam DepKes RI, 1992).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
(Jeliffe, 1974).
Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan
aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga
terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang
berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk(Kending and Chernick, 1983).
Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.
Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang
merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri
sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan
atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus
menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983).
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan
dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan
batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor
seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa
dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan
gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang
lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa
menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980).
E. Komplikasi
1. Pneumonia
2. Bronchitis
3. Sinusitis
4. Laryngitis
5. Kejang demam (Soegijanto, S, 2009)

F. Pencegahan dan pengobatan ISPA


a. Pencegahan
Mengingat pencegahan lebih baik dari pengobatan maka sebaiknya pengelolaan
ISPA dilaksanakan secara menyeluruh meliputi penyuluhan kesehatan yang baik,
menggalakkan imunisasi dan penatalaksanaan penderita secara medik sebagaimana
lazimnya. Walaupun morbiditas ISPA bawah relatif lebih kecil dari ISPA atas namun
fasilitas klinik yang dibutuhkan dalam penanganannya sangat tinggi. Selayaknyalah
pemberantasan ISPA bawah diprioritaskan dengan menitik beratkan usaha penekanan
morbiditas ISPA bawah baik sebagai lanjutan ISPA atas atau tidak dan mortalitasnya.
Dalam upaya pencegahan ISPA dapat dilihat dalam lima tingkat pencegahan,
yaitu sebagai berikut:
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Promosi kesehatan untuk pencegahan penyakit ISPA dapat dilakukan dengan
berbagai upaya, antara lain:
a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menerapkan
pola hidup sehat dan PHBS sejak dini.
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan
pemberantasan serta diagnosa dini dari suata penyakit seperti ISPA.
c. Melakukan perbaikan lingkungan social seperti mengurangi dan
menghilangkan kondisi yang mempertinggi resiko terjadinya infeksi.
2. Perlindungan Khusus (Spesifik Protection)
Perlindungan khusus dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan
dengan upaya antara lain:
a. Perbaikan status gizi individu/perorangan ataupun masyarakat untuk
membentuk daya tahan dalam tubuh yang lebih baikdan dapat melawan agent
penyakit yang akan masuk ke dalam tubuh.
b. Pemberian ASI Ekslusif kepada bayi yang baru lahir, karena ASI banyak
mengandung kalori, protein dan vitamin yang banyak dibutuhkan tubuh,
pencegahan ini bertujuan untuk membentuk sistem kekebalan tubuh.
3. Diagnosis dini dan Pengobatan Segera (early diagnosis and prompt treatment)
Diagnosis dini dan pengobatan segera terhadap penyakit ISPA dapat dilakukan
upaya antara lain:
a. Temukan semua penderita secara dini dan aktif dengan cara diperiksa di
sarana pelayanan kesehatan guna memastikan bahwa seseorang/bayi benar-
benar tidak menderita ISPA.
b. Melakukan pencarian penderita ISPA dan berikan segera pengobatan yang
tepat serta sediakan fasilitas untuk penemuan dan pengobatan penderita agar
tidak menularkan penyakitnya pada orang lain.
c. Sediakan fasilitas yang memadai seperti laboratorium agar dapat melakukan
diagnosa dini terhadap penderita, kontak, dan tersangka.
4. Pemberantasan cacat (disability limitation)
Penyakit ISPA jika tidak diobati secara baik dan teratur akan dapat
mengakibatkan kematian. Pemberantasan cacat dalam mencegah terjadinya
penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya:
a. Mencegah proses lebih lanjut dengan cara melakukan pengobatan secara
berkesinambungan sehingga dapat tercapai proses pemulihan yang baik.
b. Melakukan perawatan khusus secara berkala guna memperoleh pemulihan
kesehatan yang lebih baik.
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan
rehabilitasi fisik /medis apabila terdapat gangguan kesehatan fisik akibat penyakit
ISPA.
Secara pencegahan terhadap ISPA dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai
berikut:
• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

c. Pengobatan
Pengobatan meliputi pengobatan penunjang dan antibiotika. Penyebab ISPA
atas yang terbanyak adalah infeksi virus maka pemberian antibiotika pada
infeksi ini tidaklah rasional kecuali pada sinusitis, tonsilitis eksudatif, faringitis
eksudatif dan radang telinga tengah.
Pengobatan penderita penyakit ISPA dimaksud untuk mencegah
berlanjutnya ISPA ringan menjadi ISPA sedang dan ISPA sedang menjadi
ISPA berat serta mengurangi angka kematian ISPA berat. Adapun jenis
pengobatannya :
a. Pneumonia berat: dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigendan sebagainya.
b. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita
tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan
dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai
radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari.

Pengobatan penyakit ISPA juga dapat dilakukan dengan beberapa cara


yaitu, salah satunya dengan merawat penderita di rumah sakit. Apabila
perawatan untuk semua anak dengan penarikan dinding dada tidak
memungkinkan, dapat dipertimbangkan untuk diberikan terapi antibiotik
dirumah dengan pengawasan yang ketat pada anak yang tidak mengalami
penarikan dinding dada hebat, sianosis, atau tanda penyakit yang sangat
berat.
BAB III

PENUTUP

G. Kesimpulan
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak
penyakit kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit
ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan
penderita, penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerja sama
semua pihak, yaitu peran serta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, dan para medis
untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka kematian dan angka kesakitan
sesuai harapan harapan pembangunan nasional.

H. Saran
Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia,
maka diharapkan penyakit saluran pernafasan penanganannya dapat di prioritaskan.
Di samping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan
dan dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan
pemberantasan kasus ISPA yang sudah di laksanakan sekarang ini, diharapkan lebih
ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Meadow,Sir Roy dan Simen.2002.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora


Aksara Pratama

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan


Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung


Seto,Jakarta
Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-
2002,Philadelpia,USA

Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi


Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih
bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC

Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition &


Classification20012002,Philadelpia,USA

Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Materi pelatihan kader dan penyegara kader (2004), PSIK UMJ, Jakarta
Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu
Kesehatan Anak)PSIK FK UGM tidak dipublikasikan

Pertemuan Ilmiah Tahunan V (PIT-5) Ilmu Penyakit Dalam PAP di Sumsel.


Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang

Soegijanto, S (2002). Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan.


Jakarta: Salemba medika

Anda mungkin juga menyukai